Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN


TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK TUNA GRAHITA DI
KELURAHAN SUMBEREJO KABUPATEN JEMBER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak dengan Kebutuhan Khusus

oleh

Ervi Fitri Faradiana


NIM 122310101001

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di
bawah rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. American Association on Mental
Deficiency (AAMD) dalam (Moh. Amin, 2005), mendefinisikan tunagrahita
sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata,
yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes dan muncul sebelum usia 16 tahun. Anak
dengan tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat
kecerdasannya yang berada dibawah rata-rata anak normal. Jumlah anak
dengan tunagrahita di dunia diestimasikan antara 1-8% dari total jumlah
penduduk. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000 anak dengan
kelainan ini. Prevalensi anak dengan tunagrahita kira-kira 1 berbanding 700
kelahiran di dunia, kurang lebih ada 8 juta anak tunagrahita. Penelitian terakhir di
Amerika Serikat membuktikan lebih dari 85% anak down syndrome dilahirkan
dari ibu yang usianya tidak lebih dari 35 tahun (Sujarwanto,2005).
Di Indonesia diperkirakan angka prevalensi anak dengan tunagrahita
sebesar 3%. Angka ini diperkuat dengan data statistik yang menunjukkan di
Indonesia terdapat 1.750.000-5.250.000 anak dengan tunagrahita (Muttaqin,
2008). Selain itu, dari 33 provinsi tercatat 14 provinsi yang memiliki jumlah
prevalensi tinggi anak dengan tunagrahita, salah satunya adalah provinsi Jawa
Timur yang berada di urutan kedua. Prevalensi anak tunagrahita di beberapa
kabupaten di Provinsi Jawa Timur terbilang tinggi dan tercatat sejumlah
125.190 jiwa (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010)
Menurut hasil wawancara dengan Kepala SLB Negeri Jember (2013)
tercatat jumlah total anak usia sekolah dengan tunagrahita yaitu 166 anak.
Jumlah total tersebut terbagi atas lima Sekolah Luar Biasa yang sederajat
Sekolah Dasar, yaitu SDLB-C Negeri Jember sebanyak 41 anak, SDLB-C
TPA (Taman Pendidikan dan Asuhan) sebanyak 35 anak, SDLB-C Kaliwates
40 anak, SDLB-C Balung 32 anak, dan SDLB-C Semboro sebanyak 18 anak
( Zakarya,2013).
Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember pada sekolah SLB Bunga Banga didapat hasil
bahwa sebanyak 85% anak berkebutuhan khusus dengan tuna grahita masih
banyak yang tidak mengetahui terkait kebersihan diri dan penggunaan toilet.
Kemampuan dan pemahaman anak terkait kebersihan dirinya masih tergolong
sangat rendah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, bagaimana bentuk latihan toilet training
yang dapat diterapkan pada anak dengan tunagrahita di SLB Bunga Bangsa?
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

BAB 2. TUJAN DAN MANFAAT


2.1 Tujuan
2.1.1 tujuan umum
kegiatan pendidikan kesehatan pada anak berkebutuhan khusus ini
bertujuan untuk melatih kemampuan dan keterampilan anak tunagrahita
2.1.2 tujuan khusus
1. anak dengan tunagrahita mampu mengenal toilet training
2. anak dengan tunagrahita dapat menjaga kebersihan diri
3. anak dengan tunagrahita mampu melakukan toilet training secara
mandiri

BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Toilet training merupakan suatu proses untuk mengajarkan kepada anak-anak
untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Adanya toilet training
diharapkan dapat melatih anak untuk mampu BAK dan BAB di tempat yang
ditentukan. Menurut Hidayat (2006), toilet training pada anak merupakan suatu
usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air
kecil dan buang air besar. Permasalahan toilet training tersebut bermacam-macam
dan tidak selalu sama antara anak tunagrahita yang satu dengan yang lainnya.
Adapun beberapa masalah tunagrahita yang biasanya terjadi pada anak
tunagrahita, diantaranya anak tunagrahita tidak mengetahui tindakan yang harus
dilakukan, takut untuk menggunakan toilet, hanya ingin buang air menggunakan
diapers, hingga melakukan fecal smearing (mengusap kotoran/feses ke dinding
atau bermain dengan kotorannya) (Williams dan Wright, 2009).
Toilet training harus diajarkan pada anak dengan tunagrahita agar
keterampilan toileting dapat dicapai secara mandiri, yaitu menahan diri, dimana
seseorang harus dapat mengenali sensasi untuk buang air dan penguasaan dari
seluruh rangkaian perilaku untuk pergi ke toilet (menuju kamar mandi, melepas
pakaian, mengeluarkannya di toilet membersihkan diri, berpakaian kembali,
mengguyur, mencuci tangan) (Kroeger dan Sorensen, 2009). Yang menjadi
catatan bahwa tujuan pelatihan buang air ke toilet adalah hasil akhir keberhasilan
dari latihan ke toilet, bukan keterampilan prasyarat untuk memulai pelatihan ke
toilet dan merupakan cara yang tepat sehingga mudah dimengerti oleh anak.
Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan orangtua dalam
mengajarkan konsep toilet training pada anak.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktifsecara sosial, ekonomis dan
bermartabat. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

kesehatan dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mandiri
dan produktifsecara sosial dan ekonomis.Kesehatan sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara
harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas,
yang diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal atau melalui lembaga
pendidikan lain. Oleh karena itu pelayanan kesehatan terhadap anak penyandang
cacat yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) harus dilaksanakan sama dan setara
seperti yang diberikan pada anak-anak lainnya.
Salah satu jenis tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan
sarana dan prasara atau fasilitas untuk memenuhi kebutuhan anak dengan
kebutuhan khusus. Seperti halnya fasilitas kamar mandi yang memnuhi syarat
untuk anak tunagrahita. Tujuan dari fasilitas kamar mandi yaitu untuk melatih
kemampuan anak hidup bersih dan mandiri. Sehingga diperlukan fasilitas yang
dapat mendukung untuk melatih kemandirian anak tunagrahita. Selain itu,
pendidikan kesehatan ini dapat melibatkan langsung oleh peran orang tua,
sehingga kemandirian anak tidak hanya terjadi disekolah namun juga dirumah.

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada anak berkebutuhan khusus
dengan tuna grahita bertujuan untuk melatih kemampuan motorik anak dan
mengembangkan kemampuan mengingat anak tuna grahita. Dalam realisasi
penyelesaian masalah mengenai kebersihan diri anak tuna grahita adalah dengan
melakukan pembelajaraan toilet training. Pembelajaran toilet training dilakukan
untuk melatih kemandirian anak tuna grahita dalam masalah kebersihan diri.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan kesehatan ini yaitu peran guru di sekolah,
peran keluarga dirumah serta anak tunagrahita yang dapat mempraktekan toilet
training secara mandiri.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : demonstrasi
2. Landasan teori : Diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang nyaman
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindakan lanjut
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

Ket:

=sasaran

=Pemateri

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Kementerian kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Disekolah
Luar Biasa (SLB). Jakarta: Tidak Diterbitkan
Moh. Amin. 2005. Anak tunagrahita. Bandung: American Association of Mentaly
Deficiency (AAMD).

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Schwart, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus.


Jakarta: Depdikbud
Zakarya, Yunus N. 2013. Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih Dengan
Metode Bermain Puzzle terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan
Anak Tunagrahita Di Sdlb-C Tpa Kabupaten Jember. Diakses melalui
http://docplayer.info/storage/19/341248/341248.pdf
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 1 : Berita Acara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2015/2016

BERITA ACARA
Pada hari ini, Rabu 16 September 2015 pukul 15.00 WIB selesai bertempat di
SLB (Sekolah Luar Biasa) Kelurahan Sumberejo Kabupaten Jemebr telah
dilaksanakan Pendidikan Kesehatan tentang Toilet Training pada anak tun
agrahita oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Kegiatan ini diikuti oleh 10 orang (daftar hadir terlampir.

