Anda di halaman 1dari 55

KOMPLIKASI PADA MASA KEHAMILAN

Disusun oleh:

Ajeng Ayu Saraswati

Fitri Nurhidayah

Ira Jayanti

Ria Islamiyah

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

STIKES ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO

DESEMBER 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Makalah dengan tema Komplikasi Pada Masa Kehamilan
tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan
ini disusun berdasarkan pengalaman dan ilmu yang kami peroleh selama belajar di
institutsi ini.
Makalah yang telah kami susun ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari
Kampus yaitu Maternitas.
Kami sadar, makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa orang-ornag yang
terkait. Oleh karena itu, tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam upaya menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa
2. Ir. Peter M Simanjuntak,MBA selaku ketua STIKes IMC Bintaro
3. Ns. Royani, S.Kep, M.Kep selaku kepala program studi S1 Keperawatan
STIKes IMC Bintaro
4. Ibu Dewa Ayu Sri Saraswati selaku dosen mata kuliah Maternitas
5. Kedua orangtua yang selalu mensupport dan mendoakan kami sehingga
makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Semoga Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis Makalah ini dan
pada umumnya bagi para pembaca.

Tangerang, Desember 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang...................................................................................... 5
B. Tujuan................................................................................................... 5
C. Ruang Lingkup..................................................................................... 6
D. Sistematika Penulisan........................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7


I. HIPEREMESIS GRAVIDARUM 7
A. Definisi..................................................................................... 7
B. Etiologi..................................................................................... 7
C. Patofisiologi............................................................................. 8
D. Manifestasi Klinis.................................................................... 8
E. Pemeriksaan............................................................................. 10
F. Penanganan.............................................................................. 11
G. Asuhan Keperawatan............................................................... 14

II. PERDARAHAN AWAL ANTENATAL 21


A. Definisi..................................................................................... 21
B. Klasifikasi................................................................................. 22
C. Etiologi..................................................................................... 23
D. Patofisiologi.............................................................................. 23
E. Manifestasi Klinis..................................................................... 26
F. Diagnosa dan Gejala Klinis....................................................... 27
G. Penatalaksaan Medis................................................................. 30
ASUHAN KEPERAWATAN.................................................. 34

III. PERDARAHAN PASCASALIN (HPP/HEMORARGIA POST 38


PARTUM
A. Definisi...................................................................................... 38
B. Diagnosis................................................................................... 39
C. Faktor Predisposisi.................................................................... 39
D. Tatalaksana Awal...................................................................... 39
1. Tatalaksana Umum.............................................................. 39
2. Tatalaksana Khusus............................................................. 41
a. Atonia Uteri................................................................... 41
b. Robekan Jalan Lahir...................................................... 42
c. Retensio Plasenta........................................................... 43

3
d. Sisa Plasenta.................................................................. 43
e. Inversia Uteri................................................................. 43
f. Gangguan Pembekuan Darah........................................ 44
g. Ruptura Uteri................................................................. 45

IV. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN 46


A. Definisi...................................................................................... 46
B. Etiologi...................................................................................... 46
C. Klasifikasi Hipertensi................................................................ 46
D. Patofisiologi.............................................................................. 47
E. Manifestasi Klinis..................................................................... 48
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 49
G. Penatalaksanaan........................................................................ 49
ASUHAN KEPERAWATAN................................................. 50

BAB 3 PENUTUP 54
A. KESIMPULAN.................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan (Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutipoleh Sarwono Prawirohardjo (2009 :
53), mengatakan bahwa setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh
dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman.
Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya
merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.


Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat kmplikai kehamilan,
persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak
tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan
akibat dari penyakit yang sudah ada ataupenyakit yang timbul sewaktu
kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria,
anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2009 : 54).

Angka kematian ibu di Indonesia termasuk sangat tinggi jika dibandingkan


dengan AKI di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara. Seperti di
banyak negara lainnya, penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan.
Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi selama
kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan oleh
perdarahan menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama
kematian ibu yaitu, eklamsi dan sepsis. Ironisnya semua penyebab utama
tersebut digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang sebenarnya
dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh
da dikelola secara benar (Depkes RI, 2008).

Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.
Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan 25%
biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis 15%, hipertensi dalam
kehamilan 12%, partus macet 8%, komplikasi aborsi tidak aman 13%, dan
sebab lainnya 8%.

B. Tujuan

5
1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan Maternitas
2. Untuk mengetahui Komplikasi pada Masa Kehamilan

C. Ruang Lingkup
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka
beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Hyperemesis gravidarum
2. Perdarahan awal antenatal
3. Perdarahan lanjut kehamilan
4. Hipertensi pada kehamilan

D. Sistematika Penulisan
Pada sistematika penulisan makalah ini penulis akan menjelaskan isi
makalah dimulai dengan:

Bab satu, bab ini meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.
Bab dua yaitu kajian teoritis. Penulis akan membahas mengenai tentang
Hyperemesis Gravidarum, Perdarahan Awal Antenatal, Perdarahan Lanjut
Kehamilan, Hipertensi pada Kehamilan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. DEFINISI HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari
karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi
(Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat
timbul setiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam
kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang
berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara
berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).

B. ETIOLOGI
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998)
Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa,
diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar
HCG
Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales
dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat
kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan perubahan ini serta adanya alergi

7
yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini.
Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-
lain.

C. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen
yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-
menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu
dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan
dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat
metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan
akibat perdarahan gastrointestinal.

