Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI DAN OSMOSIS

Oleh

NAMA : ICANANDA FRANSISKA

NIM : 150210103064

KELOMPOK : 6B

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2017
I. Judul : Difusi dan Osmosis
Judul Sub BAB :
a. Permeabilitas membran sel: Pengaruh suhu dan pelarut
b. Plasmolisis
II. Tujuan
a. Mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis
pelarut) terhadap permeabilitas membran sel.
b. Untuk Mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan
hipotonik pada sel tumbuhan
III. Tinjauan Pustaka
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapisan pembatas, lapisan terluar
adalah dinding sel, dan lapisan terdalam adalah membran sel. Di dalam
membran sel terdapat mekanisme lalu lintas cairan. Menurut Campbell
2010, mekanisme lalu lintas pada membran sel ada dua, yaitu trasnport
pasif dan aktif. Yang mana trasnport pasif, contohnya adalah difusi dan
osmosis. Sedangkan transpor aktif adalah substansi yang dapat
berpindah dari tempat yang berkonsentrasi lebih rendah atau sama, ke
area yang lebih tinggi (Akbar, 2015).
Transport pasif dicontohkan dengan difusi dan osmosis, yang mana
definisi dari osmosis tersebut adalah larutan yang mengalir dari
konsentrasi tinggi ke konsentrsi yang rendah yang hasil akhirnya
konsentrasi daru kedua kompartemen menjadi sama (Asmadi, 2008:52).
Sedangkan proses osmosis, yaitu difusi dari suatu zat pelarut yang
melintasi membran. Pergerakan air yang melalui permeabel selektif,
dari area konsentrasi air (zat pelarut) yang tinggi ke konsentrasi air
yang rendah (James, 2008:28).
Faktor-faktor yang mempercepat difusi meliputi, area permukaan,
konsentrasi muatan, ukuran partikel, temperatur tekanan, ketebalan
membran, dan jarak yang harus ditempuh suatu partikel (James,
2008:28).
Proses lain, yaitu plasmolisis. Defini plasmolisis adalah kondisi sel
yang kehilangan air akibat osmosis yang mengakibatkan membran
plasma lepas dari dinding sel. Hal ini biasanya karena sel berada di
dalam larutan yang hipertonis yang mana kosentrasi larutan di dalam
sel lebih rendah dari pada di luar sel (Rosita, 2017). Sedangkan,
larutan yang hipotonis, dapat menghasilkan tekanan osmotik lebih
tinggi dari cairan ekstraseluler (Ningsih, 2012).

IV. Metode Penelitian


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Tabung reaksi
- Kompor Listrik
- Termometer
- Stopwatch
- Kaca benda
- Kaca penutup
- Mikroskop
- Silet
- Pipet
4.1.2 Bahan
- Umbi bawang merah (Alium ceppa)
- Umbi kunyit
- Daun jadam (Rheo discolor)
- Larutan glukosa
- Larutan garam fisiologis
- Metanol
- Aquades
- Aseton
4.2 Langkah Kerja
a. Permeabilitas membran sel
- Perlakuan pelarut

Mengupas kulit umbi kunyit dan memotongnya bentuk


dadu sesuai lebar diameter tabung reaksi, sekitar 1 cm x
1cm.

Mengisi metanol, aseton, aquades, pada tiap-tiap tabung


reaksi sebanyak 5 ml.

Memasukan dua umbi kunyit yang telah dipotong dadu


tersebut kedalam tiap-tiap tabung reaksi yang telah berisi
cairan masing-masing.

Mendiamkan selama 30 menit

Mengamati perubahan warna pada tiap-tiap larutan di


tabung reaksi tersebut.

- Perlakuan Suhu

Mengupas kulit umbi kunyit dan memotongnya bentuk


dadu sesuai lebar diameter tabung reaksi, sekitar 1 cm x 1
cm.

Memasukan aquades pada tiga tabung reaksi kemudian


mengisi masing-masing tabung dengan dua dadu wortel.

Memasukan tiap-tiap tabung reaksi yang berisi wortel


tersebut ke dalam air yang dipanaskan di atas kompor
listrik, hingga mencapai masing-masing suhu yang telah
ditentukan (40 , 50 , 70 ). Mengukur suhu dengan
menggunakan termometer.
Ketika sudah mencapai suhu yang diinginkan, kemudian
memindahkan satu tabung reaksi tersebut, misal sudah
sampai suhu 40 derajat, lalu membiarkan tabung selama
30 menit (hingga mencapai suhu ruangan).

Mengamati perubahan yang terjadi.

b. Plasmolisis

Menyiapkan kaca benda.

