Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENYULUHAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Penyaji:
HANNA CHRISTIN MUTIARA
NIM : 130100127

Supervisor:
dr. Hj. Sri Sofyani, M.Ked (Ped), Sp.A (K)
dr. H. Azwan Hakim Lubis, Sp.A, M.Kes
dr. Lili Rahmawati, Sp.A, IBCLC
dr. Monalisa Elizabeth, M.Ked (Ped), Sp.A
dr. Ika Citra Dewi Tanjung, M.Ked (Ped), Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS SUMATE UTARA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan
tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk
mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk
menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga
mulut. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut adalah gigi berlubang,
penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal. Karies gigi dan radang gusi
(gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung gigi yang banyak
dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung meningkat
setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara
berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan
keras gigi (caries dentin). Hal ini karena prevalensi karies di Indonesia mencapai
80%. Usaha untuk mengatasinya belum memberikan hasil yang nyata bila diukur
dengan indikator kesehatan gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi
serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya mungkin dipengaruhi oleh
faktor - faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor
pelayanan kesehatan gigi yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia.
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke
dentin dan merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor.
Ada empat faktor utama yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies yaitu
faktor host yang meliputi gigi dan saliva, faktor ke dua ialah mikroorganisme, ke
tiga adalah substrat dan ke empat adalah waktu.
Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut, terdapat faktor-faktor
tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi
dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis
kelamin, keadaan penduduk dan lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku

1
yang berhubungan dengan kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis
makanan dan minuman yang menyebabkan karies.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies sangat berbeda
antara kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet dipertimbangkan sebagai
perbedaan utama antara kelompok-kelompok bangsa meskipun ada juga faktor
genetik. Telah dibuktikan dari berbagai penelitian bahwa gula dalam diet
merupakan penyebab utama karies. Suku bangsa yang mengkonsumsi gula lebih
tinggi, kariesnya lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi
gula lebih rendah.
Peningkatan keadaan sosial ekonomi dan pola hidup masyarakat juga
sangat berpengaruh pada peningkatan penyakit gigi dan mulut. Hal ini antara lain
disebabkan karena adanya perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan
dalam menyediakan makanan yang bersifat kariogenik seperti gula, permen dan
coklat.

1.2. Tujuan Penyuluhan


a) Mengetahui anatomi dan bagian-bagian mulut.
b) Mengetahui tentang karies gigi.
c) Mengetahui cara menyikat gigi yang baik
d) Mengetahui perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Mulut dan bagian-bagiannya


Mulut dibentuk oleh 2 rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah. Pada
rahang ini terdapat gigi dan gusi. Gigi dan mulut sendiri berfungsi untuk
menguyah, berbicara, dan memberikan bentuk yang harmonis pada muka.
Gigi tersusun atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan pada gigi yakni :
1. Email : lapisan terluar yang keras dan kuat
2. Dentin : lapisan dibawah email yang lebih lunak mudah rusak
3. Pulpa : lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf
4. Gusi : jaringan lunak yang ada dalam mulut
5. Cementum : lapisan luar akar gigi
6. Jar. Periodontal : jaringan yang memegang gigi sehingga melekat pada rahang
7. Tulang alveolar : tulang tempat melekatnya gigi

2.2. Karies
2.2.1. Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya
mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat
sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi
kavitas.
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya
Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu
interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian
yang berasal dari makanan dan email.

3
2.2.2. Penyebab
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal.
Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri,
asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat
pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Plak akan
terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan
jaringan keras gigi larut dan terjadilah karies. Bakteri yang paling berperan
dalam menyebabkan karies adalah Streptococcus mutans.
2.2.3. Gejala
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat
berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai
lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut.
Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien
adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila
dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai pulpa, yaitu rongga
dalam gigi yang berisi jaringan saraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai
kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang
berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian
jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang
penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.
2.2.4. Proses Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada
waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut
menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke
arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan
lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun
kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan
mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis

4
dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat
(lapisan transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk
rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan
opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin
merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi
kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat
dalam, tidak terdapat lapisan- lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah
sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi
kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan
ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun,
hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena
banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal
ini disebabkan:
a) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai
maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida)
yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.
b) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan
fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil).
c) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang
tidak memadai.
d) Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak terdapat
jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas
proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.

