oleh
BAB 1. PENDAHULUAN
kesehatan dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mandiri
dan produktifsecara sosial dan ekonomis.Kesehatan sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara
harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas,
yang diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal atau melalui lembaga
pendidikan lain. Oleh karena itu pelayanan kesehatan terhadap anak penyandang
cacat yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) harus dilaksanakan sama dan setara
seperti yang diberikan pada anak-anak lainnya.
Salah satu jenis tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan
sarana dan prasara atau fasilitas untuk memenuhi kebutuhan anak dengan
kebutuhan khusus. Seperti halnya fasilitas kamar mandi yang memnuhi syarat
untuk anak tunagrahita. Tujuan dari fasilitas kamar mandi yaitu untuk melatih
kemampuan anak hidup bersih dan mandiri. Sehingga diperlukan fasilitas yang
dapat mendukung untuk melatih kemandirian anak tunagrahita. Selain itu,
pendidikan kesehatan ini dapat melibatkan langsung oleh peran orang tua,
sehingga kemandirian anak tidak hanya terjadi disekolah namun juga dirumah.
Ket:
=sasaran
=Pemateri
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Kementerian kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Disekolah
Luar Biasa (SLB). Jakarta: Tidak Diterbitkan
Moh. Amin. 2005. Anak tunagrahita. Bandung: American Association of Mentaly
Deficiency (AAMD).
BERITA ACARA
Pada hari ini, Rabu 16 September 2015 pukul 15.00 WIB selesai bertempat di
SLB (Sekolah Luar Biasa) Kelurahan Sumberejo Kabupaten Jemebr telah
dilaksanakan Pendidikan Kesehatan tentang Toilet Training pada anak tun
agrahita oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Kegiatan ini diikuti oleh 10 orang (daftar hadir terlampir.
DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang pembelajaran toilet training pada anak
berkebutuhan khusus dengan tuna grahita oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan UNiversitas Jember. Pada hari Rabu, 14 September 2015 pukul
15.00 WIB di SLB (Sekolah Luar Biasa) di Kelurahan Sumberrejo Kabupaten
Jember.
Lampiran 3 : SAP
1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, anak tuna grahita dapat
mempraktekkan toilet training secara mandiri.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 15 menit
sasaran akan mampu :
a. Mengenal apa itu toilet training;
b. Mengenal tahapan melakukan toilet training;
c. Mempraktekan toilet training secara mandiri.
4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian toilet training;
b. Tujuan dan manfaat toilet training
c. Masalah toilet training pada anak tunagrahita
d. Tahapan melakukan toilet training.
5. Waktu
1 x 15 Menit
7. Model Pembelajaran
a. Jenis Model Pembelajaran : Pertemuan kelompok
b. Landasan Teori : Konstruktivisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Mengajukan masalah
3. Membuat keputusan nilai personal
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015
8. Persiapan
Penyuluh mencari artikel atau materi tentang konsep dasar dan
pembekajaran toilet training pada anak tuna grahita.
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
10. Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
a. Apakah yang dimaksud dengan toilet training?
b. Apa manfaat dari toilet training?
c. Bagaimanatahapan melakukan toilet training?
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015
Lampiran 4: Materi
Toilet Training
A. Pengertian
Toilet training yang terdiri dari Buang Air besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK) merupakan suatu tugas paling awal dari perkembangan seorang
anak saat usia 1 tahun 6 bulan s/d 2 tahun dalam melatih diri agar mampu
mengontrol buang air kecil dan buang air besar secara mandiri. Hal ini
penting dilakukan untuk melatih kemandirian dan sebagai stimulasi untuk
perkembangan anak selanjutnya. Toilet training dapat menanamkan suatu
kebiasaan yang baik pada anak mengenai kebersihan diri. Dalam kegiatan
toilet training ini, anak tidak hanya harus memiliki persiapan secara fisik dan
psikologis namun juga persiapan secara intelektual (Hidayat, 2005).
Belajar menggunakan wc sangat menantang bagi seorang anak berkebutuhan
khusus (ABK), maka sudah seharusnya pendekatan yang diberikan harus sangat
perlahan karena membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran bagi orang tua.
Hal terpenting untuk diingat adalah bahwa anda tidak dapat memaksakan anak
untuk menggunakan wc karena penting bagi anak bahwa pengalaman ke toilet
adalah pengalaman yang positif.
karena terbiasa (BAB) dalam kehangatan dan tekanan dari popok ini berarti anak
reaktif berlebihan terhadap rangsang.
Lampiran 5. Leaflet
Laporan Praktikum Perawatan Pasien Dengan Kebutuhan Khusus PSIK Universitas Jember 2015