Anda di halaman 1dari 8

A.

Gambaran Umum PT Sampoerna Agro Tbk

B. Perlakuan Akuntansi atas Aset pada PT Sampoerna Agro Tbk

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

Gambar 1. Laporan Posisi Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk (Aset)


Gambar 1 merupakan hasil dari Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian oleh PT
Sampoerna Agro Tbk yang berakhir Tahun 2015. Karena perusahaan ini merupakan
perusahaan mengelola di bidang agrikultur perkebunan sawit. Oleh sebab itu, dalam
penyusunan atas laporan keuangan pada perusahaan yang berkecimpung di bidang
perkebunan sering disebut dengan Aset Biologis. Disebut Aset Biologis karena asset yang
dimiliki berbentuk makhluk hidup (Tumbuhan, dibtuhkan penetahuan atau pemahaman
yang lebih dalam menyusun asset biologis ini karena asset bilogis akan mengalami
klasifikasi yang berulang di sepanjang umur ekonomisnya karena transformasi bentuk
aset tersebut.
Dalam Aset Biologis dapat diukur menggunakan biaya historis dan nilai wajar.
Pada PT Sampoerna Agro Tbk menggunakan pengukuran dengan metode nilai wajar, hal
ini dibuktikan bahwa pengakuan nilai wajar PT Sampoerna Agro yaitu Crude Palm Oil
(CPO) diakui berdasarkan harga spot. Harga spot merupakan harga yang diakui pada saat
transaksi ersebut terjad atau pada saat tanggal transaksi terjadi.
Aset Biologis dalam laporan posisi keuangan PT Sampoerna Agro Tbk dapat
dilihat pada Aset Tidak Lancar pada laporan posisi keuangan perusahaan, bahwa terdapat
aset tidak lancar erusahaan terdiri dari Tanaman Perkebunan, dan Hutan Tanaman
Industri. Yang dimaksud dengan tanaman perkebunan yaitu tanaman yang dikelola oleh
perusahaan yaitu tanaman kelapa sawit dan karet yang digolongkan menjadi tanaman
belum menghasilkan dan tanaman menghasikan. Sedangkan yang dimaksud dengan
Hutan Tanaman Industri yaitu mengakui tanaman sagu dan karet yang digolongkan
menjadi utan tanaman industri dalam pengembangan dan hutan tanaman industri siap
panen.
Pengakuan dan pengukuran Aset Bologis
Tanaman belum menghasilkan Merupakan tanaman yang belum mampu
menghasilkan dan masih dalam tahap
pengembangan. Tanaman belum
menghasilkan ini diakui sebesar harga
perolehan yang merupakan kapitaisasi baya
langsung dan biaya tidak langsung yang
berkaitan dengan pengembangan dari
tanaman belum menhasilkan.
Tanaman Menghasilkan Tanaman menghasilkan ini diakui sebesar
harga perolehan jika Tanaman kelapa sawit
memasuki masa produktifnya selama 4
tahun sedangkan karet selama 5-6 tahun
sehingga dapat digolongkan menjadi
Tanaman Menghasilkan.
Bibitan Bibitan diakui sebesar biaya perolehan
yang terdiri dari kapitalisasi biaya-biaya
untuk persiapan proses pembibitan,
pembelian kecambah dan pemeliharaan.
Hutan tanaman industri dalam Merupakan hutan yang masih dalam tahap
pengembangan pengembangan, pemeliaraan samapai
dengan adanya pohon siap panen. Hutan
tanaman industri dalam pengembangan ini
diakui sebesar biaya perolehan yang
merupakan dari biaya dan beban yang
terjadi untuk kegiatan pengembangan
Hutan Tanaman Industri.
Hutan tanaman industri siap panen Diakui sebagai aset sebesar biaya perolehan
ketika Hutan Tanaman Industri dalam
Pengembangan telah menghasilkan pohon
yang siap panen dan diamortisasi
berdasarkan sisa masa manfaat hak
penguasaan hutan tanaman industri
menggunkan metode garis lurus.

