Anda di halaman 1dari 4

EKONOMI POLITIK MEDIA

Media merupakan perangkat besar menuju satu tujuan besar dalam suatu bangsa dan negara.
Dalam mewujudkannya harus terdapat kekuatan yang besar. Mereka yang menguasai media
memiliki kuasa begitu besar. Tujuan besar itu membangun budaya Rakyat atau
menguasainya.

Media juga dapat menjadi ruang publik yang utama dan dapat menentukan dinamika sosial,
politik dan budaya, di tingkat lokal maupun global. Media massa juga dapat di jadikan suatu
ruang dalam mengiklankan suatu barang dan jasa untuk meningkatkan penjualan dari barang
dan jasa yang di iklankan. Media mampu menghasilkan pendapatan dalam perekonomian dan
menjadi faktor penghubung antara produk barang dan jasa. Dan yang paling penting didalam
media massa adalah media juga bisa menyebarkan dan memperkuat struktur ekonomi dan
politik tertentu. Media tidak hanya mempunyai fungsi sosial dan ekonomi tetapi juga
menjalankan fungsi ideologis.

Menurut teori Marxis tentang posisi media dalam sistem kapitalisme modern, teori tersebut
mengatakan bahwa media massa merupakan kelas yang mengatur. Kelas yang dapat
mengatur segala aspek yang ada didalam suatu negara dan dapat mempengaruhi unsur-unsur
dalam bidang perekonomian maupun politik pemerintahan. Media massa dapat dikatakan
sebagai lembaga kunci dari masyarakat modern. Dari pernyataan yang di jelaskan
sebelumnya dari peran media, dapat di tarik pertanyaan bahwa bagaimana ekonomi politik
media itu sendiri ?

Ekonomi Politik Media

Istilah ekonomi politik diartikan secara sempit oleh Mosco sebagai studi tentang
hubungan-hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan yang saling menguntungkan
antara sumbersumber produksi, distribusi dan konsumsi, termasuk didalamnya sumber-
sumber yang terkait dengan komunikasi. Pengertian ekonomi politik secara sederhana adalah
hubungan kekuasaan (politik) dalam sumber-sumber ekonomi yang ada di masyarakat. Apa
yang disebut dengan ekonomi politik media ?
Ekonomi politik media adalah media sebagai institusi politik dan institusi ekonomi
yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi khayalak. Satu prinsip yang harus
diperhatikan di sini adalah dalam sistem industri kapitalis media massa harus diberi fokus
perhatian yang memadai sebagaimana institusi-institusi produksi dan distribusi lain. Kondisi-
kondisi yang ditemukan pada level kepemilikan media, praktik-praktik pemberitaan,
dinamika industri dan radio, televisi, perfilman, dan periklanan, mempunyai hubungan yang
saling menentukan dengan kondisi-kondisi ekonomi-politik spesifik yang berkembang di
suatu negara, serta pada gilirannya juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi-politik
global.

Untuk memahami bagaimana penerapapan pendekatan ekonomi politik digunakan


dalam studi media massa , ada 3 konsep awal yang harus dipahami, yaitu:

1. Commodification segala sesuatu dikomoditaskan (dianggap barang


dagangan).

Commodification (komodifikasi) adalah upaya mengubah apapun menjadi


komoditas atau barang dagangan sebagai alat mendapatkan keuntungan. Tiga hal yang
saling terkait adalah: Isi media, jumlah audience dan iklan. Berita atau isi media adalah
komoditas untuk menaikkan jumlah audiencee / oplah. Jumlah audience / oplah juga
merupakan komoditas yang dapat dijual pada pengiklan. Uang yang masuk merupakan
profit dan dapat digunakan untuk ekspansi media. Ekspansi media menghasilkan
kekuatan yang lebih besar lagi dalam mengendalikan masyarakat melalui sumber-sumber
produksi media berupa teknologi, jaringan dan lainnya. Selain itu tentunya profit bagi
pengusaha.

2. Spatialization proses mengatasi hambatan jarak dan waktu dalam kehidupan


sosial.

Spatialization adalah cara-cara mengatasi hambatan jarak dan waktu dalam


kehidupan sosial. Dengan kemajuan teknologi komunikasi, jarak dan waktu bukan lagi
hambatan dalam praktek ekonomi politik. Berkaitan dengan media massa, maka kegiatan
yang berada di kota kecil dapat disiarkan langsung oleh televisi nasional yang berpusat di
Jakarta untuk kemudian dikomoditaskan. Dengan kekuatan modal besar untuk
berinvestasi pada tehnologi komunikasi, pengusaha media Jakarta akan melibas
pengusaha media kota-kota lain yang kemungkinan memiliki modal lebih kecil. Dengan
demikian, semua kegiatan yang ada dalam sebuah negara, akan diliput oleh orang-orang
yang sama.

3. Structuration penyeragaman ideologi secara terstruktur.

Structuration (Strukturasi) yaitu penyeragaman ideologi secara terstruktur juga


terjadi karena misalnya, orang-orang redaksi Media Indonesia merangkap jabatan sebagai
orang redaksi Metro TV. Orang-orang redaksi Kompas juga memimpin usaha-usaha
penerbitan anak usaha Kompas. Koran-koran daerah juga dikuasai oleh kelompok
pengusaha media Jakarta. Dalam struktur kepemilikan yang demikian, pemimpin redaksi
koran-koran daerah biasanya adalah kiriman dari Jakarta. Setidaknya sudah menjalani
praktek kerja beberapa bulan di Jakarta. Jadi media yang sama pemiliknya akan memiliki
ideologi yang sama pula.

Konsekwensi sebuah perusahaan besar dapat me manage, memiliki atau


menyebarkan media massa di banyak tempat adalah ideologi yang seragam diberlakukan
bagi audience/pembaca. Tidak ada pendekatan spesifik bagi audience di setiap daerah.
Pendekatan ekonomi politik, melihat media massa dari siapa penguasa sumber-sumber
produksi media massa, siapa pemegang rantai distribusi media massa, siapa yang
menciptakan pola konsumsi masyarakat atas media massa dan komoditas lain sebagai
efek kerja media. Siapa penguasa sumber-sumber produksi media massa dapat dilihat
antara lain dari kepemilikian media massa, kepemilikan rumah produksi penghasil acara-
acara televisi. Kepemilikan media massa di Indonesia dapat dilihat antara lain: Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI), Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Metro TV, Media
Indonesia, dimiliki oleh kelompok usaha Bimantara.

Aplikasi atau penerapan ekonomi politik media

Beberapa media besar, terutama televisi, telah membuka lebar pintu kesempatan bagi setiap
partai politik dan tim sukses calon presiden dan calon wakil presiden berlomba melakukan
kampanye di dalam perhelatan besar demokrasi, Pemilihan Umum (pemilu) Legislatif dan
Eksekutif pada April dan Juli 2009. Berbagai langkah dan upaya terkait kebutuhan serta
kepentingan politik jelang pemilu coba dilancarkan elit dan partai politik memanfaatkan
media massa sebagai instrumennya. Relevansi hal itu dapat ditinjau melalui keberadaan UU
No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD.

Media-media itu secara elegan menyajikan rangkaian program khusus pemilu,


meliputi pemberitaan, sorotan politisi dan partai politik beserta program-programnya, survei
pemilih, iklan politik, sampai pada perdebatan terbuka antar tokoh politik maupun partai.
Berbagai kemasan program-program terkait pemilu di dalam media-media besar pada
dasarnya hanya sekadar mengemukakan khasanah pergulatan antara para politisi dari setiap
partai politik yang ada kepada Rakyat.

Media merupakan arena penyampaian isi terkait Pemilu 2009, dimana politisi dan
partai-partai politik adalah pemain sekaligus penulis isi informasi dan sutradara. Dan rakyat
hanya sebagai penonton. Dengan kata lain, Calon Presiden dari masing-masing partai yaitu
Prabowo Subianto, Wiranto, dan Sutiyoso yang bisa menikmati pengenalan dari publik
melalui polling. Televisi dan koran mentransformasi mereka, dan mengambil potongan kesan
dan imajinasi orang-orang itu dan menampilkannya sebagai calon-calon pahlawan baru yang
siap menyelamatkan Indonesia. Media penyiaran sering menampilkan kampanye tersebut
berulang kali, akibatnya kekuatan yang ada di media itu di transferkan kepada masyarakat
untuk mempengaruhi pemikiran mereka.

Anda mungkin juga menyukai