D. MANIFESTASI KLINIS

8
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis
gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila
lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan
umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis
gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
Tingkatan I (ringan)
o Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi
keadaan umum penderita
o Ibu merasa lemah
o Nafsu makan tidak ada
o Berat badan menurun
o Merasa nyeri pada epigastrium
o Nadi meningkat sekitar 100 per menit
o Tekanan darah menurun
o Turgor kulit berkurang
o Lidah mengering
o Mata cekung

Tingkatan II (sendang)
o Penderita tampak lebih lemah dan apatis
o Turgor kulit mulai jelek
o Lidah mengering dan tampak kotor
o Nadi kecil dan cepat
o Suhu badan naik (dehidrasi)
o Mata mulai ikterik
o Berat badan turun dan mata cekung
o Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan
konstipasi
o Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi
asetonuria

9
Tingkatan III (berat)
Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma)
Dehidrasi hebat
Nadi kecil, cepat dan halus
Suhu badan meningkat dan tensi turun
Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang
dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia dan penurunan mental
Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

E. PEMERIKSAAN
Ketika seorang wanita datang dengan keluhan mual dan
muntah , riwayat berikut harus dikaji untuk membantu
membedakan antara mual dan muntah akibat kehamulan atau
kondisi patologis ini.
a. Riwayat
Frekuensi muntah
Hubungan muntah dengan asupan makanan (
jenis dan jumlah )
Riwayat pola makan ( jenis makanan dan
minuman , jumlah, waktu pemberian, dan
reaksinya)
Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)
Riwayat gangguan makan
Riwayat diabetes
Pembedahan abdomen sebelumnya.
Frekuensi istirahat
Kecemasan dalam kehamilan
Dukungan keluarga

b. Pemeriksaan fisik

10
Berat badan ( dan hubungannya dengan berat
badan sebelumnya)
Suhu badan , denyut nadi, dan pernafasan
Turgor kulit
Kelembapan membrane mukosa
Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran
organ , dan nyeri tekan.
Pengkajian pertumbuhan janin.

c. Laboratorium
Pemeriksaan keton dalam urin
Urinalis

d. Pengkajian
Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita
mengalami dehidrasi meliputi turgor kulit buruk,
peningkatan frekuensi nadi dan Pernapasan,
penurunan pengeluaran urine.

F. PENANGANAN
1) Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum
diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4
bulan.

11
Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-
hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
sering.
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau
biskuit dengan teh hangat
Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan
terlalu panas atau terlalu dingin
Usahakan defekasi teratur.
2) Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak
berkurang maka diperlukan pengobatan
Tidak memberikan obat yang terotogen
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1
dan B6
Antihistaminika seperti dramamine, avomine
Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin
hidrokhoride atau khlorpromazine.

3) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus


dirawat inap di rumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah
sebagai berikut :
a) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang,
tetapi cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu
banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan
masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau
menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan

12
b) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal
yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu
takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah
atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
c) Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 %, dalam
cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah dengan kalium dan vitamin
khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam
amino esensial secara intravena. Buat dalam daftar
kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan. Berikan
pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.
d) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik,
bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil,
oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai
terjadi irreversible pada organ vital.

13
G. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama.
Pasien tidak dapat menahan makanan dan kehilangan
berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya
berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: sebagian besar pasien sadar akan haid
yang tidak datang dan mengetahui bahwa mereka
hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat
memberikan informasi yang penting ini, sehingga
mengaburkan diagnosis.

2. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum: kulit dan membrane
mukosa sering tampak kering dan turgor
menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus
yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan
wajah; lidah tampak merah, kering dan pecah-
pecah. Faring kering dan merah, dan pernapaan
berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan
yang khas untuk ketoasidosis.
Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan
dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang
berat dan berkepanjangan, aberasi mental,
delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat
terjadi
Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya
normal, meskipun rasa sakit dihepar dapat
ditemukan

14
Pemeriksaan pelvis: uterus lunak dan
membesarkan sesuai dengan umur gestasi

Kebutuhan Dasar Khusus


Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi
meningkat (> 100 kali per menit).
Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan
tak direncanakan.
Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan
konsentrasi urine.
Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 8 minggu) ,
nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 10
Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb
dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit
berkurang, mata cekung dan lidah kering.
Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat
jatuh dalam koma
Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang

15
dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit,
sistem pendukung yang kurang.

Tes Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah:
nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat
menunjukkan hemokosentrasi berkaitan dengan
dehidrasi. Anemia yang mungkin merupakan
konsekuensi dari mal nutrisi.
Urinalisis: urin biasanya hanya sedikit dan
mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat
dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi.

b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien hyperemesis gravidarum
adalah meliputi :
1. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum

c. Intervensi
Diagnosa keperawatan \
Dx 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
mual-muntah
o Tujuan : Dalam waktu 3x24jam setelah
diberikan tindakan pemenuhan nutrisi klien
terpenuhi

16
o Dengan criteria hasil :
Berat badan ideal
Bising usus normal
Membrane mukosa lembab
o Intervensi
Timbang dan catat berat badan
pasien pada jam yang sama setiap
hari
Pantau asupan dan haluaran pasien
Kaji dan catat bising usus pasien satu
kali setiap ergantian tugas jaga
Auskultasi dan catat suara napas
pasien setiap 4 jam
o Rasional
Untuk mendapatkan pembacaan yang
paling akurat
Karena berat badan dapat meningkat
sebagai akibat dari retensi cairan
Untuk memantau peningkatan dan
penurunannya
Untuk memantau aspirasi

