Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan oleh karenanya manusia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
a) Secara Obyektif
Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya
b) Secara Subjektif
menghormati yang sedang melaksanakan ibadah
mengajak kita untuk takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kita semua punya agama dan
keyakinan. Kita tinggal menjalankan kewajiban kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing
Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup
Kunci dan titik sentral pemikiran dari kelima sila ada pada sila pertama, yaitu Ke-
Tuhanan, karena Tuhan adalah dasar keberadaan bagi makluk pemberian kekuatan oleh
oleh-Nya, merupakan syarat bagi setiap gerakan, upaya, dan perubahan pada mahluk-Nya.
Semua agama di NKRI ini, meyakini keberadaan Tuhan. Tuhan Maha Besar, Maha Pencipta,
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala sesuatu yang ada dan terjadi dalam kehidupan
ini, adalah ciptaan dan atas kehendak Tuhan. Kaum Kristiani menyatakan bahwa Tuhan ada
dalam diri setiap orang. Kaum Hindu/Budha menyatakan, bahwa diri manusia merupakan
rumah Tuhan yang harus dijaga kebersihannya dan dijauhkan dari halhal yang bertentangan
dengan agama. Sedang kaum Islam, sesuai dengan Firman Tuhan (Allah) dinyatakan, bahwa
Allah ada sangat dekat dengan dirimu, tidak lebih dari kedua urat nadi lehermu.
Keberadaan dan keesahan Tuhan ini, mendasari suatu kesepakatan untuk menempatkan
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama, yang menjiwai semua sila-sila
dibawahnya.
Nilai Instrumental dari SilaKetuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaanya masing masing
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
E.Mengapa Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Dijadikan Sila yang Pertama ?
Dasar pemikiran kenapa Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sila pertama dari
Pancasila dikarenakan pencetus ide Pancasila Bung Karno mempunyai keyakinan bahwa
masyarakat bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, mayoritas bangsa Indonesia dari
Sabang sampai Merauke dengan satu dan lain cara menghayati kehidupan beragama sejak dia
masih lahir sampai dewasa yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
keseharian mereka.
Bahkan sebelum kedatangan agama Hindu dan Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia
sudah beragama secara traditional yang sudah mengenal Tuhan Yang Maha Esa walaupun
dengan sebutan yang beraneka ragam. Kemudian kedatangan Islam dan Kristen makin
membuat keanekaan ragaman agama bangsa Indonesia.
Pada umumnya bangsa Indonesia menerima kedatangan agama-agama dengan damai
baik itu Hindu, Budha, Islam dan Kristen bahkan budaya yang dikembangkan cenderung
budaya sinkretis yang merupakan perpaduaan budaya local yang berumur sangat tua berbaur
dengan budaya yang dibawa oleh pengaruh agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen.
Oleh karena itu berkembang adanya aliran kepercayaan yang sebetulnya berasal dari
kepercayaan lama sebelum kedatangan agama besar Hindu, Budha, Islam, dan Kristen.
Sebagai contoh ketika seorang anak masih kecil pernah diajarkan oleh almarhumah ibunya
tentang doa-doa yang sepenuhnya dalam bahasa Jawa (bukan terjemahan doa-doa dari agama
yang ada kemudian Hindu, Budha, Islam atau Kristen), seperti doa mau tidur, doa mau pergi,
doa mau makan dsb. Tuhan disebut sebagai Gusti Pangeran kemudian dengan pengaruh Islam
menjadi Gusti Allah.
Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sila pertama dari Pancasila adalah disarikan dari
hakekat kehidupan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke bahwa bangsa Indonesia
pada hakekatnya adalah bangsa yang religius apapun agamanya, apapun kepercayaannya
semua mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah realitas dalam kehidupan bermasyarakat dengan
keragaman agama dan kepercayaan tapi masih tetap bisa hidup berdampingan secara damai,
saling hormat menghormati satu sama lain, bahkan bisa berhasil secara bersama-sama
mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apakah ini bukan suatu karunia kehidupan
yang indah bagi bangsa Indonesia?
Secara operational lebih lanjut Ketuhanan Yang Maha Esa terefleksi dalam isi UUD 45
pada Bab XA Pasal 28E:
Ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Ayat (2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.