2.3. Memelihara Kesehatan Gigi


Ada banyak manfaat mulut bersih, seperti membuat napas menjadi segar,
mulut terlindung dari bakteri mulut, dan yang pasti juga dapat membuat kita
percaya diri. Dengan napas yang segar kita pun merasa nyaman saat berada di

5
dekat orang lain, tanpa perlu was-was orang tersebut akan mencium bau mulut
Anda.
Kesehatan mulut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada
kesehatan rongga mulut. Ini termasuk gigi, gusi dan lidah. Kesehatan mulut yang
buruk dapat disebabkan oleh luka, infeksi jamur, sariawan, sindrom mulut kering
dan kanker mulut. Namun, terkadang penyebab utama dari kesehatan mulut yang
buruk bukanlah penyakit berat tetapi hanya pola kebersihan mulut yang buruk,
dan kebersihan mulut yang buruk ini pada gilirannya menyebabkan kesehatan
mulut yang buruk pula.
Nutrisi yang baik tidak hanya membuat kita sehat dan karenanya
mencerminkan kesehatan mulut kita, tetapi juga menghasilkan kesehatan mulut
yang baik. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gusi bengkak, gusi
berdarah dan penyakit gusi lainnya. Kalsium dan vitamin D membantu menjaga
kesehatan gigi yang kuat juga. Kalsium dan vitamin D akan diserap pada gigi dan
karenanya memberikan kekuatan pada gigi. Tembaga, Seng, Besi, Yodium dan
Kalium juga merupakan mineral penting yang baik bagi kesehatan mulut. Ini
bekerja dengan kalsium dan fosfor dan mencegah kerusakan gigi juga.
A) Makanan yang boleh dimakan dan yang harus dihindari
Apa yang anda masukkan ke dalam mulut anda pasti memberi efek pada
gigi. Ada berbagai cara di mana nutrisi mempengaruhi mulut dan gigi. Makanan
kaya kalsium dan fosfor baik untuk gigi. Makanan kaya omega-3 dan asam lemak
juga akan membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut. Makanan dan
minuman yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut. Air
liur bekerja secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan gigi
dan pembusukan. Selain itu juga membantu membersihkan partikel makanan kecil
yang menempel di gigi Anda. Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk
kesehatan mulut yang baik serta mencegah produksi asam dan kerusakan makanan
dan pembusukan.
Makanan yang manis dan lengket seperti permen, es, caramel, minuman
bersoda dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi.
Perbanyaklah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan

6
berair yang baik untuk kesehatan tulang dan gigi karena didalamnya mengandung
vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Contohnya adalah brokoli,
semangka, jeruk, apel dan sebagainya. Selain itu perlu juga menghindari
makanan-makanan yang terlalu panas atau dingin, makanan yang dapat
menimbulkan bau mulut serta hindari rokok.
B) Stres dan kesehatan mulut
Mulut kering, kebiasaan kertak atau mengeretak gigi (tooth
grinding/bruxism) sering dikaitkan dengan stres. Pengabaian kesehatan mulut,
dari mulai menghindari pemeriksaan gigi, sampai melewatkan kegiatan menjaga
kebersihan mulut yang sederhana seperti flossing dan menyikat gigi dapat dipicu
oleh stress. Stres dapat mengubah sikap kita terhadap kesehatan gigi. Stres berarti
pola makan yang buruk. Stres dan dampaknya pada kesehatan mulut dan
kesehatan secara umum bisa menjadi serius dan mengancam jiwa, karenanya
penting untuk mencoba tips-tips sederhana tentang bagaimana menjaga kesehatan
mulut dan gigi anda.

