Anda di halaman 1dari 79

Laporan Kasus 3

Oleh :
Suci Sukmawati
j
j

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2015

IDENTITAS

Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Bekasi, 23 Desember 1942
Usia : 72 tahun
Alamat : KMP Malaka rt 7/08 Kec
No.Rekam Medik : 297537
Tgl Masuk RS : 18 Desember 2015

Cilincing

ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Sesak napas sejak 4 hari SMRS

KELUHAN TAMBAHAN
Batuk berdahak, nyeri dada, mual, muntah, nafsu makan
menurun, lemas, keringat malam, berat badan menurun,
demam.

RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS.


Sesak dirasakan semakin memberat sejak 2 hari yang lalu. Sesak
tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu, dan tidak memiliki riwayat asma.
Kebiasaan pasien saat tidur hanya menggunakan 1 bantal. Sesak
disertai dengan dada sebelah kiri terasa berat sejak 4 hari SMRS,
Pasien juga mengeluh batuk lama kurang lebih 1 tahun, batuk
berdahak, warna dahak kuning kental tapi tidak terdapat darah.
Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak
tahun 1998, menurut cucu pasien, dokter yang memeriksa pasien
megatakan pasien harus menjalani pemeriksaan rontgen dan
dahak.Pasien didiagnosis TB dan menjalani pengobatan selama 6
bulan tuntas. Pasien juga mengatakan nafsu makan menurun selama
sakit,dan menurut cucu pasien berat badan pasien tidak pernah
meningkat. sering berkeringat malam hari, badan pasien juga terasa
lemas. Pasien juga mengeluh tubuhnya terasa demam, demam hilang
timbul, dirasakan terutama pada sore dan malam hari,demam tanpa
disertai menggigil. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, bila
batuk hebat pasien akan muntah, muntah berisi makanan dan
minuman yang dimakan oleh pasien. BAK dan BAB tidak terdapat
keluhan.

ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU

Pasien pernah didiagnosa TB Paru pada tahun 1998, terapi tuntas.


Riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu
Mata kanan didiagnosis katarak sejak 7 bln yang lalu
DM dan asma disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Di keluarga tidak ada yang menderita keluhan yang
sama seperti ini. Riwayat DM, HT, di keluarga disangkal.

ANAMNESIS
RIWAYAT PENGOBATAN
berobat rutin untuk hipertensi namun pasien
menghentikan meminum obat bila tidak ada keluhan
nyeri leher dan kepala.pasien meminum obat captoril
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan saat ini.
RIWAYAT ALERGI
Allergi Makanan (-), Obat-obatan (-)

ANAMNESIS
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL

Pasien merokok >1 bungkus rokok perhari, sudah berhenti


sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien merokok sejak
masih muda dan lupa kapan tepatnya. Riwayat minum
alcohol disangkal pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Tampak sakit sedang
KESADARAN
Composmentis
TANDA VITAL
TD
: 160/100 mmHg
Nadi
: 93 x/menit
Pernapasan
: 28 x/menit
Suhu
: 36,7 C

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS
GENERALIS
Kepala :Normocephal, rambut hitam, distribusi merata,
tidak mudah rontok
Mata :Sklera ikterik -/-, konjuctiva anemis -/-, refleks
cahaya +/+, pupil isokhor +/+, katarak (+) mata kanan
Hidung :Septum deviasi (-), sekret -/-, epistaksis -/-,
cuping hidung -/Mulut :Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), JVP meningkat

PEMERIKSAAN FISIK
Paru
Inspeksi
: Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vocal premitus menurun dilapang paru kiri
Perkusi
: Sonor di lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/+)
Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: batas atas : linea parasternalis dekstra ICS 2
batas kanan : linea parasternalis dekstra ICS 4
batas kiri : linea midclavikularis sinistra ICS 5
Auskultasi : BJ 1 & 2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: Permukaan datar, turgor kulit supel
Auskultasi : BU normal (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium(+), nyeri tekan abdomen
(-)
Perkusi
: Timpani

PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas atas
Akral : Hangat
Edema : -/Sianosis
: -/RCT
: <2 detik
Ekstremitas bawah
Akral : Hangat
Edema : -/Sianosis
: -/RCT
: <2 detik

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
18-12-2017
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Normal

