Anda di halaman 1dari 2

Sifat-sifat Unsur Transisi

1. Sifat-sifat umum.

Unsur transisi mempunyai siat-sifat khas yang membedakan dari unsure glongan utama, antara
lain :

a) Sifat logam, semua unsure transisi tergolong logam dengan titk cair dan titik didih yang relatif
tinggi.

b) Bersifat paramegnetik (sedikit tertarik ke dalam medan magnet).

c) Membentuk senyawa-senyawa yang berwarna.

d) Mempunyai beberapa tingkat oksidasi.

e) Membentuk berbagai macam ion kompleks.

f) Berdaya katalitik, banyak unsur transisi atau senyawanya yang berfungsi sebagai katalis, baik
dalam proses industri maupun dalam metabolisme.

Zink dan unsur-unsur golongan IIB lainnya (Cd dan Hg) mempunyai titik leleh dan titik didih
yang relatif rendah (raksa bahkan adalah satu-satunya logam yang berupa cairan pada suhu
kamar); tidak paramagnetik, melainkan bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan
magnet); dan senyawa-senyawa tidak berwarna (putih). Zink hanya mempunyai satu tingkat
oksidasi, yaitu 2+.

Sifat-sifat khas unsur transisi berkaitan dengan adanya subkulit d yang terisi tidak penuh. Semua
unsur transisi periode keempat memenuhi definisi ini, kecuali zink. Pada tingkat oksidasi nol
(sebagian unsur) maupun pada tingkat oksidasi +2 (satu-satunya tingkat oksidasi zink), subkulit
3d-nya terisi penuh.

Sifat logam.

Semua unsur transisi periode keempat secara meyakinkan tergolong logam, baik dalam sifat
kimia maupun sifat fisis. Semua unsur transisi periode keempat mempunyai energi ionisasi yang
relatif rendah (kurang dari 1.000 kJ/mol ) kecuali zink yang energi ionisainya agak besar (906 kJ
/ mol ). Sifat logam unsur transisi juga dicerminkan oleh harga keelektronegatifannya yang
rendah (kurang dari 2). Pada kenyataannya, semua unsur transisi periode keempat membentuk
kation tunggal dengan bilangan oksidasi +1, +2, atau +3. pada tingkat oksidasi yang rendah,
senyawa unsur transisi bersifat ionik.

Sifat megnet dari suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan neraca. Zat yang bersifat
diamagnetik akan menunjukkan berat kurang, sedangkan yang bersifat paramagnetik
menunjukkan berat lebih. Sifat magnet zat berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat yang
bersifat paramagnetik mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan. Semakin banyak
elektron tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat
digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi.

3. Sifat magnet.

Unsur transisi periode keempat dan senyawa-senyawanya umumnya bersifat paramagnetik


(apabila ditarik kuat ke dalam medan magnet). Feromagnetisme hanya diperlihatkan oleh
beberapa logam, yaitu besi, kobal, dan nikel, serta logam-logam campur tertentu.

Sesuai namanya, semua logam transisi adalah logam dan merupakan konduktor listrik. Secara
umum, logam transisi mempunyai massa jenis yang tinggi serta titik leleh dan titik didih yang
tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya ikatan logam dengan elektron yang mudah berpindah,
yang menyebabkan kohesi yang meningkatkan jumlah elektron bersama. Meskipun demikian,
logam golongan 12 mempunyai titik didih dan titih leleh yang lebih rendah karena subkulit d
unsur tersebut mencegah ikatan d-d. Air raksa mempunyai titik leleh -38.83 C (-37.89 F) dan
merupakan zat cair pada suhu ruang. Logam transisi dapat berikatan membentuk bermacam-
macam ligan.

Kelogaman dari unsur logam golongan transisi lebih kuat dibandingkan golongan-golongan
utama. Hal itu disebabkan karena pada golongan unsur transisi terdapat banyak elektron bebas
dalam orbital d. [4] Dalam subkulit d tidak terisi secara penuh atau mudah menghasilkan ion-ion
dengan subkulit d yang juga tidak terisi penuh. [5]

Anda mungkin juga menyukai