Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENGENDALIAN GULMA PADA KELAPA SAWIT

BAB I

PENDAHULUAN

Kelapa sawit adalah terkemuka sayuran di dunia tanaman minyak. Kelapa sawit memiliki banyak
makanan dan menggunakan industri. Sebagai bahan makanan, itu diyakini memiliki beberapa
manfaat penting, terutama dalam menurunkan risiko penyakit jantung. Sebagai menghasilkan panen
yang sangat tinggi itu telah menjadi bahan baku utama untuk biodiesel produksi.

Beberapa orang mengatakan bahwa kenaikan minyak sawit telah datang pada harga. Mereka
mengklaim bahwa daerah memperluas produksi terikat untuk menghasilkan kerusakan lebih lanjut
dari hutan hujan tropis, menghilangkan buangan karbon yang sangat berharga, menghancurkan
habitat, sehingga mengurangi keanekaragaman hayati menyebabkan berat erosi tanah di medan
miring. Namun, The Roundtable on Sustainable Palm Oil telah ditetapkan untuk memastikan bahwa
ketakutan ini tidak berdasar. Melindungi kelapa sawit dari gulma, hama dan penyakit, yang jika
dibiarkan tumbuh subur di iklim tropis, adalah kunci untuk produktivitas. Manajemen hama terpadu
(PHT) pendekatan secara luas digunakan dan didorong untuk memastikan bahwa tanaman yang
dilindungi secara berkelanjutan.

Gulma tumbuh hampir dimana saja dan keberadaannya tidak diinginkan di area perkebunan karena
akan bersaing dan berebut unsur hara, menyumbat saluran drainase yang dapat menyebabkan areal
terendam air, menyulitkan evakuasi hasil panen dan pada akhirnya menurunkan produktifitas kebun.
Tujuan utama Pengendalian Gulma adalah menyediakan tempat tumbuh pohon Kelapa Sawit yang
bersih dengan cara pengelolaan yang baik dan ekonomis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengendalian Gulma

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan- sebelum kita membahas tentang cara
Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan sebaiknya kita membahas dahulu apakah itu
gulma. Gulma oleh beberapa ahli diartikan sebagai :

1. Tanaman penganggu

2. Tumbuhan yang harus di kendalikan hingga batas ambang ekonomi yang tidak merugikan
3. Tumbuhan yang tumbuh pada tempat

4. Tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang salah atau tidak di kehendaki

5. Tanaman yang tumbuh pada tanaman utama

Apapun defenisi yang dibuat ahli tersebut yang pasti adalah kita ingin tahu apakah kita merasa
terganggu oleh tumbuhan atau tanaman yang ada di sekitar tanaman yang sedang kita usahakan,
maka itu adalah gulma. Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan dapat dilakukan
dengan berbagai cara baik yang manual, mekanis dan kimiawi atau kombinasinya

Pengendalian gulma secara manual :

1. Di cabut

2. Di Cangkol

3. Di babat

4. Ditutup dengan mulsa

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan secara mekanis :

1. Mengunakan mesin babat

2. Menggunakan traktor tangan

3. Menggunakan traktor

B. Tanaman Belum Menghasilkan ( tbm )

Pemeliharaan Piringan

Piringan di kebun sawit harus dijaga agar selalu bersih dari Gulma atau rambatan LCC. Rambatan ini
harus ditarik lepas dan keluar dari area piringan untuk kemudian di semprot dengan Herbisida yang
tepat., seperti Basta dan Paracol. Glyphosate dapat juga digunakan dengan extra hati-hati agar tidak
membunuh sawit.

Pemeliharaan dengan bahan kimia dilakukan dengan penyemprotan halus di sekeliling pohon sawit
dengan radius 1,8 m dari pohon.

Jumlah ulangan yang diperlukan sangat tergantung kondisi setempat, namun umumnya 8 kali sudah
cukup.

Pemeliharaan Gawangan
Pengendalian Gulma secara teratur harus dilakukan pada 24 bulan pertama untuk memastikan
bahwa LCC tumbuh dengan subur. Tumbuhnya Gulma ringan seperti Ottochloa nodosa, Paspalum
conyugatum, Axonopus compresus, Cynodon dactylon, Digitaria fuscense dll dapat di toleransi.
Sedangkan anak kayu dan gulma lain harus dibasmi.

