1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. LATAR BELAKANG
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral juga dapat
diartikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari
unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya
tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Mineral dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar
sungai. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai
bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Dengan demikian, kristal
secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola
internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,
bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari
bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan.
Untuk mempelajari strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristal
dan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal penting di atas maka
praktikum kristalografi dan mineralogi dilakukan unutuk mengenal lebih jauh atau
memperdalam ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri,
bidang simetri, dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada mineral.
Praktikum kristalografi dan mineralogi juga di lakukan sebagai salah satu prasarat dalam
mata kuliah kristalografi dan mineralogi.
1
Menyelidiki secara fisik dari mineral
Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral
1.1.3. MANFAAT
Laporan Kristalografi dan Mineralogi ini, sangat bermanfaat bagi kita sebagai
mahasiswa jurusan teknik tertambangan agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai
Kristal dan mineral sebagai dasar ilmu bagi mahasiswa teknik pertambangan
1.2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi
adalah:
Pembahasan tentang definisi
Istilah terkait
Metode analisis
Mineralogi fisik dan kimia
Kristalisasi
Sifat bentuk dan klasifikasi kristal
Genesa
Determinasi
Sistematika pengelompokan dan terapan mineral dalam batuan
1.3. ALAT YANG DIGUNAKAN
Dalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah:
Alat tulis
jangka
Busur derajat
Penggaris segitiga (1 set)
Pensil warna
Spidol warna
Lembar sementara
Dalam praktikum mineralogi, peralatan yang digunakan adalah:
Skala kekerasan Mohs
Keping porselin
Loupe
Timbangan analitik
Piknometer
Magnit
BAB II
KRISTALOGRAFI
2.1.1. KRISTAL
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas
secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair
membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa
berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi
2
atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara
simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang
kita temui sehari-hari merupakan polikristal.Struktur kristal mana yang akan terbentuk
dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi
pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai
kristalisasi.
Kristal juga dapat didefinisikan sebagai bahan padat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-
bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu
dan teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-
bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut
sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling
berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak
maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam
sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal
melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut
sebagai parameter.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian:
Tidak termasuk di dalam cair dan gas
Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-
proses fisika
Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum
geometri, mengandung pengertian:
Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
Macam bentuk dari bidang kristal tetap
Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Sifat fisis kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-
bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
b+
a+
C- 3
o Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada
bidang kertas.
a- o Sumbu b : sumbu yang horisontal pada
bidang kertas.
-
o Sumbu c : sumbu yang vertikal pada
b bidang kertas.
o
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh (3600) akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi putar. Keempatnya dibedakan
berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan
memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali
kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga trigyre, bila empat tetragyre, bila
enam heksagyre dan seterusnya.
Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada
kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama.
Gyroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal. Dalam
gambar, nilai simetri gyroide disingkat tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6).
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal.
Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu.
4
- bidang simetri aksial. Dikatakan Bidang simetri aksial bila bidang tersebut
membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial
ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal , yang melalui sumbu
vertikal (biasanya dinotasikan dengan v), dan bidang simetri horisontal, yang
berada tegak lurus terhadap sumbu c (dinotasikan dengan h).
- Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu
kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri diagonal.
Tujuhprinsip
: sudutletak
yangbidang kristal
dibentuk terhadap
antara sumbususunan salib bsumbu kristal:
a dan sumbu
hol
hko
5
hkl (001)
okl
(010) (100)
2.1.7. KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari system-sistem
kristal.
Kristalografi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat
geometri dari kristal terutama tentang perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk
luar (morfological), struktur dalam (internal), dan sifat-sifat fisisnya. Atau pelajaran
mengenai penjabaran kristal-kristal.
Sifat Geometri
Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu klristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang
membatasinya.
Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar
Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada
situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan
bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
Struktur dalam
6
Membericarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung
parameter dan parameter rasio.
Sifat fisik kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal,
sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu ukur,
dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal hal ini dapat
dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan pertolongan sistem-
sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan tujuh jenis sistem sumbu.