Hemoglobin

15,2

g/dl

13,8-17

LED

0-15

Leukosit

12.300

Ul

4.5-10.8

Eritrosit

5,4

Juta/mm3

4,7-6,1

Trombosit

247.000

10^3/ul

150-400

Differential

Basophil

0-1

Eosinofil

2-4

Batang

3-5

N. Segmen

73

50-70

Limfosit

17

20-40

Monosit

2-6

22-12-2015
Parameter

Hasil

Satuan

Rujukan

Kolestrol

182

Mg %

130-220

Trigliserid

119

Mg%

34-143

LDL

199

Mg%

<140

BTA Direct

Negatif

BTA

BTA Direct

Negatif

Sewaktu I
BTA
Sewaktu II

Photo thoraks
Cord dan trakea tertarik ke kiri
sinus dan diafraghma kanan
normal
Sinus dan diafragma kiri suram.
Skeletal dan jaringan lunak
normal
Pulmo: tampak infiltrat di lap
atas paru kanan.Tampak
perselubungan inhomogen opak
dilapangan paru kiri
Kesan: TB paru duplek
Destroyed lung sinistra

RESUME

Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS. Sesak dirasakan
semakin memberat sejak 2 hari yang lalu. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu,
dan tidak memiliki riwayat asma. Kebiasaan pasien saat tidur hanya menggunakan 1
bantal. Sesak disertai dengan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 hari SMRS, Pasien juga
mengeluh batuk lama kurang lebih 1 tahun, batuk berdahak, warna dahak kuning
kental tapi tidak terdapat darah. Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan yang
sama sejak tahun 1998, menurut cucu pasien, dokter yang memeriksa pasien
megatakan pasien harus menjalani pemeriksaan rontgen dan dahak..Pasien didiagnosis
TB dan menjalani pengobatan selama 6 bulan. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun selama sakit, sering berkeringat malam hari, badan pasien juga terasa lemas.
Pasien merasa berat badannya turun. Pasien juga mengeluh tubuhnya terasa demam,
demam hilang timbul, dirasakan terutama pada sore dan malam hari. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah, bila batuk hebat pasien akan muntah, muntah berisi
makanan dan minuman yang dimakan oleh pasien. BAK dan BAB tidak terdapat
keluhan.
Pemeriksaan fisik :
TD
: 160/100 mmHg
Nadi
: 93 x/menit
Pernapasan
: 28 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Mata kanan mengalami katarak +/-,jvp meningkat.
Paru-paru:
Inspeksi
: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Palpasi : Vokal Fremitus kiri menurun
Perkusi : sonor pada lapang paru kanan, kiri redup.
Auskultasi
: Vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing-/-

DAFTAR MASALAH
Bronkiektasis
Bekas TB Paru
Hipertensi

ASSESMENT
Bronkiektasis
S: Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS.
Sesak dirasakan semakin memberat sejak 2 hari yang laluSesak
disertai dengan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 hari SMRS, Pasien
juga mengeluh batuk lama kurang lebih 1 tahun, batuk berdahak,
warna dahak kuning kental tapi tidak terdapat darah.
O: Pemeriksaaan Fisik. TD: 160/100 mmHg,Nadi
:93x/menit,Pernapasan:28 x/menit ,Suhu: 36,7 C,Vokal Fremitus kiri
menurun ,sonor pada lapang paru kanan, kiri redup, Vesikuler +/+,
rhonki +/+, wheezing-/- Cord dan trakea tertarik ke kiri sinus dan diafraghma kanan normal
Sinus dan diafragma kiri suram. Skeletal dan jaringan lunak normal
Pulmo: tampak infiltrat di lap atas paru kanan Tampak
perselubungan inhomogen opak dilapangan paru kiri.lekosit :12300
A: Bronkiektasis
P: infus RL
Inj ceftazidim 2x1 gr
Tab N asetin cistein 3x1
Inhalasi ventolin dan fulmican 3x1

ASSESMENT

BEKAS TB PARU
S: Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari SMRS.
Sesak dirasakan semakin memberat sejak 2 hari yang laluSesak
disertai dengan nyeri dada sebelah kiri sejak 4 hari SMRS, Pasien
juga mengeluh batuk lama kurang lebih 1 tahun, batuk berdahak,
warna dahak kuning kental tapi tidak terdapat darah., sering
berkeringat malam hari, badan pasien juga terasa lemas. Pasien
merasa berat badannya turun. Riwayat TB (+)
O: Pemeriksaaan Fisik. TD: 160/100 mmHg,Nadi
:93x/menit,Pernapasan:28 x/menit ,Suhu: 36,7 C,Vokal Fremitus kiri
menurun ,sonor pada lapang paru kanan, kiri redup, Vesikuler +/+,
rhonki +/+, wheezing-/- Cord dan trakea tertarik ke kiri sinus dan diafraghma kanan normal
Sinus dan diafragma kiri suram. Skeletal dan jaringan lunak normal
Pulmo: tampak infiltrat di lap atas paru kanan Tampak
perselubungan inhomogen opak dilapangan paru kiri.
A: Bekas TB Paru
P: pemeriksaan sputum sewaktu,pagi,sewaktu.
Test mantouk.

ASSESMENT

Hipertensi
S : Riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu,berobat rutin untuk
hipertensi namun pasien menghentikan meminum obat bila tidak ada
keluhan nyeri leher dan kepala.
O: Pemeriksaaan Fisik. TD: 160/100 mmHg,Nadi
:93x/menit,Pernapasan:28 x/menit ,Suhu: 36,7 C,JVP meningkat,LDL
199.
A:Hipertensi
P: simvastatin
Amlodipin

FOLLOW UP
Hari/Tgl
Kamis,

S
Pasien mengeluh sesak

O
TD: 150/80

18/12/201 nafas (+), Nyeri dada (+), mmHg


5

muntah (+) 1x, demam(-) N: 88x/menit


R: 28x/menit

A
Bronkiektasis

P
Infus RL

Bekas TB Paru

Fentolin dan

Hipertensi

fulmican 3x1

Ceftazidim 2x1

S: 36,3oC

NaCL cistein 3x1

Rh +/+ Wz +/-

Amlodipin 1x1
simvastatin
Ranitidin 2x1

Jumat

Sesak (+), nyeri dada

TD: 150/100

Bekas TB Paru

Infus RL

19/12/201

(+),batuk (+) keringat

mmHg

Bronkiektasis

Fentolin dan

malam, muntah (-),

N: 84x/menit

Hipertensi

fulmican 3x1

demam(-)

S: 36,5oC

Ceftazidim 2x1

R: 24x/menit

NaCL cistein 3x1

Rh +/+ Wz -/-

Amlodipin 1x1
simvastatin
Ranitidin 2x1

FOLLOW UP
Hari/Tgl
Sabtu

S
Sesak (+), nyeri dada kiri

O
TD; 140/90 mmHg

A
Bronkiektasis

Infus RL

Bekas TB Paru

Fentolin dan fulmican

S: 36,3oC

Hipertensi

3x1

R: 24x/menit

Ceftazidim 2x1

20/12/2015 berkurang, batuk(+) muntah(-) N: 88x/menit

Rh +/- Wz-/-

NaCL cistein 3x1


Amlodipin 1x1
Simvastatin
Mantouk test

21/12/2015

Sesak (+)berkurang , nyeri

Bronkiektasis

Ranitidin 2x1
Infus RL

Bekas TB Paru

Fentolin dan fulmican

S: 36,3oC

Hipertensi

3x1

R: 24x/menit

Ceftazidim 2x1

TD; 140/90 mmHg

dada kiri berkurang, batuk(+) N: 88x/menit


muntah(-)

Rh +/- Wz-/-

NaCL cistein 3x1


Amlodipin 1x1
simvastatin

22/12/2015

Sesak berkurang
Nyeri berkurang
Batuk

TD; 130/100 mmHg Bronkiektasis

Ranitidin 2x1
Cefixim 2x200

N: 88x/menit

Bekas TB Paru

Nacetyl cystein 3x1

S: 36,3oC

Hipertensi

Amlodipin.

R: 24x/menit

Teofilin dengan

Rh +/- Wz-/-

salbutamol di jadikan
pulf

THANK YOU!

TINJAUAN PUSTAKA

Bronchiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis
dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan
berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru.
Definisi
Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis
yang berlangsung luas dan lama, termasuk kelainan
srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William
Campbell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus
(Fibrosis kistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi
(Pneumonia
yang
berat
pada
anak,
defisiensi
imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis ulceratif).
Pada kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab
tersering dari inflamasi, kerusakan dan remodelling jalan
nafas.

TINJAUAN PUSTAKA

Insidensi
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka
yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit
ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita
oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita
mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan
kongenital.
Epidemiologi

Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang


amat penting pada negara-negara berkembang. Di
negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami
penurunan seiring dengan kemajuan pengobatan.
Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk
dengan golongan sosioekonomi yang rendah.

TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
bronkiektasis dapat timbl secara kongenital maupun
didapat.
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu
masih dalam kandungan. Faktor genetik atau faktor
pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan
penting.
b. Kelainan didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat
dan kebanyakan merupakan proses berikut:
Infeksi
Penyumbatan bronkus
Cedera penghirupan
Kelainan imunologik

Patofisiologi
Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan dimana
terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat
dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua
komponentersebutadalahakibatdarisuatuprosesinfeksi,danjugaolehpengaruhcytokine
inflamasi, nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh
sebagairesponterhadapantigen.
Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding bronkus
atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan nafas. Pertahanan
jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas. Silia tersebut bergerak
berulang-ulang, memindahkan cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas.
Partikel yang berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan
dipindahkannaikketenggorokandankemudianbatukkankeluaratautertelan.

Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan


Lanjutan

secara langsung atau tidak langsung, daerah dinding


bronkus mengalami kerusakan dan menjadi inflamasi
yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan
kehilangan keelastisannya, sehingga bronkus akan
menjadi lebar dan lembek serta membentuk kantung atau
saccus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga
meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia
mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan akan
menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi
tempat berkembangnya bakteri. Yang pada akhirnya
bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus,
sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan
kerusakan jalan nafas.

DIAGNOSA

Gambaran Klinis
a) Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan
produksi sputum harian yang mukopurulen sering
berlangsung bulanan sampai tahunan.
b) Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain
dyspnea, nyeri dada pleuritik, wheezing, demam,
mudah lelah dan berat badan menurun.
c) berat ringannya bronkiektasis dikalsifikasikan
berdasarkan temuan radiologis. Pada pasien fibrosis
kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak
dibanding penyakit penyebab bronkiektasis lainnya.

Pemeriksaan Radiologi
Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat
ditemukan gambaran seperti dibawah ini:
Ring shadow
Tramline shadow
Tubular shadow
Glove finger shadow

PENATALAKSANAAN
Pengobatanpasienbronkiektasisterdiriatas2kelompok,yaitu:
Pengobatankonservatif
oPengelolaanumum,meliputi
a.Menciptakanlingkunganyangbaikdantepatbagipasien
b.Memperbaikidrainasesekretbronkus
c.Mengontrolinfeksisalurannapas,misalnyadenganpemberianantibiotik.
oPengelolaankhusus
a.Kemoterapipadabronkiektasis
b.Drainasesekretdenganbronkoskopi
oPengobatansimtomatik
a.Pengobatanobstruksibronkus,misalnyadenganobatbronkodilator.
b.Pengobatanhipoksia,denganpemberaianoksigen.
c.PengobatanHemoptisismisalnyadenganobat-obathemostatik.
d.Pengobatandemam,denganpemberianantibiotikdanantipiretik.

Terapi Lanjutan

Pengobatan Pembedahan

Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat


(reseksi) segmen atau lobus yang terkena. Indikasinya
pada pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel,
yang
tidak
berespon
terhadap
tindakan-tindakan
konservatif yang adekuat, selain itu juga pada pasien
bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi
berulang atau hemoptisis yang berasal dari daerah
tersebut. Pasien dengan hemoptisis masif seperti ini
mutlak perlu tindakan operasi.

PROGNOSIS
Kelangsungan Hidup
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya
serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan
pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat
memperbaiki prognosis penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien
tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung
kanan, hemoptisis dan lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi
bronkitis kronik berat dan difus biasanya disabilitasnya ringan.
Kelangsungan Organ
Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan
ukuran sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi
lapisan muscular dan elastic dari bronkus serta dapat pula
menyebabkan kerusakan daerah peri bronchial. Kerusakan ini
biasanya akan menyebabkan timbulnya daerah fibrosis terutama
pada daerah peribronkial.

Kesimpulan

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai


dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis
dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan
berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan
alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru
obstruktif
kronik,
yang
bermanifestasi
sebagai
peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu
menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan
sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya
disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis.
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada beratringannya serta luasnya penyakit waktu pasien berobat
pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat
(konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki
prognosis penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati,
prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15

Tinjauan Pustaka
Tuberculosis Paru

TB Paru

Epidemiologi
2. India
1.414.000
kasus

1. China
1.828.000
kasus
3. Indonesia
591.000 kasus

Klasifikasi
Sputum BTA
TB BTA (+)
TB BTA (-)