Dx 2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
o Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam membrane
mukosa lembab
CRT kurang dari 3 detik
TTV normal
o Intervensi
Pantau dan catat TTV setiap 2 jam atau
sesering mungkin sesuai keperluan

17
sampai stabil. Kemudian pantau dan
catat TTV setiap 4 jam
Ukur asupan dan haluaran setiap 1
sampai 4 jam. Catat dan laporkan
perubahan yang signifikan termasuk
urine, feses, muntahan, drainase luka,
drainase nasogastrik, drainase slang
dada, dan haluaran yang lain.
Timbang pasien pada waktu yang sama
setiap hari
Kaji turgor kulit dan membrane mukosa
mulut setiap 8 jam
Berikan perawatan mulut dengan cermat
setiap 4 jam
Periksa berat jenis urin setiap 8 jam
o Rasional
Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat
mengindikasikan kekurangan volume
cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.
Haluaran urine yang rendah dan berat
jenis urine yang tinggi mengindikasikan
hipovolemia
Untuk memberikan data yang lebih
akurat dan konsisten. Berat badan
merupakan indicator yang baik untuk
status cairan.
Untuk memeriksa dehidrasi
Untuk menghindari dehidrasi membrane
mukosa
Peningkatan berat jenis urine dapat
mengindikasikan dehidrasi

18
Dx 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik
o Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam terjadi
peningkatan toleransi aktivitas
o Dengan criteria hasil :
Melaporkan dan mendemonstrasikan
peningkatan aktivitas fisik yang dapat
diukur
Skala mobilitas 0-1
Skala kekuatan otot 5 (dapat
melawan tahanan)
Klien terlihat segar
o Intervensi
Kaji tingkat berfungsi pasien dengan
menggunakan skala mobilitas
fungsional.
Lakukan ROM setiap 2 sampai 4 jam.
Tingkatkan dari pasif ke aktif, sesuai
toleransi pasien.
Kaji kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya jalan, kelemahan
otot
Awasi TD, nadi, pernapasan, selama
dan sesudah aktivitas. Catat respon
terhadap tingkat aktivitas (mis.
Peningkatan denyut jantung/TD,
disritmia, pusing, dispnea, takipnea,
dan sebagainya)
o Rasional
Latihan ROM dapat mencegah
kontraktur sendi dan atrofi otot

19
Menunjukkan perubahan neurologi
karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi kamanan pasien /resiko
cedera
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan

d. Evaluasi
o Pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan
berat badan
o Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi
disekitar pemasangan slang
o TTV tetap stabil
o Volume cairan tetap adekuat
o Pasien mempunyai turgor kulit normal dan
membrane mukosa lembap
o Berat jenis urin tetap di antara 1,005 dan 1,010
o Pasien mempertahankan keseimbangan cairan (
asupan seimbang dengan haluaran)
o Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman
o Membrane mukosa mulut merah muda dan lembap
o Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM
sendi
o Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada
tingkat yang dapat ditoleransi

e. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu

20
pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien
memburuk.
2. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum
diketahui, faktor predisposisinya antara lain ;
peningkatan kadar HCG, faktor organik, dan faktor
endokrin lainnya.
3. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-
kelainan dalam berbagai alat tubuh seperti hati, jantung,
otak dan ginjal
4. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan
dehidrasi, kekurangan energi, tertimbun zat metabolik
toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit dan
perdarahan gastrointestinal
5. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan
yaitu ringan, sedang dan berat
6. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal
adalah pencegahan yaitu dengan memberikan konseling
untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya
7. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis
gravidarum adalah terapi obat-obatan, terapi
psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila
keadaan tetap memburuk terminasi kehamilan perlu
dipertimbangkan.

II. PENDARAHAN AWAL ANTENATAL


A. DEFENISI
Defenisi pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi
pada kehamilan umur 22 minggu. Ketetapan lama mendefenisikan
pendarahan antepartum adalah pendarahan setelah usia kehamilan
28 minggu, tetapi diubah oleh WHO menjadi umur 22 minggu atau
berat janin di atas 500 g. Hal ini disebabkan oleh kemampuan

21
untuk melakukan perawatan intensif terhadap janin sudah lebih
baik (Manuaba , 2007).

B. KLASIFIKASI
1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (osteum uteri internal).
Plasenta previa dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium
tertutup oleh plasenta.
b. Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium
terdapat jaringan plasenta.
c. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-
4cm diatas pinggir permukaan jalan lahir.
2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir.
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau
uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga
plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan
sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum
terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan
derajat pelepasan plasenta yaitu :
Derajat pelepasan plasenta
o Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak
tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan
plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma lebih 120 mg%.

22
o Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat
tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati,
pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma 120-150 mg%
o Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat
tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta bisa terjadi
lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
Tanda klinis
o Faktor vaskuler (80-90%), yaitu toksemia
gravidarum, glomerulo nefritis kronika, dan
hipertensi esensial. Karena desakan darah tinggi,
maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian
terjadi haematoma retroplasenter dan plasenta
sebagian terlepas.
o Faktor trauma:
Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada
hidramnion dan gemeli
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat
pergerakan janin yang banyak/bebas, versi
luar, atau pertolongan persalinan.
o Faktor paritas.
Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi.
Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio
plasenta dijumpai 45 multi dan 13 primi.
o Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan
uterus pada vena cava inferior dan lain-lain.
o Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang, dan
lain-lain.tor yang mempengaruhi solusi plasenta.

