Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI TEKNIK NUKLIR

Teknik Radiografi dengan Sumber Radiasi Pesawat Sinar-X


pada Lasan Pipa

Disusun Oleh :
Nama : Bilqis Latifah
Prodi : Teknokimia Nuklir
Semester : VI
Prodi : Teknokimia Nuklir
Dosen Pembimbing : Bapak Tasih

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
Teknik Radiografi dengan Sumber Radiasi Pesawat Sinar-X
pada Lasan Pipa

I. Tujuan
1. Menyiapkan film yang siap dipakai dalam radiografi (Loading Film).
2. Melakukan proses film yang telah dilakukan penyinaran radiografi
sesuai dengan prosedur standart.
3. Mengukur densitas film serta menentukan lokasi dan jenis cacat dari
radiograp yang telah dihasilkan.

II. Dasar Teori

Radiografi ialah penggunaan sinar pengionan (sinar-X, sinar gamma)


untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi
umumnya digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya
bagian dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang diambil dengan
radiografi disebut radiograf. Radiografi lazim digunakan pada berbagai
bidang, terutama pengobatan dan industri.

Teknik radiografi dasar atau biasa di singkat tekrad adalah ilmu yang
mempelajari tata cara pemotretan dengan menggunakan sinar-X (sinar
Roentgen) untuk membuat gambar Radiografi (gambar Roentgen) yang
baik, yang dapat di pakai untuk menegakkan Diagnosa.

Istilah memotret kecuali di kenal dalam Fotografi, juga dikenal dalam


Radiografi. Tetapi untuk membedakan dua hal tersebut maka perlu dilihat
dari tiga hal sebagai berikut :
1. Dalam penggunaan sinarnya, Fotografi menggunakan cahaya biasa sedang
dalam Radiografi yang di gunakan adalah sinar-X (sinar Roentgen).
2. Dalam prinsip pemotretannya, Fotografi menggunakan lensa untuk
menangkap cahaya yang di pantulkan oleh obyek, untuk kemudian
diteruskan ke film. Sedangkan dalam Radiografi, sinar- menembus obyek
dan ditangkap oleh film.
3. Dalam peralatannya, radiografi membutuhkan jenis peralatan yamg lebih
besar dan lebih rumit lagi.

Radiografi dapat dilakukan dengan sumber radiasi yang berupa sinar-x


maupun sinar gamma. Radiasi yang berasal dari suatu pesawat sinar-X
dengan focal spot f menembus benda uji (speciment) dengan tebal t. Di
dalam benda uji, radiasi akan terserap bervariasi tergantung pada tebal dan
kerapatan bagian benda uji. Bagian yang lebih tripis dan kerapatan yang
lebih kecil akan menghasilkan akumulasi paparan yang ditransmisikan yang
lebih banyak, sebagai contoh defect gas inclusion. Apabila sinar yang
ditransmisikan ini diproyeksikan ke film radiografi, maka dengan reaksi
photokimia, bagian bagian ini akan menjadi lebih hitam dibanding bagian
sekelilingnya.

Bayangan yang terbentuk pada film radiografi bersifat diperbesar dan


membentuk kekaburan atau pnumbra (unsharpness geometry, Ug)., karena
sinar yang datang bersifat divergen dan sumber radiasi mempunyai
dimensi f. Agar perbesaran dan penumbra bayangan tidak terlalu besar,
maka harus diperhatikan hubungan jarak sumber radiasi dengan film (source
to film distance, SFD), dimensi sumber f dan tebal benda uji t, dengan
asumsi film dipasang menempel pada benda uji.
a. ASME Section V
SFD > 2 t (f+0,5)
b. JIS Z 3104
SFD > t (2,5f +1)
Skema proses radiografi dapat digambarkan sebagai berikut:

Focal Spot

Berkas radiasi

Cacat Interna
SFD

Benda Uji

Paparan transmisi yang akan direkam / dideteksi


film
Film
Ug

Gambar 1. Proses radiografi, penyinaran radiasi pada benda uji


dan film.

Film radiografi yang sudah diproses di ruang gelap atau disebut


radiograp, dikatakan mempunyai kualitas baik bila film tersebut dapat
mendeteksi cacat yang dimensinya tertentu sesuai dengan standard yang
dinginkan atau lebih kecil. Radiograp yang dapat mendeteksi cacatdengan
ukuran relatif kecil dikatakan mempunyai sensitifitas radiografi tinggi.
Sensitifitas radiografi absolut dinyatakan dalam mm, sedang sensitivitas
relatif dinyatakan dalam %.