2.4. Diet Makanan


Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut:
a) Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan
dengan kebutuhan kalori dengan menjaga agar kalori yang berasal dari
karbohidrat tidak lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari,
tetapi tidak kurang dari 30%.
b) Dalam konsumsi karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau
bentuk yang dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-
sayuran hijau atau kuning, karena merupakan karbohidrat yang baik
dengan derajat retensi yang rendah sehingga mengurangi pembentukan
plak gigi dan adanya stimulasi aliran saliva.
c) Mengurangi makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue, permen,
dan coklat.
d) Batasi jumlah makan menjadi 3 kali sehari dengan menekan keinginan
untuk makan diantara jam-jam makan.

7
e) Menambah masukan dari makanan seperti daging, ikan yang kaya akan
protein dan fosfat karena dapat menambah sifat basa dari saliva.

2.5. Menyikat Gigi


Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk
penyingkiran plak secara mekanis. Tujuan menyikat gigi adalah untuk
menyingkirkan dan mencegah terbentuknya plak, membersihkan sisa-sisa
makanan, debris atau stein, merangsang jaringan gingiva, dan melapisi
permukaan gigi dengan fluor.
Kontrol Plak
Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut.
Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat
dideteksi dengan disclosing material. Disclosing material ini berguna untuk
menilai serta mendidik kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk
menerangkan bagian-bagian yang masih perlu untuk dibersihkan lagi. Bahan
pewarna (disclosing material) yang biasa digunakan adalah iodine,
mercurochrome, bahan pewarna makanan seperti gincu kue berwarna merah
dan bismarck brown. Ada juga larutan fuschin dan eritrosin, tapi tidak
dianjurkan lagi karena terbukti bersifat karsinogenik. Bahan perwarana ada
yang berbentuk cairan dan tablet.
Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1. Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi
harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko
penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang
sehingga akan mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.
2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena
adanya kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau
mulut. Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan
terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.
3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang
segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa

8
bebas tersenyum, bicara dan tertawa.
Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1. Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi
harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko
penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang
sehingga akan mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.
2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya
kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain penyebab bau mulut.
Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa
lebih segar sebelum pergi beraktifitas.
3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar
dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita, kita bisa bebas
tersenyum, bicara dan tertawa.
Manfaat menyikat gigi sebelum tidur
Menurut informasi kesehatan yang dikutip dari, dikatakan bahwa kuman akan
semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang tidur, dimana mulut tidak
melakukan aktifitas. Aktifitas kuman dimalam hari biasanya akan meningkat 2x
lipat dibandingkan pada siang hari, karena saat tidur di mana mulut tidak
melakukan aktifitas seperti makan, minum atau ngobrol, air liur yang memang
berfungsi sebagai antiseptik alami dalam mulut kita akan berkurang, makanya
kemampuan saliva yang berfungsi untuk menetralisir kuman-kuman dalam mulut
juga berkurang. Sehingga apabila menyikat gigi sebelum tidur membuat kondisi
mulut kita bersih dapat dipastikan tidak akan terjadi karies atau peradangan pada
gusi yang yang mengakibatkan terjadinya pembentukan karang gigi karena plak
yang tidak dibersihkan.
Cara menyikat gigi yang baik dan benar
1. Pemilihan sikat gigi yang benar
2. Gosok gigi secara benar dan teratur 2x sehari.
Gosok gigi yang baik dan benar sisa makanan dan plak dapat dibersihkan.
a) Pilih sikat gigi yang benar: gagang lurus, kepala sikat sesuai dengan mulut,
bulu sikat lembut karena yang keras dapat membuat gusi terluka dan

9
menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi terutama di
sekitar garis gusi. Abrasi dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan
gigi karena lapisan keras pelindung enamel gigi telah terkikis. Ganti sikat
gigi jika bulu sikat sudah rusak dan simpan di tempat yang kering sehingga
dapat mengering setelah dipakai. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi
kepada orang lain karena sikat gigi mengandung bakteri yang dapat
berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain meski sikat sudah
dibersihkan.
b) Gosok seluruh permukaan gigi serta lidah (untuk menyingkirkan bakteri dan
agar napas lebih segar).
c) Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya.
d) Posisi sikat gigi 45 di daerah perbatasan antara gigi dan gusi. Agar sisa
makanan yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan. Gunakan
gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.
e) Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah.
Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan
tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat
membersihkan celah- celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
f) Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi
tegak dan gerakkan perlahan keatas dan bawah melewati garis gusi.
g) Gunakan odol secukupnya + fluor
Pasta gigi adalah bahan yang digunakan bersama- sama sikat gigi untuk
membersihkan dan memoles seluruh permukaan gigi. Fungsi utama pasta gigi
adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari pewarnaan
gigi dan sisa-sisa makanan, fungsi sekundernya untuk memperkilat gigi dan
mempertinggi kesehatan gingiva serta mengurangi bau mulut. Anak prasekolah
sudah dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang mengandung fluor karena
kemampuan refleks penelanan anak sudah lebih baik, sehingga anak sudah dapat
berkumur dan meludahkan cairan yang terdapat dalam mulutnya. Jumlah pasta
gigi yang dioleskan hanya sebesar biji kacang polong kecil sehingga kadar fluor
yang masuk kedalam tubuh anak masih dalam batas yang normal walaupun anak

10
menelan pasta giginya serta untuk mencegah terjadinya fluorosis.
Waktu dan frekuensi menyikat gigi
Menurut American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasien harus
menyikat gigi, secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah
sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi
sekali sehari pada anak, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan
mencegah terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari
sangat penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan)
yang melekat di permukaan gigi setiap malam. Lamanya penyikatan tidak
ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3 menit.

2.6. Kontrol Enam Bulan Sekali


Meskipun mungkin tidak terdapat keluhan apapun dari rongga mulut,
tetapi pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali. Hal tersebut berguna
untuk mencegah perkembangan penyakit gigi dan gusi lebih lanjut. Pemeriksaan
gigi yang dilakukan 6 bulan sekali setidaknya sekaligus untuk dilakukan
pembersihan karang gigi atau yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi.
Mengunjungi dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat
untuk mengetahui jika ada kelainan yang berkembang di rongga mulut. Namun
juga dapat untuk mengetahui jika ada perkembangan penyakit sistemik yang
bermanifestasi di rongga mulut. Jika dokter gigi mendapati kondisi demikian,
biasanya akan merujuk pada dokter yang berkompeten.
Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-anak
maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan memengaruhi
kualitas hidup. Karena itulah, untuk mencegahnya, minimal periksakan kondisi
gigi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Menurut Drg Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc, Professional
Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk, permasalahan gigi
akan menyebabkan seseorang mengalami rasa sakit, ketidaknyamanan, cacat,
infeksi akut dan kronis, gangguan makan dan tidur serta memiliki risiko tinggi
untuk dirawat di rumah sakit. Akibatnya, akan membutuhkan biaya pengobatan

