Anda di halaman 1dari 21

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Nama : _______________________________
Stambuk : _______________________________

Laboratorium Keterampilan Klinik


Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2017

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 1


Daftar Isi

Sampul Handout
Daftar Isi
Kata Pengantar
Pemeriksaan Luka (latar belakang teoritis)
Obyektif Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Sketsa Tubuh
Skill Dokumentasi Luka
Skill Deskripsi Luka
Skill Membuat Visum Et Repertum (VER)
EvaluasiDaftar Pustaka

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 2


KATA PENGANTAR

Setelah lulus kedokteran, dokter mungkin akan memeriksa seseorang yang telah
terluka, terutama jika melibatkan korban. Kondisi luka mungkin sepele atau serius dan orang terluka
mungkin masih hidup atau mati. Oleh karena itu, adalah paling penting bagi seorang dokter untuk
memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi dan deskripsi luka, yang mungkin memiliki implikasi
medikolegal yang serius pada tahap berikutnya. Karena itu, adalah penting bahwa berbagai jenis luka
harus diteliti dengan benar dan diidentifikasi serta dijelaskan, dengan deskripsi lengkap yang dibuat
dalam catatan dan foto-foto yang diambil pada saat pemeriksaan.

Handout Keterampilan Klinis ini adalah di desain untuk mahasiswa kedokteran di


Kedokteran Forensik dan Medikolegal Tujuan utama dari manual ini adalah supaya mahasiswa dapat
menguasai keterampilan dalam menilai dan mendokumentasikan berbagai jenis luka dan kemudian
melaporkannya dalam laporan Visum et Repertum.

Kami ingin menghargai semua kontributor yang telah membantu dalam menyusun
Pedoman Keterampilan Klinis ini.

Makassar, 1 Oktober 2010


Koordinator Laboratorium Keterampilan Klinik
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 3


PEMERIKSAAN LUKA
DALAM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

KLASIFIKASI LUKA
Identifikasi dan deskripsi luka mungkin memiliki implikasi medikolegal yang serius pada tahap
berikutnya, dan sering setelah beberapa waktu yang cukup telah berlalu sejak perlukaan tersebut
berlaku. Oleh karena itu penting bahwa berbagai jenis luka dapat diidentifikasi dan dijelaskan dengan
benar, dengan deskripsi lengkap yang dibuat dalam catatan yang diambil pada saat, atau segera
setelah pemeriksaan ('catatan kontemporer').
Luka adalah istilah yang diberikan untuk kerusakan jaringan yang disebabkan oleh kekuatan
mekanik (juga disebut cedera atau trauma). Ini termasuk luka akibat tusukan, trauma tumpul (ditinju,
ditendang, dipukul dll), cekik, gigit, tembak, jatuh dari ketinggian, ditabrak oleh kendaraan, dan trauma
ledakan dari bahan peledak.

Deskripsi luka harus mencakup:


- Sifat luka, yaitu apakah itu memar, abrasi atau laserasi dll.
- Dimensi luka, misalnya panjang, lebar, kedalaman dll. Hal ini membantu untuk mengambil foto luka
dengan indikasi dimensi (misalnya pita pengukur ditempatkan di samping luka), dan untuk
pengukuran yang akan diambil dari luka seperti yang muncul pertama, dan kemudian dengan tepi
luka ditarik bersama-sama (jika itu adalah laserasi dll).
- Posisi luka dalam kaitannya dengan tanda anatomi yang tetap, misalnya jarak dari garis tengah, di
bawah klavikula dll.
- Ketinggian luka dari tumit (yaitu permukaan tanah) - ini sangat penting dalam kasus di mana
pejalan kaki telah ditabral oleh kendaraan bermotor.

Jenis-jenis utama luka yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk:
- lecet
- memar / kontusio
- laserasi
- luka gores
- luka tusukan
- fraktur
- bekas gigitan

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 4


- luka pertahanan

Lecet (abrasi)
Sebuah abrasi adalah gundulan kulit yang disebabkan oleh gesekan. Sebuah luka dapat berupa dalam
atau dangkal tergantung pada kekuatan dan kekasaran permukaan yang menyebabkan abrasi.
Seseorang yang terseret di trotoar mungkin memiliki luka yang lebih dalam dan lebih kasar daripada
orang yang terseret di karpet. Sesekali, arah daya dapat ditentukan. Jika salah satu ujung luka memiliki
margin dengan kulit timbul, misalnya, daya berasal dari sisi berlawanan.