Untuk memperoleh kualitas radiograp yang baik, dua faktor yang perlu
diperhatikan yaitu kontras dan definisi. Indikator yang menunjukkan
sensitivitas radiografi adalah bayangan penetrameter.

Bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji. Pemilihan


nomor penetrameter yang digunakan bergantung dengan % sensitivitas yang
diinginkan dan tebal benda uji. Penentuan waktu penyinaran diperoleh dari
grafik exposure chart, hubungan antara mA-waktu terhadap tebal benda uji.
Tabel T-276

Tabel ASME Sec V, T 233


Grafik Penentuan lama Penyinaran

Tabel T-285 Geometric Unsharpness Limitations

Grafik Lama Perendaman


III. Alat dan Bahan
3.1. Bahan
1. Film radiografi
2. Larutan developer, stop bath, fixer, dan air
3. Besi las-lasan bentuk pipa (specimen)

3.2. Alat
1. Dosimeter saku
2. Surveymeter
3. Tabung sinar-X dan aksesoriesnya (Panel Kontrol dan Tanda
Lampu Radiasi)
4. Fasilitas ruang gelap
5. Penetrameter
6. Pengering film
7. Densitometer dan Viewer

IV. Langkah Kerja


4.1. Sebelum Penyinaran
1. Harga kV, mA dan timer (waktu paparan) alat sinar-X ditentukan.
2. Tentukan jarak daerah aman.
3. Tebal specimen dketahui, kemudian perhitungan dilakukan untuk
memperoleh
a. Penetrameter yang digunakan, tebal shim.
b. SFD
c. Waktu pemaparan (Wp) dihitung dengan menggunakan exposure
chart.
d. Penetrameter, kode film dan film ditempatkan sepadat mungkin
melekat pada specimen.

4.2.Pemasangan Film (Loading Film)


1. Lampu penerang dinyalakan.

2. Diapkan Film Radiografi (masih dalam kemasan), Screen Film, kaset


dan plakban pada meja loading.

3. Dipastikan kaset tidak rusak dan screen dalam kondisi bersih dan
baik.

4. Diatur dan diingat susunan peralatan tersebut (Film, Screen, kaset,


lakban) sehingga mudah diambil dalam kondisi gelap.
5. Lampu penerangan dimatikan dan digunakan lampu intensitas rendah
(safelight).

6. Dibiarkan selama beberapa menit agar mata menyesuaikan.

7. Film dikeluarkan dari kemasan dan amplop pembungkus, diambil


selapis film.

8. Kertas pengapit film dilepaskan pelan-pelan, diambil filmnya.

9. Film ditempatkan diantara screen Pb (atas dan bawah), kemudian


film yang ber-screen dimasukkan dalam kaset dengan mulut saling
menutup.

10. Untuk mencegah kebocoran, dilakban ujung kasetnya.


11. Amplop film ditutup kembali dan dimasukkan dalam kemasan
(kardusnya).
12. Lampu penerang dinyalakan, dirapikan dan dibersihkan meja loading
dari sampah, kertas dsbnya.

4.3.Selama akan penyinaran


1. Alat ukur radiasi digunakan dan diperiksa.
2. Alat sinar-X diperiksa.
3. Jendela sinar-X dan specimen ditempatkan pada posisi penyinaran
sambil membawa surveymeter.
4. kV, mA, dan timer diatur pada harga yang telah ditentukan sehingga
alat siap bekerja.

4.4. Selama Penyinaran


1. Tombol sinar-X ON ditekan sesuai Wp yang telah ditentukan.
2. Survai daerah radiasi.
3. Sesudah penyinaran selesai, tombol mA diatur pada harga NOL
dan kemudian panel pesawat sinar-X ditutup.
4.5. Setelah Penyinaran
a. Film dan benda uji diambil dari ruang penyinaran dengan membawa
surveymeter.
b. Periksa alat ukur radiasi.
c. Film diproses.
d. Laporan teknis dibuat.

4.6.Pembongkaran Film (Unloading Film) dan Proses Film


1. Kaset film yang telah diradiografi dibawa ke ruang proses film.
Dinyalakan lampu penerang ruang proses film.

2. Diaduk larutan developer dan fixer (masing masing larutan punya


pengaduk dan jangan dicampur), kemudian diukur temperatur larutan
developer.