11
tinggi dan berkurangnya waktu belajar di sekolah.
Dicontohkan, di Indonesia, sakit gigi bisa berakibat seseorang kehilangan
waktu kerja atau sekolah rata-rata 4 hari setiap bulannya dan hal ini juga terjadi di
negara maju seperti Amerika Serikat dimana lebih dari 51 juta jam sekolah hilang
setiap tahunnya dikarenakan penyakit gigi dan mulut. "Untuk itulah, dianjurkan
perlunya mengunjungi dokter gigi setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mencegah,
mendeteksi secara dini bila ada kelainan dan mendapatkan perawatan gigi segera
sebelum keadaan menjadi parah. Disebutkan, data global juga menunjukkan
bahwa penyakit gigi dan mulut menjadi masalah dunia yang dapat mempengaruhi
kesehatan secara umum dan kualitas Kesehatan.
Seperti general check up kesehatan tubuh dari mata, telinga, denyut
jantung, tekanan darah, hingga urine dan tinja, pemeriksaan gigi bermaksud untuk
pencegahan penyakit gigi dan mulut akan meneropong kondisi rongga mulut
secara menyeluruh, meliputi kondisi gusi, ludah, bau mulut, gigi, termasuk email
gigi. Berdasarkan kondisi inilah bisa dilakukan penanggulangan.
Kondisi gusi diperiksa untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau
radang gusi (gingivitis) dengan alat yang disebut WHO probe. Gusi di tiap gigi
ditekan ringan. Kalau tak sehat, dengan tekanan ringan saja gusi akan berdarah.
Kalau terjadi radang gusi, karena terjadi di jaringan penyangga gigi, risiko gigi
tanggal mencapai 1 6 kali. Karena masuknya kuman dapat menyebabkan radang
gusi, terutama dari jenis anaerob. Masuknya kuman itu bisa terjadi jika kebersihan
kurang terjaga. Gejala radang gusi yang mudah dirasakan adalah saat sikat gigi,
gusi berdarah, dan linu saat minum dingin atau asam.
Jika masih ringan, penanganannya bisa dilakukan dengan menyikat gigi
secara benar. Sebaliknya, bila sudah terjadi kelainan, misalnya terbentuk kantung
gusi karena gingivitis, tindakan medis mesti dilakukan. Bila ukuran kantung
gusinya berkisar 3 5 mm, dilakukan pembersihan dengan dikuret. Bila kantung
gusi telah lebih dari 6 mm, tenpaksa dilakukan operasi gusi.
Sedangkan kondisi ludah yang diperhatikan adalah jumlah, kekentalan,
kadar keasaman, dan protein. PH ludah normal adalah 6 7. Makin cair makin
bagus. Kalau terlalu kental, mulut akan kering karena kekurangan enzim

12
pengendali jumlah kuman. Dengan bertambahnya usia, bisa terjadi syorgan
syndrome, berkurangnya produk si ludah. Keadaan ini bisa ditanggulangi dengan
pemberian obat. Juga dibantu dengan perilaku sehat, yaitu banyak berkumur dan
minum.
Kalau ada yang berlubang, ya ditambal. Kalau sudah ada yang ompong,
meskipun terletak di bagian dalam yang tak terlihat bila tersenyum, sebaiknya
dipasangi gigi palsu. Ini penting, karena gigi selalu mencari kontak baru. Kalau
ada lawannya, ia akan berhenti bergerak. Gigi palsu itu bukan sekadar untuk
tampil cantik, tapi untuk membantu memperbaiki dan mempertahankan struktur.
Jika gigi berlubang dan ompong dibiarkan, kita akan cenderung
mengunyah di sisi gigi yang tak berlubang dan ompong. Padahal, posisi
mengunyah yang ideal harus seimbang. Sisi yang tak dipakai mengunyah akan
membuat makanan di sana tak hancur, lama-lama karang gigi menutup permukaan
gigi. Jika dibiarkan, akan berpengaruh ke otot leher hingga timbul keluhan pusing.
Rahang sendi pun bisa berkelainan, karena fungsi gigitan tak seimbang. Akhirnya,
bisa mengganggu fungsi pendengaran.

13
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan didukung
oleh gusi yang sehat, yaitu gusi yang kencang dan bewarna merah muda. Untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan
perawatan secara berkala, sehingga didapatkan kondisi gigi dan jaringan rongga
mulut yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai dengan memeriksakan kesehatan gigi
dan mulut ke dokter gigi setiap enam bulan sekali dan bukan hanya apabila
terdapat keluhan saja.

14

Anda mungkin juga menyukai