Sehingga pada Perlakuan Aset pada PT Sampoerna Agro Tbk diperlakukan secara
berbeda dengan perusahaan manufaktur lainnya yaitu disebut dengan perlakuan aet
biologis, karena perusahaan PT Sampoerna Agro merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang perkebunan dimana aset yang digunakan merupakan Makhluk Hidup (tanaman).
Terdapat beberapa aset yang harus dikelompokkan dalam beberapa kelompok agar
mempermudah dalam memberikan penjelasan yang jelas menganai varasi dalam aset
biologisnya dan juga dapat mempermudah dalam menentukan nilai wajar dari aset
biologis tersebut. Akan tetapi, tidak hanya itu pengelompokan dalam aset biologis
tersebut bukan hanya berdasarkan variasi tanamannya saja akan tetapi perlu juga
diperhatikan seperti uur, dan produksinya.

C. Perlakuan Akuntansi atas Liablitas


Untuk perlakuan akuntansi atas liabilitas pada PT Sampoerna Agro Tbk tidaklah
jauh berbeda dengan dengan perusahaan manufaktur lainnya.

Gambar 2. Laporan Posisi Keuangan Liabilitas PT Sampoerna Agro Tbk

Perlakuan Akuntansi atas liabilitas pada PT Sampoerna Agro Tbk dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Liabilitas Jangka Pendek
a. Utang bank jangka pendek
PT Sampoerna Agro mampu membayar total sebesar Rp 475.924.771 terhadap
keempat bank, yaitu PT Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank ANZ Indonesia, PT
Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Indonesia.
b. Utang usaha pihak ketiga
Perlakuan utang usaha pihak ketiga pada perusahaan perkebunan ini dibagi
menjadi dua yaitu pertama utang usaha pada petani (sebagai pihak ketiga yang
merupakan uang atas pembelian tandan buah segar dari petani plasma dan
mitra. Yang kedua yaitu utang usaha pada pemasok dan kontraktor yaitu
merupakan utang atas pembelian bahan perawatan, seperti pupuk dan lain
sebagainya.
c. Uang muka penjualan
Perlakuan pada uang muka penjualan yaitu jika uang muka penjualan dari
hasil penjualan minyak sawit mentah, inti sawit dan kecambah.
d. Beban akrual
Perlakuan dari beban akrual ini yaitu terdiri dari beban bunga, beban jasa.
e. Liabilitas imbalan kinerja jangka pendek
Yaitu berupa gaji yang masih harus dibayar yang harus dibayar tidak lebih
dari satu tahun.
Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas pajak tangguhan
Liabilitas pajak tangguhan diakui menggunakan metode liabilitas atas
konsekuensi pajak pada masa mendatang yang timbul dar perbedaan jumlah
tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan
pajak aset dan liabilitas pada setiap tanggal pelaporan. Jumlah tercatat atas
liabilitas pajak tangguhan pada akhir periode selalu di teliti kembali dikarenakan
terjadnya laba fiscal mungkin tidak memadai untuk mengkompensasi sebagian
atau semua manfaat aset pajak tangguhan tersebut.

Jika diperhatikan pada laporan posisi keuangan pada PT Sampoerna Agro dapat di
analisa bahwa terkait dengan perhitungan rasio keuangan dalam kemampuan perusahaan
membayar utang, yaitu melalui Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas. Pada rasio
likuiditas ini menganalisis mengenai kemampua perusahaan dalam membayar utang
jangka pendek perusahaan, salah satu dari rasio likuiditas tersebut yaitu Rasio Lancar.

2015 2014 Rasio Lancar


Aset Lancar Rp 1.606.026.827 Rp 784.514.703 1,27
Utang Jangka Pendek Rp 1.264.557.641 Rp 976.762.779 0,80
Pada tabel diatas rasio lancar perseroan pada tahun 2015 tercaat sebesar 1,27 dan
pada tahun 2014 sebesar 0,80. Dengan kenaikan rasio lancar dari tiap tahun ini
menunjukkan bahwa aset lancar perseroan besarnya 1,27 kali liabilitas jangka pendek.
Hal ini disebabkan karena kenaikan aset lancar sebesar 104,72% sedangkan kenaikan
liabilitas jangka pendek hanya naik sebesar 29,20% pada tahun 2015.
Sedangkan pada Rasio Solvabilitas pada perusahaan PT Sampoerna Agro
mengalami kenaikan hal tersebut disebabkan oleh peningkatan kewajiban. Pada tahun
2015 memilik rasio solvabilitas sebesar 1,13 sedangkan pada tahun 2014 memiliki rasio
solvabilitas sebesar 0,82. Hal trsebut menunjukkan bahwa PT Sampoerna Agro
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial dalam
jangka panjang. Kenaikan rasio solvabilitas dapat dilihit pada tabel berikut.

