KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami laksanakan sebagai salah satu syarat yang ditetapkan oleh IAIN Raden
Intan Lampung sebagai persyaratan untuk Ujian Akhir Semester. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan Makalah ini tidak mungkin selesai tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak
yang terus membantu hingga Makalah ini dapat terselesaikan.
Atas bantuan tersebut penulis ucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada semua
pihak yang telah mendoakan. Penulis juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan laporan yang penulis buat ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Dan semoga Allah swt selalu
menyertai dan meridloi-Nyadalam upaya turut ikut serta mencerdaskan kehidupan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi yang memiliki
tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah berpedoman penuh pada Al-
Quran dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi
prosedur transaksinya sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak
ada satu pihak yang merasa dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi Islam tidak
hanya diukur dari aspek materilnya, namun mempertimbangkan dampak
sosial, mental dan spiritual individu serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Negara kita Indonesia tidak membatasi warga negaranya untuk berwirausaha, justru sangat
mendukung berkembangnya entrepreneur dengan kebijakan pemerintah yang membuka
peminjaman skala mikro atau makro pada bank-bank milik BUMN.
Dalam islam, berdagang atau bisnis atau wirausaha sangat dianjurkan, karena nabi kita pun
seorang wirausahawan. Ada suatu nilai yang terkandung dalam islam terkait wirausaha, yakni
jujur dan amanah serta berbisnislah yang wajar dan tidak melampaui batas. Islam sendiri
menganjurkan umatnya untuk menjadi kaya. Maka dari itu dengan berwirausaha menurut risalah
nabi muhammad SAW berarti kita mencintai suri tauladan kita.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode
penetuan harga pada akad transaksi murabahah yang dilaksanakan pada bisnis syariah. Penelitian
ini berjudul Ekonomi Islam Dan Wirausaha Islami
B. Masalah
1.Pembatasan Masalah
Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistim
ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare
State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal
terhadapburuh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam
kaca mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut
atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia masih kurang memperoleh
perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah.
Banyak praktisi pendidikan yang kurang memperhatikan aspek-aspek penumbuhan mental,
sikap, dan prilaku kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah kejuruan maupun professional
sekalipun. Orientasi mereka, pada umumnya, hanya pada upaya-upaya menyiapkan tenaga
kerja yang siap pakai. Sementara itu, dalam masyarakat sendiri telah berkembang lama kultur
feodal (priyayi) yang diwariskan oleh penjajahan Belanda. Sebagian besar anggota masyarakat
memiliki persepsi dan harapan bahwa output dari lembaga pendidikan dapat menjadi pekerja
(karyawan, administrator atau pegawai) oleh karena dalam pandangan mereka bahwa pekerja
(terutama pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani
oleh masyarakat.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin
mengenai Ekonomi Islam itu sendiri serta bagaimana hal tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu peraturan keuangan negara. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan Sistem
Ekonomi Islam pada lembaga keuangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan
demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi krisis lagi.
2. Perumusan Masalah
1. Apakah konsep ekonomi kerakyatan yang diusung dalam periode-periode sebelumnya akan
mampu membangun ekonomi atas dasar prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan
yang adil dan beradab ?
2. bagaimana dan mengapa layanan ekonomi syariah begitu marakbermunculan di Indonesia ?
3. Apakah ekonomi neoklasik atau konvensional begitu dominan kedudukannya baik secara
akademis maupun dari segi pembentukan kebijakan negara sehingga menggeser perhatian utama
dari ekonomi syariah ?
4. Apakah sistem politik ekonomi Indonesia itu sesuai dengan konsep dasar ekonomi dalam
perspektif Islam ?
5. Apakah yang di maksud dengan pengelolaan dan kewirausahaan?
6. Bagaimanakah ciri dan watak dalam kewirausahaan?
7. Bagaimanakah tahap-tahap dan proese dalam kewirausahaan?
8. Bagaimanakah faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha?
9. Bagaimakah kegiatan kewirausahaan menurut pandangan Islam?
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
1. Dhahuriat adalah landasan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat terletak pada
pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan manusia. Pengabaian terhadap maqashid dhahuriat ini
akan menimbulkan kerusakan di muka bumi dan hukuman di akhirat kelak. Dhahuriat adalah
dasar pokok bagi dhahuriat yang lain. Artinya kerusakan pada dhahuriat menyebabkan kerusakan
pada maqadish hajiat dan tahsiniat.
2. Hajiyat menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur kehidupan
menjadi lebih baik.
3. Tahsiniat menyempurnakan lima unsur pokok kehidupan Karakteristik Ekonomi Islam Sebutan
ekonomi islam melahirkan kesan beragam. Bagi sebagian kalangan kata islam memposisikan
ekonomi islam pada tempat yang sangat eksklusiv, sehingga menghilangkan nilai kefitrahan
sebagai tatanan bagi semua umat manusia ekonomi islam digambarkan sebagai racikan antara
ekonomi sosialis dan kapitalis, sehingga ciri yang dimiliki ekonomi islam itu hilang.pada
sebenarnya dkonomi islam adalah satu sistem yang mencerminkan fitrah dan ciri khasnya
skaligus.
Dengan fitrahnya ekonomi islam merupakan suatu sistem yang dapat mewujudkan keadilan
ekonomi bagi seluruh umat. Sedangkan ciri khasnya adalah ekonomi islam mampu menjadi atau
menunjukan jati diri dengan segala kelebihannya pada setiap sistem yang dimiliki. Ekonomi
rabbani atau tauhid adalah ciri khas ekonomi islam, yaitu memiliki aspek aturan atau sistem yang
didasarkan pada keyakinan bahwa semua faktor ekonomi termasuk pada diri manusia pada
dasarnya adalah kepunyaan Allah, dan kepadaNya (kepada aturanNya) di kembalikan segala
urusan ( intisari dari Ali-Imran : 109 ).
Sebagai ekonomi yang ber-Tuhan maka ekonomi islam meminjam istilah dari ismail Al-
Furaqi mempunyai sumber-sember nilai-nilai normatif imperatif, sebagai acuan yang mengikat.
Dengan mengakses kepada illah-illah, setiap perbuatan manusia mempunyai nilai moral dan
ibadah. Setiap tindakan manusia secara harus direfleksikan moral yang baik, secara horizontal
maupun vertikal (kepada Allah).
Bagi paham naturalis, sumber ekonomi adalah sumber daya alam yang terpenting. Namun
berbeda dengan ekonomi islam yang menjunjung sumberdaya manusia, yang paling ternilai
sebagai kuncinya. Al-Quran memposisikan manusia sebagai pusat sirkulasi manfaat ekonomi
dari berbagai sumber yang ada ( surat Ibrahim : 32-34 ). Sekaligus menjadi khalifah dimuka
bumi ini yang berkewajiban mengelola sumber daya alam. ( Hud : 61 ). Karekter ini merupakan
derivasi dari karakter umat islam sebagai "Ummatan Wasathan"(umat moderat).
b. Karakteristik Ekonomi Islam
a) Hubungan Milik dalam Islam menurut Sadr memiliki dua konsep kepemilikan yakni kepemilikan
pribadi dan kolektif. Kepemilikan Kolektif dibagi lagi menjadi dua sub yakni kepemilikan publik
dan negara. Kpemilikan pribadi terbatas pada hak memetik hasil, prioritas, dan hak
menghentikan orang lain terhadap penggunaan kepemilikan. Perbedaan kepemilikan publk dan
negara terletak pada penggunaan. Sadr menyandarkan hampir seluruh kepercayaannya pada
kepemilkan negara karena itu ia menempatkan otoritas lebih besar kepada otoritas negara.
b) Peranan Negara dalam pengalokasian sumber daya dan kesejahteraan publik. Negara mempunyai
kekuasaan sehingga mempunyai tanggungjawab yang besar untuk menciptakan keadilan. Hal ini
dapat dilihat pada fungsi negara sebgai berikut: distribusi sumberdaya alam kepada individu
yang didasarkan pada keinginan dan kepastian untuk bekerja. pelaksanaan yang tepat sesuai
dengan konstitusi yang sah pada penggunaan sumber daya memastikan keseimbangan sosial.
Pada akhirnya kekuasaan yang dimiliki negara dipercaya untuk meciptakan kedinamisan yang
sesuai menurut situasi zaman yang ada. Sadr memandang bahwa mujtahidun adalah sebuah
negara. Maksudnya tiap negara memiliki ahli hukum atau memiliki beberapa dewan penasehat.
c) Larangan riba dan pelaksanaan zakat menurut sadr terbatas pada uang modal. Dan zakat
merupakan tugas Negara untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan keseimbangan sosial.
adalah terciptanya keseimbangan sosial dengan tidak mengarah pada keseimbangan standar
hidup antara miskin dan kaya.
c. Karakteristik menurut Umar Chapra :
1. Instrumen Zakat, zakat dalam Islam merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang
diperoleh dari seorang muslim yang wajib disalurkan kepada mustahik.
2. Pajak dalam Islam tidak dikenakan kepada muslim hanya dikenakan kepada non muslim dalam
bentuk jizyah, kharaj dan ushr. Yang dikenakan kepada seorang muslim hanya pajak
perdagangan
3. Bebas variable bunga
4. Orientasi pada maqashidu syariah, yakni pengayaan pada keimanan, jiwa, akal, keturunan, dan
kekayaan.
Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip dasar (Chapra dalam Imamudin
Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan Adalah. Prinsip Tawhid menjadi landasan utama
bagi setiap umat Muslim dalam menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini
merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
Prinsip Tawhid ini pula yang mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu Khilafah (Khalifah)
dan Adalah (keadilan).
Khilafah mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi
ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya
materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya. Ini berarti
bahwa, dengan potensi yang dimiliki, manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya yang
ada dalam rangka mengaktualisasikan kepen-tingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Prinsip Adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak terpisahkan
dengan Tawhid dan Khilafah, karena prinsip Adalah adalah merupakan bagian yang integral
dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan Adalah
menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk
merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (needfullfillment),
menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan
kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan
pertumbuhan (growth and stability).
Keunggulan Ekonomi Syariah Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi
kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga
sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual,
sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang
ekstrim, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan
tidak boleh di transaksikan.
Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,
memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an,
dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an
dan Sunnah banyak sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku
sebagai produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi.
Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
1 komentar:
1.
Balas