Jember, 14 September 2015


Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Perawatan Paisen dengan Kebutuhan Khusus
PSIK Universitas Jember

Ns. Latifa Aini, S. Kep, M.Kep, Sp. Kom


NIP 197109262009122
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 2 : Daftar Hadir


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2015/2016

DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang pembelajaran toilet training pada anak
berkebutuhan khusus dengan tuna grahita oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan UNiversitas Jember. Pada hari Rabu, 14 September 2015 pukul
15.00 WIB di SLB (Sekolah Luar Biasa) di Kelurahan Sumberrejo Kabupaten
Jember.

No Nama Alamat TTD

Jember, 14 September 2015


Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Perawatan Paisen dengan Kebutuhan Khusus
PSIK Universitas Jember

Ns. Latifa Aini, S. Kep, M.Kep, Sp. Kom


NIP 197109262009122
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 3 : SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik/Materi : Toilet Training
Sasaran : Anak Tuna grahita
Waktu : 15.00 WIB
Hari/Tanggal : Rabu, 14 September 2015
Tempat : SLB Bunga Bangsa

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, anak tuna grahita dapat
mempraktekkan toilet training secara mandiri.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 15 menit
sasaran akan mampu :
a. Mengenal apa itu toilet training;
b. Mengenal tahapan melakukan toilet training;
c. Mempraktekan toilet training secara mandiri.

3. Pokok Bahasan : Toilet training.

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian toilet training;
b. Tujuan dan manfaat toilet training
c. Masalah toilet training pada anak tunagrahita
d. Tahapan melakukan toilet training.

5. Waktu
1 x 15 Menit

6. Bahan / Alat yang digunakan


Leaflet
(Terlampir)

7. Model Pembelajaran
a. Jenis Model Pembelajaran : Pertemuan kelompok
b. Landasan Teori : Konstruktivisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Membuat keputusan nilai personal
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

4. Mengidentifikasi pilihan tindakan


5. Memberi komentar
6. Menetapkan tindak lanjut

8. Persiapan
Penyuluh mencari artikel atau materi tentang konsep dasar dan
pembekajaran toilet training pada anak tuna grahita.

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

Pendahuluan 1. Salam pembuka Kegiatan peserta 3 menit


2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan
khusus
Penyajian 1. Menjelaskan materi Memperhatikan, 9 menit
tentang : menanggapi dengan
a. Pengertian toilet pertanyaan
training;
b. Tujuan pengenalan
toilet training;
c. Manfaaf toilet
training;
d. Tahapan
melakukan toilet
training.
2. Memberikan
kesempatan pada anak
untuk mempraktekkan
dengan bantuan.
3. Memberi pujian atas
keberanian anak
4. Memberikan
kesempatan kepada
anak untuk
mepraktekkan secara
mandiri
Penutup 1. Menyimpulkan materi Memperhatikan dan 3 menit
yang telah diberikan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil
pendidikan kesehatan
3. Memberikan Leaflet
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

tentang toilet training


4. Salam penutup

10. Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
a. Apakah yang dimaksud dengan toilet training?
b. Apa manfaat dari toilet training?
c. Bagaimanatahapan melakukan toilet training?
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 4: Materi