C. ETIOLOGI
Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :
1. Bersumber dari kelainan plasenta

23
a. Plasenta previa
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain :
o Endometrium yang kurang baik
o Chorion leave yang peresisten
o Umur dan paritas
o Hipoplasia Endometrium, bila kawin dan hamil
pada usia muda
o Endometrium cacat pada bekas persalinan
berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan
manual plasenta
o Korpus luteum bereaksi lambat, dimana
endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
o Kehamilan janin kembar
o Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip
endometrium
o Kadang-kadang pada malnutrisi.
o Riwayat perokok.
2. Solusi plasenta
Solusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang
letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin
lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu.
Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan
tingkat gejala klinik antara lain :
a. Solusi plasenta ringan
o Tanpa rasa sakit
Pendarahan kurang 500cc
Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
Fibrinogen diatas 250 mg %
o Solusi plasenta sedang
Bagian janin masih teraba

24
Perdarahan antara 500 1000 cc
Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
o Solusi plasenta berat
Abdomen nyeri-palpasi janin suka
Janin telah meninggal
Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
Terjadi gangguan pembekuan darah
Tidak bersumber dari kelainan plasenta,
biasanya tidak begitu berbahaya, misalnya
kelainan serviks dan vagina ( erosion,
polip, varises yang pecah ).

D. PATOFISIOLOGI
1. Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.
Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada
segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai
plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai
dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari
dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi pendarahan.
2. Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau
uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga
plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan
sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum
terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah lama yang warnanya

25
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena
otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan
pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter akan
bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh
plasenta terlepas dari dinding uterus.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Plasenta previa
a. Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester II
b. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
c. Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga
menimbulkan plasenta
d. Perdarahan berwarna merah segar
e. Letak janin abnormal
f. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan
keluarnya darah
g. Denyut jantung janin ada
h. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
i. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
2. Solusi plasenta
a. Perdarahan disertai rasa sakit
b. Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
c. Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
d. Abdomen menjadi tegang
e. Perdarahan berwarna kehitaman
f. Sakit perut terus menerus
g. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
h. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
i. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul

26
F. DIAGNOSA DAN GEJALA KLINIS
1. Plasenta Previa
Anamnesis
o Keluhan utama Perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III).
o Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri dan
berulang.
Inspeksi/inspekulo
o Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam
uterus)
o Tampak anemis
Palpasi abdomen
o Janin sering blm cukup bulan, TFU masih
rendah
o Sering dijumpai kesalahan letak janin
o Bagian terbawah janin belum turun
Pemeriksaan USG
o Evaluasi letak dan posisi plasenta.
o Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan
janin.
o Transabdominal ultrasonography
2. Solusio Plasenta
Anamnesis
o Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-
kadang pasien bisa melokalisir tempat mana
yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.
o Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat
dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri
dari darah segar dan bekuan-bekuan darah.

27
o Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa
pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi)
o Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat,
pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan
anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar.
o Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma
dan faktor kausal yang lain.
3. Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan
o Pucat, sianosis, keringat dingin.
o Kelihatan darah keluar pervaginam.
4. Palpasi
TFU naik karena terbentuknya retroplasenter
hematoma; uterus tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his
maupun diluar his.
Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut
(uterus) tegang.
5. Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin
terdengar biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah
100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari sepertiga.
Pemeriksaan dalam
Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.

28
Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba
menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun diluar
his.
Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas
seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba
pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering
dikacaukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan umum.
Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun
dan pasien jatuh syok.
Nadi cepat, kecil, dan filiformis.
7. Pemeriksaan Ultrasonography (USG).
Ultrasonography adalah suatu metode yang penting untuk
mengetahui adanya pendarahan di dalam uterus. Kualitas dan
sensitifitas ultrasonografi dalam mendeteksi solusio plasenta
telah meningkat secra signifikan belakangan ini.
Tetapi bagaimanapun juga ini bukan metode yang sempurna
dan sensitif untuk mendeteksi solusio plasenta, tercatat hanya
25% kasus solusio plasenta yang ditegakkan dengan
USG.Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan
darah retroplacental, tetapi tidak semua solusio plasenta yang
di USG ditemukan gambaran seperti di atas. Pada fase akut,
suatu perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan isoechoic,
maka kita bandingkan dengan plasenta. Gambaran konsisten
yang mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah;
gumpalan hematom retroplasenta (hyperochoic hingga
isoechoic pada fase akut, dan berubah menjadi hypoechoic
dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi,
gambaran perdarahan yang meluas. Manfaat lainnya adalah
USG dapat dipakai untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebab lain perdarahan antepartum.

29
8. Pemeriksaan laboratorium
Urin : albumin (+); pada pemeriksaan sedimen terdapat
silinder dan lekosit.
Darah : Hb menurun (anemi), periksa golongan darah,
kalau bisa cross match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah a/hipofibrinogenemia, maka
diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap 1
jam, test kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test
kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg%). `1
9. Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya.
Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang
terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di
belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Plasenta Previa
Penatalaksanaan konservatif (misal istirahat di tempat tidur
sepanjang masa hamil) biasanya dilakukan jika janin
belum cukup matang karena perdarahan biasanya
perdarahan spontan awal pada plasenta previa tidak
mengancam kehidupan ibu dan janin. Jika paru-paru janin
sudah matur dan kemungkinan hidup besar, pelahiran bisa
dilakukan.
Setelah diagnosis plasenta previa ditegakkan, ibu biasanya
tetap tinggal di Rumah sakit dibawah supervisi yang ketat.
Durasi kehamilan harus dipastikan dan , kecuali dalam
keadaan kondisi kedaruratan, kehamilan ditunda sampai
setelah minggu ke-36, biasanya dilakukan pelahiran sesaria
bagi ibu dengan plasenta previa.

30
Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih
dari show ( perdarahan inisial harus dikirim ke
rumah sakit tanpa melakukan suatu manipulasi
apapun baik rectal apalagi vaginal)
Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt
janin masih hidup, belum inpartus. Kehamilan
belum cukup 37 minggu atau berat badan janin di
bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan
istirahat. Berikan obat-obatan spasmolitika,
progestin atau progesterone observasi teliti.
Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan
siapkan donor transfusi darah. Kehamilan
dipertahankan setua mungkin supaya janin
terhindar dari premature.
Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang
disangka dengan plasenta previa, kirim segera ke
rumah sakit dimana fasilitas operasi dan tranfuse
darah ada.
Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-
obatan.

2. Solusio plasenta
Pengobatan tergantung pada status ibu dan janin. Bila ada
stress distress janin, perdarahan berat, koagulopati,
kemajuan persalinan yang buruk, atau peningkatan tonus
rahim istirahat,dilakukan persalinan sesaria. Jika ibu secara
hemodinamik stabil,kelahiran pervaginam bisa diusahakan
jika janin hidup dan tidak dalam keadaan distress akut, atau
jika janin mati. Penggantian cairan harus dilakukan secara
agresif bila terjadi perdarahan.
Darah dan ringer laktat diberikan dalam jumlah yang dapat

31
mempertahankan haluaran urine 30 sampai 60ml per jam
dan nilai hematokrit kira-kira 30%.
Terapi konsrvatif
Prinsip : Tunggu sampai paerdarahan berhenti dan
partus berlangsung spontan. Perdarahan akan
berhenti sendiri jika tekanan intra uterin bertambah
lama, bertambah tinggi sehingga menekan
pembuluh darah arteri yang robek.
Sambil menunggu atau mengawasi berikan :
o Morphin suntikan subkutan
o Stimulasi dengan kardiotonika seperti
coramine, cardizol, dan pentazol.
o Tranfuse darah.
Terapi aktif
Prinsip : Melakukan tindakan dengan maksud anak
segera diahirkan dan perdarahan segera berhenti.
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
o Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan
pemberian oksitosin dan dan diawasi serta
dipimpin sampai partus spontan.
o Accouchement force : pelebaran dan
peregangan serviks diikuti dengan
pemasangan cunam villet gauss atau versi
Braxtonhicks.
o Bila pembukaan lengkap atau hampir
lengkap, kepala sudah turun sampai hodge
III-IV :
Janin hidup : lakukan ekstraksi
vakum atau forceps.
Janin meninggal : lakukan
embriotomi

32
o Seksio cesarea biasanya dilakukan pada
keadaan :
Solusio plasenta dengan anak hidup,
pembukaan kecil
Solusio plasenta dengan toksemia berat,
perdarahan agak banyak, pembukaan
masih kecil.
Solusio plasenta dengan panggul sempit.
Solusio plasenta dengan letak lintang.
o Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :
Bila terjadi afibrinogenemia atau
hipofibrino-genemia kalau persediaan
darah atau fibrinogen tidak ada atau
tidak cukup.
Couvelair uterus dengan kontraksi uterus
yang tidak baik.
o Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan
tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin
dipertahankan.
o Pada hipofibrinogenemia berikan :
Darah segar beberapa botol
Plasma darah
Fibrinogen
o Komplikasi
Prolaps tali pusat
Prolaps plasenta
Plasenta melekat sehingga harus
dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan
Robekan-robekan jalan lahir
Perdarahan post partum
Infeksi karena perdarahan yang banyak

33
Bayi prematuritas atau kelahiran mati
o Komplikasi Langsung
Perdarahan
Infeksi
Emboli dan obstetrik syok
o Komplikasi tidak langsung
Couvelair uterus kontraksi tak baik,
menyebabkan pendarahan post partum
Adanya hipo fibrinogenemia dengan
perdarahan post partum
Nekrosis korteks renalis, menyebabkan
anuria dan uremia.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PENDARAHAN ANTEPARTUM

1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Data umum : Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan
tingkat pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman
antara 20-30 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi
kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan
psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi.
Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk
kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti preeklampsia,
ketuban pecah dini, persalinan preterm, abortus
Keluhan utama : Keluhan pasien saat masuk RS adalah
perdarahan pada kehamilan 28 minggu. Sadar/tidak akan
kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil,
atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.
Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi

34
atau diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal,
hati, diabetes mellitus), riwayat alergi makanan / obat tertentu
dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum / lainnya
maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan
sebagainya).
Riwayat kehamilan :
o Haid terakhir
o Keluhan
o Imunisasi
Riwayat keluarga :
o Riwayat penyakit ringan
o Penyakit berat
o Keadaan psikososial
o Dukungan keluarga
o Pandangan terhadap kehamilan
Riwayat persalinan
o Riwayat menstruasi
o Haid pertama
o Sirkulasi haid
o Lamanya haid
o Banyaknya darah haid
o Nyeri
o Haid terakhir
Riwayat perkawinan
o Status perkawinan
o Kawin pertama
o Lama kawin

b. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
a) Umum

35
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu
hamil.
Rambut dan kulit
o Terjadi peningkatan pigmentasi pada
areola, putting susu dan linea nigra.
o Striae atau tanda guratan bisa terjadi di
daerah abdomen dan paha.
o Laju pertumbuhan rambut berkurang.
Wajah
o Mata : pucat, anemis
o Hidung
o Gigi dan mulut
o Leher
o Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola
putting susu
Bertambahnya ukuran dan
noduler
Jantung dan paru
o Volume darah meningkat
o Peningkatan frekuensi nadi
o Penurunan resistensi pembuluh darah
sistemik dan pembulu darah pulmonal.
o Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
o Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas.
o Diafragma meningga.
o Perubahan pernapasan abdomen menjadi
pernapasan dada.
Abdomen
o Palpasi abdomen :
Menentukan letak janin

36
Menentukan tinggi fundus uteri
Vagina
o Peningkatan vaskularisasi yang
menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick )
o Hipertropi epithelium
System musculoskeletal
o Persendian tulang pinggul yang
mengendur
o Gaya berjalan yang canggung
o Terjadi pemisahan otot rectum
abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
b) Khusus
Tinggi fundus uteri
Posisi dan persentasi janin
Panggul dan janin lahir
Denyut jantung janin

c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan radio isotopic
Ultrasonografi
o Pemeriksaan dalam

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perpusi jaringan ( plasental ) yang berhubungan dengan
kehilangan darah.
b. Takut berhubungan dengan keprihatinan ibu tentang kesejahteraan
diri dan bayinya.

3. Intervensi

37
a. Lakukan pemantauan keadaan ibu dan janin secara terus menerus,
mencakup tanda-tanda vital, tanpa perdarahan. Haluaran
perkemihan, pelacakan pemantauan elektronik, dan tanda
persalinan.
b. Jelaskan prosedur kepada ibu dan keluarganya.
c. Pemberian cairan IV atau produk darah sesuai pesanan.
d. Tinjau kembali aspek penting dari perawatan kritis yang telah
diberikan ini :
Sudahkah saya menanyakan kepada ibu tentang perdarahan
?
Jika perdarahan ada sudahkan saya mengkaji kuantitasnya
dengan teliti ?
Sudahkan saya memantau keadaan janin dengan teliti ?
Apakah ada tanda-tanda takikardi / deserasi ?
Sudahkah saya waspada terhadap perubahan keadaan ibu ?
Adakah tanda persalinan ? adakah perubahan yang
dilaorkan ibu ?
Sudahkah saya melakukan langkah untuk menolog ibu
menjadi nyaman saat tirah baring dengan cara menggosok
punggung, memposisikan dengan bantal, pengalihan
aktivitas.

4. Evaluasi
a. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan
tepat, serta terapi mulai diberikan.
b. Ibu dan bayi menjalani persalinan dan kelahiran yang aman.

III. PERDARAHAN PASCASALIN (HPP/ HEMORARGIA


POSTPARTUM)

A. DEFINISI

38
Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan.
Perdarahan pascasalin sekunder adalah perdarahan pervaginam yang lebih
banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.

B. DIAGNOSIS
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir atau
yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta: plasenta previa,
solutio plasenta, plasenta akreta/inkreta/perkreta, kehamilan ektopik,
mola hidatidosa
2. Trauma saat kehamilan dan persalinan: episiotomi, persalinan per
vaginam dengan instrumen (forsep di dasar panggul atau bagian tengah
panggul), bekas SC atau histerektomi
3. Volume darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan
kurang, preeklamsia berat/eklamsia, sepsis, atau gagal ginjal
4. Gangguan koagulasi
5. Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus overdistensi
(makrosomia, kehamilan kembar, hidramnion atau bekuan darah),
induksi persalinan, penggunaan agen anestetik (agen halogen atau
anastesia dengan hipotensi), persalinan lama, korioamnionitis,
persalinan terlalu cepat dan riwayat atonia uteri sebelumnya.

D. TATALAKSANA AWAL
1. Tatalaksana Umum
Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan.
Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan
syok
Berikan oksigen.

39
Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau
18) danmulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat atauRinger Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.
Pada saat memasang infus, lakukan juga pengambilan sampel
darah untuk pemeriksaan.
Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan
pemeriksaan:
o Kadar hemoglobin (pemeriksaan hematologi rutin)
o Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk
pencocokan silang
o Profil Hemostasis
o Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
o Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
o Prothrombin time (PT)
o Activated partial thromboplastin time (APTT)
o Hitung trombosit
o Fibrinogen
Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut
luka, dan tinggi fundus uteri.
Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan
dan laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau robekan
vagina).
Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin
dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk. (CATATAN:
produksi urin normal 0.5-1 ml/ kgBB/jam atau sekitar 30
ml/jam)
Siapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara
klinis ditemukan keadaan anemia berat

40
o 1 unit whole blood (WB) atau packed red cells (PRC)
dapat menaikkan hemoglobin 1 g/dl atau hematokrit
sebesar 3% pada dewasa normal.
o Mulai lakukan transfusi darah, setelah informed consent
ditandatangani untuk persetujuan transfusi
Tentukan penyebab dari perdarahannya (lihat tabel 4.7.2) dan
lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab.

2. Tatalaksana Khusus
a. Atonia uteri
Lakukan pemijatan uterus.
Pastikan plasenta lahir lengkap.
Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10
unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitdalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti,
berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti
pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg
IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. JANGAN
BERIKAN LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg)
CATATAN:
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang
mengandung oksitosin
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi berat/ tidak terkontrol, penderita sakit jantung
dan penyakit pembuluh darah tepi
Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit).
Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual
internal selama 5 menit.

41
Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih
memadai sebagai antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.
Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila
kontraksi uterus tidak membaik, dimulai dari yang konservatif.
Pilihan-pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan antara
lain prosedur jahitan B-lynch, embolisasi arteri uterina, ligasi
arteri uterina dan arteri ovarika, atau prosedur histerektomi
subtotal.

b. Robekan Jalan Lahir


Ruptur Perineum dan Robekan Dinding Vagina
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber
perdarahan.
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan
antiseptik.
Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat
dengan benang yang dapat diserap.
Lakukan penjahitan.
Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit) lalu rujuk pasien.

Robekan Serviks
Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan
kanan dari porsio.
Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan.
Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas
robekan kemudian ke arah luar sehingga semua robekan
dapat dijahit.
Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit) lalu rujuk pasien.

42
c. Retensio Plasenta
Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menitdan 10
UNIT IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 UNIT dalam 1000
ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga perdarahan berhenti
Lakukan tarikan tali pusat terkendali
Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan
plasenta manual secara hati-hati.
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g
IV DAN metronidazol 500 mg IV).
Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila
terjadi komplikasi perdarahan hebat atau infeksi.

d. Sisa Placenta
Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menitdan 10
unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitdalam 1000 ml
larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya
dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g
IV DAN metronidazole 500 mg).
Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia
uteri.

e. Inversia Uteri

43
Segera reposisi uterus (lihat lampiran A.7). Namun jika
reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio telah terjadi
cukup lama, bersiaplah untuk merujuk ibu.
Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB
(jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau
berikan morfin 0,1 mg/kgBB IM.
Jika usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparotomi.
Jika laparotomi tidak berhasil, lakukan histerektomi.

f. Gangguan Pembekuan Darah


Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati
dapat dicegah jika volume darah dipulihkan segera.
Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta,
eklampsia).
Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk
menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah.
Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di
bawah ini:
o Plasma beku segar untuk menggantikan faktor
pembekuan (15 ml/ kg berat badan) jika APTT dan
PT melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut
atau pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil
dari pembekuan belum ada.
o Sel darah merah (packed red cells) untuk
penggantian sel darah merah.
o Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.
o Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan
trombosit < 20.000).
o Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai,
berikan darah golongan O untuk penyelamatan
jiwa.

44
g. Ruptura Uteri
Ruptura uteri atau robeknya dinding rahim terjadi akibat
terlampauinya daya regang miometrium. Pada bekas seksio
sesarea, risiko terjadinya ruptura uteri lebih tinggi.

Diagnosis
Perdarahan intraabdominal, dengan atau tanpa perdarahan
pervaginam
Nyeri perut hebat (dapat berkurang setelah ruptura terjadi)
Syok atau takikardia
Adanya cairan bebas intraabdominal
Hilangnya gerak dan denyut jantung janin
Bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak jelas
Dapat didahului oleh lingkaran konstriksi (Bandls ring)
Nyeri raba/tekan dinding perut
Bagian-bagian janin mudah dipalpasi

Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Berikan oksigen.
Perbaiki kehilangan volume darah dengan pemberian
infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
sebelum tindakan pembedahan.
Jika kondisi ibu stabil, lakukan seksio sesarea untuk
melahirkan bayi dan plasenta.

b. Tatalaksana Khusus
Jika uterus dapat diperbaiki dengan risiko operasi lebih
rendah daripada histerektomi dan tepi robekan uterus
tidak nekrotik, lakukan reparasi uterus (histerorafi).
Tindakan ini membutuhkan waktu yang lebih singkat

45
dan menyebabkan kehilangan darah yang lebih sedikit
dibanding histerektomi.
Jika uterus tidak dapat perbaiki, lakukan histerektomi
subtotal. Jika robekan memanjang hingga serviks dan
vagina, histerektomi total mungkin diperlukan.

IV. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


A. DEFINISI
Penyakit hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada permulaan nifas.(Sastrawinata. S,1984 : 90)
Hypertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit
hypertensi yang telah terjadi sebelum hamil ataupun diketemukan
sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hypertensi yang menetap
6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi sebabnya.
(Winardi. B, 1991 : 2)

B. ETIOLOGI
Belum jelas di ketahuiFactor resiko yang terkait dengan
perkembangan hipertensi pada ibu hamil :
1. Congenital
2. Grand Multigravida
3. Janin Besar
4. Kehamilan dengan janin besar
5. Morbit Obesitas

C. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Menurut American Committee and Maternal Welfare yang
dikutip oleh Sulaeman Sastrawinata dalam buku Obstetri Patologi
tahun 1981, klasifikasi hypertensi adalah sebagai berikut :

46
1. Hypertensi pre eklamasi dan eklampsia, Hypertensi yang
hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan.
2. Hypertensi KronisHypertensi sebelum kehamilan atau
penemuan hypertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan
dan hypertensi ini tetap setelah kehamialn berakhir.
3. Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi
yang kronis. Pasien dengan hypertensi yang kronis sering
memberat penyakitnya dalam kehamilan dengan gejala-gejala
hypertensi yang naik, proteinuri dan edema serta kelainan
retina.
4. Transient Hypertensi
Hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dalam
nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan yang hilang
dalam 10 hari post partum.