3. Dengan suhu pengukuran, dilihat dalam tabel waktu yang diperlukan


untuk pengembangan film dalam larutan developer.

4. Disiapkan hanger kering pada meja loading dengan mulut bagian


depan

5. Lampu penerangan dimatikan dan digunakan lampu intensitas rendah


(safelight)

6. Dibuka lakban penutup kaset film, screen dan film dari kaset
dikeluarkan
7. Film dimasukkan dalam larutan developer untuk proses
pengembangan film dengan waktu yang telah ditentukan, sambil
diagitasi ( agitasi naik turun)

8. Setelah waktu pengembangan selesai, ditiriskan sebentar kemudian


dimasukkan dalam stopbath untuk menghentikan proses
pengembangan film, kira-kira setengah waktu di developer. Dalam
stopbath agitasi tetap dilakukan.
9. Selesai waktu stopbath, ditiriskan sebentar, kemudian masukkan
dalam fixer untuk penetapan bayangan pada film, dengan waktu kira-
kira 2 kali waktu developer, dan tetap dilakukan agitasi. Pada
keadaan difixer, lampu penerangan boleh dinyalakan (bila ada yang
sedang melakukan proses pengembangan, lampu tidak boleh
dinyalakan.)

10. Selesai waktu fixer, tiriskan sebentar, kemudian dimasukkan dalam


air untuk pencucian film.

11. Pencucian film dilakukan dengan air kran, sambil digosok dengan
jari sehingga film tidak licin (peret).

12. Terakhir, dilakukan pengeringan.

4.7.Pembacaan Film
1. Disiapkan viewer dan densitometer.

2. Dinyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya.

3. Dipasang film hasil radiografi yang telah kering, diperhatikan bentuk


bayangan radiograpnya.

4. Diamati bayangan penetrameter, diamati kawat terkecil pada las


yang nampak dalam radiograp.

5. Dengan densitometer, diukur densitas pada las disekitar kawat


terkecil yang nampak sebagai densitas penetrameter (Dp).

6. Diukur densitas pada base material (diluar las dalam bayangan benda
uji) sebagai densitas material.

7. Diukur densitas pada las (kira-kira 1 cm diatas dan dibawah sumbu)


pada kondisi paling terang dan paling gelap, biasanya 3 pengukuran,
sebagai densitas las yang mempunyai harga densitas minimum
(Dmin) dan harga densitas maksimum (Dmaks).
8. Diamati cacat yang tergambar dalam radiograp, dan ditentukan
jenisnya.

9. Bila pengamatan sudah selesai, densitometer dimatikan, dan


dimatikan viewer.

10. Dirapikan dan dibersihkan ruang baca film tersebut.

V. Data Percobaan
1. Material
Bahan : Besi
Bentuk : Pipa
Sudut penyinaran : 0o

2. Pengukuran parameter
Diameter luar (OD) : 59,7 mm
Diameter dalam (ID) : 53,7 mm
Pergeseran : 126 mm
Lebar Lasan (LL) : 7 mm
kV : 120 kV
Waktu penyinaran : 2 menit
SFD : 560 mm
Jenis penny : penny SET A

3. Sumber
Jenis : X-Ray
Merk : Rigaku
Arus : 5 mA
kV max : 250 kV
kV min : 110 kV
Focal spot :2 mm
4. Film
Jenis : AGFA D7
Screen
- Depan : 0,125 mm (Pb)
- Belakang : 0,125 mm (Pb)

5. Pembacaan film
Densitas material : 3,02
Densitas las : 2,52 ; 2,8 ; 2,62
Densitas penny : 2,69

6. Penetrameter kawat set A


Source side
Jumlah kawat yang muncul : 2 kawat
Diameter kawat terkecil : 0,008 in = 0,2 mm

7. Cacat pada pipa

Porosity : cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori

Tungsten : adanya titik berwarna lebih terang pada lasan


VI. Perhitungan
Sebelum Penyinaran
1. Penentuan parameter
Diketahui:
Diameter luar specimen (OD) = 59,7 mm
= 2,35 inchi

Karena OD < 3,5 inchi, maka dilakukan teknik pengukuran Double


Wall Double Image (DWDI) ellips.
a. Penentuan kV penyinaran
Penentuan kV menurut IIW:
kV = A + Bx
Keterangan:
A, B = konstanta ( berdasarkan tebal, menurut jenis bahan )
x = OD - ID
OD = 59,7 mm
ID = 53,7 mm
x = OD ID
= (59,7 53,7) mm
= 6 mm