Tipe Pasien
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus

baru
kambuh (relaps)
defaulted atau drop out
gagal
kronik
bekas TB

Patologi
TB paru lesi primer
TB paru lesi sekunder

Klasifikasi
Aktifitas radiologi
TB paru aktif
TB inaktif
TB paru aktif mulai menyembuh

Luas lesi
Minimal
Moderat
Advance

Cara
Penularan
Tidak
tertula
r

OS
denga
n BTA
(+)
Respon
tubuh

Batu
k

Terhisap
oleh
orang
yang
sehat

Mengelu
arkan
droplet
nuclei

Bertaha
n di
udara

Gejala Klinis

Pemeriksaan Fisik

Demam
Batuk/batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Malaise
Berkeringat Malam
Nafsu makan
berkurang

keadaan umum: konjungtiva


mata atau kulit yang pucat,
suhu demam (subfebris),
badan kurus atau berat
badan menurun.
Perkusi : jika terdapa cavitas
yg besar hipersonor
Jika infiltrat luas redup
Auskultasi : Rhonki basah
kasar (Apeks)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru


Bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas
Kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding
tipissklerotik dan terlihat menebal
Kalsifikasi bercak-bercak padat dengan densitas tinggi

Pemeriksaan darah : LED

Akut : leukosit , Hitung jenis pergeseran ke kiri, Limfosit masih.


Laju endap darah mulai

Pemeriksaan sputum : diagnosis pasti BTA (+)

Sputum Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)


kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan

Pemeriksaan uji Tuberkulin (mantoux tes)

Apabila diameter indurasi 10-15mm uji tuberculin positif kuat


Apabila diameter indurasi 5-9 mm uji tuberculin positif meragukan
Apabila diameter indurasi 0-4mm uji tuberculin negative

Diagnosis TB Pada Anak

Skoring TB
anak
TB (+) : skor
6

Alur Diagnosis

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan
Kategori -2

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat

Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3

Berat Badan

30-37 kg

Tahap Intensif tiap hari

3 kali seminggu

RHZE (150/75/400/275) + S

RH (150/150) +

Selama 56 hari
2 tab 4KDT

Selama 28 hari
2 tab 4KDT

inj.
3 tab 4KDT

3 tab 4KDT

55-70 kg

+ 1000 mg

3 tab 2KDT
+ 3 tab Etambutol

+ 750 mg Streptomisin
inj.
4 tab 4KDT

E(400)
selama 20 minggu
2 tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol

+ 500 mg Streptomisin
38-54 kg

Tahap Lanjutan

4 tab 4KDT

4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol

Penatalaksanaan
OAT Sisipan (HRZE)

Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir
pengobatan intensif masih tetap BTA positif.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari)
Dosis KDT Sisipan : (HRZE)

TahapIntensiftiaphariselama28hari
BeratBadan

RHZE(150/75/400/275)

3037kg

2tablet4KDT

3854kg

3tablet4KDT

5570kg

4tablet4KDT

71kg

5tablet4KDT

Efek samping
ringan OAT Penyeba
Efek Samping

Tidak ada nafsu


makan, mual, sakit
perut
Nyeri Sendi
Kesemutan s/d rasa
terbakar di kaki

Penatalaksanaan

Rifampisi Semua OAT diminum


n
Pirasina
mid

malam sebelum tidur


Beri Aspirin
Beri vitamin B6

INH

(piridoxin) 100mg per


hari
Tidak perlu diberi apa-

Efek samping
Efek Samping
Penyebab
berat
OAT Semua jenis
Gatal
dan kemerahan

Penatalaksanaan
Diberikan anti histamin

kulit
Tuli
Gangguan

sambil meneruskan OAT


Streptomisin dihentikan.
Streptomisin dihentikan,

keseimbangan

OAT
Streptomisin
Streptomisin

Ikterus tanpa penyebab Hampir semua


lain

OAT

Bingung dan muntah-

ganti Etambutol.
Hentikan semua OAT
sampai ikterus
menghilang.
Hentikan semua OAT,

muntah

Hampir semua

(permulaan ikterus

OAT

karena obat)
Gangguan penglihatan
Purpura dan renjatan

Etambutol

Hentikan Etambutol.

Rifampisin

Hentikan Rifampisin.

(syok)

segera lakukan tes fungsi


hati.

Tata laksana TB. .


Non-medikamentosa
1. Directly Observed Treatments (DOTs) :
Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk
dukungan dana.
Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara
mikroskopis.
Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dan
pengawasan langsung oleh pengawas minum obat
(PMO).
Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dan mutu
terjamin.
Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan
pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB

Tata laksana TB. .