Mengiris tipis lapisan umbi bawang dan lapisan epidermis


daun jadam (yang berwarna merah) di kaca benda yang
berbeda.

Menetesi larutan gula di bagian sisi kiri (misalnya) dan sisi


kanan menetesi dengan garam fisiologi, hal ini berlaku
untuk kaca benda yang terdapat lapisan umbi bawangnya
dan daun jadamnya.

Menetesi larutan gula di bagian sisi kiri (misalnya) dan sisi


kanan menetesi dengan garam fisiologi, hal ini berlaku
untuk kaca benda yang terdapat lapisan umbi bawangnya
dan daun jadamnya.

Menunggu selama 10 menit


Mengamati masing-masing lapisan daun jadam dan umbi
bawang yang ditetesi larutan tersebut di bawah mikroskop.

Setelah mengamati, membersihan larutan gula yang ada di


masing-masing kaca benda, kemudian diganti dengan
larutan aquades.

Menunggu selama 10 menit

Mengamati masing-masing lapisan daun jadam dan umbi


bawang yang ditetesi larutan tersebut di bawah mikroskop.
V. Hasil Pengamatan
a. Permeabilitas membran sel
Perlakuan Warna Larutan
Fisik (suhu) 40 ++
50 ++
70 +++
Pelarut Organik Metanol +++++
Aceton ++++
Kontrol Aquades +

Keterangan:
+ = Jernih
+ + = Sedikit pekat
+ + + = Pekat biasa
+ + + + = Pekat
+ + + + + = Sangat pekat

Pengaruh Perlakuan Fisik (Suhu)


Suhu 400 C Suhu 500 C Suhu 700 C
Pengaruh Larutan Kimia
Aquades Aseton Metanol

b. Plasmolisis
Pelaruta Bawang merah Jadam
n
Larutan
Gula
Larutan
Grafis

Aquades

VI. Pembahasan
Praktikum fisiologi tumbuhan, acara pertama adalah mengenai
difusi dan osmosis. Yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu
pengamatan permeabilitas sel dengan pengaruh fisik (suhu) dan
pengaruh pelarut organik. Kemudian pengamatan plasmolisis dengan
menggunakan bahan bawang merah dan daun jadam.
Pengamatan terhadap permeabilitas sel yang menggunakan
pengaruh fisik (suhu) diberi tiga perlakukan suhu yang berbeda, yaitu
40 , 50 , 70 . Bahan yang digunakan untuk melihat permeabilitas
sel pada praktikum ini adalah menggunakan wortel yang sudah
dipotong dadu dengan ukuran 1 cm x 1 cm (disesuaikan dengan
diameter tabung reaksi).
Wortel memang sengaja dibuat ukurannya kecil, karena selain agar
dapat dimasukan ke dalam tabung reaksi, dengan ukuran dadu kecil
maka dapat mempercepat proses difusi dan osmosis. Ukuran wortel
bentuk dadu kecil itu dapat memperluas bidang permukaan molekul
sehingga proses difusi dan osmosis dapat mudah terjadi.
Menurut Arlita 2013, bentuk dan ukuran potongan buah dapat
mempengaruhi proses kehilangan air, yang mana dapat meningkat
apabila peningkatan luas potongan buah, dalam hal ini adalah wortel.
Koefisien distribusi air menurun dengan meningkatnya suhu dan luas
permukaan, serta meningkat karena menambahnya konsentrasi larutan.
Cairan yang digunakan untuk praktikum permeabilitas dengan
pengaruh suhu ini, yaitu menggunakan aquades. Tiap-tiap tabung
reaksi (3 tabung) di isi masing-masing 5 ml aquades. Suhu yang akan
diamati, sesuai seperti yang ditulis di cara kerja. Alasan dibuat
berbeda-beda agar dapat terlihat dengan jelas perbedaan yang
dihasilkan dan dapat diketahui pengaruhnya.
Hasil data dari praktikum permeabilitas sel yang dipengaruhi oleh
suhu, menunjukan bahwa pada suhu 40 , warna yang dihasilkan
orange sedikit pekat. Begitu juga dengan yang diberi perlakuan pada
suhu 50 , warna pada cairan aquadesnya juga menunjukan warna
orange sedikit pekat. Hal ini, diketahui hasil yang tidak sesuai dengan
teori. Seharusnya, semakin tinggi pengaruh lingkungan (suhu) maka
fosfolipid yang menyusun membran sel akan rusak. Sehingga
seharusnya warna cairan (aquades) semakin pekat pada suhu 50.
Persis seperti hasil pada suhu 70, yang menunjukan warna perubahan
menjadi orange pekat biasa.
Hal yang hasilnya tidak sesuai dengan teori, itu terjadi karena
beberapa kekeliruan dalam proses praktikum. Bahwa, ukuran wortel
dengan 1cm x 1 cm masih terlalu besar untuk tabung di suhu 50,
sehingga pada saat praktikum wortel yang dimasukan ke dalam tabung
masih tersendat di bagian tengah-tengah tabung reaksi. Akibatnya,
perlu dilakukan pendorongan pada wortel agar masuk dan terendam
seluruhnya pada cairan aquades. Sedangkan, waktu dan suhunya terus
berjalan. Sehingga itulah yang membuat hasil praktikum tidak sesuai.
Pengamatan yang berikutnya, permeabilitas membran sel dengan
pengaruh pelarut organik. Pelarut yang digunakan aseton, metanol, dan
aquades yang menjadi kontrolnya.
Pelarut tersebut, masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5ml. Tetap menggunakan bahan yang sama, yaitu umbi
wortel bentuk dadu ukuran 1cm x 1cm. Masing-masing tabung reaksi,
diisi dua dadu wortel dan ditunggu 30 menit kemudian. Waktu tunggu
30 menit, dikarenakan untuk memberi waktu kepada pelarut dan
membran sel agar berinteraksi sehingga dapat dilihat, bahwa itu proses
difusi ataukah osmosis.
Hasil pengamatan yang diperoleh dari hasil praktikum
permeabilitas membran akibat pengaruh pelarut organik, yaitu
menggunakan pelarut metanol dapat merubah kondisi warna menjadi
orange sangat pekat, dan pengaruh aceton dapat merubah kondisi
warna menjadi orange pekat. Perubahan warna itu dapat diketahui dari
perbandingan dengan kontrol, yang mana warna cairan dalam tabung
yang dijadikan kontrol adalah jernih.
Aseton dan metanol diketahui adalah senyawa yang berikatan polar,
sehingga mudah berikatan dengan membran sel. Karena ikatan ini
yang membuat senyawa organic penyusun membran sel menjadi larut.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa metanol menyebabkan warna
yang sangat pekat dari pada pelarut yang lain. Hal itu dikarenakan
metanol memiliki panjang rantai yang pendek sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk memecahkan membran sel dan
larut dalam senyawa metanol.
Praktikum permeabilitas membran sel yang menggunakan suhu,
merupakan peristiwa difusi, sedangkan pengaruh pelarut organik
adalah peristiwa osmosis.
Berikutnya adalah mengenai plasmolisis. Pada praktiknya, bahan
yang digunakan adalah lapisan umbi bawang merah dan lapisan
epidermis daun Rhoeo discolor. Larutan yang digunakan, yaitu larutan
gula, larutan garam fisiologis, dan aquades.
Larutan dibuat berbeda karena untuk melihat pengaruh larutan
hipotonik dan hipertonik pada sel tumbuhan. Menggunakan sel
bawang dan daun jadam, dikarenakan sel tumbuhan tersebut memiliki
pigmen yang berwarna ungu kemerahan sehingga dapat mudah dilihat
pada proses plasmolisisnya.
Perlakuan pertama yang dilakukan, yaitu menyayat tipis lapisan
umbi bawang, yang kemudian diletakan pada sisi kiri dan kanan kaca
benda. Begitu juga pada daun jadam, disayat tipis kemudian
meletakannya pada kaca benda di sisi kanan dan sisi kirinya. Setelah
itu menetesi larutan pada satu sisinya lapisan bawang maupun lapisan
daun jadam, dan memberi tetesan larutan garam fisiologis pada sisi
yang lain. Keduanya dibiarkan selama sepuluh menit. Setelah itu
mengamati hal yang terjadi di bawah mikroskop.
Larutan guloksa merupakan larutan hipertonis yang memiliki
konstrasi tinggi. Hal ini menyebabkan, air yang ada di dalam sel
menjadi keluar (Rahmasari, 2014). Sedangkan larutan garam fisiologis
adalah larutan isotonis, yang mana air yang masuk ke dalam sel dan air
yang keluar sel berbanding lurus. Dan Aquades merupakan larutan
hipotonis yang akan membuat air yang ada di luar sel menjadi masuk.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa, kondisi sel yang ditetesi
larutan gula, selnya terlihat seperti mengkerut karena, air yang ada di
dalam sel berpindah ke luar sel. Hal itu bisa terjadi karena memang
sifat dari larutan gula adalah hipertonik. Sesuai dengan teori yang
terdapat pada buku Campbell 2010, hal 144, bahwa sel tumbuhan yang
direndam larutan hipertonik akan membuat sel tumbuhan kehilangan
air di dalam sel dan akhirnya menyusut (kerut). Hal tersebut
menunjukan membran plasma dari selnya terlepas dari dinding selnya.
Kemudian, ini yang disebut sebagai plasmolisis.
Hasil yang selanjutnya, yaitu pada sel bawang dan daun jadam
yang ditetesi larutan garam fisiologis. Menunjukan bahwa, tidak
mengalami perubahan (hampir telihat tetap) dikarenakan larutan
garam fisiologis merupakan larutan yang isotonis. Tidak ada pengaruh
pada pergerakan air dalam sel, karena air yang dikeluarkan dan air
yang masuk adalah sama.
Setelah pengamatan pengaruh garam fisiologis dan larutan gula,
maka pada umbi bawang dan daun jadam yang tadinya ditetesi larutan
gula, diserap larutan gulanya kemudian diganti dengan aquades.
Sel yang tadinya mengalami plasmolisis akibat larutan gula,
selanjutnya di tetesi aquadest. Kemudian ditunggu lagi selama sepuluh
menit untuk melihat proses yang terjadi. Setelah 10 menit berlangsung,
kemudian bisa dilihat hasil kejadiannya.
Hasil pengamatan pada larutan aquadest menunjukan sel menjadi
berwarna semakin transparan dan sel mengalami lisis (pecah). Karena
sesuai dengan larutan aquades yang sifatnya hipotonis yang membuat
air di dalam sel dapat masuk ke dalam sel sehingga kondisi air di
dalam sel menjadi meningkat dan membuat sel menjadi lisis.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa permeabilitas membran sel dapat
dipengaruhi oleh perlakukan fisik (suhu), yang mana semakin
tinggi suhu maka semakin tinggi pula pengaruh
permeabilitasnya sehingga membuat warna cairan semakin
pekat. Begitu juga pengaruhnya pada perlakukan pelarut
organik, bahwa semakin pendek rantai ikatan dari suatu pelarut
dan polar maka akan semakin membuat terjadinya proses
osmosis dengan hasil warna yang sangat pekat.
2. Dari proses plasmolisis, dengan perlakuan pemberian larutan
yang hipertonik terbukti bahwa sel terlihat berkerut yang
artinya, air di dalam sel berpindah ke luar sel. Dan pada larutan
hipotonis, air yang berada diluar sel berpindah ke dalam sel
sehingga sel mengalami lisis. Akan tetapi, dalam larutan
isotonis, permukaan sel terlihat tetap seperti tidak ada
perubahan dikarenakan cairan yang ada di dalam dan keluar sel
konsentrasinya sama.
7.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang falid, sebaiknya praktikum
dilakukan dengan cara yang teliti dan sesuai dengan susunan
modul praktikum. Seharusnya dilakukan dengan cara yang benar
dan teliti agar tidak ada simpang siur antara teori dan hasil yang
didapatkan.
Daftar Pustaka

Akbar, M. Harris Avicena. Giri, Udani. Amperaningsih, Yuliati. 2015. Perbedaan


Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Di Tangan
Yang Mendapat Dan Yang Tidak Mendapat Terapi Intravena. Jurnal
Keperawatan, Vol 9, No. 1.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Arlita, A.M, dkk. 2013. Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi Terhadap Penyerapan
Larutan Gula Pada Bengkuang (Pachyrrhizus erosus). Jurnal Teknik
Pertanian Lampung Vol. 2, No. 1: 8 ISSN 1858 2459. Lampung :
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Campbell, Neil A, et al. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Gramedia.
James, Joyce. Baker, Colen. Swain, Helen. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Ningsih, Neneg Fitria. 2012. Hubungan Terapi Cairan Intravena Terhadap
Kejadian Phlebitis Di Irna Bedah RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan.
Jurnal Keperawatan Stikes Tuanku Tabusai Riau.
Rosita, Johay Maulidia. Taufiqurrahman, Irham. Edyson. 2017. Perbedaan Total
Flavonoid Antara Metode Maserasi Dengan Sokletasi Pada Ekstrak Daun
Binjai (Mangifera caesia). Jurnal Kedokteran Gigi, Vol. 1, No.1.
Rahmasari, Hamita, dkk. 2014. Ekstrasi Osmosis Pada Pembuatan Sirup Murbei
(Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa dan Lama Osmosis.
Jurnal Pangan dan Argoindustri Vol.2 No. 3 p. 191-197, Juli 2014.
Malang : Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai