Anda di halaman 1dari 11

EKONOMI ISLAM DAN WIRAUSAHA ISLAMI

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami laksanakan sebagai salah satu syarat yang ditetapkan oleh IAIN Raden
Intan Lampung sebagai persyaratan untuk Ujian Akhir Semester. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan Makalah ini tidak mungkin selesai tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak
yang terus membantu hingga Makalah ini dapat terselesaikan.
Atas bantuan tersebut penulis ucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada semua
pihak yang telah mendoakan. Penulis juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan laporan yang penulis buat ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Dan semoga Allah swt selalu
menyertai dan meridloi-Nyadalam upaya turut ikut serta mencerdaskan kehidupan.

Krawangsari Natar, 13 Januari 2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi yang memiliki
tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah berpedoman penuh pada Al-
Quran dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi
prosedur transaksinya sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak
ada satu pihak yang merasa dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi Islam tidak
hanya diukur dari aspek materilnya, namun mempertimbangkan dampak
sosial, mental dan spiritual individu serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Negara kita Indonesia tidak membatasi warga negaranya untuk berwirausaha, justru sangat
mendukung berkembangnya entrepreneur dengan kebijakan pemerintah yang membuka
peminjaman skala mikro atau makro pada bank-bank milik BUMN.
Dalam islam, berdagang atau bisnis atau wirausaha sangat dianjurkan, karena nabi kita pun
seorang wirausahawan. Ada suatu nilai yang terkandung dalam islam terkait wirausaha, yakni
jujur dan amanah serta berbisnislah yang wajar dan tidak melampaui batas. Islam sendiri
menganjurkan umatnya untuk menjadi kaya. Maka dari itu dengan berwirausaha menurut risalah
nabi muhammad SAW berarti kita mencintai suri tauladan kita.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode
penetuan harga pada akad transaksi murabahah yang dilaksanakan pada bisnis syariah. Penelitian
ini berjudul Ekonomi Islam Dan Wirausaha Islami

B. Masalah
1.Pembatasan Masalah
Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistim
ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare
State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal
terhadapburuh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam
kaca mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut
atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia masih kurang memperoleh
perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah.
Banyak praktisi pendidikan yang kurang memperhatikan aspek-aspek penumbuhan mental,
sikap, dan prilaku kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah kejuruan maupun professional
sekalipun. Orientasi mereka, pada umumnya, hanya pada upaya-upaya menyiapkan tenaga
kerja yang siap pakai. Sementara itu, dalam masyarakat sendiri telah berkembang lama kultur
feodal (priyayi) yang diwariskan oleh penjajahan Belanda. Sebagian besar anggota masyarakat
memiliki persepsi dan harapan bahwa output dari lembaga pendidikan dapat menjadi pekerja
(karyawan, administrator atau pegawai) oleh karena dalam pandangan mereka bahwa pekerja
(terutama pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani
oleh masyarakat.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin
mengenai Ekonomi Islam itu sendiri serta bagaimana hal tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu peraturan keuangan negara. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan Sistem
Ekonomi Islam pada lembaga keuangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan
demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi krisis lagi.
2. Perumusan Masalah
1. Apakah konsep ekonomi kerakyatan yang diusung dalam periode-periode sebelumnya akan
mampu membangun ekonomi atas dasar prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan
yang adil dan beradab ?
2. bagaimana dan mengapa layanan ekonomi syariah begitu marakbermunculan di Indonesia ?
3. Apakah ekonomi neoklasik atau konvensional begitu dominan kedudukannya baik secara
akademis maupun dari segi pembentukan kebijakan negara sehingga menggeser perhatian utama
dari ekonomi syariah ?
4. Apakah sistem politik ekonomi Indonesia itu sesuai dengan konsep dasar ekonomi dalam
perspektif Islam ?
5. Apakah yang di maksud dengan pengelolaan dan kewirausahaan?
6. Bagaimanakah ciri dan watak dalam kewirausahaan?
7. Bagaimanakah tahap-tahap dan proese dalam kewirausahaan?
8. Bagaimanakah faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha?
9. Bagaimakah kegiatan kewirausahaan menurut pandangan Islam?

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain disebutkan bahwa


pemerintahan negara dibentuk untuk memajukan kesejahteraan umum. Banyak ukuran yang
dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan umum. Lapangan kerja merupakan salah satu
ukuran utama yang dapat dan perlu dimanfaatkan. Lapangan kerja produktif yang mencukupi
merupakan sarana utama bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan dengan halal.
Lapangan kerja menyangkut harga diri, dan pengangguran yang berkepanjangan akan berarti
hilangnya harga diri selain dari menurunnya tingkat hidup bagi yang bersangkutan. Oleh karena
itu pengangguran haruslah dihapuskan utamanya dengan mengambil kebijakan negara yang tepat
dalam memperluas lapangan kerja produktif.
Ditinjau dari segi penghapusan pengangguran maka dapatlah disampaikan bahwa
pembangunan perekonomian Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari keberhasilan.
Sebaliknya semakin meningkatnya pengangguran walaupun telah dicapai berbagai kemajuan di
bidang pertumbuhan ekonomi dan ukuran-ukuran yang sejalan dengan pertumbuhan. Hal
demikian terlihat dari pengalaman selama pelaksanaan pembangunan dalam Pembangunan
Jangka Panjang Pertama (PJP I).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi khususnya ekspor non-migas. Nilai
keseluruhan ekspor ekspor non migas meningkat menjadi sekitar 43 kali, yaitu dari US$ 872 juta
pada tahun 1968 diperkirakan menjadi US$ 37,2 miliar pada tahun 1993/94. Peningkatan pesat
ini terutama berasal dari ekspor nonmigas yang meningkat menjadi sekitar 50 kali, yakni dari
US$ 569 juta pada tahun 1968 diperkirakan menjadi US$ 28,2 miliar pada tahun 1993/94, dan
peranannya mencapai 75,8 % dari nilai seluruh ekspor.
Namun pada saat bersamaan pengangguran juga meningkat. Pada tahun 1980,
pengangguran terbuka berjumlah hanya 891 ribu orang atau 1,7 % dari angkatan kerja. Pada
tahun 1990 jumlah pengangguran meningkat menjadi 2.365 ribu orang atau meningkat dengan
10.3 % per-tahun. Pada tahun 1995, pengangguran terbuka meningkat lagi menjadi 3,2 % dari
angkatan kerja atau 6.304 ribu orang atau 21,7% setiap tahun. Pada tahun 2000 ke atas, keadaan
cenderung bertambah suram. Menurut perhitungan Bappenas, sebagaimana yang dimuat di
Harian Kompas tanggal 5 September 2006, pertambahan angkatan kerja tahun 2000 adalah 0,94
juta orang, tahun 2001 berjumlah 3,18 juta, tahun 2002 berjumlah 1,97 juta, tahun 2003
berjumlah 1,85 juta, tahun 2004 berjumlah 1,34 juta, tahun 2005 berjumlah 1,83 juta orang.
Rata-rata per-tahun tambahan orang yang membutuhkan pekerjaan adalah 1,85 juta orang.
Perlu diperhatikan angka pengangguran menyangkut jumlah manusia, angka riil bukan
ukuran uang yaitu pendapatan atau konsumsi yang diukur dengan uang, seperti halnya ukuran
kemiskinan yang bisa naik turun dengan naik turunnya inflasi dan jumlah dana yang disalurkan
untuk mengatasi kemiskinan absolut. Bagaimanapun kemiskinan cenderung meningkat dengan
semakin meningkatnya pengangguran. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa langkah-
langkah yang diambil oleh pemerintahan negara selama ini telah gagal meningkatkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Dalam laporan ini kemampuan untuk menolong diri sendiri dan sesama sangat diperlukan.
Kemampuan semacam ini baru dapat diberikan oleh mereka yang memiliki daya inisiatif, kreatif,
berpikir positif, inovatif, bermental disiplin, konsisten, pantang menyerah, dan selalu bergairah.
Orang seperti ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang memiliki jiwa wiraswasta.
Menurut INPRES No 4 tahun 1995, kewirausahaan adalah semangat perilaku dan
kemampuan seseorang dalam menangani kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi.
Sedangkan asas pokok kewirausahaan yaitu :
1. Kemampuan kuat untuk berkarya dengan semangat kemandirian.
2. Kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis termasuk
keberanian mengambil resiko.
3. Kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif.
4. Kemampuan berkarya berdasarkkan etika bisnis ynag kuat dan sehat.
Motivasi juga penting dan menentukan keberhasilan seseorang dalam berwirausha.
Menurut Crow R (1983) motivasi adalah keadaan yang menentukan seseorang untuk berbuat
demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Terner dan Smith (1967) motivasi adalah
konstruksi yang mengaktifkan perilaku.
Selain itu, agar dapat mengembangkan diri agar lebih berhasil seseorang harus berupaya
melalui ; pendidikan, belajar mandiri, berlatih diri, membentuk mental ingin maju, percaya pada
kemampuan sendiri dan rajin berussaha.
Pendidikan dalam berwirausaha dikatakan sangat penting. Pendidikan adalah satu
satunya cara agar manusia memiliki sikap dan jiwa yang perlu dipupuk sejak dini.
Dari beberapa keterangan diatasv dapat kita simpulkan bahwa motivasi, pendidikan, dan
lingkunggan merupakan asas pokok kewirausahaan yang saling berhubungan dan apabila semua
terpenuhi niscaya dapat kita lalui dan usaha kita akan berhasil.

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN


A. Ekonomi
Ekonomi islam adalah usaha-usaha yang bertujuan mnciiptakan kesejahteraan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya yang langka sesuai dengan maqhasid, tanpa
mengekang kebebasan individu secara berlebihan, menimbulkan ketidak seimbangan makro
ekonomi dan ekologi, atau melemahkan keluarga dan solidaritas sosial dan jalinan moral dari
masyarakat.
Maqashid syariah adalah tujuan dari ekonomi islam. Yaitu memiliki tujuan mewujudkan
kemaslahantan manusia, yang terletak pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan,
dan kekayaan. Maqashid berbeda dengan ekonomi konvensional, yaitu dalam maqashid sangaan
bedampak signifikan pada keimanan yaitu dampak pada hakikat, kuantitas dan kualitas
kebutuhan material dan non-material manusia beserta cara-cara pemuasannya.
Maqashid juga beerfungsi sebagai filter-filter yang mengkontrol self-interest dalam batas
social interest. Filter ini menyerang pusat masalah dalam ekonomi konvensional yaitu iklim yang
tidak terbatas terhadap sumbeer daya (unlimited wants) dengan cara mengubah perilaku manusia
aga selaras dengan tujuan-tujuan yang normatif.
a. Imam Asy Syalibi membagi maqashid ke dalam 3 bagian, yaitu :

1. Dhahuriat adalah landasan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat terletak pada
pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan manusia. Pengabaian terhadap maqashid dhahuriat ini
akan menimbulkan kerusakan di muka bumi dan hukuman di akhirat kelak. Dhahuriat adalah
dasar pokok bagi dhahuriat yang lain. Artinya kerusakan pada dhahuriat menyebabkan kerusakan
pada maqadish hajiat dan tahsiniat.
2. Hajiyat menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur kehidupan
menjadi lebih baik.
3. Tahsiniat menyempurnakan lima unsur pokok kehidupan Karakteristik Ekonomi Islam Sebutan
ekonomi islam melahirkan kesan beragam. Bagi sebagian kalangan kata islam memposisikan
ekonomi islam pada tempat yang sangat eksklusiv, sehingga menghilangkan nilai kefitrahan
sebagai tatanan bagi semua umat manusia ekonomi islam digambarkan sebagai racikan antara
ekonomi sosialis dan kapitalis, sehingga ciri yang dimiliki ekonomi islam itu hilang.pada
sebenarnya dkonomi islam adalah satu sistem yang mencerminkan fitrah dan ciri khasnya
skaligus.
Dengan fitrahnya ekonomi islam merupakan suatu sistem yang dapat mewujudkan keadilan
ekonomi bagi seluruh umat. Sedangkan ciri khasnya adalah ekonomi islam mampu menjadi atau
menunjukan jati diri dengan segala kelebihannya pada setiap sistem yang dimiliki. Ekonomi
rabbani atau tauhid adalah ciri khas ekonomi islam, yaitu memiliki aspek aturan atau sistem yang
didasarkan pada keyakinan bahwa semua faktor ekonomi termasuk pada diri manusia pada
dasarnya adalah kepunyaan Allah, dan kepadaNya (kepada aturanNya) di kembalikan segala
urusan ( intisari dari Ali-Imran : 109 ).
Sebagai ekonomi yang ber-Tuhan maka ekonomi islam meminjam istilah dari ismail Al-
Furaqi mempunyai sumber-sember nilai-nilai normatif imperatif, sebagai acuan yang mengikat.
Dengan mengakses kepada illah-illah, setiap perbuatan manusia mempunyai nilai moral dan
ibadah. Setiap tindakan manusia secara harus direfleksikan moral yang baik, secara horizontal
maupun vertikal (kepada Allah).
Bagi paham naturalis, sumber ekonomi adalah sumber daya alam yang terpenting. Namun
berbeda dengan ekonomi islam yang menjunjung sumberdaya manusia, yang paling ternilai
sebagai kuncinya. Al-Quran memposisikan manusia sebagai pusat sirkulasi manfaat ekonomi
dari berbagai sumber yang ada ( surat Ibrahim : 32-34 ). Sekaligus menjadi khalifah dimuka
bumi ini yang berkewajiban mengelola sumber daya alam. ( Hud : 61 ). Karekter ini merupakan
derivasi dari karakter umat islam sebagai "Ummatan Wasathan"(umat moderat).
b. Karakteristik Ekonomi Islam
a) Hubungan Milik dalam Islam menurut Sadr memiliki dua konsep kepemilikan yakni kepemilikan
pribadi dan kolektif. Kepemilikan Kolektif dibagi lagi menjadi dua sub yakni kepemilikan publik
dan negara. Kpemilikan pribadi terbatas pada hak memetik hasil, prioritas, dan hak
menghentikan orang lain terhadap penggunaan kepemilikan. Perbedaan kepemilikan publk dan
negara terletak pada penggunaan. Sadr menyandarkan hampir seluruh kepercayaannya pada
kepemilkan negara karena itu ia menempatkan otoritas lebih besar kepada otoritas negara.
b) Peranan Negara dalam pengalokasian sumber daya dan kesejahteraan publik. Negara mempunyai
kekuasaan sehingga mempunyai tanggungjawab yang besar untuk menciptakan keadilan. Hal ini