Memar (kontusio)
Memar adalah perubahan warna kulit yang disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan dari
pembuluh darah yang pecah. Secara umum, semakin tua seseorang, semakin mudah pembuluh darah
akan pecah. Tidak ada cara, namun, untuk menentukan dengan tepat berapa banyak daya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan memar. Usia memar sulit untuk menentukan karena variabilitas besar
reaksi tubuh terhadap trauma. Orang dengan kelainan darah dan penyakit hati dapat mengembangkan
lebih kontusio parah daripada orang yang sehat.Apabila terjadinya penyembuhan, luka memar berubah
warna dari biru atau merah, merah-biru, hijau, coklat, dan akhirnya kuning. Perubahan warna ini,
walaubagaimanapun, mungkin muncul tidak beraturan dan mungkin tumpang tindih. Tidak ada cara
untuk mengetahui berapa lama setiap tahap warna akan berlangsung. Kadang-kadang luka memar
baru-baru ini akan memiliki semburat coklat.

Laserasi (Robek)
Kulit robek dari trauma tumpul disebut laserasi. Banyak robekan terkait dengan kedua luka memar dan
lecet. Sebagai contoh, sebuah pukulan ke kepala dengan palu dapat menyebabkan robeknya kulit
kepala dengan lecet yang berdekatan. Jika darah keluar ke jaringan sekitarnya, kulit juga bisa memar.
Laserasi harus dibedakan dari luka iris. Laserasi biasanya memiliki jembatan jaringan menghubungkan
satu sisi luka yang lain. Luka iris dan insisi tidak memiliki jembatan jaringan karena benda tajam
memotong luka bersih dari atas ke bawah luka.
Kematian akibat trauma tumpul mungkin memiliki beberapa atau tidak ada tanda-tanda eksternal atas
trauma. Hal ini terjadi terutama pada pukulan fatal di abdomen.

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 5


Trauma tumpul di kepala
Trauma tumpul ke kepala dan wajah dapat menghasilkan memar, luka, dan lecet. Namun, mungkin
tidak ada tanda-tanda eksternal dari trauma kepala jika seseorang memiliki kepala yang penuh rambut.
Luka eksternal yang jelas tidak diperlukan untuk menentukan kematian disebabkan oleh trauma
kepala. Kadang-kadang, senjata meninggalkan karakteristik pattern identifikasi pada kulit kepala.
Sayangnya, ini adalah pengecualian daripada aturan.

Tanda Battle
Perubahan warna kebiruan pada kulit belakang telinga yang terjadi dari darah bocor di bawah kepala
setelah patah tulang tengkorak.

Perdarahan kacamata (mata rakun)


Perubahan warna dari jaringan di sekitar mata biasanya karena fraktur tulang tengkorak. Para
perdarahan ini mungkin melibatkan satu atau kedua mata dan dapat keliru ditafsirkan bahwa orang yg
meninggal telah melanda sekitar wajah dan mata. Ketika seseorang menerima pukulan signifikan ke
kepala akan ada perdarahan di bawah kepala bahkan dengan tidak ada luka eksternal. Tergantung
pada jumlah daya, mungkin terjadi patah tulang tengkorak. Ada berbagai jenis patah tulang tengkorak,
namun jenis tertentu tidak sepenting mengenali pola seperti fraktur sirkular disebabkan oleh palu.

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 6


OBYEKTIF PEMBELAJARAN

Obyektif General
Setelah melakukan keterampilan dalam manual ini, mahasiswa diharapkan mampu menguasai
keterampilan dala, menilai dan mendokumentasikan berbagai jenis luka dan kemudian melaporkannya
dalam laporan Visum et Repertum.