2015 2014 Rasio Solvabilitas


Ekuitas Rp 3.877.887 Rp 2.458.539 1,13
Jumlah Liabilitas Rp 3.416.785 Rp 3.010.349 0,82

D. Perlakuan Akuntansi atas Ekuitas


Menurut saya Perlakuan Akuntansi atas Ekuitas pada perusahaan perkebunan PT
Sampoerna Agro Tbk tidak jauh berbeda dengan perlakuan akuntansi atas ekuitas dengan
perusahaan manufaktur lainnya dalam penyediaannya pada Laporan Posisi Keuangan.

Gambar 3. Laporan Posisi Keuangan atas Ekuitas PT Sampoerna Agro Tbk


Dalam pelaporan di ekuitas pasti berisi mengenai pengelolaan modal pada
perusahaan tersebut, saham dan juga saldo laba pada perusahaan tersebut. tujuan dari
penglolaan modal sendiri yaitu untuk memastikan keseimbangan rasio modal yang sehat
untuk mendukung usaha dan memaksimalkan imbalan bagi pemegang saham. Pada
laporan keuangan PT Sampoerna Agro Tbk pada halaman 279, menyatakan sebagai
berikut :
perusahaan dan entitas anak tertentu disyaratkan untuk memelihara tingkat
permodalan tertentu oleh perjanjian pinjaman. Persyaratan permodalan eksternal
tersebut telah dipenuhi oleh entitas terkait pada tanggal-tanggal 31 desember 2015 dan
201. Selain itu, Grup juga dipersyaratkan oleh Undang-undang No.40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, efektif sejak tanggal 16 Agustus 2007
Untuk perlakuan Saham Treasuri pada PT Sampoerna Agro Tbk yaitu semua
saham yang telah dibeli kembali dicatat dan disajikan sebagai Saham Treasuri. Tampak
pada Laporan Posisi Keuangan bagian Ekuitas pada tanggal 31 Desember 2015,
perusahaan telah membeli kembali sebanyak 40.799.700 lembar saham atau setara
dengan 2% dari modal saham ditempatkan dan disetor penuh, dengan jumlah pembelian
sebesar Rp 55.815.572.
Untuk perlakuan Cadangan Umum pada PT Sampoerna Agro Tbk telah
melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yaitu :
18 Juni 2014 9 Juni 2015
Para pemegang saham menyetuji untuk Para pemegang saham menyutujui untuk
menetapkan Rp 5.000.000 sebagai menetapkan Rp 10.000.000 sebagai
cadangan wajib yang diambil dari laba cadangan wajib yang dambil dari laba
bersih yang dapat diatribusikan kepada bersih yang dapat diatribusikan kepada
entitas induk. entitas induk.

Perlakuan untuk Kepentingan Nonpengendali yaitu berasal dari uang muka


setoran modal dari Aquarius Plantations Pte., Ltd untuk Hutan Ketapang Industri.

E. Perlakuan Akuntansi atas Beban


Untuk perlakuan akuntansi atas beban pada perusahaan perkebunan tentunya
beban tersebut terjadi atas akibat dari pemeliharaan, baiaya amortisasi dan lain
sebagainya dari Tanaman belum menghasilkan, Tanaman siap panen. Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
Keterangan
Beban Pokok Penjualan Perlakuan pada beban pokok penjualan ini
mencatat biaya pemeliharaan, panen, biaya
tidak langsung, penyusutan dan amortisasi
dari proses penanaman Tanaman belum
menghasilkan sampai dengan Tanaman siap
panen dicatat pada Beban Pokok Penjualan.
Beban Usaha Perlakuan untuk Beban Usaha yaitu
mencatat 2 bagian biaya, yaitu biaya
penjualan dan pemasaran dan biaya
administrasi.
Biaya penjualan dan pemasaran (biaya
pengangkutan dan pengiriman, sewa tangki,
pajak ekspor dan lain-lain) dicatat sebagai
Beban Usaha.
Biaya Umum dan Administrasi (Gaji, upah,
perjalanan dinas, lisensi, pajak, perizinan)
juga dicatat sebagai Beban Usaha.
Beban Lainnya Dicatat sebagai Beban Lainnya jika
merupakan pemberian sumbangan kepada
Yayasan Putera Sampoerna, beban klaim
mutu dan lain sebagainya.

F. Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan

Anda mungkin juga menyukai