DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Dwi Sumohadi,SpPD
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn. I W S
Usia : 69 tahun
Pekerjaan : -
No.RM : 04.86.18
Anamnesis
Keluhan Tambahan : mual, pusing, lemas, sakit perut, nafsu makan menurun, nyeri ulu hati
Os datang ke RS dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari SMRS, BAB >10x/hari, BAB seperti
air, tidak ada darah, tidak ada lendir,tidak ada ampas, tidak berbau dan berwarna kuning muda
.Os juga disertai mual tetapi tidak sampai muntah ..OS juga mengeluh sakit perut yang melilit
setiap kali ingin BAB dan os merasa sangat lemas dan pusing. Os juga mengeluh perutnya
kembung. Nafsu makan os juga menurun namun os mengaku sangat merasa haus dalam 2 hari
SMRS ini. BAK jarang dalam 2 hari terakhir.
- DM disangkal
- HT disangkal
Riwayat Alergi :
Riwayat Psikososial :
Makan teratur 3x/hari, sebelum BAB cair riwayat makan makanan yg pedas (lalap+sambal)
Riwayat Pengobatan :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,2o C
Pernapasan : 18x/m
Antropometri
Berat Badan : 50 kg
Status Generalis
1. Kepala dan Wajah
Rambut
o Distribusi : merata
o Warna : hitam
Wajah
o Mata
Konjungtiva : anemis
Pupil : isokor
o Telinga
Bentuk: normotia
Sekret : -
o Hidung
Mulut
Bibir dan mukosa tidak nampak sianosis, bibir dan mukosa kering,
bercak (-)
Gigi lengkap, tidak terdapat radang gusi atau gigi yang tercabut
2. Leher
Kel. Tiroid : tidak terlihat dan teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
3. Thorax
P : vocal fremitus teraba sama dikedua lapang paru. Tidak terdapat nyeri tekan
Jantung
Abdomen
I: bentuk perut datar, simetris, kontur rata, tidak teraba adanya massa tumor, jaringan
parut, dan caput medusa.
P: tidak ada pembesaran hepar dan spleen, bimanual ginjal (-), terdapat nyeri tekan
epigastrium, CVA (-).turgor kulit turun
P: hipertimpani
Kulit akral teraba hangat, tidak ikterus, tidak sianosis, RCT < 2 detik, dan tidak eritem.
Tonus : 5 5
5 5
Hematologi
RESUME
Ny.S I W, 69 thn,mengeluh diare sejak 4 hari SMRS, frek.>10x/hari, nyeri perut melilit sering
menyertai diare, nausea (+), vomiting (-) , pusing (+), perut kembung, merasa haus, lemas (+),
nafsu makan menurun, BAK jarang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : tekana darah 120/80 mHg, nadi 90x/menit,bibir dan
mukosa kering, turgor kulit menurun, nyeri tekan epigastrium, abdomen hipertimpani, bising
usus hiperperistaltik.
Dari pemeriksaan lab di dapatkan GDS 296, Cr 2,6, BUN 28,1, WBC 14.000, HB 10.9, PLT
350.000, hct 33,3
DAFTAR MASALAH
1. Gastroenteritis akut
2. dispepsia
3. Anemia
4. Hiperglikemia
5. Hipertensi
ASSESMENT
1. Gastroenteritis akut
S: Berdasarkan anamnesa didapatkan os mengeluh BAB cair > 6x/ hari sejak 1 hari
SMRS, BAB cair, tidak ada darah, ampas, maupun lendir. Nyeri perut melilit selalu
menyertai BAB. Os juga mengeluh kembung. Os juga mengeluh mual.
P:
R/ Dx : Analisa feses
R/ Th : IVFD RL 30 tpm
Levofloxacin 1x500 mg
Amlodipin 5 mg 1x1
Sumagesic 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gastroenetritis adalah istilah umum untuk berbagai macam keadaan yang biasanya disebabkan
oleh infeksi dan menimbulkan gejala-gejala berupa hilangnya nafsu makan, mual, muntah,
diare ringan sampai berat dan rasa tidak enak di perut. Elektrolit, terutama natrium dan kalium
ikut hilang bersama dengan hilangnya cairan tubuh. Terganggunya keseimbangan elektrolit
dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi yang bisa berakibat fatal, apalagi dalam keadaan
sakit yang berat, baik pada orang tua maupun anak-anak.
Kedua bentuk ini dapat menyebabkan dehidrasi. Tetapi yang terutama akan menyebabkan
keadaan syock dan dehidrasi berat adalah bentuk koleriform.
Etiologi
a. Infeksi
1. Enteral
- Bakteri
Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp,Vibrio cholera, Yersinia
enterocolytica, Campylobacter jejuni, V.parahaemoliticus,v.nag.,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, klebsiella, pseudomonas, aeromonas,
proteus dll.
- Virus
Rotavirus, Adenovirus, Norwalkvirus, Norwalk like virus, cytomegalovirus
(cmv),Echovirus,virus HIV.
- Parasit
Protozoa: Entamoeba histolitica,Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,
balantidium coli.
- Worm
A.lumbricoides, cacing tambang, trichuris trichiura, S.stercoralis, cestodiasis
dll.
- Fungus : kandida/moniliasis
2. Perenteral
Otitis media akut (OMA), pneumonia. Travelers diarrhea : E.coli, Giardia
lamblia, Sigella, Entamoeba histolitica dll.
b. Makanan
- Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksik : clostridium perfringgens, B.cereus,
S.aureus, Streptococcus anhaemolyticus dll.
- Alergi : susu sapi, makanan tertentu.
- Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat monosakarida (glukosa, laktosa,
galaktosa), disakarida, (sakarosa, laktosa), lemak : rantai panjang trigleserida
protein : asam amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein
intolerance, cows milk, vitamin dan mineral.
c. Imunodefesiensi : hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (bruton),
penyakit granulomatose kronik,devesiensi IgA , imunodefisiensi IgA
heavycombination
d. Terapi obat . antibiotik,kemoterapi, antacid, dll
e. Tindakan tertentu seperti gastrektomi ,gastroenterostomi,dosis tinggi terapi radiasi.
f. Lain-lain: sindrom Zollingger-ellison,neuropati automik (neuropati diabetic)
Pengobatan yang optimal pada penderita ini haruslah berorientasi sepenuhnya pada
patofisiologi. Hal-hal pokok yang harus diperhatikan:
1. Atasi syock hipovolemik dengan pemberian cairan per infus, ataupun sejenisnya.
4. Setelah rehidrasi, jaga keadaan tetap stabil sampai diare berkurang atau berhenti.
Dehidrasi
Turgor kurang
Suara serak (vox cholerica)
Plasma mempunyai berat jenis ( 1.025). Pada dehidrasi, berat jenis plasma dapat
meningkat. Penentuan berat jenis plasma dapat dilakukan dengan larutan tembaga sulfat
(Cu SO4).
Terkumpulnya gas di dalam usus menyebabkan rasa sakit. Penderita juga bisa mengalami
demam, tidak enak badan dan kelelahan yang berlebihan. Muntah dan diare yang hebat dapat
mengakibatkan dehidrasi dan penurunan tekanan darah, sehingga terjadi syok.
Keadaan ini juga menyebabkan tubuh kehilangan kalium, sehingga kadarnya dalam darah
menurun (hipokalemia). Juga terjadi penurunan kadar natrium dalam darah (hiponatremia),
terutama jika penderita menggantikan kehilangan cairan dengan meminum larutan yang hanya
mengandung sedikit atau bahkan tidak mengandung garam, misalnya air putih dan teh.
Diagnosa
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya, meskipun penyebabnya belum
bisa ditentukan dari gejalanya. Kadang-kadang anggota keluarga lainnya atau rekan sekerjanya
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala yang sama. Atau penderita bisa mendapatkan
penyakit ini karena cara memasak yang salah, makan makanan yang tercemar atau sudah
kadaluarsa atau makan makanan laut mentah.
Jika gejalanya berat dan lebih dari 48 jam, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap
contoh tinja untuk mencari adanya sel darah putih dan bakteri, virus atau parasit.
Pemeriksaan laboratorium dari muntahan, makanan atau darah, juga bisa membantu
menemukan penyebabnya. Bila gejalanya menetap selama beberapa hari, mungkin perlu
dilakukan pemeriksaan kolonoskopi untuk menemukan adanya kelainan tertentu, seperti kolitis
ulserativa ataupun disentri amuba (amubiasis).
Penatalaksanaan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah minum cairan yang cukup.
Pada penderita yang muntah pun, harus minum sedikit demi sedikit untuk mengatasi dehidrasi,
yang selanjutnya bisa membantu menghentikan muntahnya. Jika muntah berlangsung terus dan
terjadi dehidrasi berat, mungkin diperlukan infus cairan dan elektrolit. Karena anak-anak lebih
cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi, mereka harus diberi larutan garam dan gula.
Bila muntahnya hebat, bisa diberikan suntikan atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui
lubang dubur). Jika gejalanya membaik, penderita secara bertahap mendapatkan makanan
lunak. Jika makanan tersebut tidak menghentikan diare setelah 12-24 jam dan bila tidak
terdapat darah pada tinja, berarti ada infeksi bakteri yang serius, dan diberikan obat-obat
seperti:
difenoksilat,
loperamide, atau
Karena antibiotik dapat menyebabkan diare dan merangsang pertumbuhan organisme yang
resisten terhadap antibiotik, maka antibiotik jarang digunakan meskipun diketahui
penyebabnya adalah bakteri. Antibiotik bisa digunakan, tetapi pada infeksi bakteri tertentu,
yaitu Campylobacter, Shigella dan Vibrio cholerae.
Cairan yang dapat diberikan adalah: Ringer laktat dan larutan NaCl 0,9% : Natrium bikarbonat
= 2 : 1 (dengan tambahan KCL 3 x 1 gram per-oral) Setelah diagnosis ditegakkan, maka
rehidrasi dapat dilakukan menurut penilaian keadaan dehidrasi. Penilaian secara klinik dapat
dilakukan dengan sistem skor, yaitu sebagai berikut:
No PEMERIKSAAN SKOR
1 Muntah 1
2 Vox 2
3 Apatis 1
4 Somnolent (Soporous) 2
8 Nafas 30 x/menit 1
9 Turgor kurang 1
10 Facies cholerica 2
11 Ekstremitas dingin 1
13 Cyanosis 2
Pada keadaan syock atau pre-syock, cairan diberikan dengan memakai rumus (metode
daldiyono):
Jumlah cairan ini diberikan dalam waktu 2 jam, kemudian diikuti dengan pemberian sebanyak
pengeluaran selama 2 jam sebelumnya. Bila setelah 3 jam syock telah diatasi, berikan larutan
elektrolit per-oral. Bila masih dalam keadaan syock atau pre-syock, maka skema diatas diulang.
Jika skor kurang dari 3, maka hanya diberikan secara per-oral (sebanyak mungkin sedikit demi
sedikit). Sebaiknya infus dipertahankan bila volume tinja lebih dari 600 ml/jam dan boleh
dihentikan bila dalam 6 jam tak ada berak dan muntah lagi.
Berdasarkan berat jenis plasma kebutuhan cairan yang diberikan:
Jumlah cairan dibutuhkan = (BJ Plasma sekarang dikurangi BJ Plasma normal) hasilnya dibagi
0,001 kemudian dikalikan Berat Badan lalu dikalikan 4 cc.
a. Menurut WHO
b. Rumus Namru 2
2. Cairan ini diberikan per-oral diminum seperti biasa. Bila penderita tidak bisa
meminumnya secara biasa, dipasang Nasogastric Tube (NGT)
3. Jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam pertama 1800 cc yaitu 600 cc cairan perjam.
Perhitungan pemberian cairan setelah 3 jam tersebut adalah 100 cc cairan per-oral
setiap jam ditambah sejumlah cairan per-oral sesuai dengan pengeluaran tinja setiap
jam sebelumnya.
4. Terapi tidak lagi diberikan bila pengeluaran tinja kurang dari 300 cc dalam 6 jam
terakhir. Diit bubur saring diganti bubur kasar. Bila penyebabnya adalah virio, maka
setelah rehidrasi tercapai dapat langsung makan seperti sebelum sakit. Bila dipakai
penilaian dengan berat jenis plasma, maka secara empirik berlaku rumus:
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta: FKUI. 2006.
2. Silvia A. Price, Lorraince M. Wilson. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2003.
3. Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FK- UI.