Non-medikamentosa
2. Lacak sumber penularan
3. Aspek edukasi sosialekonomi
4. Pencegahan :
a. Imunisasi BCG
b. Kemoprofilaksis
1)
2)

Primer : cegah infeksi TB


Sekunder : cegah sakit TB (uji tuberkulin (+)
namun tidak ada gejala klinis)

PENCEGAHAN
PRIMER
Promosi kesehatan
Vaksinasi BCG

SEKUNDER
Berobat teratur
Kontrol kontak dengan imunisasi TBC negatif dan
Chemoprophylaxis pada TBC positif

TERSIER
Rehabilitasi

KOMPLIKASI
Komplik
asi paru

atelektasis, hemoptisis,fibrosis,
bronkiektasis, pneumotoraks,gagal
napas.

Komplik
asi
ekstra
paru

TBC ekstra paru ringan: TBC kelenjar


Limphe,Pleuritis dengan eksudativa
unilateral, efusipleura, tulang ( kecuali
tulang belakang ),sendi , dan kelenjar
adrenal
TBC ekstra paru berat : meningtis ,
millier,perikarditis, peritionitis, TBC
tulang belakang

HIPERTENSI

DEFINISI
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
darah sistolik (SBP) lebih dari 140 mm Hg,
atau tekanan darah diastolik (DBP) lebih dari
90 mm Hg, atau sedang meminum obat
antihipertensi

Prevalensi penderita hipertensi

Ra
s

Menurut Studi Framingham: ras Kaukasoid


hampir 1/5 populasi mempunyai tekanan darah
diatas 160/95 mmHg, dan hampir setengah
populasi memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg
Prevalensi ini lebih tinggi lagi pada populasi
berkulit gelap

Jenis
kelamin

Usia

Prevalensi penderita hipertensi lebih


tinggi pada kaum pria daripada wanita

Hipertensi muncul lebih dari separuh


populasi yang berusia lebih dari 65
tahun

Kelainan yang
dapat
menyebabkan
hipertensi

Penyakit ginjal, kelainan hormonal,


kelainan saraf

Etiologi
Hipertensi
esensial atau
hipertensi
primer (95%
kasus)

Hipertensi
sekunder atau
hipertensi renal

Faktor Risiko
Tidak dapat
dimodifikasi
Keturunan
Jenis kelamin
Umur

Dapat dimodifikasi
Merokok
Obesitas
Stress
Aktifitas fisik
Asupan

Patogenesis
aktivitas
simpatik
curah jantung
dan resistensi
perifer (keTD
menetap)

Norepinefrin:
vasokonstriktor
(pembuluh arteri
dan arteriol)

konstriksi
sfingter prekapiler

tahap
awal:curah
jantung
,tahanan
perifer normal

refleks
autoregulasi

DIAGNOSIS HIPERTENSI
Joint National Committee VII :
- Sekurang-kurangnya dua kali pengukuran tekanan
darah pada saat yang berbeda
- Pengukuran pertama dikonfirmasi pada sedikitnya
dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai
beberapa minggu
Ditegakkan bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut
diperoleh nilai rata-rata tekanan darah diastolik
90 mmHg dan atau tekanan darah sistolik

140 mmHg.

CARA DIAGNOSIS

Anamnesi
s

Pemeriksa
an Fisik

Pemeriksa
an Lab

Pemeriksa
an
Penunjan
g

KLASIFIKASI HIPERTENSI
JNC VII

MANIFESTASI KLINIS
Silent Killer
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh
darah, dan pada kasus berat akan mengalami edema
pupil

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang


disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerolus
Edema akibat peningkatan tekanan kapiler

Gejala Kerusakan
Organ
Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan

penglihatan, transient ischemic attack, defisit


sensoris atau motoris
Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria
Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak

kaki
Arteri perifer : ekstremitas dingin

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Terapi
Modifikasi Gaya hidup

TATALAKSANA HIPERTENSI
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1.Target tekanan darah < 140/90 mmHg,
untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2.Penurunan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler
3.Menghambat laju penyakit ginjal
proteinuria

Jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan


JNC 7 yaitu:

Diuretika terutama jenis Thiazide (Thiaz)


atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium
Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1
Receptor Antagonist atau Blocker (ARB)

JNC 8

Pencegahan

Komplikasi

Anda mungkin juga menyukai