Tebal material = 6mm/2sisi = 3 mm

Tebal pipa yang disinari = (tebal material + tinggi reinforcement)

(3mm 1,2mm) 2
8,4mm

Tabel 1. Konstanta untuk Besi


Besi (Fe)
Tebal (mm)
A B
0,5 < x 5 40 10
5 < x 50 75 4,5
kV = A + Bx
= 75 + 4,5 (8,4)
= 112,8 kV ~120 kV

Pada pesawat sinar-X tidak terdapat kV sebesar 112,8 kV;


maka dibulatkan ke atas menjadi 120kV.

b. Penentuan waktu penyinaran


1) SFD Tegak Lurus
SFD = 560 mm
2) SFD min

f
SFDmin 1 ODlas
Ugmax
2 2mm
1 62,1mm
0,51mm
406,5mm

SFD > SFD min, maka proses radiografi dapat dilakukan.


3) Pergeseran (P)

Pergeseran (P) = SFD + 2LL

= (560 mm) + (2) (7 mm)

= 126 mm

4) SFD ellips

SFD elp = (SFD 2 + P2)1/2

= 574 mm
5) Waktu Penyinaran (Wp)
Grafik Penentuan lama Penyinaran

Dari kurva penyinaran (Exposure Chart), maka untuk kV =


120 kV diperoleh persamaan:
Log y = 0,10333x + 0,26777
Dimana, x = 8,4 mm
Maka,
Log y = 0,10333x + 0,26777
Log y = 0,10333 (8,4) + 0,26777
Log y = 1,13574
y = 13,67 mA.menit
E = 13,67 mA.menit
sehingga waktu penyinaran :
2
SFD Elip E
t
SFD kurva i
2
574mm 13,67mA.menit
t
700mm 5mA
t 1,84menit 1,9menit

c. Penentuan IKB

Penentuan IKB didasarkan pada Standar ASTM V Artikel 2,

Tabel T.276 dan T.233.2 (untuk jenis kawat)


Tabel T.276

Pada praktikum kali ini digunakan sisi sumber (source side)


dan berdasarkan tabel diatas maka tebal spesimen<0,25inc
maka no IQI kawat yang keluar adalah 5. Sehingga berdasarkan
tabel T.233.2 Wire IQI desaignation, Wire Diameter, and Wire
Identity;
Tabel T.233.2 Wire IQI desaignation, Wire Diameter, and
Wire Identity

didapatkan :

1) Tebal material (Xlas) = 4,2 mm

2) Posisi = Source Side

3) No kawat esensial (yang harus digunakan) = 5

4) Kelompok Set =A

5) Jumlah minimal IKB yang harus muncul = 2

6) Kelompok minimal dan Set IKB = 1A

Setelah Penyinaran
2. Proses pencucian film

Waktu pencucian film ditentukan dengan grafik normal


development berdasarkan suhu larutan developer.
Suhu larutan developer (T) = 80oF

Dari grafik tersebut diperoleh waktu pencelupan pada larutan


developer adalah selama 2,5 menit.

Perbandingan waktu pencelupan pada masing-masing larutan


pencuci adalah sebagai berikut :

Developer : Stop Bath : Fixer : Washer

t : t : 2t : secukupnya

2,5 menit : 1,25 menit : 5 menit : 1 menit

3. Pembacaan Radiograph

Perhitungan Densitas dan Sensitifitas

Densitas material : 3,02


Densitas las : 2,52 ; 2,8 ; 2,62
Densitas penny : 2,69

a. Variasi Densitas Maksimal


D las max D penny
VDmax 100%
Dpenny
2,8 2,69
100%
2,69
4,09%
VD max 30% memenuhi

b. Variasi Densitas Minimal


D las min D penny
VDmin 100%
Dpenny
2,52 2,69
100%
2,69
6,32%
VD min -15% memenuhi

c. Sensitifitas
Diameter kawat terkecil yang tampak = 0,008 in = 0,20 mm

diameter t erkecil penny


Sensitifit as 100%
tebal
0,2mm
100%
4,2mm
4,76%
Kawat penny pada film hasil radiografi muncul 2 kawat (nomor
5 dan 6). Sensitifitas telah memenuhi.

d. Nilai Ug

Unsharpness geometry (Ug) :


fs ODlas
Ug
SFD ODlas
2 2mm 62,1mm

560mm 62,1mm
0,35mm

T-285 Geometric Unsharpness Limitations

Berdasarkan percobaan, diperoleh Ug < Ug max (0,35 mm


< 0,51 mm), maka nilai tersebut dikatakan dapat diterima.
Dari keseluruhan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

No. Parameter ASME V, Article Hasil Keterangan


1. Ug Max 0,02 (0,51 mm) 0,35 mm Diterima
2. Sensitivitas Tidak lebih dari 20% 4,76 % Diterima
Variasi -6,32% s/d
3. -15% < D < +30% Diterima
densitas 4,09%
4. Artifact Tidak ada Tidak ada Diterima
No.5 set A, 2 kawat
5. Penetrameter 2 kawat Diterima
(5&6)

VII. Pembahasan
Praktikum aplikasi teknologi nuklir radiografi sinar-X ini bertujuan
untuk memahami bagiamana aplikasi sinar-X dalam indutri serta membuat
gambar radiografi lasan besi bentuk pipa yang sensitivitasnya sesuai dengan
standard dan menentukan lokasi dan jenis cacat las menggunakan radiasi
sinar-X.
Radiografi dengan film merupakan cara klasik dalam pembentukan
bayangan/gambar suatu benda uji. Perbedaan penyerapan radiasi yang
melalui benda uji ditentukan tebal dan kerapatan benda uji, yang selanjutnya
dideteksi dan direkan dalam film sebagai perbedaan tingkat kehitaman
(densitas). Film radiografi terdiri atas bahan dasar (base) dan emulsi tempat
terjadinya interaksi radiasi pengion atau cahaya dengan bahan aktif-kristal
perak bromida dan gelatin sebagai lapisan pelindung, supercoating.
Dalam prosesnya teknik radiografi dengan film memiliki beberapa tahapan
proses, yaitu loading film, penentuan waktu dan kV penyinaran, jenis dan
nomor IKB, proses penembakan film, dan pemrosesan film agar menjadi
bayangan yang nyata serta proses pembacaan film.
Sumber radiasi yang digunakan adalah sinar-X RIGAKU di
laboraturium Radiografi STTN. Spesimen yang diuji adalah pipa besi
dengan diameter dalam 53,7 mm dan tebal termasuk reinforcment lasan
adalah 4,2 mm.
Parameter-parameter yang diperlukan untuk peyinaran ditentukan
terlebih dahulu seperti dimensi bahan uji, tegangan kerja, arus kerja, waktu
penyinaran, metode penyinaran, SFD, pergeseran, dan jenis penetrameter.
SFD minimum pada perhitungan adalah 406,5 mm. SFD yang digunakan
adalah 560 mm dan pergeseran sebesar 126 mm. Tegangan kerja
berdasarkan perhitungan adalah 112,8 kV; namun pada praktik digunakan
120 kV, dilakukan pembulatan ke atas mengingat kemampuan skala alat.
Waktu penyinaran berdarkan perhitungan adalah 1,84 menit; waktu yang
digunakan pada praktikum dibulatkan ke atas dan diberi sedikit kelebihan
menjadi 2 menit. Penetrameter yang digunakan adalah penetrameter kawat
set A yang dipasang pada sisi source side.
Teknik penyinaran yang digunakan adalah teknik DWDI (Double Wall
Double Image) karena pipa yang diuji mempunyai diameter luar kurang dari 3,5
inch. Terdapat dua metode penyinaran pada teknik ini yakni ellips dan
superimpose, yang dipilih dalam praktikum ini adalah metode ellips.
Setelah dilakukan penyinaran, film dicuci, kemudian dianalisis variasi
densitas dan cacat las pada benda uji. Proses pencucian film akan berpengaruh
pada kekontrasan radiografi, khususnya di developer. Developer mempunyai
fungsi sebagai accelerator karena mampu menghilangkan lapisan proteksi pada
lapisan film bagian atas dan reducer karena mampu mereduksi AgBr yang
terekpos menjadi Ag dan menghambat supaya Ag yang terbentuk tidak
termakan larutan. Jika terlalu lama dalam developer film yang terekpos akan
berinteraksi dengan yang tidak terekpos sehingga film akan kabur, oleh karena
itu sangat penting dalam menentukan lama waktu pencucian film hasil
radiografi.