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada:
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi
c. Jumlah sumbu kristalografi
d. Nilai sumbu c atau sumbu vertikal
C+
b+
o
30
+
a
7
2.2.2. Sistem Sumbu Tetragonal
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral,
terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; Sb c sumbu a = b; = = = c =90; Karena
Sb a = Sb b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb
b. Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih
pendek dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ;
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.
C+
b+
o
30
+
a
b+
30o
a+
8
2.2.4. Sistem Sumbu Heksagonal
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang di
beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif sampai ke positif adalah 120 0 dan
memiliki sudut yang sama besar. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus
terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o .
Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang
horisontal dan membentuk 60 Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari
C+
d+
b+
17o 39o
a+
9
2.2.5. Sistem Rombohedral (trigonal)
C+
d+
b+
17o 39o
a+
10
2.2.6. Sistem Sumbu Monoklin (obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic,
monoclinohedral)
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama panjang.
Sumbu a di sebut sumbu kino dan sumbu b di sebut sumbu orto. Penggambarannya:
b+
a+
45o
C+
b+
80o
45o
a+
11
2.3. DESKRIPSI KRISTAL
Sistem Tetragonal
12
Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.
Bagian ini di notasikan: 4 , 4 , 4
m
Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2, m atau tidak ada.
m
Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.
m
Sistem Hexagonal dan Trigonal
Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6, 6, 6, 3, 3) dan
ada tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut.
Bagian ini di notasikan : 6, 6, 6, 3, 3
Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2 , m atau tidak ada.
m
Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2, m atau tidak ada.
m
Sistem Orthorombic
Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak lurus
terhadap sumbu a tersebut
Dinotasikan: 2 , 2 , m
m
Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.
Bagian ini di notasikan: 2 , 2, m
m
Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Di notasikan: 2 , 2
m
Sistem Monoklin
Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
13
Sistem Trinklin
Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:
- Mempunyai titik simetri klas pinacoidal 1
- Tidak mempunyai unsur simetri klas assymetric 1
2.1.1.2. Menurut Schoenflish
Sistem Reguler
Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.
Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder).
Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder).
Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut
mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan v
Bidang simetri vertikal (v)
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Trinklin
Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:
Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish).
Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c (cyklich).
Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi d atau c.
Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
14
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Kalau mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan
15
LABORATURIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Tetragonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L4 4L2 5PC
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) : 4 2 2
m m m
(Sc) : D4h
Nama dan Simbol : Ditetragonal Bipiramidal {111}
Contoh Mineral : - Bornit (FeS4)
- Kalkopirit (CuFeS2)
- Kasiterit (SnO2)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
18
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :
19
LABORATURIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Orthorombic Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : 3L2 3PC
Kelas simetri : Prismatik
(Hm) : 2 2 2
m m m
(Sc) : D2h
Nama dan Simbol : Orthorhombic Bipiramidal {111}
Contoh Mineral : - Barite (BaSO4)
- Sulfur (S)
- Aragonit (CaCo3)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
20
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :
21
LABORATURIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Heksagonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L6 6L2 7PC
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) : 6 2 2
m m m
(Sc) : D6h
Nama dan Simbol : Diheksagonal Bipiramidal {1122}
Contoh Mineral : - Kuarsa (CaCO3)
- Molibdenit (MOS2)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
22
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :
23
LABORATURIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Trigonal Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L36 3L2 4PC
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) : 6 2 m
(Sc) : D 3h
Nama dan Simbol : Ditrigonal Bipiramidal {1021}
Contoh Mineral : - Calcite (CaCO3)
- Arsenit (As)
- Magnesit (Mg)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313 24
25
LABORATURIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Monoklin Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal : L2 PC
Kelas simetri : Prismatik
(Hm) : 2
m
(Sc) : C2h
Nama dan Simbol : Monoklin Hemibipiramid {111}
Contoh Mineral : - Gipsum ((CaSO4).2(H2O))
- Azurit (CO3)2
- Manganit (MnO(OH))
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313
26
Jurusan: Teknik Pertambangan
Deskripsi Kristal :
27
LABORATURIUM KRISMIN
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Triclinic Proyeksi: Orthogonal
Jumlah unsur kristal :C
Kelas simetri : Pinacoidal
(Hm) :1
(Sc) : Ci
Nama dan Simbol : Triklin Hemibipiramid {111}
Contoh Mineral : - Microcline (KAlSi3O8)
- Kyanite (Al2OSiO4)
Nama : Eryanto Patola
Nim : 0806103313 28
BAB III
MINERALOGI
29
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam anorganik.
A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di
alam dan bukan hasil suatu kehidupan .
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga
mempunyai bentuk tertentu yang di sebut bentuk kristal.
Batasan - batasan Defenisi Mineral:
Suatu bahan alam. Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat oleh manusia.
Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat fisik ini
mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan, pecahan, dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat kimia mencakup: nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi,
dan lain sebagainya.
Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa contoh unsur
tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag), dan lain-lain. Sedangkan unsur
senyawa diantaranya berupa: Barit(BaSO4), magnetit(Fe3O4), zircon(ZrSiO4), dan
lain-lain.
Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari suatu kehidupan.
Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih
sederhana.
Berupa padat, cair, dan gas.
30
Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti
kuarsa, kalsit,dan lain sebagainya.
Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion asing yang
dapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang disebut dengan nama
chomophores. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna antara lain:
a. Komposisi mineral
b. Struktur kristal dan ikatan ion
c. Pengotor dari mineral
3.2.1.2. Perawakan Kristal
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bnetuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu
mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun perawakan
kristal bukan merupakan cirri tetap mineral. Contoh: mika selalu menunjukan perawakan
kristal yang mendaun (foliated), amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang
(columnar) perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (Richard peart, 1975)
yaitu:
a. Elongated habits (meniang/berserabut)
b. Fattened habits (lembaran tipis)
c. Rounded habits (membutir)
31
f. Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini
ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan
serpentin.
g. Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya
kaolin, limonit,dan bentonit.
3.2.1.4. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan
kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang
rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO42H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6. Orthoclase KAlSi3O8
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9. Corundum Al2O3
10. Diamond C (pure carbon)
Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai
kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan
memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:
32
warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan
mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan
lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores
berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang
lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic
kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.
a. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
b. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
c. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
d. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
e. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan
pecah dengan permukaan yang tidak rata.
3.2.1.7. Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan
tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a) Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang
yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau
kulit bawang.
b) Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan
kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit;
33
c) Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan
permukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;
d) Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup
halus. Contohnya mineral lempung.
e) Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak
teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok
logam murni.
f) Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya
mineral lempung.
3.2.1.8. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang
mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan,
penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi:
a) Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
b) Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan
tidak berkurang menjadi tepung.
c) Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik
akan menjadi panjang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.
d) Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan
menjadi pipih.
e) Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti
semula bila dilepaskan.
f) Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan
mudah.
3.2.1.9. Berat Jenis (Specific Grafity)
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan
dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat jenis dipergunakan
alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.
Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:
34
Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut
mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral
dibedakan atas:
Nama dan Rumus Kimia :Penamaan mineral yang telah di kenal berikut rumus kimia
rumus kimia.
Sisitem kristal : Seperti Triklin
Belahan : Sempurna (010)
Kekerasan : Berdasarkan skala mohs, yaitu 1-10
Berat Jenis (BJ) : Dalam gram/cm2
Kilap : Seperti kilap logam
Warna : Warna asli mineral itu sendiri
Gores : Warna dalam bentuk serbuk halus
Optik : Sifat mineral di bawah mikroskop
Genesa/Asosiasi Mineral : Peristiwa yang menyebabkan terbentuknya
mineral tersebut.
35
dan emas lantakan.
2.Sulfur (S)
- Tempat ditemukan: Kawah Papandayan, Jawa Barat
- Sistem kristal : Ortorombik.
- Warna : Kuning sampai coklat kekuningan
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata
- Kekerasan : 1,5 2,5
- Berat jenis : 2,07
- Genesis :Sulfur dapat terbentuk di daerah gunung api aktif, di
sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang
memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk
karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-urat yang
berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal.
- Manfaat :Digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur,
seperti asam sulfat (H2SO4); dalam pembuatan
insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, dan sabun.
2. Kalsit
- Tempat ditemukan: Kliripan, Yogyakarta
- Sistem kristal : Trigonal
- Warna : Tak-berwarna sampai putih
- Goresan : Putih sampai keabuan
- Belahan dan pecahan : {10 11} sempurna
- Kekerasan :3
- Berat jenis : 2,71
- Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, sedimen,
metamorf dan melalui proses hidrotermal
- Manfaat : merupakan sumber senyawa CaO, yang digunakan untuk
membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur
tohor, industri kimia, industri besi baja dan pembenah
tanah.
3. Kalkopirit
- Tempat ditemukan: Pegunungan tengah, Irian Jaya
- Sistem kristal : Tetragonal
- Warna : kuning - kuningan
- Goresan : hitam kehijauan
- Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
- Kekerasan : 3,5 - 4
- Berat jenis : 4,1 4,3
- Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat
dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit
hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin,
kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku,
retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak.
- Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.
4. Gipsum (CaSO42H2O)
36
- Tempat ditemukan: Besuku, Jawa Timur
- Sistem kristal : Monoklin
- Warna : Tak-berwarna dan transparan
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal,
dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
- Kekerasan :2
- Berat jenis : 2,32
- Genesis :Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering
berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir,
lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam
urat-urat metalik sebagai mineral geng.
- Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi.
5. Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8)
- Tempat ditentukan: Flores, NTT
- Sistem kristal : Triklin
- Warna : Putih, kadangkala berwarna coklat, atau abu-abu karena
pengotoran
- Goresan : Putih
- Belahan dan pecahan : {001} sempurna, tetapi tidak terlihat dengan mata biasa
karena berukuran Sangat kecil.
- Kekerasan :2
- Berat jenis : 2,6
- Genesis : Terbentuk sebagai hasil dekomposisi aluminosilikat,
khususnya feldspar, baik oleh aktivitas pelapukan, atau
hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk
dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat
dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi
terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan
kaolinit.
- Manfaat : Digunakan dalam industri yertas, karet, keramik, tembikar
dan farmasi.
6. Grafit
- Tempat ditentukan: Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Bar
- Sistem kristal : Heksagonal
- Warna : Hitam
- Goresan : Hitam
- Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
- Kekerasan :1-2
- Berat jenis : 2,09 2,23
- Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada
metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai
pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan
lapisan batubara termetamorf.
- Manfaat : Digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca,
pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan
dijadikan batu permata.
37
Berikut Adalah Gambar Kristal
38
LABORATURIUM KRISMIN
Nim : 0806103342
40
LABORATURIUM KRISMIN
42
LABORATURIUM KRISMIN
Nim : 0806103342
43
Jurusan : Teknik Pertambangan
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
BAB 1V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan laporan praktikum kristalografi dan minaralogi di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa: Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi,
ilmu yang mempelajari struktur dan bentuk Kristal disebut Kristalografi. Sistem kristal
ditentukan dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu
kristal yang ada pada setiap bentuk kristal.sedangkan Klas simetri ditentukan atas dasar
jumlah unsur simetri setiap kristal.
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan
fisika (termasuk optik) dari mineral. dalam mineraolgi, pemerian nama mineral
didasarkan pada penelitian fisik pada mineral tersebut, seperti warna,perawakan Kristal,
kilap,kekerasan.gores,belahan,pecahan,daya tahan terhadap pukulan,berat jenis, sifat
kemagnetan,dan derajat ketransparanan.
44
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristal
http://www.geofacts.co.cc/2008/10/mineralogi.html
http://www.geofacts.co.cc/2008/10/mineralogi.html
http://webmineral.com/mineral
45