Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PENGELUARAN ASI

DI KABUPATEN JEMBER

Oleh :
RUSDIARTI
Abstrak :
Rusdiarti (2014). Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran
ASI di Kabupaten Jember.

Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat


disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon oksitosin dan prolaktin yang sangat
berperan dalam kelancaran produksi ASI, sehingga menyebabkan ASI tidak segera
keluar setelah melahirkan, bayi kesulitan dalam menghisap, keadaan puting susu ibu
yang tidak menunjang. Berdasarkan studi dari 65 ibu nifas tersebut yang mengalami
gangguan pada proses menyusui meliputi 38%, perawatan payudara yang kurang 35%,
frekuensi menyusui yang kurang dari 8x/hari 15%, penyakit akut maupun kronis 12%.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas
terhadap pengeluaran ASI. Populasi dalam penelitian ini adalah 40 ibu, postpartum
dalam pengambilan sampelnya menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan
sampel sebanyak 36 ibu. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada
ibu nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar 4,61 hari dan rata-rata
pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin sebesar 11,78 menit.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS ditemukan p value 0,000 < p
0,05 atau (5%). Dengan demikian Ho tolak yang artinya adanya pengaruh pijat oksitosin
pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI. Pijat oksitosin yang dilakukan akan
memberikan pengaruh pengeluaran ASI dan kenyamanan pada ibu sehingga akan
memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui.
Kata Kunci : Pijat Oksitosin, Pengeluaran ASI
Asal Institusi : Akademi Kebidanan Jember
Pendahuluan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir
mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan apa-apa) selama enam bulan. Hal ini
dikarenakan ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling
sesuai untuk pertumbuhan optimal (Hegar, 2011). Namun hanya 35.5% bayi berusia
kurang dari 6 bulan di Dunia mendapatkan ASI Eksklusif (World Health Statistics WHO,
2011), sedangkan di negara berkembang dan di Asia masing-masing sebesar 37% dan
41%. (Selasi, 2009). Di Indonesia cakupan ASI eksklusif sebesar 61.5% (BPS, Susenas
2011), kemudian menurut LB3 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyebutkan
jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif tahun 2012 di Jawa Timur sebesar 64,08% (Profil
Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2012). Terakhir dari data LB3 KIA Jember
menyebutkan, selama tahun 2012 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif mencapai
66,37%. (Dinas Kesehatan Jember, 2012).
Penurunan pencapaian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain produksi ASI berkurang yang disebabkan oleh hormon dan persepsi ibu tentang
ASI yang tidak cukup. Faktor produksi dan pengeluaran ASI dalam tubuh dipengaruhi
oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Untuk mengatasi masalah pengeluaran
ASI yang disebabkan oleh menurunnya stimulasi hormon oksitosin yaitu dengan
menyusui dini dijam-jam pertama karena semakin puting sering dihisap oleh mulut bayi,
hormon yang dihasilkan semakin banyak, sehingga susu yang keluarpun banyak.
Selain itu bisa juga dilakukan pijat oksitosin. Tindakan tersebut dapat membantu
memaksimalkan produksi oksitosin, reseptor prolaktin dan meminimalkan efek samping
dari tertundanya proses menyusui oleh bayi. Pijat Oksitosin merupakan pemijatan
tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja
saraf parasimpatis merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin
pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI.

Bahan Dan Metode Penelitian


Rancang bangun penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dimana
penelitian melakukan observasi atau pengukuran variabel sesaat dengan penelusuran
kasus ke depan artinya subyeknya diobservasi satu kali sesaat dan pengukuran
independen dilakukan pada saat pemeriksaan dan pengkajian data (Suharsimi Arikunto,
2006). Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2014.
Variabel independen pada penelitian ini adalah pijat oksitosin pada ibu nifas,
sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah pengeluaran ASI. Populasi
pada penelitian ini adalah ibu nifas 2 jam postpartum yang dilakukakan pijat oksitosin
sebanyak 40 orang,dengan jumlah sampel 36 orang dengan tehnik simple random
sampling yang memenuhi kriteria inklusi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Yang Tidak Dilakukan Pijat Oksitosin
Distribusi Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Yang Tidak Dilakukan Pijat Oksitosin di
Kabupaten Jember tahun 2014

Variabel Mean Varians N

Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas


Yang Tidak Dilakukan Pijat 4,61 0,840 18
Oksitosin

Berdasarkan tabel menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu


nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar 4,61 hari.
2. Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Yang Dilakukan Pijat Oksitosin
Distribusi Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Yang Dilakukan Pijat Oksitosin
di Kabupaten Jember tahun 2014

Variabel Mean Varians N

Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas


11,78 5,712 18
Yang Dilakukan Pijat Oksitosin

Berdasarkan tabel menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu


nifas yang dilakukan pijat oksitosin sebesar 11,78 menit.
3. Analisa Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI
Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI di
Kabupaten Jember
Variabel Mean Varians P value N

Pengeluarn ASI 4,61 0,840 0,000 18


yang tidak dilakukan
pijat oksitosin

Pengeluaran ASI 11,78 5,712 18


yang dilakukan pijat
oksitosin

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS ditemukan p


value 0,000 < p 0,05 atau (5%). Dengan demikian Ho tolak yang artinya
adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI di
Kabupaten Jember
4. Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Yang Tidak Dilakukan Pijat Oksitosin
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu
nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar 4,61 hari.
Masing-masing buah dada terdiri dari 1524 lobus dan terpisah satu
sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus mempunyai saluran halus untuk
mengalirkan susu. Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama
dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum
mengandung susu, melainkan colostrum yang dapat dikeluarkan dengan
memijat areola mammae. Pada kira-kira hari ke 3 postpartum buah dada
menjadi besar, keras dan nyeri ini menandai permulaan sekresi air susu
dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu
(Ambarwati, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan ketidak sesuai dengan teori, pada
penelitian rata-rata pengeluaran ASI pada hari 4 sedangkan hari ke 3 ibu
nifas buah dadanya sudah membersar, keras dan nyeri yang menandakan
permulaan sekresi air susu. Hal ini dimungkinkan dipengaruhi oleh nutrisi
ibu nifas dan asupan cairan ibu. Ibu pada saat menyusui membutuhkan
kalori tambahan sebesar 300-500 kalori. Ibu yang nutrisi dan asupan
kurang dari 1500 kalori perhari dapat mempengaruhi produksi ASI. Isapan
mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior
dan posterior. Hipofise anterior menghasilkan rangsangan prolaktin untuk
meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar susu
(alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau puting
susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan
hormon prolaktin akan terus menurun dan ASI akan terhenti. Selain itu
produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan
terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam
keadaan tenang.
Faktor lain yang mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu paritas.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar primipara
sejumlah 24 (67%), multipara sejumlah 12 (33%).
Menurut Notoatmodjo (2005) adalah bahwa paritas diperkirakan ada
kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya oleh pengalaman yang diperoleh seseorang.
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang
dalam pemberian ASI. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman
sendiri maupun orang lain terhadap pengetahuan yang dapat
mempengaruhi perilaku saat ini atau kemudian. Selain itu karena seorang
ibu dengan anak pertamanya, mengalami masalah ketika menyusui yang
sebetulnya hanya karena tidak tahu cara menyusui dan pengalaman yang
kurang baik yang dialami oleh orang lain atau dirinya memungkinkan ibu
ragu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Khairunniyah, 2004).
Dari hasil penelitian adanya kesesuain dengan teori Notoatmodjo
dimana sebagian besar ibu adalah primipara. Hal ini menunjukkan paritas
dari seorang ibu memang dapat memberikan dampak terhadap
pengetahuan yang dimilikinya dalam penelitian ini pengetahuan ibu
mengenai perawatan payudara, nutrisi, psikologi ibu. Kurangnya
pengetahuan yang dimiliki seorang ibu primipara dikarenakan tidak adanya
pengalaman sebelumnya mengenai menyusui sehingga memungkinkan
semakin sedikitnya pengetahuan yang dimiliki terkait dengan hal perawatan
payudara, nutrisi, psikologi ibu. Ibu primipara akan lebih sulit serta kurang
yakin dapat menyusui pada bayinya. Kolostrum akan lebih cepat keluar dan
jumlahnya lebih banyak pada ibu yang pernah melahirkan dibandingkan
dengan ibu yang belum atau baru pertama kali melahirkan hal ini
disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki oleh ibu primipara kurang
bila dibandingkan dengan ibu multipara.
5. Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas Yang Dilakukan Pijat Oksitosin di Puskesmas
Kabupaten Jember
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI
pada ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin sebesar 11,78 menit.
Pijat oksitosin merupakan suatu tindakan pemijatan tulang belakang
mulai dari costa ke 5-6 sampai scapula akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang
sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008; Suradi, 2006). Pijat oksitosin
dilakukan selama 15 menit minimal sehari sekali yang bertujuan untuk
merangsang refleks oksitosin atau reflex let down yaitu rangsangan isapan
bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise bagian belakang untuk
mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan
sel-sel myopytel yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi,
sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting.
Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk pengosongan
payudara agar tidak terjadi engorgement (pembengkakan payudara), tetapi
sebaliknya memperlancar pengeluaran ASI (Pinem, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu nifas
yang dilakukan pijat oksitosin sebesar 11,78 menit. Hal ini menunjukkan
kesesuaian dengan teori, dengan melakukan pemijatan pada sepanjang
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang sampai tulang costae kelima-
keenam akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin , sehingga ASI
pun otomatis dapat lebih lancar. Selain memperlancar ASI pijat oksitosin
memberikan kenyamanan pada ibu nifas, mengurangi bengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.
Hasil penelitian Siti Nur Endah (2011) dengan judul Pengaruh pijat
oksitosin terhadap pengeluaran kolostrum pada Ibu post partum di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, menunjukkan waktu
pengeluaran kolostrum kelompok perlakuan rata rata 5,8 jam, sedangkan
lama waktu kelompok kontrol adalah rata rata 5,89 jam. Penelitian ini
dilakukan pada ibu post partum yang bersalin pada saat 2 jam post partum
atau setelah ibu post partum melakukan mobilisasi dini ke ruang kebidanan
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (Endah, 2011).
4.3.1 Analisis pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI
di Kabupaten Jember
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS ditemukan p
value 0,000 < p 0,05 atau (5%). Dengan demikian Ho tolak yang artinya
adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI di
Kabupaten Jember
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pijat oksitosin
terhadap pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan pijat oksitosin merupakan
tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa back massage
pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin.
Pijat oksitosin yang dilakukan akan memberikan kenyamanan pada ibu
sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui. Secara
fisiologis hal tersebut meningkatkan hormon oksitosin yang dikirimkan ke
otak sehingga hormon oksitosin dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah,
kemudian masuk ke payudara Mama menyebabkan otot-otot di sekitar
alveoli berkontraksi dan membuat ASI mengalir di saluran ASI (milk ducts).
Hormon oksitosin juga membuat saluran ASI (milk ducts) lebih lebar,
membuat ASI mengalir lebih mudah.
Selain Ibu harus memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi
keberhasilan pijat oksitosin yaitu mendengarkan suara bayi yang dapat
memicu aliran yang memperlihatkan bagaimana produksi susu dapat
dipengaruhi secara psikologi dan kondisi lingkungan saat menyusui; rasa
percaya diri sehingga tidak muncul persepsi tentang ketidakcukupan suplai
ASI, mendekatkan diri dengan bayi; relaksasi yaitu latihan yang bersifat
merilekskan maupun menenangkan seperti meditasi, yoga, dan relaksasi
progresif dapat membantu memulihkan ketidakseimbangan saraf dan
hormon dan memberikan ketenangan alami; sentuhan dan Pijatan Ketika
menyusui; dukungan suami dan keluarga; minum minuman hangat yang
menenangkan dan tidak dianjurkan ibu minum kopi karena mengandung
kafein; menghangatkan payudara; merangsang puting susu yaitu dengan
menarik dan memutar putting secara perlahan dengan jari-jarinya (Astutik,
2014)

SIMPULAN dan SARAN


1. Rata-rata pengeluaran ASI pada ibu nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin di

Kabupaten Jember tahun 2014 sebesar 4,61 hari.

2. Rata-rata pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin di

Kabupaten Jember tahun 2014 sebesar 11,78 menit.

3. Adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI di

Kabupaten Jember tahun 2014.


Saran

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat khususnya

pada ibu nifas yang menyusui dan menambah wawasan informasi dan sebagai

panduan dalam penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pijat oksitosin pada ibu

nifas terhadap pengeluaran ASI di Kabupaten Jember, dapat dijadikan referensi

tentang pelaksanaan, manfaat pijat oksitosin sehingga dengan pengaruh pijat

oksitosin dapat memacahkan masalah dalam gangguan proses menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna. Wulandari, Diah. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Ambarwati dan Wulandari. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra


Cendekia Press.

Anggraini, Yetti. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta.

Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Astuti, Sri (2007) Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta: Direktur Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI. 2009. Manajemen Laktasi Buku Paduan Bagi Petugas Kesehatan di
Puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Jenny, Sr. 2009. Perawatan Masa Nifas Ibu dan Bayi. Yogyakarta: Sahabat Setia

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Rasni, Hanny. (2009). Modul Praktikum Biostatistika. Jember :

Anda mungkin juga menyukai