Toilet Training

A. Pengertian
Toilet training yang terdiri dari Buang Air besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK) merupakan suatu tugas paling awal dari perkembangan seorang
anak saat usia 1 tahun 6 bulan s/d 2 tahun dalam melatih diri agar mampu
mengontrol buang air kecil dan buang air besar secara mandiri. Hal ini
penting dilakukan untuk melatih kemandirian dan sebagai stimulasi untuk
perkembangan anak selanjutnya. Toilet training dapat menanamkan suatu
kebiasaan yang baik pada anak mengenai kebersihan diri. Dalam kegiatan
toilet training ini, anak tidak hanya harus memiliki persiapan secara fisik dan
psikologis namun juga persiapan secara intelektual (Hidayat, 2005).
Belajar menggunakan wc sangat menantang bagi seorang anak berkebutuhan
khusus (ABK), maka sudah seharusnya pendekatan yang diberikan harus sangat
perlahan karena membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran bagi orang tua.
Hal terpenting untuk diingat adalah bahwa anda tidak dapat memaksakan anak
untuk menggunakan wc karena penting bagi anak bahwa pengalaman ke toilet
adalah pengalaman yang positif.

B. Tujuan toilet training


Tujuan toilet training harus ditemukan agar keterampilan toileting yang benar
dicapai secara mandiri, yaitu menahan diri, dimana seseorang harus dapat
mengenali sensasi untuk buang air dan penguasaan dari seluruh rangkaian
perilaku untuk pergi ke toilet (menuju kamar mandi, melepas pakaian,
mengeluarkannya di toilet membersihkan diri, berpakaian kembali, mengguyur,
mencuci tangan) (Kroeger dan Sorensen, 2009).

C. Masalah toilet training pada anak Tunagrahita


Sulitnya melatih ABK menggunakan wc diantaraya karena beberapa anak
mungkin mempunyai masalah pada motoriknya, yaitu anak sulit untuk duduk atau
jongkok di wc karena adanya kelemahan atau kekakuan di salah satu otot
tubuhnya atau di seluruh otot tubuhnya. Masalah pada keseimbangan tubuhnya,
yaitu belum atau kurang berkembangnya keseimbangan sehingga anak takut jatuh
saat duduk karena kakinya jauh dari lantai atau tidak menapak dan saat jongkok
merasa dunia terbalik atau berputar. Hal lain adanya masalah persepsi sensorik
yaitu anak tidak menyadari bahwa ia sedang (BAK) berarti anak kurang reaktif
terhadap rangsang, atau anak merasa sesuatu meninggalkan tubuhnya terasa
sangat menakutkan atau anak tidak menyukai perasaan terbuka saat duduk di wc
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

karena terbiasa (BAB) dalam kehangatan dan tekanan dari popok ini berarti anak
reaktif berlebihan terhadap rangsang.

D. Tahapan Toilet Training


1. Membuat jadwal ke kamar mandi berdasarkan hasil pengamatan
selama 2-3 hari yaitu seberapa sering anak BAK dan BAB. Kemudian
setelah mengetahui seberapa anak sering BAK/BAB maka anak harus
diajak ke toilet dua kali lebih sering dari pada hasil pengamatan
tersebut.
2. Mulailah dengan selalu mengganti celananya hanya di kamar mandi.
Ini akan membantunya membuat keterkaitan antara BAK dan BAB
dengan kamar mandi.
3. Jika ia bersembunyi setiap kali BAB, doronglah agar bersembunyi di
kamar mandi.
4. Bawalah ia ke kamar mandi setiap habis makan. Jika ia ragu-ragu,
jangan memintanya duduk di wc, anda hanya ingin ia terbiasa
mengunjungi kamar mandi setelah makan.
5. Begitu ia bisa menduga untuk pergi ke kamar mandi setiap habis
makan, minta ia untuk BAB di kamar mandi.
6. Jika ia belum mampu langsung BAB setelah makan, buatlah ia
bersantai dengan bernyanyi, bercerita atau menjelaskan kegunaan
kamar mandi namun jangan terlalu lama kira-kira 5-7 menit saja.
7. Begitu ia mampu BAB sesuai jadwal, cobalah memintanya duduk di
wc, letakan bangku di bawah kakinya agar anak merasa aman ketika
kakinya menyentuh lantai.
8. Akhirnya, jika ia sudah bisa BAK/BAB di wc berikan pujian berupa
pelukan, belaian dan kata-kata pujian
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 5. Leaflet
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015

Anda mungkin juga menyukai