Obyektif Spesifik
Setelah menyelesaikan pelatihan keterampilan dalam manual ini, mahasiswa diharapkan dapat
melakukan:
1. Pengamatan yang tepat dan keterampilan identifikasi
2. Menggambar lokasi luka sehubungan dengan penanda anatomi manusia dengan benar.
3. Mendokumentasikan / membuat catatan tentang karakteristik dan lokasi luka untuk rekonstruksi
lebih lanjut.
4. Identifikasi yang benar obyek / senjata yang menyebabkan cedera menggunakan karakteristik luka.
5. Laporan tepat pada penilaian hasil

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 7


STRATEGI PEMBELAJARAN

Instrumen dan Peralatan:


- Manual CSL untuk luka
- Handscoen / sarung tangan bedah
- Standart pengukuran / Penguasa
- Pita bedah
- Status Pasien (sketsa tubuh), ballpoint
- Audio-visual / Kamera Digital

Metode Pembelajaran:
1. Demonstrasi mengikut manual
2. Diskusi
3. Partisipasi aktif (simulasi)
4. Evaluasi menggunakan check list

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 8


Sketsa tubuh

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 9


Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 10
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 11
PROSEDUR DOKUMENTASI

No Aktivitas
1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan:
a. Surat permohonan pemeriksaan eksternal(SPV)
b. Informed consent yang telah ditandatangani
c. Sketsa tubuh
d. Label tubuh (besar dan kecil)
e. Label Material (besar dan kecil)
f. Pena
g. Kamera digital
h. Handscoen (sarung tangan)
i. Pengukuran standart

2 Tuliskan informasi yang diperlukan dari surat permohonan pemeriksaan eksternal


(SPV) untuk label tubuh dan sketsa tubuh:
a. Nomor permintaan polisi
b. Nama Korban / usia
c. Nomor register kasus
d. Nama pemeriksa
e. Penguji nomor ID
f. Tanggal pemeriksaan
g. Waktu pemeriksaan

3 Kenakan sarung tangan bedah (handscoen)

4 Mendokumentasikan tubuh dengan cara fotografi


I. Whole body mendokumentasikan kerusakan dan tidak adanya
kerusakan
- Diambil dengan berdiri (jika mungkin) korban di depan latar belakang layar
biru dengan label besar tubuh yang melekat pada standart pengukuran di
samping korban.
- Foto mengandung seluruh tubuh dari kepala sampai kaki ([a] depan dan
[b] kembali)
- Kamera diposisikan sejajar dengan korban pada pusat gravitasi

II. Regional mendokumentasikan kerusakan dengan jaringan sekitarnya


- Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 50 cm dari
tubuh
- Gambar berisi penanda tubuh anatomi, tempat tujuan, label tubuh kecil
dan standart pengukuran

III. Close Up mendokumentasikan kerusakan


- Diambil dengan kamera diposisikan tegak lurus setidaknya 25 cm dari
tubuh
- Taken with the camera positioned such as below : (5 position)

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 12


450

900

- Gambar berisi tempat tujuan, label tubuh kecil dan standart pengukuran

5 Mendokumentasikan bahan bukti (baju robek, tempat darah, dll)


- Keluarkan bahan bukti pada permukaan putih
- Mengambil gambar seri semua material tersebut
+ Seluruh material (label bahan besar, pengukuran standart) [a] depan
[b] kembali
+ Tempat tujuan (label bahan kecil, pengukuran standart)

6 Documenting the body by means of drawing on body chart


- Melokalisir luka (menentukan daerah anatomi dan menentukan
kerusakan-luka pengukuran-luka absis dan ordinat) dan kemudian
menggambar semua luka pada sketsa tubuh

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 13


PROSEDUR DESKRIPSI LUKA

No Aktivitas
1 Periksa semua administrasi dan peralatan yang dibutuhkan:
a. Surat permohonan pemeriksaan eksternal(SPV)
b. Informed consent yang telah ditandatangani
c. Sketsa tubuh
d. Label tubuh (besar dan kecil)
e. Label Material (besar dan kecil)
f. Pena
g. Kamera digital
h. Handscoen (sarung tangan)
i. Pengukuran standart

2 Tuliskan informasi yang diperlukan dari surat permohonan pemeriksaan eksternal


(SPV) untuk label tubuh dan sketsa tubuh:
a. Nomor permintaan polisi
b. Nama Korban / usia
c. Nomor register kasus
d. Nama pemeriksa
e. Penguji nomor ID
f. Tanggal pemeriksaan
g. Waktu pemeriksaan

3 Kenakan sarung tangan bedah (handscoen)

4 Jelaskan luka dan menuliskannya pada grafik tubuh


I. Jumlah luka
II. Jenis luka
III. Lokasi (wilayah anatomi)
IV. Pengukuran luka (panjang dan lebar)
V. Lokasi (absis and ordinat)
VI. Karakteristik luka
Batas Luka: bentuk luka, luka perbatasan - bahkan atau bergerigi,
ujung luka - runcing atau tumpul
Luas dalam batas luka: lereng interior - bahkan atau bergerigi, jenis
jaringan, jaringan bridging, basis od luka
Wilayah di sekitar perbatasan luka: memar, bekuan darah, jelaga,
tattoage; dll

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 14


DAFTAR KELENGKAPAN POIN-POIN
SURAT KETERANGAN VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP
Poin Ada / Tidak ada Keterangan
1. Logo institusi yang mengeluarkan/menerbitkan
VeR
2. Kop surat
3. Logo institusi jejaring
4. Pro Justitia
5. No. Surat Keterangan VeR dari [1]
6. No. Surat Keterangan VeR dari [3]
7. No. Surat Permintaan VeR (SPV)
8. Tanggal dan Waktu SPV diterima
9. Pihak yang membuat SPV (penyidik)
10. Waktu dan Tempat Pembuatan VeR
11. Nama Pasien/Korban
12. Tanggal Lahir/Umur
13. Alamat
14. No. Bukti Identitas
15. Anamnesis
16. Pemeriksaan Fisis
17. Pemeriksaan Penunjang
18. Ringkasan Pemeriksaan
19. Diagnosis Kerja (ICD coding)
20. Pengobatan dan Tindakan
21. Prognosis dari penyakit/damage
22. Kesimpulan
23. Tempat dan Tanggal dikeluarkan VeR
24. Nama lengkap dan Nomor Induk Kepegawaian
(NIK) dari dokter/dokter gigi yang diberi
wewenang pelayanan kesehatan
25. Jabatan dan kompetensi dari [24]
26. Tanda tangan dari [24]
27. Lampiran pemeriksaan

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 15


VER No.
Halaman 16 dari n halaman

1 2 3
SURAT KETERANGAN VISUM ET REPERTUM
Logo
KORBAN HIDUP
Departemen Kedokteran Forensik & Medikolegal (KFM) Instansi
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Jejaring
RS Ibnu Sina
Jl. Urip Sumiharjo Km.5 Makassar Indonesia

4
PRO JUSTITIA
No. Surat Keterangan VER: ................................. 5

I. Surat Permintaan VeR-------------------------------------------------------------------------------------------


6
a) Nomor Surat Permintaan VeR : .
7
b) Tanggal dan Waktu SPV diterima : .
c) Pihak yang membuat SPV : . 8
II. Laporan Visum et Repertum----------------------------------------------------------------------------------- 9
a) Waktu dan Tempat Pembuatan VeR : .
b) Identitas Pasien/Korban (KTP/SIM/Paspor/SPV)*------------------------------------------------------
10
1. Nama : .
2. Tanggal Lahir/Umur : . 11

3. Alamat : . 12

4. No. Bukti Identitas : . 13


c) Hasil Pemeriksaan----------------------------------------------------------------------------------------------
14
1. Anamnesis : .
15
2. Pemeriksaan Fisis------------------------------------------------------------------------------------------
(a) Kesadaran : .
(b) Denyut nadi : .
(c) Pernapasan : .
(d) Tekanan darah : .
(e) Suhu tubuh : .
(f) Pakaian : .
(g) Tinggi badan : .
(h) Berat badan : .
(i) Ciri khusus : .
(j) Kepala : .
(k) Leher : .
(l) Bahu : .
(m) Dada : .
(n) Punggung : .
(o) Perut : .
(p) Pinggang : .
(q) Bokong : .
(r) Dubur : .
(s) Alat kelamin : .
(t) Anggota gerak atas : .
(u) Anggota gerak bawah : .
(v) Tulang-tulang : .
3. Pemeriksaan Penunjang---------------------------------------------------------------------------------- 16

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 16


(a) Laboratorium : .
(b) Radiologi : .
(c) Odontogram : .
(d) Lain-lain : .
4. Ringkasan Pemeriksaan : . 17
5. Diagnosis Kerja (ICD coding)---------------------------------------------------------------------------- 18

Damage : .
Penyebab damage langsung (A-1) : .
*coret Penyebab
yang tidak antara
perlu (A-2) : .

Penyebab yang mendasari (A-n) : .
Keadaan morbid lain yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung tersebut (A-
1), namun berkontribusi terhadap damage tersebut:
Keadaan morbid lain (B-1) : .
Keadaan morbid lain (B-2) : .