dapat dilihat pada fungsi negara sebgai berikut: distribusi sumberdaya alam kepada individu
yang didasarkan pada keinginan dan kepastian untuk bekerja. pelaksanaan yang tepat sesuai
dengan konstitusi yang sah pada penggunaan sumber daya memastikan keseimbangan sosial.
Pada akhirnya kekuasaan yang dimiliki negara dipercaya untuk meciptakan kedinamisan yang
sesuai menurut situasi zaman yang ada. Sadr memandang bahwa mujtahidun adalah sebuah
negara. Maksudnya tiap negara memiliki ahli hukum atau memiliki beberapa dewan penasehat.
c) Larangan riba dan pelaksanaan zakat menurut sadr terbatas pada uang modal. Dan zakat
merupakan tugas Negara untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan keseimbangan sosial.
adalah terciptanya keseimbangan sosial dengan tidak mengarah pada keseimbangan standar
hidup antara miskin dan kaya.
c. Karakteristik menurut Umar Chapra :
1. Instrumen Zakat, zakat dalam Islam merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang
diperoleh dari seorang muslim yang wajib disalurkan kepada mustahik.
2. Pajak dalam Islam tidak dikenakan kepada muslim hanya dikenakan kepada non muslim dalam
bentuk jizyah, kharaj dan ushr. Yang dikenakan kepada seorang muslim hanya pajak
perdagangan
3. Bebas variable bunga
4. Orientasi pada maqashidu syariah, yakni pengayaan pada keimanan, jiwa, akal, keturunan, dan
kekayaan.
Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip dasar (Chapra dalam Imamudin
Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan Adalah. Prinsip Tawhid menjadi landasan utama
bagi setiap umat Muslim dalam menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini
merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
Prinsip Tawhid ini pula yang mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu Khilafah (Khalifah)
dan Adalah (keadilan).
Khilafah mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi
ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya
materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya. Ini berarti
bahwa, dengan potensi yang dimiliki, manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya yang
ada dalam rangka mengaktualisasikan kepen-tingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Prinsip Adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak terpisahkan
dengan Tawhid dan Khilafah, karena prinsip Adalah adalah merupakan bagian yang integral
dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan Adalah
menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk
merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (needfullfillment),
menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan
kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan
pertumbuhan (growth and stability).
Keunggulan Ekonomi Syariah Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi
kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga
sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual,
sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang
ekstrim, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan
tidak boleh di transaksikan.
Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,
memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an,
dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an
dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi.
Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.

Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:


1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik,
karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaannya di bumi. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat
mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur'an surat
Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Sistem Ekonomi Islam Ekonomi islam diibaratkan sebagai bangunan yang
utuh, jadi memiliki tiang yang kokoh untuk menyang dan atap untuk berteduh. Tiang dari
Ekonomi Islam Multiple ownership, islam mengakui jenis-jenis kepemilikan yang berharga.
Dalam kapitalis menghargai kepemilikan individu, sedang dalam sosialis diakui kepemilikan
bersama. Freedom to act, dalam ekonomi islam setiam manusia memiliki kebebasan untuk
bertindak. Bukan dilarang asal sesuai dengan kerangka-kerangka ajaran Islam.
Sosial justice, dalam islam meski harta yang kita dapat adalah usaha kita, namun itu juga ada
unsur orang lain di dalamnya oleh karenanya islam memerintahkan kita untuk malakukan zakat.
Atap Ekonomi Islam Akhlak dalam ekonomi islam dianalogikan dengan etika dalam
beraktivitas ekonomi. Dengan akhlak manusia menjalankan aktivitasnya tidak akan sampai
merugikan orang lain dan tetap menjaga sesuai syariat.

d. Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam hadir jauh lebih dahulu dari system ekonomi Sosialis/komunis dan sistem
ekonomi Kapitalis, yaitu pada abad ke 6, sedangkan kapitalis abad 17, dan sosialis abad 18.
Dalam sistem ekonomi Islam, yang ditekankan adalah terciptanya pemerataan distribusi
pendapatan, seperti tercantum dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 7 : Apa saja harta rampasan (fai-i)
yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu.
e. Prinsip Ekonomi Islam
Menurut Yusuf Qardhawi (2004), ilmu ekonomi Islam memiliki tiga prinsip dasar yaitu
tauhid, akhlak, dan keseimbangan. Karasteristik Ekonomi Islam bersumber pada Islam itu sendiri
yang meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan bersama mengatur teori ekonomi
dalam Islam, yaitu asas akidah, akhlak, dan asas hukum (muamalah).
B. Wirausaha Islami
Sebetulnya kenapa penulis menjadikan wirausaha yang islami sebagai judul, itu karena
mengingat globalisasi yang masiv sehingga dikhawatirkan umat islam dalam menjalankan bisnis
menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dan telah lupa dan
kehilangan sebuah landasan untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul nya.
Wirausaha yang islami bukan harus selalu bisnis yang berkaitan dengan obyek dalam islam,
misal kopiah, sajadah, peralatan sholat dll. Melainkan wirausaha yang islami adalah proses bisnis
atau usaha yang didasari nilai keislaman dan selalu mengingat perintah dan larangannya.
1. Pengertian Wirausaha Islami
Wirausaha berasal dari kata "wira" dan "usaha", yang berarti usaha sendiri.Wirausaha
adalah kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok orang dengan melihat peluang
yang ada, kemudian membuka usaha dalam bidang produksi atau distribusi barang ekonomi atau
jasa, memelihara danmembesarkannya dengan mencurahkan pikiran, waktu dan
tenaganya dengan maksud untuk memperoleh keuntungan.
2. Wirausaha dalam sejarah Islam
Nabi Muhammad SAW sudah berbisnis kecil-kecilan pada usia kurang dari 12 tahun (jauh
sebelum menjadi Rasul) dengan cara membeli barang dari suatu pasar dan kemudian menjualnya
kepada orang lain dengan maksud memperoleh keuntungan.
Aktivitas bisnis tersebut dilakukan dengan maksud untuk meringankan beban pamannya Abu
Thalib. Dalam usahanya tersebut, beliau bersama dengan pamannya Abu Thalib juga
pernah melakukan pejalanan dagang ke Syiria.
Bisnis nabi Muhammad SAW terus berkembang sampai kemudian Khadijah menawarkan
kemitraan bisnis dengan sistem profit sharing.
Selama bermitra dengan Khadijah, nabi Muhammad SAW telah melakukan pejalanan ke
pusat bisnis di Habasyah (Ethopia), Syria dan Jorash. Setelah menikah dengan Khadijah, usaha
dagangnya tetap berjalan dengan bertindak sebagai manajer sekaligus mitra usaha istrinya.
Kegiatan wirausaha pada jaman nabi terus mengalami perkembangan karena para sahabat
dan orang-orang shaleh pada waktu itu termotivasi dengan adanya ayat-ayat Al-Qur'an dan
Hadits yang memerintahkan untuk berusaha.
3. Landasan Syari
a) "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia
Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung". (Q.S Al Jumuah, 62:10)
b) "Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian
pergi ke gunung kemudian kembali memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian
dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta
kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun tidak" (H.R.Bukhari).
c) "Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama nabi, orang-orang shadiqin, dan
para syuhada" (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
d) "Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah sembilan dari
sepuluh pintu rezeki" (H.R. Ahmad).
e) Pernah suatu saat Rasulullah ditanya oleh para sahabat, "Pekerjaan apa yang paling baik ya
Rasulullah " maka Rasulullah menjawab, "Seorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan
setiap jual beli yang bersih"(H.R. Al-Bazzar).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://fadhilwahyudi.multiply.com/journal/item/44/MUTIARA_KEGIATAN_WIRAUSAHA_MENUR
UT_ISLAM
http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/4-islam-dan-mental-kewirausahaan-subur.pdf
http://islamkuno.com/2008/02/01/pemberdayaan-masyarakat-dan-kewirausahaan/
http://www.scribd.com/doc/4933265/PENGELOLAAN-KEWIRAUSAHAAN
http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=10450
http://ekonomiislamindonesia.blogspot.com/2012/08/membangun-ekonomi-syariah-di-
indonesia.html
http://repository.unhas.ac.idbitstreamhandle1234567891265BAB%20I.pdfsequence=2
http://sulaimanbrbs.blogspot.com/2012/07/proposal-kewirausahaan-
islam.htmlhttp://sulaimanbrbs.blogspot.com/2012/07/proposal-kewirausahaan-islam.html

Diposkan oleh Turofiana di 08.31


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

Jalan Pena Toto11 Juli 2016 10.08

tulisan yang bagus

Balas

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Anda mungkin juga menyukai