D. PATOFISILOGI
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi.Konsep ini yang
pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada
pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus dibawah
kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat
diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di
berbagai organ yang terkena.Konstriksi vaskular menyebabkan
resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi
arterial.Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi.
Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel
endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran
ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan
fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan
vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya,
diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan

47
organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang
berat.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan
antara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai +1
3. Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara
lain:
1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih
3. Nyeri kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Nyeri abdomen atas
6. Oliguria
7. Kreatinin meningkat
8. Trombositopenia
9. Peningkatan enzim hati
10. Pertumbuhan janin terhambat
11. Edema paru

Dampak pada ibu:


1. Organ tubuh kekurangan oksigen dan tidak bisa
bekerja sempurna.
2. Plasenta lepas.
3. Terjadi pre-eklampsia di usia kehamilan lewat dari 20
minggu (tandanya: tekanan darah naik, terdapat protein
dalam urin dan pembengkakan di bagian tubuh
tertentu).
4. Perdarahan di otak.

48
5. Kejang.
6. Kematian ibu

Dampak pada Janin:


1. Berat badan bayi lahir rendah
2. Kemtian bayi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tekanan daah meningkat
2. USG
3. Laboratorium
Hitung darah tepi lengkap, trombosit, etrolit serum, ureum,
protein, retinin dan asam urat, hematokrit.
4. Fungsi hati
5. Fungsi ginjal

G. PENATALAKSANAAN
1. Anjurkan melakukan latihan isotonic dengan cukup istirahat
baring.
2. Hindari konsumsi garam yang berlebihan.
3. Hindari kafein, merokok dan alcohol.
4. Diet makanan yang sehat dan seimbang
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin
dengan USG.
6. Pembatasan aktifitas fisik
7. Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi Pemakaian obat
antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau
memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit
hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi
perhatian.
8. Penundaan pelahiran pada hiperetensi beratWanita dengan
hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada

49
tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia
menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan
wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm.Pendekatan
ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu
terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki
prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat psikososial
Riwayat maternal
2. Pengkajian sistem tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan,
bunyi nafas tambahan, sianosis.

B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan
meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi.Selain itu terdapat
perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi.Pembekuan darah terganggu waktu trombin
menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan
gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar
antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi,

50
penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah,
takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan
S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin.

B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat
hipertensi.Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-
Scan atau MRI.Otak dapat mengalami edema vasogenik dan
hipoperfusi.Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan
EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka
waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria,
mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala
pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur),
epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.

B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan
obat diuretic juga perlu dikaji.Seperti pada glomerulopati lainnya
terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein
dengan berat molekul tinggi.Sebagian besar penelitian biopsy ginjal
menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang
disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik
periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.

B5 (Bowel)

51
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol,
mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.

B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada,
nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural

B. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi, peningkatan
tahanan vaskuler.
2. Perubahan fungsi jaringan berhubungan dengan hipovolemi, interupsi
aliran darah.
3. Resiko cedera ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan, kejang, profik
darah abnormal.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic dan penggantian kehilangan.

C. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi, peningkatan
tahanan vaskuler.
Pantau tekanan darah dan nadi
Kaji tekanan arteri rata-rata pada gestasi minggu ke-22
Lakukan tirah baring dengan posisi miring ke kiri
Pantau parameter hemidinamik invasive
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antihipertensi
2. Perubahan fungsi jaringan berhubungan dengan hipovolemi, interupsi
aliran darah.

52
Beri informasi mengenai pencatatan gerakan janin dirumah
setiap hari
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas janin
Tinjau ulang adanya aborsi plasenta
Evaluasi pertumbuhan janin
Pantau DJJ
3. Resiko cedera ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan, kejang,
profik darah abnormal.
Kaji adanya masalah SSP
Kaji adanya benda-benda ekslamasi
Lakukan tindakan untuk menurunkan resiko kejang
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sedatipe
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolic dan penggantian kehilangan.
Kaji status nutrisi klien
Beri informasi tentang penambahan BB normal pada
kehamilan
Beri informasi tentang efek tirah baring dan penurunan
aktifitas pada kebutuhan protein
Beri informasi tentang tindakan dan penggunaan protein

E. EVALUASI
1. Volume cairan adekuat
2. Curah jantung adekuat
3. Perpusi jaringan adekuat
4. Cidera ibu tidak terjadi
5. Perubahan nutrisi tidak terjadi
6. Pengetahuan meningkat

53
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui ovum betul-betul
penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Komplikasi kehamilan adalah kegawatdaruratan obstretik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda
bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster-poster dan leaaflet
disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang
berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan
kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain
itu digunakan juga suatu akat bantu yang lebih memungkinkan
dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif engamati sendiri
kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas
kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi
kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang
tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan
Anak.

54
DAFTAR PUSTAKA

Buku saku pelayanan ibu. Perdarahan Pascasalin (HPP/


HEMORARGIA POSTPARTUM). Hal 101-108

Windi sunarti. (Februari, 2013). Komplikasi Kehamilan. Diperoleh


20 Desember 2016, dari
http://windisunarti.blogspot.co.id/2013/02/komplikasi-kehamilan-
dan_15.html

55

Anda mungkin juga menyukai