Anda di halaman 1dari 4

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk

merubah pola pikir dan perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. STBM merupakan salah satu konsep untuk
mempercepat pencapaian target MDGs poin ketujuh. STBM memiliki 5(lima)
pilar utama yakni : bebas buang air besar sembarangan atau Open Defecation Free
(ODF),mencuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah
tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah
tangga. Terbentuknya 5 pilar utama STBM berindikator dari kebiasaan
masyarakat pedesaan maupun perkotaan di indonesia. Jika dikaitkan pada
kesehatan, 5 pilar utama tersebut sangat mendukung terciptanya kondisi
masyarakat dan kondisi lingkungan yang sehat.

Pada pilar 1 berindikator pada kebiasaan buang air besar disembarang


tempat masih banyak temui terutama didaerah pedesaan. Masyarakat pada
umumnya melakuakan BAB di jamban atau sungai. Jamban yang tidak memenuhi
syarat yaitu ketika kotoran di bak penampungan berpotensi merembes sehingga
mencemari sumber air tanah yang menjadi air konsumsi masyarakat. Selain pada
jamban, BAB di sungai juga ikut berkontribusi dalam pencemaran bakteri E coli.
Jika air yang sudah tercemar E coli dikonsumsi manusia, maka akan
menyebabkan penyakit diare. Jika pilar 1 dapat tercapai, secara tidak langsung
tingkat penyebaran penyakit diare akan menurun. Sehingga masyarakat dapat
mengkonsumsi air yang benar-benar bersih terutama bersih dari bakteri penyebab
penyakit.

Pilar ke 2 berindikator pada kebiasaan masyarakat yang tidak mencuci


tangan memakai sabun. Kebiasaan buruk ini tidak hanya dilakukan oleh anak-
anak namun juga sangat umum dilakuakn oleh orangtua. Akibat dari kebiasaan
masyarakat indonesia tidak mencuci tangan pakai sabun yaitu 90% cacingan,
47,2% anak usia 5-9 tahun anemia dan diare masih menjadi penyebab kematian
nomor dua. Hampir pada umumnya penderita penyakit cacingan adalah anak-
anak. Hal ini karena masa anak merupakan masa aktif dalam bermain. Mainan
utama yang paling disenangi oleh anak-anak adalah bermain tanah. Ketika
seorang anak memegang tanah, maka tangan anak akan terkontaminasi telur-telur
cacing. Setelah anak tersebut selesai bermain, anak tersebut hanya mencuci
tangannya menggunakan air tanpa menggunakan sabun. Kemudian anak tersebut
memegang makanan dengan tangannya yang tidak higienis tersebut dan telur
cacing masuk bersama makanan dan hiduop dalam usus seorang anak. Seorang
anak yang mengalami cacingan akan mengalami gizi buruk karena nutrisi yang
diperlukan tubuh akan di makna oleh cacing-cacing di usus dan berakibat pada
anemia. Selain cacingan kebiasaan buruk mencuci tangan tidak menggunakan
sabun juga berkontribusi terhadap penyebarab bakteri E Coli yang
mengakibatkan penyakit diare. Jika pilar ke dua berhasil di lakukan, akan
mengurangi penderita cacingan yang secara tidak langsung mengurangi angka gizi
buruk di indonesia dan mengurangi angka anemia akibat cacingan.

Pada pilar ke 3 berindikator pada rendah kualitas pengolahan air minum


dan makanan rumah tangga di masyarakat. Saat ini kondisi air bersih di
masyarakat tidak benar-benar bersih dari kuman-kuman penyakit. Banyak air
yang berasal dari PDAM maupun sumur mengandung kuman dalam batas yang
tidak normal (berlebihan) sehingga jika dikonsumsi akan menyebabkan penyakit.
Pola hidup sehat juga sangat menentukan timbulnya penyakit akibat pengelolaan
air minum yang tidak baik. Pola hidup yang tidak sehat yaitu mengkonsumsi air
yang tidak dimasak terlebih dahulu sehingga kuman-kuman dalam air masuk
kedalam tubuh yang sering mengakibatkan penyakit diare dan thypus. Selain air,
pengolahan makanan rumah tangga juga harus di perhatikan. Seperti mencuci
sayuran, buah-buahan, alat makan dengan air mengalir. Selain itu ketepatan dalam
memasak juga menjadi penentu makanan tersebut sehat atau tidak. Masalah
kesehatan yang sering timbul dari pengolahan makanan yang tidak baik yaitu
diare, thypus, keracunan makanan, hingga menyebabkan radang usus. Jika pilar ke
3 berhasil dilakukan maka masyarakat akan lebih sehat, sehingga dapat
menurunkan angka penderita diare, thypus, keracunan makanan, dan radang usus.
Pada pilar ke 4 berindikator pada perilaku masyarakat yang membuang
sampah disembarang tempat. Sampah yang berserakan disembarang tempat akan
menjadi tempat penyebaran penyakit. Sampah ruamh tangga yang tidak dikelola
dengan baik akan menjadi tempat perkembangan vektor penyakit, yaitu lalat,
nyamuk, dan tikus. Lalat akan mengakibatkan penyakit diare dan thypus karena
akan membawa kuman-kuman tersebut dan menempelkannya pada makanan yang
siap dikonsumsi. Sedangkan nyamuk akan menyebabkan penyakit malaria dan
demam berdarah, nyamuk ini akan berkembang biak terutama saat musim hujan di
tempat genangan air yang ada di sampah. Sedangakn tikus merupakan hewan
yang sedang hidup di tempat yang kotor yang dapat membawa penyakit
Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). Penyakit ini merupakan penyakit
berbahaya yang disebabkan tikus yang terinfeksi melalui air seni, tinja atau air liur
mereka. Kita dapat tertular HPS saat menghirup udara yang sudah tercemar
hantavirus penyebab HPS. Selain itu sampah rumah tangga yang tidak dikelola
denan baik akan menyebabkan banjir, dan melalui banjir tersebuta akan
bermunculan penyakit-penyakit akibat kuman yang dibawa oleh banjir tersebut.
Ketika pengelolaan sampah dilakukan dengan baik akan menciptakan kondisi
yang sehat.

Pada pilar ke 5 berindikator pada pengelolaan limbah cair rumah tangga


yang tidak baik. Limah cair rumah tangga yang terserap oleh tanah hingga sampai
pada penampungan air tanah akan menyebabkan air tanah terkontaminasi oleh
bahan kimia, selain itu air tanah akan miskin oksigen dan membunuh bakteri-
bakteri menguntungkan yang berguna dalam menjernihkan air dan menumbuhkan
bakteri yang menyebabkan penyakit. Apabila air tanah yang terkontaminasi oleh
limbah cair rumah tangga di konsumsi oleh manusia dapat menyebabkan penyakit
amuba disentri yang disebabkan oleh air yang mengandung kista Entamuba
Histolitika, penyakit typhus yang disebabkan oleh air yang terkontaminasi
Salmonella Typhosa, dan penyakit diare yang diakibatkan oleh bakteri E coli. Jika
pengolahan limbah cair dilakukan dengan baik akan menciptakan kondisi
masyarakat yang sehat.
Berdasarkan 5 pilar tersebut apabila semua pilar dapat tercapai maka
angka dari penderita penyakit diare, typhus, cacingan, anemia, disentri, dan lain-
lain dapat menurun. Menurunnya angka penderita akan menandakan bahwa
masyarakat dapat merubah pola hidup yang buruk menjadi pola hidup yang sehat,
sehingga dengan mudah masyarakat dapat meraih kesejahteraan hidup.

Anda mungkin juga menyukai