Gulma yang benar-benar harus di basmi adalah Mikania micrantha. Pembasmian dilakukan dengan
penyemprotan Flouroxpyr (Starane). MUTLAK HARUS DIPERHATIKAN AGAR BUTIRAN SEMPROT
TIDAK TERKENA LANGSUNG PADA TANAMAN MUDA. 2.4 D. amine tidak boleh digunakan pada
tanaman muda sampai umur 48 bulan.

Pedoman Umum tentang Jenis Herbisida Campuran untuk Piringan dan Gawangan:

v Pruning Pangkas daun kering

Sasaran pruning

Menjaga pelepah sawit sehat dalam jumlah yang memadai dengan memotong kelebihan pelepah,
pelepah mati dan pelepah sakit.

Menjaga area daun sawit selalu memadai untuk menerima penyinaran, unsur hara dan air agar
pertumbuhan negetatif tidak terganggu dan pembentukan buah maksimal.

v Pekebun harus selalu memangkas daun daun kering

Semua daun kering harus dipotong sedekat mungkin dengan pangkal pelepah dengan pisau yang
tajam, tanpa merusak tanamannya.Apabila sudah terdapat bunga jantan, maka bunga ini harus juga
dipotong dan dibuang.

C. Pemupukan Tanaman

Pohon kelapa sawit memerlukan banyak unsur hara tanaman untuk pertumbuhan daun dan
pembentukan tandan buah. Tanaman muda lebih memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan
vegetatifnya.Sedangkan pada tanaman yang mulai menghasilkan, akan lebih memerlukan Kalium.
Kalium akan diserap oleh tanaman untuk membuat pembentukan tandan buah menjadi lebih
banyakdan membesar sesuai usianya.

1) Sasaran Pemupukan

Memberikan tanaman sawit unsur hara yang memadai sehingga pertumbuhan vegetatif-nya sehat
agar memiliki ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit.

Pembentukan buah maksimum sehingga pada akhirnya akan memberikan produktifitas yang
tinggi.

Pemberian pupuk harus terintegrasi antara pupuk mineral dan pupuk organik
2) Aplikasi Pupuk

Aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan. Istilah umum
adalah 4 tepat, yaitu: Tepat Waktu, Dosis, Jenis, Cara, dan biasanya masih ditambahkan satu tepat
lagi, yaitu Tepat pelaporan (data). Sehingga disebut 4 tepat, 5 sempurna.

3) Waktu

Pengertian waktu di sini adalah frekuensi pemupukan, selang waktu antar aplikasi pupuk sama jenis,
selang waktu antar aplikasi pupuk berbeda, kondisi cuaca dan kelembaban tanah.

Waktu pemupukan akan sangat menentukan besarnya prosentase hara pupuk yang dapat diserap
tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk. Pada dasarnya, pemupukan ideal dilakukan pada
saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir
musim hujan.

Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun yaitu semester-1 dan semester-2.
Frekuensi pemupukan tergantung jenis pupuk dan sifat lahan (tanah & iklim). Misalnya pada tanah
pasir umumnya dilakukan pemupukan 3 kali per tahun, sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali
per tahun. Pupuk P, umumnya dilakukan pemupukan cukup 1 x per tahun. Waktu aplikasi juga
harus memperhatikan jenis pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N) dengan pupuk alkalis;
antara pupuk K dan Mg. Selain itu, juga selang waktu antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis
pupuk yang sama, serta selang waktu antara jenis pupuk yang berbeda.

Faktor yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah saat aplikasi
pupuk. Hal ini akan sangat menentikan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan
kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan, pencucian dsb. Stategi berikut diberikan
sebagai pedoman pemupukan saat musim kering dan musim hujan.

4) Pemupukan Saat Musim Kering

Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan > 75 mm/bulan. Aplikasi
pupuk harus mmpertimbangkan frekuensi dan volume curah hujan dengan ketentuan:

Pemupukan dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan.

Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan dengan curah hujan
25 mm atau 1 hari hujan dengan dengan curah hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-
turut.

Pemupukan dihentikan kembali apabila: untuk Urea, segera bila tidak ada hujan dalam 3 hari
berturut-turut; untuk pupuk MOP, Kieserite, pupuk mikro segera setelah 7 hari berturut-turut tidah
hujan. (catatan: Pupuk RP, Super Fosfat, dan Dolomite dapat diaplikasi karena tidak terjadi
penguapan).
5) Pemupukan Saat Musim Hujan

Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan pada bulan dengan curah hujan < 250
mm/bulan.

Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan < 60 mm per minggu.

Pemupukan dihentikan pada saat curah hujan > 60 mm per minggu.

Kecuali pada kondisi khusus di bawah ini, maka menggunakan pedoman berikut:

Pada tanah sangat berpasir, pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan < 200
mm/bulan. Pemupukan dilakukan apabila curah hujan < 40-45 mm per minggu dan pemupukan
dihentikan apabila curah hujan > 40-45 mm per minggu.

Pada areal dengan curah hujan tinggi seperti Papua, Muara Tawas/Kandis, pemupukan
dilakukan pada periode curah hujan terendah.

6) Dosis

Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi.
Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistim pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan
(topografi, akses perawatan, dsb), sistim pengupahan, dsb. Pengeceran pupuk disesuaikan dengan
kemampuan wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya. Alat aplikasi menjamin bahwa alat tsb
memiliki keakuratan yang tinggi (variasi rendah) dan mudah digunakan (applicable). Alat dengan
luas permukan semakin lebar variasi berat akan semakin besar, misalnya piring akan lebih besar
variasi dibanding mangkok, dan mangkok akan lebih besar variasi dibanding tabung. Khusus untuk
pupuk HGFB sangat disarankan menggunakan ex. tabung film, pertimbangannya karena memiliki
ketepatan yang tinggi ( 25 gr/tab), serta kelipatannya sesuai dengan dosis umum pupuk HGFB yaitu
biasanya kelipatan 25 gram. Alat aplikasi juga harus memiliki kelipatan bilangan asli (bukan desimal)
dari dosis rekomendasi.

Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menjerap hara. Jika
jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh
karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi.
Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.

7) Jenis

Jenis pupuk yang diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Jika karena sesuatu hal,
maka konversi pupuk dapat dilakukan dengan menghubungi ke SMARTRI. Konversi jenis pupuk,
selain mempertimbangkan kadar total hara, juga tingkat kelarutan, sifat-sifat hara pupuk dsb.
8) Cara

Yang dimaksudkan adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di lapangan dan cara menabur
pupuk. Pertimbangannya adalah agar tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan
kehilangan hara pupuk, meminimalkan kompetisi dengan gulma, dsb. Di Perkebunan Sinar Mas
dilakukan dengan 3 cara aplikasi yaitu manual, mekanis dengan fertilizer spreader, dan dengan
pesawat.

Hal ini terkait dengan keseragaman (homogenitas) penyebaran pupuk. Pupuk Urea, MOP dan Kies,
disebar merata dalam piringan sampai batas luar, sedangkan pupuk P (RP, TSP dsb) ditabur di
gawangan mati di atas pelepah untuk tanaman remaja/tua. Tindakan penyebaran pupuk ini adalah
dengan tujuan menurunkan konsentrasi hara per m2. Tingginya konsentrasi hara akan berpotensi
meningkatkan kehilangan hara pupuk melalui pencucian (leaching) atau aliran permukaan (run-off).
Hal ini berhubungan dengan tingkat kapasitas tanah menjerap unsure hara. Sampai dengan saat ini,
aplikasi mekanis (pesawat, fertilizer spreader) menunjukkan hasil yang baik, dari produksi dan kadar
hara daun.

BAB III

KESIMPULAN

Kelapa sawit adalah terkemuka sayuran di dunia tanaman minyak. Kelapa sawit memiliki banyak
makanan dan menggunakan industri. Sebagai bahan makanan, itu diyakini memiliki beberapa
manfaat penting, terutama dalam menurunkan risiko penyakit jantung.

Gulma tumbuh hampir dimana saja dan keberadaannya tidak diinginkan di area perkebunan karena
akan bersaing dan berebut unsur hara, menyumbat saluran drainase yang dapat menyebabkan areal
terendam air, menyulitkan evakuasi hasil panen dan pada akhirnya menurunkan produktifitas kebun.

Pengendalian gulma secara manual :

1. Di cabut

2. Di Cangkol

3. Di babat

4. Ditutup dengan mulsa

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan secara mekanis :

1. Mengunakan mesin babat


2. Menggunakan traktor tangan

3. Menggunakan traktor

Anda mungkin juga menyukai