Dari hasil pembacaan, diketahui bahwa kawat penetrameter yang muncul


berjumlah 2 kawat. Penetrameter yang sering disebut penny merupakan hal
yang sangat penting dalam radiografi. Tanpa penny sebuah film radiografi tidak
dapat diterima karena penny digunakan sebagai tolok ukur kualitas gambar.
Jumlah kawat yang terlihat sudah sesuai parameter yang ditentukan
sebelumnya bahwa kawat yang harus muncul minimal ada 2 buah. Dari
penny yang terlihat dapat ditentukan sensitivitas, dari hasil perhitungan
sensitivitas radiografi yang telah dilakukan sebesar 4,76% sedangkan sensitivas
standart harus kurang dari 20 %, jadi nilai sensitivitas tersebut dapat diterima.
Hasil analisis densitas film menunjukan rentang didalam 1,8-4; hal ini
menunjukan bahwa densitas film radiografi dapat diterima. Berdasarkan
perhitungan, diperoleh hasil variasi densitas maksimum 4,09% dan variasi
densitas minimum adalah -6,32%. Hasil ini memenuhi syarat yang ada pada
teori bahwa persyaratan penerimaan variasi densitas maksimal film adalah
kurang dari atau sama dengan 30% serta untuk variasi densitas minimal
batas bawahnya adalah lebih dari atau sama dengan -15%; sehingga variasi
densitas film dapat diterima.
Pembacaan dengan viewer juga dapat menampilkan cacat yang ada pada
lasan. Pada lasan bahan pipa yang digunakan dalam percobaan diketahui
terdapat berbagai cacat antara lain porosity dan tungsten. Porosity atau
Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori
yang biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas
yang terjadi ketika proses pengelasan. Untuk tungsten terjadi akibat
pengelasan yang tidak sempurna sehingga bentuk pada lasan tidak rata
akibat tercemarnya bagian las oleh partikel tungsten.

VIII. Kesimpulan
1. Parameter penyinaran sinar-X terhadap pipa besi sebagai berikut:
Nilai
No. Parameter Nilai Praktek
perhitungan
Dianeter Luar
1. 59,7 mm -
(OD)
Diameter Dalam
2. 53,7 mm -
(ID)
3. kV 112,8 kV 120 kV
4. mA 5 mA
5. Pergeseran 126 mm 126 mm
6. SFD minimum 406,5 mm 560 mm
7. Waktu Penyinaran 1,84 menit 2 menit
Metode
8. DWDI DWDI
penyinaran
Kawat set A
9. Penetrameter dipasang pada sisi
source side

2. Hasil penyinaran sinar-X terhadap pipa besi sebagai berikut:

No. Parameter ASME V, Article Hasil Keterangan


Max 0,02 (0,51
1. Ug 0,35 mm Diterima
mm)
Tidak lebih dari
2. Sensitivitas 4,76 % Diterima
20%
Variasi -6,32% s/d
3. -15% < D < +30% Diterima
densitas 4,09%
4. Artifact Tidak ada Tidak ada Diterima
No.5 set A, 2
5. Penetrameter 2 kawat Diterima
kawat (5&6)

a. Pada daerah lasan, terdapat cacat berupa


1) Porosity : cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-
pori
2) Tungsten : adanya titik berwarna lebih terang pada lasan
Sehingga disimpulkan lasan pada tube yang diuji tidak
sempurna yang dapat diakibatkan tercemarnya bagian las oleh
partikel tungsten.
b. Dari parameter-parameter di atas, film dapat diterima.
IX. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Radiografi
http://ilmuradiologi.blogspot.com/2011/07/tehnik-radiografi-dasar.html
Marjanto, Djoko, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Teknik Radiografi.
Yogyakarta: STTN-BATAN.

Yogyakarta, 2 Juni 2017


Dosen Pembimbing, Praktikan,

Bapak Tasih Bilqis Latifah


Lampiran 1
Porosity Tungsten

Pada daerah lasan, dari titik 0 terdapat cacat berupa


1. Porosity : cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori. Saat proses
pengelasan ada angin sehingga terjadi lubang/rongga sehingga dia dapat
sinar lasan lebih banyak, film terlihat lebih hitam.
2. Tungsten : adanya titik berwarna lebih terang pada lasan. Sehingga
disimpulkan lasan pada tube yang diuji tidak sempurna yang dapat
diakibatkan tercemarnya bagian las oleh partikel tungsten.
3. Excessive penetration : Warna lasan tidak rata menunjukan adanya
perbedaan densitas di area lasan, area gumpalan bulatan yang putih
kelebihan las di posisi bawah, dalam kejadian ini tidak perlu mengulang
mengelas.
Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai