Di Susun Oleh :
SEMARANG
2015
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : NY.P
Umur : 48 Tahun
Agama : islam
PENANGGUNG JAWAB
Nama : TN.S
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : swasta
1. Keluhan utama
Klien mengatakan mengalami sesak nafas tadi pagi sekitar jam 09.00,
oleh keluarga langsung di bawa ke RSUD tugurejo semarang melalui IGD.
Kemudian di IGD mendapat penanganan therapy nebulizer pulmicort ( 2 ml )
dan combivent ( 2,5 ml ) , dan oleh dokter di diagnosa asma.
Klien mengatakan sering berhubungan dengan isi dari debu rumah misalnya
tungou, serpih, atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan
iritan : minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari suaminya.
C. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
- Sesak nafas
- RR 28 x/menit
3. Circulation
- Nadi 86 x/menit
- Suhu 36°c
- Akral dingin
- Gelisah
- Sianosis
4. Disability
- Kesadaran composmentis
- GCS 15 E :4 M: 6 V:5
- Pupil isonor
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. kesadaran : composmentis
N : 86x/menit S : 36°C
12. paru
13. jantung
Pe : pekak
14. abdomen
I : simetris, datar
Pe : tympani
AMPLE
Last Meel : klien terakhir makan nasi, lauk ( ayam dan sayur sop) dan
minum es teh pada pagi hari jam 07.00 WIB
Event : Klien mengatakan sesak nafas tadi pagi jam 09.00 WIB,
keluarga langsung membawa ke RSUD Dr. Adiyatma, Mp.H
THERAPY
- Nebulizer : - pulmicort 2ml + combivent 2,5ml
- Combiven ( 0,25 mg )
ANALISA DATA
Nama : NY.P
Umur : 48 tahun
- Terdengar suara
gurgling
DS : klien mengatakan Pola nafas tidak efektif penurunan ekspansi
sesak nafas paru
DO : - Nafas dangkal dan
cepat
- RR : 28x/menit
- Sesak nafas
- Terpasang oksigen 3
liter
- Terdengar suara
wheezing dan ronchi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5.Untuk
mengurangi
sesak nafas
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital 1.Mengetahui
keperawatan 1x15 menit, perfusi keadaan
jaringan meningkat, dengan KH : 2. Kaji tanda dan gejala umum
- tidak ada hipoksia hipoksia 2.Untuk
-akral hangat mengetahui
- TTV normal 3. Berikan kenyamanan tanda dan
fisik support dengan gejala
bantal dan pengaturan hipoksia
posisi semi fowler 3.Untuk
4. Berikan oksigen memberikan
dengan memodifikasi rasa nyaman
5. Monitor efek pada pasien
pemberian nebulizer
kemudian pantau 4.Untuk
bunyi nafas, dan mengurangi
usaha nafas sesak pada
pasien
5.Untuk
mengetahui
efek
keberhasilan
nebulizer
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : NY.P
Umur : 48 tahun
EVALUASI
Nama : NY.P
Umur : 48tahun
O: - TD : 140/100 mmHg
- N : 74 x/menit
- Akral hangat
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- mengkaji tanda dan gejala
hipoksia
- berikan kenyamanan fisik
support dengan bantal dan
pengaturan posisi semi
fowler
BAB IV
PEMBAHASAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. Batasan
karakteristik batasan mayor meliputi batuk tidak efektif atau tidak dapat batuk,
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas. Batasan minor meliputi
bunyi nafas abnormal, frekuensi, irama, kedalama pernafasan abnormal
(Carpenito, 2007).
Hasil evaluasi tanggal 25 Mei 2015 jam 11.00 WIB masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,
bronkospasme dapat teratasi, karena dari kriteria hasil yang ditetapkan oleh
kelompok, subjektif klien mengatakan batuk berkurang. Klien telah mampu
mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan kelompok. Objektifnya klien sudah
tidak sesak nafas, klien terlihat lebih nyaman, klien terlihat tidak batuk – batuk
lagi. Kelompok telah mendelegasikan kepada keluarga agar tetap memantau
kondisi klien sampai kondisi klien benar-benar stabil dan mengawasi kondisi
klien.
Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang mana tidak cukup
memenuhi proses peredaran napas ( NANDA Diagnosa Keperawatan ).
Pemeriksaan jalan nafas pada pasien dilakukan dengan cara melihat,
mendengar, dan merasakan. Pemeriksaan jalan nafas ditujukan untuk segera
mengetahui apakah terjadi penyumbatan jalan nafas.
Ketidakefektifan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan
sehubungan dengan penumpukkan secret di trakheobronkial (Carpenito, 2006)
Batasan karakteristik mayor : ketidak mampuan mengeluarkan sekresi
jalan nafas, batuk tak efektif atau tidak ada batuk. (Carpenito, 2006).
Batasan karakteristik minor : bunyi nafas abnormal, frekuensi, irama,
kedalaman pernafasan abnormal (Carpenito, 2006).
Pada saat pengkajian penulis mendapatkan data subjektif nya yaitu klien
mengatakan sesak nafas, dengan objektifnya Nafas dangkal, RR : 28x/menit, N :
86x/menit, sesak nafas, Nafas cuping hidung, Terpasang oksigen 3 liter, Terdengar
suara wheezing dan ronchi .
BAB V
PENUTUP
Pada akhir penulisan laporan kasus ini, penulis dapat menarik suatu
kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya. Selain itu kelompok juga
memberikan rekomendasi atau saran yang nantinya diharapkan dapat dijadikan
sebagai acuan atau pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang komprehensif.
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit paru yang didalamnya terdapat obstruksi
jalan nafas, inflamasi jalan nafas, dan jalan nafas yang hiperresponsif atau
spasme otot polos bronchial. Asma juga diartikan sebagai gangguan pada
saluran bronchial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme
pada saluran nafas).
Permasalahan yang muncul pada Ny. P dengan asma bronchial
yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret,
bronkospasme, pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru,
perubahan perfusi jaringan b.d kurangnya suplai O2 ke jaringan. Dari
ketiga diagnosa tersebut disimpulkan bahwa diagnosa pertama masalah
teratasi dan diagnosa kedua masalah teratasi , dan diagnose ketiga
masalah teratasi tetap didelegasikan kepada keluarga klien.
B. Saran
Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. P, kelompok
menemukan beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan :