Oleh :
Suci Sukmawati
j
j
IDENTITAS
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Bekasi, 23 Desember 1942
Usia : 72 tahun
Alamat : KMP Malaka rt 7/08 Kec
No.Rekam Medik : 297537
Tgl Masuk RS : 18 Desember 2015
Cilincing
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Sesak napas sejak 4 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Batuk berdahak, nyeri dada, mual, muntah, nafsu makan
menurun, lemas, keringat malam, berat badan menurun,
demam.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
ANAMNESIS
RIWAYAT PENGOBATAN
berobat rutin untuk hipertensi namun pasien
menghentikan meminum obat bila tidak ada keluhan
nyeri leher dan kepala.pasien meminum obat captoril
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan saat ini.
RIWAYAT ALERGI
Allergi Makanan (-), Obat-obatan (-)
ANAMNESIS
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Tampak sakit sedang
KESADARAN
Composmentis
TANDA VITAL
TD
: 160/100 mmHg
Nadi
: 93 x/menit
Pernapasan
: 28 x/menit
Suhu
: 36,7 C
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS
GENERALIS
Kepala :Normocephal, rambut hitam, distribusi merata,
tidak mudah rontok
Mata :Sklera ikterik -/-, konjuctiva anemis -/-, refleks
cahaya +/+, pupil isokhor +/+, katarak (+) mata kanan
Hidung :Septum deviasi (-), sekret -/-, epistaksis -/-,
cuping hidung -/Mulut :Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), JVP meningkat
PEMERIKSAAN FISIK
Paru
Inspeksi
: Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vocal premitus menurun dilapang paru kiri
Perkusi
: Sonor di lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/+)
Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: batas atas : linea parasternalis dekstra ICS 2
batas kanan : linea parasternalis dekstra ICS 4
batas kiri : linea midclavikularis sinistra ICS 5
Auskultasi : BJ 1 & 2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: Permukaan datar, turgor kulit supel
Auskultasi : BU normal (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium(+), nyeri tekan abdomen
(-)
Perkusi
: Timpani
PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas atas
Akral : Hangat
Edema : -/Sianosis
: -/RCT
: <2 detik
Ekstremitas bawah
Akral : Hangat
Edema : -/Sianosis
: -/RCT
: <2 detik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
18-12-2017
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
15,2
g/dl
13,8-17
LED
0-15
Leukosit
12.300
Ul
4.5-10.8
Eritrosit
5,4
Juta/mm3
4,7-6,1
Trombosit
247.000
10^3/ul
150-400
Differential
Basophil
0-1
Eosinofil
2-4
Batang
3-5
N. Segmen
73
50-70
Limfosit
17
20-40
Monosit
2-6
22-12-2015
Parameter
Hasil
Satuan
Rujukan
Kolestrol
182
Mg %
130-220
Trigliserid
119
Mg%
34-143
LDL
199
Mg%
<140
BTA Direct
Negatif
BTA
BTA Direct
Negatif
Sewaktu I
BTA
Sewaktu II
Photo thoraks
Cord dan trakea tertarik ke kiri
sinus dan diafraghma kanan
normal
Sinus dan diafragma kiri suram.
Skeletal dan jaringan lunak
normal
Pulmo: tampak infiltrat di lap
atas paru kanan.Tampak
perselubungan inhomogen opak
dilapangan paru kiri
Kesan: TB paru duplek
Destroyed lung sinistra
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS. Sesak dirasakan
semakin memberat sejak 2 hari yang lalu. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu,
dan tidak memiliki riwayat asma. Kebiasaan pasien saat tidur hanya menggunakan 1
bantal. Sesak disertai dengan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 hari SMRS, Pasien juga
mengeluh batuk lama kurang lebih 1 tahun, batuk berdahak, warna dahak kuning
kental tapi tidak terdapat darah. Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan yang
sama sejak tahun 1998, menurut cucu pasien, dokter yang memeriksa pasien
megatakan pasien harus menjalani pemeriksaan rontgen dan dahak..Pasien didiagnosis
TB dan menjalani pengobatan selama 6 bulan. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun selama sakit, sering berkeringat malam hari, badan pasien juga terasa lemas.
Pasien merasa berat badannya turun. Pasien juga mengeluh tubuhnya terasa demam,
demam hilang timbul, dirasakan terutama pada sore dan malam hari. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah, bila batuk hebat pasien akan muntah, muntah berisi
makanan dan minuman yang dimakan oleh pasien. BAK dan BAB tidak terdapat
keluhan.
Pemeriksaan fisik :
TD
: 160/100 mmHg
Nadi
: 93 x/menit
Pernapasan
: 28 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Mata kanan mengalami katarak +/-,jvp meningkat.
Paru-paru:
Inspeksi
: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal Fremitus kiri menurun
Perkusi : sonor pada lapang paru kanan, kiri redup.
Auskultasi
: Vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing-/-
DAFTAR MASALAH
Bronkiektasis
Bekas TB Paru
Hipertensi
ASSESMENT
Bronkiektasis
S: Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS.
Sesak dirasakan semakin memberat sejak 2 hari yang laluSesak
disertai dengan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 hari SMRS, Pasien
juga mengeluh batuk lama kurang lebih 1 tahun, batuk berdahak,
warna dahak kuning kental tapi tidak terdapat darah.
O: Pemeriksaaan Fisik. TD: 160/100 mmHg,Nadi
:93x/menit,Pernapasan:28 x/menit ,Suhu: 36,7 C,Vokal Fremitus kiri
menurun ,sonor pada lapang paru kanan, kiri redup, Vesikuler +/+,
rhonki +/+, wheezing-/- Cord dan trakea tertarik ke kiri sinus dan diafraghma kanan normal
Sinus dan diafragma kiri suram. Skeletal dan jaringan lunak normal
Pulmo: tampak infiltrat di lap atas paru kanan Tampak
perselubungan inhomogen opak dilapangan paru kiri.lekosit :12300
A: Bronkiektasis
P: infus RL
Inj ceftazidim 2x1 gr
Tab N asetin cistein 3x1
Inhalasi ventolin dan fulmican 3x1
ASSESMENT
BEKAS TB PARU
S: Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS.
Sesak dirasakan semakin memberat sejak 2 hari yang laluSesak
disertai dengan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 hari SMRS, Pasien
juga mengeluh batuk lama kurang lebih 1 tahun, batuk berdahak,
warna dahak kuning kental tapi tidak terdapat darah., sering
berkeringat malam hari, badan pasien juga terasa lemas. Pasien
merasa berat badannya turun. Riwayat TB (+)
O: Pemeriksaaan Fisik. TD: 160/100 mmHg,Nadi
:93x/menit,Pernapasan:28 x/menit ,Suhu: 36,7 C,Vokal Fremitus kiri
menurun ,sonor pada lapang paru kanan, kiri redup, Vesikuler +/+,
rhonki +/+, wheezing-/- Cord dan trakea tertarik ke kiri sinus dan diafraghma kanan normal
Sinus dan diafragma kiri suram. Skeletal dan jaringan lunak normal
Pulmo: tampak infiltrat di lap atas paru kanan Tampak
perselubungan inhomogen opak dilapangan paru kiri.
A: Bekas TB Paru
P: pemeriksaan sputum sewaktu,pagi,sewaktu.
Test mantouk.
ASSESMENT
Hipertensi
S : Riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu,berobat rutin untuk
hipertensi namun pasien menghentikan meminum obat bila tidak ada
keluhan nyeri leher dan kepala.
O: Pemeriksaaan Fisik. TD: 160/100 mmHg,Nadi
:93x/menit,Pernapasan:28 x/menit ,Suhu: 36,7 C,JVP meningkat,LDL
199.
A:Hipertensi
P: simvastatin
Amlodipin
FOLLOW UP
Hari/Tgl
Kamis,
S
Pasien mengeluh sesak
O
TD: 150/80
A
Bronkiektasis
P
Infus RL
Bekas TB Paru
Fentolin dan
Hipertensi
fulmican 3x1
Ceftazidim 2x1
S: 36,3oC
Rh +/+ Wz +/-
Amlodipin 1x1
simvastatin
Ranitidin 2x1
Jumat
TD: 150/100
Bekas TB Paru
Infus RL
19/12/201
mmHg
Bronkiektasis
Fentolin dan
N: 84x/menit
Hipertensi
fulmican 3x1
demam(-)
S: 36,5oC
Ceftazidim 2x1
R: 24x/menit
Rh +/+ Wz -/-
Amlodipin 1x1
simvastatin
Ranitidin 2x1
FOLLOW UP
Hari/Tgl
Sabtu
S
Sesak (+), nyeri dada kiri
O
TD; 140/90 mmHg
A
Bronkiektasis
Infus RL
Bekas TB Paru
S: 36,3oC
Hipertensi
3x1
R: 24x/menit
Ceftazidim 2x1
Rh +/- Wz-/-
21/12/2015
Bronkiektasis
Ranitidin 2x1
Infus RL
Bekas TB Paru
S: 36,3oC
Hipertensi
3x1
R: 24x/menit
Ceftazidim 2x1
Rh +/- Wz-/-
22/12/2015
Sesak berkurang
Nyeri berkurang
Batuk
Ranitidin 2x1
Cefixim 2x200
N: 88x/menit
Bekas TB Paru
S: 36,3oC
Hipertensi
Amlodipin.
R: 24x/menit
Teofilin dengan
Rh +/- Wz-/-
salbutamol di jadikan
pulf
THANK YOU!
TINJAUAN PUSTAKA
Bronchiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis
dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan
berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru.
Definisi
Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis
yang berlangsung luas dan lama, termasuk kelainan
srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William
Campbell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus
(Fibrosis kistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi
(Pneumonia
yang
berat
pada
anak,
defisiensi
imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis ulceratif).
Pada kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab
tersering dari inflamasi, kerusakan dan remodelling jalan
nafas.
TINJAUAN PUSTAKA
Insidensi
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka
yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit
ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita
oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita
mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan
kongenital.
Epidemiologi
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
bronkiektasis dapat timbl secara kongenital maupun
didapat.
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu
masih dalam kandungan. Faktor genetik atau faktor
pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan
penting.
b. Kelainan didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat
dan kebanyakan merupakan proses berikut:
Infeksi
Penyumbatan bronkus
Cedera penghirupan
Kelainan imunologik
Patofisiologi
Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan dimana
terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat
dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua
komponentersebutadalahakibatdarisuatuprosesinfeksi,danjugaolehpengaruhcytokine
inflamasi, nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh
sebagairesponterhadapantigen.
Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding bronkus
atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan nafas. Pertahanan
jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas. Silia tersebut bergerak
berulang-ulang, memindahkan cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas.
Partikel yang berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan
dipindahkannaikketenggorokandankemudianbatukkankeluaratautertelan.
DIAGNOSA
Gambaran Klinis
a) Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan
produksi sputum harian yang mukopurulen sering
berlangsung bulanan sampai tahunan.
b) Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain
dyspnea, nyeri dada pleuritik, wheezing, demam,
mudah lelah dan berat badan menurun.
c) berat ringannya bronkiektasis dikalsifikasikan
berdasarkan temuan radiologis. Pada pasien fibrosis
kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak
dibanding penyakit penyebab bronkiektasis lainnya.
Pemeriksaan Radiologi
Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat
ditemukan gambaran seperti dibawah ini:
Ring shadow
Tramline shadow
Tubular shadow
Glove finger shadow
PENATALAKSANAAN
Pengobatanpasienbronkiektasisterdiriatas2kelompok,yaitu:
Pengobatankonservatif
oPengelolaanumum,meliputi
a.Menciptakanlingkunganyangbaikdantepatbagipasien
b.Memperbaikidrainasesekretbronkus
c.Mengontrolinfeksisalurannapas,misalnyadenganpemberianantibiotik.
oPengelolaankhusus
a.Kemoterapipadabronkiektasis
b.Drainasesekretdenganbronkoskopi
oPengobatansimtomatik
a.Pengobatanobstruksibronkus,misalnyadenganobatbronkodilator.
b.Pengobatanhipoksia,denganpemberaianoksigen.
c.PengobatanHemoptisismisalnyadenganobat-obathemostatik.
d.Pengobatandemam,denganpemberianantibiotikdanantipiretik.
Terapi Lanjutan
Pengobatan Pembedahan
PROGNOSIS
Kelangsungan Hidup
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya
serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan
pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat
memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien
tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung
kanan, hemoptisis dan lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi
bronkitis kronik berat dan difus biasanya disabilitasnya ringan.
Kelangsungan Organ
Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan
ukuran sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi
lapisan muscular dan elastic dari bronkus serta dapat pula
menyebabkan kerusakan daerah peri bronchial. Kerusakan ini
biasanya akan menyebabkan timbulnya daerah fibrosis terutama
pada daerah peribronkial.
Kesimpulan
Tinjauan Pustaka
Tuberculosis Paru
TB Paru
Epidemiologi
2. India
1.414.000
kasus
1. China
1.828.000
kasus
3. Indonesia
591.000 kasus
Klasifikasi
Sputum BTA
TB BTA (+)
TB BTA (-)
Tipe Pasien
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
baru
kambuh (relaps)
defaulted atau drop out
gagal
kronik
bekas TB
Patologi
TB paru lesi primer
TB paru lesi sekunder
Klasifikasi
Aktifitas radiologi
TB paru aktif
TB inaktif
TB paru aktif mulai menyembuh
Luas lesi
Minimal
Moderat
Advance
Cara
Penularan
Tidak
tertula
r
OS
denga
n BTA
(+)
Respon
tubuh
Batu
k
Terhisap
oleh
orang
yang
sehat
Mengelu
arkan
droplet
nuclei
Bertaha
n di
udara
Gejala Klinis
Pemeriksaan Fisik
Demam
Batuk/batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Malaise
Berkeringat Malam
Nafsu makan
berkurang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Skoring TB
anak
TB (+) : skor
6
Alur Diagnosis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
Berat Badan
30-37 kg
3 kali seminggu
RHZE (150/75/400/275) + S
RH (150/150) +
Selama 56 hari
2 tab 4KDT
Selama 28 hari
2 tab 4KDT
inj.
3 tab 4KDT
3 tab 4KDT
55-70 kg
+ 1000 mg
3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol
+ 750 mg Streptomisin
inj.
4 tab 4KDT
E(400)
selama 20 minggu
2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
+ 500 mg Streptomisin
38-54 kg
Tahap Lanjutan
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol
Penatalaksanaan
OAT Sisipan (HRZE)
Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir
pengobatan intensif masih tetap BTA positif.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari)
Dosis KDT Sisipan : (HRZE)
TahapIntensiftiaphariselama28hari
BeratBadan
RHZE(150/75/400/275)
3037kg
2tablet4KDT
3854kg
3tablet4KDT
5570kg
4tablet4KDT
71kg
5tablet4KDT
Efek samping
ringan OAT Penyeba
Efek Samping
Penatalaksanaan
INH
Efek samping
Efek Samping
Penyebab
berat
OAT Semua jenis
Gatal
dan kemerahan
Penatalaksanaan
Diberikan anti histamin
kulit
Tuli
Gangguan
keseimbangan
OAT
Streptomisin
Streptomisin
OAT
ganti Etambutol.
Hentikan semua OAT
sampai ikterus
menghilang.
Hentikan semua OAT,
muntah
Hampir semua
(permulaan ikterus
OAT
karena obat)
Gangguan penglihatan
Purpura dan renjatan
Etambutol
Hentikan Etambutol.
Rifampisin
Hentikan Rifampisin.
(syok)
PENCEGAHAN
PRIMER
Promosi kesehatan
Vaksinasi BCG
SEKUNDER
Berobat teratur
Kontrol kontak dengan imunisasi TBC negatif dan
Chemoprophylaxis pada TBC positif
TERSIER
Rehabilitasi
KOMPLIKASI
Komplik
asi paru
atelektasis, hemoptisis,fibrosis,
bronkiektasis, pneumotoraks,gagal
napas.
Komplik
asi
ekstra
paru
HIPERTENSI
DEFINISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik (SBP) lebih dari 140 mm Hg,
atau tekanan darah diastolik (DBP) lebih dari
90 mm Hg, atau sedang meminum obat
antihipertensi
Ra
s
Jenis
kelamin
Usia
Kelainan yang
dapat
menyebabkan
hipertensi
Etiologi
Hipertensi
esensial atau
hipertensi
primer (95%
kasus)
Hipertensi
sekunder atau
hipertensi renal
Faktor Risiko
Tidak dapat
dimodifikasi
Keturunan
Jenis kelamin
Umur
Dapat dimodifikasi
Merokok
Obesitas
Stress
Aktifitas fisik
Asupan
Patogenesis
aktivitas
simpatik
curah jantung
dan resistensi
perifer (keTD
menetap)
Norepinefrin:
vasokonstriktor
(pembuluh arteri
dan arteriol)
konstriksi
sfingter prekapiler
tahap
awal:curah
jantung
,tahanan
perifer normal
refleks
autoregulasi
DIAGNOSIS HIPERTENSI
Joint National Committee VII :
- Sekurang-kurangnya dua kali pengukuran tekanan
darah pada saat yang berbeda
- Pengukuran pertama dikonfirmasi pada sedikitnya
dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai
beberapa minggu
Ditegakkan bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut
diperoleh nilai rata-rata tekanan darah diastolik
90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik
140 mmHg.
CARA DIAGNOSIS
Anamnesi
s
Pemeriksa
an Fisik
Pemeriksa
an Lab
Pemeriksa
an
Penunjan
g
KLASIFIKASI HIPERTENSI
JNC VII
MANIFESTASI KLINIS
Silent Killer
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat akan mengalami edema
pupil
Gejala Kerusakan
Organ
Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan
kaki
Arteri perifer : ekstremitas dingin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terapi
Modifikasi Gaya hidup
TATALAKSANA HIPERTENSI
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1.Target tekanan darah < 140/90 mmHg,
untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2.Penurunan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler
3.Menghambat laju penyakit ginjal
proteinuria
JNC 8
Pencegahan
Komplikasi