Keadaan morbid lain (B-n) : .
6. Pengobatan dan Tindakan : . 19

7. Prognosis dari penyakit/damage : . 20

8. Kesimpulan : . 21
III. Penutup---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikian surat keterangan ini dibuat berdasarkan dengan penguraian yang sejujur-
jujurnya dan menggunakan pengetahuan yang sebaik-baiknya serta mengingat
sumpah pada saat menerima jabatan.---------------------------------------------------------------------
22
a) Tempat dan Tanggal dikeluarkan Surat Visum et Repertum:
b) Nama lengkap dan Nomor Induk Kepegawaian dokter/dokter gigi yang diberi wewenang
pelayanan kesehatan : . 23

c) Jabatan dan kompetensi dari (b) : . 24

d) Tanda tangan : 25

IV. Lampiran Pemeriksaan------------------------------------------------------------------------------------------ 26


a) Lampiran Hasil Pemeriksaan Klinis : .
b) Lampiran Pemeriksaan Toksikologi : .
c) Lampiran Pemeriksaan Histopatologi : .
d) Lampiran Foto : .
e) Lampiran Video : .
f) Lampiran lain-lain : .
(Akhir dari surat keterangan)

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 17


PENJELASAN POIN DEMI POIN
SURAT KETERANGAN VISUM ET REPERTUM KORBAN HIDUP
Catatan :
Penulisan surat keterangan Visum et Repertum (VeR) menggunakan font Arial,
ukuran 11, dengan spasi 1.

1) Logo institusi yang mengeluarkan/menerbitkan VeR.


2) Kop surat diisi sesuai kop surat resmi dari institusi yang mengeluarkan/menerbitkan Surat
Keterangan Visum et Repertum.
3) Logo institusi jejaring diisi sesuai logo institusi jejaring yang bekerja sama dengan institusi yang
mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum, yaitu institusi di mana dilakukan
pemeriksaan korban hidup dalam rangka menjawab Surat PermintaanVisum et Repertum. Jika
tidak ada institusi jejaring, tempat ini dikosongkan.
4) Pro Justitia yaitu frase pembuka pada Surat Keterangan Visum et Repertum, berasal dari bahasa
Latin dan berarti Demi kebenaran (For the sake of truth).
5) No. Surat Keterangan VeR dari [1] diisi sesuai dengan nomor Surat Keterangan Visum et
Repertum yang dikeluarkan oleh bagian administrasi pada institusi yang
mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum.
6) No. Surat Keterangan VeR dari [3] diisi sesuai dengan nomor Surat Keterangan Visum et
Repertum yang dikeluarkan oleh bagian administrasi pada institusi jejaring.
7) No. Surat Permintaan VeR (SPV) diisi sesuai dengan nomor yang tercantum pada Surat
Permintaan Visum et Repertum yang diperoleh dari pihak penyidik.
8) Tanggal dan Waktu SPV diterima diisi sesuai dengan tanggal dan waktu (jam dan menit ke
berapa?) Departemen KFM menerima Surat Permintaan Visum et Repertum dari pihak penyidik.
9) Pihak yang membuat SPV (penyidik) diisi institusi yang membuat SPV, nama, pangkat, dan
Nomor Registrasi Pokok (NRP) penyidik yang menandatangani SPV.
10) Waktu dan Tempat Pembuatan VeR diisi sesuai dengan waktu (jam dan menit ke berapa?) dan
tempat pemeriksaan dilakukan oleh dokter (atau dokter gigi bilamana menyangkut masalah gigi).
11) Nama Pasien/Korban diisi sesuai dengan nama yang tercantum pada bukti identitas yang
diberikan (KTP, SIM, Paspor, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan dicetak
miring]

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 18


12) Tanggal Lahir/Umur diisi sesuai dengan tanggal lahir dan/atau umur yang tercantum pada bukti
identitas yang diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan
dicetak miring]
13) Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum pada bukti identitas yang diberikan (KTP, SIM,
Paspor atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan dicetak miring]
14) No. Bukti Identitas diisi sesuai dengan nomor bukti identitas yang digunakan (KTP, SIM, Paspor
atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan dicetak miring]
15) Anamnesis diisi sesuai hasil anamnesis terhadap korban pada saat datang ke dr/drg/tenaga
kesehatan untuk meminta Surat Keterangan Visum et Repertum dengan membawa Surat
Permintaan Visum et Repertum.
16) Pemeriksaan Fisis diisi sesuai pemeriksaan fisis terhadap korban sesuai dengan pendekatan ilmu
kedokteran untuk mengetahui mekanisme/ patogenesis terjadinya jejas/damage
(diagnosis/gambaran klinis pada saat dilakukan pemeriksaan korban hidup dalam rangka
menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
17) Pemeriksaan Penunjang diisi sesuai dengan pemeriksaan penunjang dalam rangka membuat
diagnosis terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat dilakukan
pemeriksaan korban hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
18) Ringkasan Pemeriksaan diisi sesuai dengan rangkuman hasil pemeriksaan fisis serta
pemeriksaan penunjang terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat
dilakukan pemeriksaan korban hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et
Repertum).
19) Diagnosis Kerja (ICD coding) diisi sesuai dengan diagnosis terhadap jejas atau damage pada
saat dilakukan pemeriksaan korban hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et
Repertum. Bilamana damage tersebut merupakan rangkaian damage dan komplikasi sebagai
konsekuensi dari adanya kejadian (incidence), maka dalam mengungkapkan rangkaian
patomekanisme tersebut perlu dimasukan dalam lampiran semua ringkasan/ resume medik dari
tindakan medic terdahulu yang telah dilakukan oleh dokter/dokter gigi/petugas kesehatan yang
diberikan wewenang; dan resume medik tersebut harus ditandatangani oleh dokter/dokter
gigi/petugas kesehatan tersebut. Urutan diagnosis kerja menggunakan pendekatan Multiple Cause
of Damage (MCOD), sehingga dituliskan keadaan morbid yang langsung berhubungan dengan
damage sekarang (A1), dan penyebab antaranya (A-2, A-3), serta penyebab yang mendasari
terjadinya damage (A-4). Selain itu dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan penyebab langsung damage tersebut, namun
berkontribusi terhadap keadaan damage sekarang (B-1, B-2, B-3, dan B-4). Kemudian
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 19
diagnosis/damage tersebut diberi kode sesuai dengan International Classification of Disease-10
(ICD-10).
20) Pengobatan dan Tindakan diisi sesuai dengan pengobatan dan tindakan terhadap jejas atau
damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat dilakukan pemeriksaan korban hidup dalam rangka
menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
21) Prognosis dari penyakit/damage diisi sesuai dengan prognosis yang dibuat berdasarkan
penilaian terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat dilakukan pemeriksaan
korban hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
22) Kesimpulan diisi sesuai dengan Diagnosis dan Prognosis.
23) Tempat dan Tanggal dikeluarkan VeR diisi dengan tempat dan tanggal dikeluarkan/diterbitkan
Surat Keterangan Visum et Repertum oleh institusi yang membuat VeR.
24) Nama lengkap dan Nomor Induk Kepegawaian dari dokter/dokter gigi yang diberi wewenang
pelayanan kesehatan diisi sesuai dengan nama dan NIK dari dokter/ dokter gigi/ petugas
kesehatan yang melakukan pemeriksaan korban hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan
Visum et Repertum. Dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan ini adalah dokter/ dokter gigi/ petugas
kesehatan yang ditunjuk/mewakili institusi yang mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan
Visum et Repertum.
25) Jabatan dan kompetensi dari [24] diisi sesuai dengan jabatan dan kompetensi yang dimiliki oleh
dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan yang membuat surat keterangan Visum et Repertum.
26) Tanda tangan ditandatangani oleh [24].
27) Lampiran pemeriksaan dilampirkan semua pemeriksaan dalam rangka membuat diagnosis
terhadap damage yang terjadi (misalnya hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, ultrasonografi,
EKG, EEG, histopatologi, toksikologi, DNA, dan lain-lain).

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 20


Daftar Pustaka

Dorlands Ilustrated Medical Dictionary E-Book 32nd edition. Elsevier Health Science. 2011.

Dolinak D, Evan et al. Forensic Pathology Principle and Practice. Elsevier Academic Press. London.
2005

Skhrum, Micheal J, David A Ramasay et al. Forensic Pathologic of Trauma: Common Problem for the
Pathologist. Human Press. New Jersey. 2007

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 21

Anda mungkin juga menyukai