Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI MANAJEMEN BIAYA LANJUTAN

Analisa Kasus : Beauville Furniture Corporation

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Bob Aldi 1706089721
Muthia Khairani 1706998510
Kelas : 2P/17-1S
Pengajar/Jadwal : Dwi Hartanti S.E., M.Sc. / Rabu 18.30

Program Magister Akuntansi Pendidikan Profesi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
2017/2018
Ilustrasi Kasus
Beauville Furniture Corporation merupakan perusahaan furnitur yang memproduksi
sofa, recliner, dan kursi santai. Beauville mengoperasikan pabrik penggergajian kayu, pabrik
kain, dan pabrik furnitur. Pabrik penggergajian kayu membeli kayu dari pemasok yang
terpisah, dimana kayu tersebut kemudian diproses menjadi 4 jenis kayu yaitu Jenis Pertama
dan Kedua, Jenis Umum No. 1, Jenis Umum No. 2 dan Jenis Umum No. 3. Seluruh jenis olahan
kayu tersebut akan ditransfer ke pabrik furnitur beserta biaya-biaya pemrosesannya. Pabrik
kain bertanggung jawab untuk memproduksi kain yang akan digunakan oleh pabrik furnitur
yang terdiri dari 3 jenis kain dengan kode FB60, FB70 dan FB80. Pabrik kain tersebut memiliki
3 operasi produksi yang terpisah masing-masing satu proses operasi sesuai dengan jenis kode
kain dan berlangsung secara bersamaan. Setiap operasi produksi kain memiliki 2 proses yaitu
proses penenunan dan pembentukan pola serta pewarnaan dan penyatuan. Seluruh kain akan
ditransfer menuju Departemen Penerimaan Pabrik Furnitur untuk memproduksi sofa dan kursi
dan secara akuntansi ditransfer dalam jumlah biaya. Pabrik furnitur memproduksi berdasarkan
order khusus dari konsumen dalam jumlah, gaya, kain, jenis kayu dan pola yang spesifik.
Biasanya jumlah order cukup besar, minimal 500 unit.

Bisnis Furnitur Beauville selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan penjualan dan
profit. Pada model-model yang populer, penawaran harga yang ditawarkan oleh Beauville
kalah dari pesaing yakni lebih mahal $25 per unit atau $12,500 per order namun pada model-
model yang lebih rumit, Beauville unggul $60 per unit dari pesaing terdekat. Gisela Berling
selaku Pemimpin Departemen Keuangan melakukan evaluasi prosedur biaya pada ke 3 pabrik
tersebut. Biaya produksi Pabrik Penggergajian menggunakan physical units method dan actual
costing system. Namun Gisela menggunakan metode sales-value-at-split-off untuk mengetahui
efeknya. Kedua pabrik lainnya menggunakan normal costing system yaitu Pabrik Kain
menggunakan process costing dan Pabrik Furnitur menggunakan job order costing. Kedua
pabrik tersebut menghitung overhead berdasarkan direct labor hours. Berdasarkan
pengamatan, Gisela menyimpulkan prosedur biaya pada pabrik kain memuaskan dimana
diungkapkan 90 persen variasi pada biaya overhead dapat dijelaskan dengan menggunakan
direct labor hours. Adapun yang menjadi perhatiannya adalah material yang terbuang pada
pabrik. Mungkin sistem biaya standar dapat berguna untuk meningkatkan efisiensi biaya secara
keseluruhan pada pabrik. Sebagai bagian dari laporannya, Gisela memutuskan untuk
memasukkan penjelasan prosedur biaya pabrik kain, paling tidak untuk satu jenis kain. Ia juga
memutuskan untuk mengembangkan sebuah biaya standar untuk jenis kain yang dipilih.
Pada pabrik furnitur ditemukan keragaman produk yang dapat menimbulkan distorsi
dalam biaya produk. Menurut analisa statistik hanya 40 persen keragaman dalam biaya
overhead yang dapat dijelaskan dengan menggunakan direct labor hours. Ia memutuskan
bahwa dibutuhkan analisa tambahan agar metode biaya produksi yang sesuai dapat
direkomendasikan. Akhirnya, ia juga ingin menelaah kemungkinan untuk merubah pabrik
penggergajian dan pabrik kain menjadi pusat laba dan merubah kebijakan transfer biaya yang
sudah ada.

Setelah beberapa kali melakukan diskusi dengan pengelola Pabrik Furnitur, Gisela
memutuskan untuk menggunakan machine hours untuk menghitung overhead pada
Departemen Pemotongan serta menggunakan direct labor hours Departemen Perakitan. Untuk
mengakses efek dari berbagai penugasan prosedur yang berbeda, Gisela memutuskan untuk
menelaah dua pekerjaan prospektif. Pekerjaan pertama yaitu pekerjaan A500 dapat
menghasilkan 500 sofa dengan menggunakan jenis model yang sering dipesan serta kain FB70.
Pekerjaan kedua yaitu pekerjaan B75 yang memproduksi 75 recliner yang didesain spesifik.
Question No. 7:

Assume that the standard hours allowed for the actual total output of the fabric plant are
115,000. Calculate the following variances:

a. Fixed overhead spending variance


b. Fixed overhead volume variance
c. Variable overhead spending variance
d. Variable overhead efficiency variance

Answer:

a. Fixed overhead spending variance


Actual Fixed Overhead = 0,50 x $1.150.000 = $575.000 $25.000
Budgeted Fixed Overhead = 0,50 x $1.200.000 = $600.000 Favorable
b. Fixed overhead volume variance
Budgeted Fixed Overhead = 0,50 x $1.200.000 = $600.000 $25.000
SFOR x Standard Hours = $5 x 115.000 = $575.000 Unfavorable
c. Variable overhead spending variance
Actual Variable Overhead = 0,50 x $1.150.000 = $575.000 $15.000
SVOR x Actual Hours = $5 x 118.000 = $590.000 Favorable
d. Variable overhead efficiency variance
SVOR x Actual Hours = $5 x 118.000 = $590.000 $15.000
SVOR x Standard Hours = $5 x 115.000 = $575.000 Unfavorable

Anda mungkin juga menyukai