Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL

1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. LATAR BELAKANG
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral juga dapat
diartikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari
unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya
tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Mineral dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar
sungai. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai
bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Dengan demikian, kristal
secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola
internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,
bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari
bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan.
Untuk mempelajari strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristal
dan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal penting di atas maka
praktikum kristalografi dan mineralogi dilakukan unutuk mengenal lebih jauh atau
memperdalam ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri,
bidang simetri, dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada mineral.
Praktikum kristalografi dan mineralogi juga di lakukan sebagai salah satu prasarat dalam
mata kuliah kristalografi dan mineralogi.

1.1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI


Adapun Maksud dan tujuan diadakannya praktikum kristalografi dan mineralogi
adalah:
Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang,posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.
Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal.
Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter
rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki semua
bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi orthogonal maupun proyeksi
stereografis.

1
Menyelidiki secara fisik dari mineral
Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral
1.1.3. MANFAAT
Laporan Kristalografi dan Mineralogi ini, sangat bermanfaat bagi kita sebagai
mahasiswa jurusan teknik tertambangan agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai
Kristal dan mineral sebagai dasar ilmu bagi mahasiswa teknik pertambangan
1.2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi
adalah:
Pembahasan tentang definisi
Istilah terkait
Metode analisis
Mineralogi fisik dan kimia
Kristalisasi
Sifat bentuk dan klasifikasi kristal
Genesa
Determinasi
Sistematika pengelompokan dan terapan mineral dalam batuan
1.3. ALAT YANG DIGUNAKAN
Dalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah:
Alat tulis
jangka
Busur derajat
Penggaris segitiga (1 set)
Pensil warna
Spidol warna
Lembar sementara
Dalam praktikum mineralogi, peralatan yang digunakan adalah:
Skala kekerasan Mohs
Keping porselin
Loupe
Timbangan analitik
Piknometer
Magnit

BAB II

KRISTALOGRAFI

2.1. DASAR TEORI

2.1.1. KRISTAL

Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas
secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair
membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa
berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi

2
atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara
simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang
kita temui sehari-hari merupakan polikristal.Struktur kristal mana yang akan terbentuk
dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi
pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai
kristalisasi.

Kristal juga dapat didefinisikan sebagai bahan padat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-
bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu
dan teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut
sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling
berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak
maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam
sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal
melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut
sebagai parameter.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian:
Tidak termasuk di dalam cair dan gas
Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-
proses fisika
Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum
geometri, mengandung pengertian:
Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
Macam bentuk dari bidang kristal tetap
Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Sifat fisis kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-
bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.

2.1.2. SUMBU KRISTALOGRAFI


Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Dimana kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tebal atau tinggi.
Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan proyeksi
orthogonal.
Keterangan sumbu dan sudut:
C+

b+

a+

C- 3
o Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada
bidang kertas.
a- o Sumbu b : sumbu yang horisontal pada
bidang kertas.

-
o Sumbu c : sumbu yang vertikal pada
b bidang kertas.
o

: sudut yang dibentuk antara


Sb-b dan Sb-c
o

: sudut yang dibentuk antara


Sb-a dan Sb-c
o : sudut yang dibentuk antara
Sb-b dan Sb-b

2.1.3. SUMBU SIMETRI

Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh (3600) akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi putar. Keempatnya dibedakan
berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan
memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali
kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga trigyre, bila empat tetragyre, bila
enam heksagyre dan seterusnya.
Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada
kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama.
Gyroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam
gambar, nilai simetri gyroide disingkat tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6).
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal.
Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu.

2.1.4. BIDANG SIMETRI


Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua
bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain.
Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

4
- bidang simetri aksial. Dikatakan Bidang simetri aksial bila bidang tersebut
membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial
ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal , yang melalui sumbu
vertikal (biasanya dinotasikan dengan v), dan bidang simetri horisontal, yang
berada tegak lurus terhadap sumbu c (dinotasikan dengan h).
- Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu
kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.

2.1.5. PUSAT SIMETRI


Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama
terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan
dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal,
dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.
Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum tentu
merupakan pusat simetri.

2.1.6. SUDUT KRISTALOGRAFI


Sudut kristalografi adalah sudut yang di bentuk oleh perpotongan sumbu- sumbu
kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

: sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c

: sudut yang dibentuk antara sumbu c dan sumbu a

Tujuhprinsip
: sudutletak
yangbidang kristal
dibentuk terhadap
antara sumbususunan salib bsumbu kristal:
a dan sumbu

hol

hko

5
hkl (001)
okl

(010) (100)

2.1.7. KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari system-sistem
kristal.
Kristalografi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat
geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk
luar (morfological), struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisisnya. Atau pelajaran
mengenai penjabaran kristal-kristal.
Sifat Geometri
Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu klristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang
membatasinya.
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar
Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada
situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan
bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
Struktur dalam

6
Membericarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung
parameter dan parameter rasio.
Sifat fisik kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal,
sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin.

2.2. CARA KERJA

Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu ukur,
dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal hal ini dapat
dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-
sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu.
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada:
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi
c. Jumlah sumbu kristalografi
d. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal

2.2.1. Sistem Reguler (cubic, isometric, tesseral, tessular)


Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu yang sama
panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang
lainnya. Sumbu-sumbu tersebut sering di beri nama a1, a2, dan a3. Sistem kubik ini
memiliki 3 buah kelas dimana setiap kelas memiliki memiliki unsur-unsur simetri yang
berbeda-beda, sudut = = = 90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a.
Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3

C+


b+
o
30
+

a

7
2.2.2. Sistem Sumbu Tetragonal
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral,
terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; Sb c sumbu a = b; = = = c =90; Karena
Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb
b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih
pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ;

perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.

C+


b+
o
30
+

a

2.2.3. Sistem Sumbu Orthorhombic (prismatic, rhombic, trimetric)


Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu, dimana
ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus dengan lainnya. Sumbu
a adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu
terpanjang. Penamaan dari kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-
sumbu tersebut, dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai
contoh makro pinacoid. Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan sumbu
a : b : c = 1 : 4 : 6.
C+

b+
30o

a+

8
2.2.4. Sistem Sumbu Heksagonal
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang di
beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif sampai ke positif adalah 120 0 dan
memiliki sudut yang sama besar. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus
terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o .
Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang
horisontal dan membentuk 60 Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari

sumbu a. Penggambarannya: a+ / b- = 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya


adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan
Sb b dan Sb d.

C+

d+

b+
17o 39o
a+

9
2.2.5. Sistem Rombohedral (trigonal)

Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang


sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak lurus atau 900. sebuah sumbu
tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda panjangnya.

Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o; penggambarannya: ketentuan


dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya pada sistem heksagonal sumbu
c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c bernilai 3. Penarikan Sb a sama
dengan sistem hexagonal.

C+

d+

b+
17o 39o
a+

sistem sumbu trigonal

10
2.2.6. Sistem Sumbu Monoklin (obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic,
monoclinohedral)
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama panjang.
Sumbu a di sebut sumbu kino dan sumbu b di sebut sumbu orto. Penggambarannya:

a+ / b- = 45o; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Sb c adalah sumbu terpanjang;


+
C sumbu terpendek.
sumbu b adalah

b+


a+
45o

2.2.7. Sistem Triklin (anorthic, asymmetric, clinorhombohedral)


Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal,
sumbu b di sebut sumbu makro dan sumbu a di sebut sumbu bakhia atau terpendek.
Penggambarannya: a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b : c = 1 : 4 : 6.

C+

b+
80o
45o
a+

11
2.3. DESKRIPSI KRISTAL

2.1.1. Penentuan Kelas Simetri


Dari ke-7 sistem kristal tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 32 klas kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh
kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima
kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai
singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan,
yaitu simbolisasi Schoenflies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).

2.1.1.1. Menurut Herman Mauguin


Sistem Reguler
Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan : 4 , 4, 4 , 2 , 2
m m
Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf m menunjukan adanya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang
bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.
Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau 3
Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal)
bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap
sumbu diagonal tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.
m

Sistem Tetragonal

12
Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini di notasikan: 4 , 4 , 4
m

Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2, m atau tidak ada.
m

Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.
m
Sistem Hexagonal dan Trigonal
Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6, 6, 6, 3, 3) dan
ada tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut.
Bagian ini di notasikan : 6, 6, 6, 3, 3
Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.
m
Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2, m atau tidak ada.
m
Sistem Orthorombic
Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak lurus
terhadap sumbu a tersebut
Dinotasikan: 2 , 2 , m
m
Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2, m
m
Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Di notasikan: 2 , 2
m
Sistem Monoklin
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.

13
Sistem Trinklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
- Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1
- Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1
2.1.1.2. Menurut Schoenflish
Sistem Reguler
Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.
Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder).
Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder).
Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut
mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan v
Bidang simetri vertikal (v)
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Trinklin
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:
Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish).
Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c (cyklich).
Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)

14
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan

Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Dari Beberapa Kristal

Dari Praktikum Kristalografi

Pada Laboratorium Krismin

15
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA


Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Isometrik Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : 3L4, 6L 2, 4L 3, 9PC
Kelas simetri : Cube
(Hm) : 4 3 2
m m
(Sc) : Oh
Nama dan Simbol : Heksahedron {100}
Contoh Mineral : - Pyrite (Fe2S)
- Galena (PbS)
- Garnet (A3B2(SiO4) 3)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313 16
Jurusan: Teknik Pertambangan
17
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Tetragonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L4 4L2 5PC
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) : 4 2 2
m m m
(Sc) : D4h
Nama dan Simbol : Ditetragonal Bipiramidal {111}
Contoh Mineral : - Bornit (FeS4)
- Kalkopirit (CuFeS2)
- Kasiterit (SnO2)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
18
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :

Sistem Kristal : Proyeksi:


Orthogona
Jumlah unsur kristal :
:

19
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Orthorombic Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : 3L2 3PC
Kelas simetri : Prismatik
(Hm) : 2 2 2
m m m
(Sc) : D2h
Nama dan Simbol : Orthorhombic Bipiramidal {111}
Contoh Mineral : - Barite (BaSO4)
- Sulfur (S)
- Aragonit (CaCo3)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
20
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :

Sistem Kristal : Proyeksi:


Orthogona
Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :

21
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Heksagonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L6 6L2 7PC
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) : 6 2 2
m m m
(Sc) : D6h
Nama dan Simbol : Diheksagonal Bipiramidal {1122}
Contoh Mineral : - Kuarsa (CaCO3)
- Molibdenit (MOS2)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
22
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :

Sistem Kristal : Proyeksi:


Orthogona
Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :

23
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Trigonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L36 3L2 4PC
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) : 6 2 m
(Sc) : D 3h
Nama dan Simbol : Ditrigonal Bipiramidal {1021}
Contoh Mineral : - Calcite (CaCO3)
- Arsenit (As)
- Magnesit (Mg)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313 24

Jurusan: Teknik Pertambangan


Deskripsi Kristal :

Sistem Kristal : Proyeksi: Orthogona


Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :

25
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Monoklin Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L2 PC
Kelas simetri : Prismatik
(Hm) : 2
m
(Sc) : C2h
Nama dan Simbol : Monoklin Hemibipiramid {111}
Contoh Mineral : - Gipsum ((CaSO4).2(H2O))
- Azurit (CO3)2
- Manganit (MnO(OH))
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
26
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :

Sistem Kristal : Proyeksi:


Orthogona
Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :

27
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Triclinic Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal :C
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) :1
(Sc) : Ci
Nama dan Simbol : Triklin Hemibipiramid {111}
Contoh Mineral : - Microcline (KAlSi3O8)
- Kyanite (Al2OSiO4)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313 28

Jurusan: Teknik Pertambangan


Deskripsi Kristal :

Sistem Kristal : Proyeksi: Orthogona


Jumlah unsur kristal :
Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :

BAB III
MINERALOGI

3.1. DASAR TEORI


3.1.1. Pengertian Mineralogi
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika
(termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan
mineral,sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya, dan
kegunaannya.
Defenisi mineral menurut beberapa ahli:
L. G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972

29
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam anorganik.
A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di
alam dan bukan hasil suatu kehidupan .
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga
mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal.
Batasan - batasan Defenisi Mineral:

Suatu bahan alam. Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat oleh manusia.
Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat fisik ini
mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan, pecahan, dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat kimia mencakup: nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi,
dan lain sebagainya.
Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa contoh unsur
tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag), dan lain-lain. Sedangkan unsur
senyawa diantaranya berupa: Barit(BaSO4), magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan
lain-lain.
Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari suatu kehidupan.
Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana.
Berupa padat, cair, dan gas.

3.2. CARA PEMERIAN NAMA MINERAL

3.2.1. Sifat-Sifat Fisik Yang Diselidiki


Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik
mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral
ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara
megaskopis atau tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat
mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di man
sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut meliputi:
3.2.1.1. Warna (Color)
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila suatu permukaan mineral
dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut
sebagian akan diserap dan sebagian dipantulkan. Warna mineral dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada
mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit,pirit,
dan lain sebagainya.

30
Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti
kuarsa, kalsit,dan lain sebagainya.
Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion asing yang
dapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang disebut dengan nama
chomophores. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna antara lain:
a. Komposisi mineral
b. Struktur kristal dan ikatan ion
c. Pengotor dari mineral
3.2.1.2. Perawakan Kristal
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bnetuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu
mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun perawakan
kristal bukan merupakan cirri tetap mineral. Contoh: mika selalu menunjukan perawakan
kristal yang mendaun (foliated), amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang
(columnar) perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (Richard peart, 1975)
yaitu:
a. Elongated habits (meniang/berserabut)
b. Fattened habits (lembaran tipis)
c. Rounded habits (membutir)

3.2.1.3. Kilap (Luster)


Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap
dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan logam (non
metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya.
Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan
kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan kesan logam jika terkena
cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada
mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:
a. Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila
terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.
b. Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan.
c. Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, aktinolit,
dan gipsum.
d. Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.
e. Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau seperti
bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral transparan
yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.

31
f. Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini
ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan
serpentin.
g. Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya
kaolin, limonit,dan bentonit.
3.2.1.4. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan
kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang
rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO42H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6. Orthoclase KAlSi3O8
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9. Corundum Al2O3
10. Diamond C (pure carbon)

Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai
kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan
memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:

Kuku jari manusia H = 2,5


Kawat tembaga H = 3
Pecahan kaca H = 5,5
Pisau baja H = 5,5
Kikir baja H = 6,5
Lempeng baja H = 7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

3.2.1.5. Gores (Streak)


Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau
berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di
pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang

32
warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan
mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan
lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores
berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang
lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic
kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

3.2.1.6. Belahan (Cleavage)


Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah
melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar
dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan menjadi:

a. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
b. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
c. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
d. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
e. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan
pecah dengan permukaan yang tidak rata.
3.2.1.7. Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan
tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a) Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang
yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau
kulit bawang.
b) Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan
kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit;

33
c) Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan
permukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;
d) Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup
halus. Contohnya mineral lempung.
e) Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak
teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok
logam murni.
f) Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya
mineral lempung.
3.2.1.8. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang
mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan,
penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi:
a) Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
b) Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan
tidak berkurang menjadi tepung.
c) Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik
akan menjadi panjang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.
d) Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan
menjadi pipih.
e) Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti
semula bila dilepaskan.
f) Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan
mudah.
3.2.1.9. Berat Jenis (Specific Grafity)
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan
dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat jenis dipergunakan
alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.
Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.2.1.10. Sifat Kemagnetan


Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah sifat dari
mineral yang diselidiki, apakah paramagnetit ataukah diamagnetit.
Paramagnetit (magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap
magnet.
Diamagnetit (non-magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak
terhadap magnet.
3.2.1.11. Derajat Ketransparanan

34
Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut
mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral
dibedakan atas:

Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya meskipun


dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai
kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap.
Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca.
Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi tidak
tembus pandang.
Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-pecahan
tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.

3.3. DESKRIPSI MINERAL


Dalam laporan ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan terutama mineral yang
dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam laporan ini hanya ada beberapa mineral saja.
Deskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa sifat fisik dan sifat optik, seperti:

Nama dan Rumus Kimia :Penamaan mineral yang telah di kenal berikut rumus kimia
rumus kimia.
Sisitem kristal : Seperti Triklin
Belahan : Sempurna (010)
Kekerasan : Berdasarkan skala mohs, yaitu 1-10
Berat Jenis (BJ) : Dalam gram/cm2
Kilap : Seperti kilap logam
Warna : Warna asli mineral itu sendiri
Gores : Warna dalam bentuk serbuk halus
Optik : Sifat mineral di bawah mikroskop
Genesa/Asosiasi Mineral : Peristiwa yang menyebabkan terbentuknya
mineral tersebut.

Beberapa deskripsi mineral logam secara umum :


1. Emas (Au)
- Tempat ditemukan: Sulida, Sumatra Barat
- Sistem kristal : Isometrik
- Warna : Kuning Emas
- Goresan : Kuning
- Kilap : Metalik
- Belahan dan pecahan : Tak ada; Hacly(pecahan bergerigi dengan ujung tajam)
- Kekerasan : 2,5 - 3
- Berat jenis : 19,3
- Genesis : kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang
terbentuk melalui proses hidrotermal.
- Manfaat :untuk membuat perhiasan, lempeng elektrode, pelapis gigi,

35
dan emas lantakan.

2.Sulfur (S)
- Tempat ditemukan: Kawah Papandayan, Jawa Barat
- Sistem kristal : Ortorombik.
- Warna : Kuning sampai coklat kekuningan
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata
- Kekerasan : 1,5 2,5
- Berat jenis : 2,07
- Genesis :Sulfur dapat terbentuk di daerah gunung api aktif, di
sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang
memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk
karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-urat yang
berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal.
- Manfaat :Digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur,
seperti asam sulfat (H2SO4); dalam pembuatan
insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, dan sabun.

2. Kalsit
- Tempat ditemukan: Kliripan, Yogyakarta
- Sistem kristal : Trigonal
- Warna : Tak-berwarna sampai putih
- Goresan : Putih sampai keabuan
- Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna
- Kekerasan :3
- Berat jenis : 2,71
- Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, sedimen,
metamorf dan melalui proses hidrotermal
- Manfaat : merupakan sumber senyawa CaO, yang digunakan untuk
membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur
tohor, industri kimia, industri besi baja dan pembenah
tanah.

3. Kalkopirit
- Tempat ditemukan: Pegunungan tengah, Irian Jaya
- Sistem kristal : Tetragonal
- Warna : kuning - kuningan
- Goresan : hitam kehijauan
- Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
- Kekerasan : 3,5 - 4
- Berat jenis : 4,1 4,3
- Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat
dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit
hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin,
kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku,
retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak.
- Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.

4. Gipsum (CaSO42H2O)

36
- Tempat ditemukan: Besuku, Jawa Timur
- Sistem kristal : Monoklin
- Warna : Tak-berwarna dan transparan
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal,
dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
- Kekerasan :2
- Berat jenis : 2,32
- Genesis :Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering
berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir,
lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam
urat-urat metalik sebagai mineral geng.
- Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi.
5. Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8)
- Tempat ditentukan: Flores, NTT
- Sistem kristal : Triklin
- Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau abu-abu karena
pengotoran
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : {001} sempurna, tetapi tidak terlihat dengan mata biasa
karena berukuran Sangat kecil.
- Kekerasan :2
- Berat jenis : 2,6
- Genesis : Terbentuk sebagai hasil dekomposisi aluminosilikat,
khususnya feldspar, baik oleh aktivitas pelapukan, atau
hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk
dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat
dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi
terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan
kaolinit.
- Manfaat : Digunakan dalam industri yertas, karet, keramik, tembikar
dan farmasi.
6. Grafit
- Tempat ditentukan: Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
- Sistem kristal : Heksagonal
- Warna : Hitam
- Goresan : Hitam
- Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
- Kekerasan :1-2
- Berat jenis : 2,09 2,23
- Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada
metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai
pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan
lapisan batubara termetamorf.
- Manfaat : Digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca,
pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan
dijadikan batu permata.

37
Berikut Adalah Gambar Kristal

Perawakan Dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral

Dari Praktikum Mineralogi

Pada Laboratorium Krismin

38
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Sistem Kristal Perawakan Mineral


Deskripsi Mineral Kuarsa (Oksida Sulfat)
Warna : Kuning Loyang
Sistem dan perawakan : Reguler dan granular
Kilap : Kilap Metalik(Logam)
Kekerasan : 6-6,8
Goresan : Hitam
Belahan/pecahan : Tidak Jelas/even
Tenacity : Brittle
Berat jenis : 5,2
Kemagnetan : Paramagnetic
Derajat ketransparanan : Opaque Mineral
Sifat khas : Warnanya Kuning Loyang, berkilau seperti emas
Nama mineral/rumus kimia : Pyrite(FeS2)
Kegunaan : - Indikasi Logam mulia
- Bahan Logam
Genesa : Berasal dari pengendapan larutan hidrothermal

Nama : Penitran M. Bungawadu

Nim : 0806103342

Jurusan : Teknik Pertambangan 39


Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :

40
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Sistem Kristal Perawakan Mineral


Deskripsi Mineral Garnet (Silika)
Warna : Cokelat
Sistem dan perawakan : Reguler dan Granular
Kilap : Kilap Kaca
Kekerasan : 6,5-7,5
Goresan : Putih
Belahan/pecahan : Baik/even
Tenacity : Brittle
Berat jenis : 3,5-4,3
Kemagnetan : Diamagnetik
Derajat ketransparanan : Opaque Mineral
Sifat khas : Warnanya Coklat
Nama mineral/rumus kimia : Garnet (CaFeMgMn)(Al2(SiO4)3
Kegunaan : Untuk industry kontruksi, pembuatan permata,
amplas dan isonator
Genesa : Terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada
pembentukan batuan endapan terkompresi pada
proses diagnesis.

Nama : Penitran M. Bungawadu


Nim : 0806103342
41
Jurusan : Teknik Pertambangan
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :


Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :

42
LABORATURIUM KRISMIN

JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Sistem Kristal Perawakan Mineral

Deskripsi Mineral Aroganite(Karbonat)

Warna : Putih Transparan


Sistem dan perawakan : Orthorombik dan meniang
Kilap : Kilap Kaca
Kekerasan : 3,5 - 4
Goresan : Putih
Belahan/pecahan : Baik/uneven
Tenacity : Brittle
Berat jenis : 2,9
Kemagnetan : Diamagnetik
Derajat ketransparanan : Transparanan-Translucet mineral
Sifat khas : Warnanya Transparan,perewakan Kristal menjarum
Nama mineral/rumus kimia : Aroganite/ CaCO3
Kegunaan : - Sebagai bahan perekat, untuk bahan kapur dan
Agen medis pada ramuan tradisional cina
Genesa : Hasil pelarutan dan rekristalisasi batu gamping

Nama : Penitran M. Bungawadu

Nim : 0806103342
43
Jurusan : Teknik Pertambangan
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona

Jumlah unsur kristal :


Kelas simetri :
(Hm) :
(Sc) :
Nama dan Simbol :
Contoh Mineral :

BAB 1V

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan laporan praktikum kristalografi dan minaralogi di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa: Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi,
ilmu yang mempelajari struktur dan bentuk Kristal disebut Kristalografi. Sistem kristal
ditentukan dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu
kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.sedangkan Klas simetri ditentukan atas dasar
jumlah unsur simetri setiap kristal.

Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan
fisika (termasuk optik) dari mineral. dalam mineraolgi, pemerian nama mineral
didasarkan pada penelitian fisik pada mineral tersebut, seperti warna,perawakan Kristal,
kilap,kekerasan.gores,belahan,pecahan,daya tahan terhadap pukulan,berat jenis, sifat
kemagnetan,dan derajat ketransparanan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ringkasan Penuntun Cara Menggambar Kristal

Ringkasan Kristalografi dan Mineralogi

http://id.wikipedia.org/wiki/Kristal

http://www.geofacts.co.cc/2008/10/mineralogi.html

http://www.geofacts.co.cc/2008/10/mineralogi.html

http://webmineral.com/mineral

45

Anda mungkin juga menyukai