Anda di halaman 1dari 36

TAX MANAGEMENT FOR VAT

Pertemuan ke-12

Jul Seventa Tarigan


Pokok Pembahasan

1. Basic Tax Management


2. When Should Register as Taxable Entrepreneur (PKP)
3. Tax Planning on Preparing Tax Invoice
4. Tax Planning on Selecting Taxable Place
5. Equalization of VAT Tax Base and Revenue on Corporate Tax
Return
1. Basic Tax Management for Individual

Tax management:
Strategi yang dijalankan oleh Wajib Pajak dalam
menjalankan kewajiban perpajakan dengan benar dan
beban pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin
untuk mencapai laba dan likuiditas yang optimal.

Functions:
Planning, Organizing, Leading, Controlling/Monitoring,
plus Coordinating, Measuring Results.

Objectives:
 Menerapkan peraturan perpajakan dengan benar (to
comply), dan
 Mencapai laba dan likuiditas yang optimal.
Basic…
Full Compliance

Objective:
1. Kepatuhan
Manajemen
Pajak
2. Optimasi Laba & Likuiditas,
Constraints:
1. Tax laws and regulations
2. Cost to comply

Minimizing Tax
Basic…: Horizon Waktu Putusan: Final

Tax Court/
Supreme Court

Tax Dispute
Tax Audit Tax
Office Settlement
Avoidance

Persiapan Pelaksanaan SPT skp Tax Tax Appeal


Transaksi Transaksi Objection dan PK

Tax Tax
Planning Implementation

Tax Controlling
Basic…: Strategi Mengoptimalkan Beban Pajak
6

1. Penghasilan diperoleh entitas yang dikenakan pajak lebih rendah;


Faktor: Entitas yang melakukan transaksi (Individu, Partnership,
Corporation)
2. Pembayaran pajak ditunda ke masa datang (tax deferral);
Faktor: periode transaksi terjadi, saat pengakuan penghasilan/biaya?
 Penghasilan dihasilkan di negara yang mengenakan pajak lebih rendah;
Faktor: Dimana transaksi terjadi (Low/High Tax Jurisdiction)
 Penghasilan dikenakan pajak dengan tarif preferensial.
Faktor: Karakter penghasilan (Business Profit/Royalti/Interest/Dividend)
dan pemajakannya (final/non final)
(Sumber: Jones & Rhoades-Catanach, Principles of Taxation, 2008)
Basic…: Strategi Mengoptimalkan Beban Pajak
7

a. Creation: membuat struktur transaksi menjadi


dikenakan pajak lebih rendah,
b. Conversion: mengubah jenis penghasilan menjadi
objek pajak yang terkena beban pajak lebih rendah,
c. Timing: memanfaatkan saat transaksi atau
pencatatan yang menimbulkan beban pajak lebih
rendah,
d. Splitting: memecah transaksi sehingga transaksi
terkena beban pajak yang lebih rendah.
(Strategic Business Tax Planning, Karayan & Swenson, 2007)
Basic…: Strategi Mengelola Risiko
8

1. Tax rulings

2. Honoring the anti tax avoidance rules

3. Sound and adequate documentation


Pendaftaran

Pasal 2 UU No.28/2007
(2) Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU
PPN, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak.
(4) Dirjen Pajak menerbitkan NPWP dan/atau mengukuhkan PKP secara
jabatan apabila WP atau PKP tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2).
(4a) Kewajiban perpajakan bagi WP yang diterbitkan NPWP dan/atau
yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dimulai sejak saat WP memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya NPWP
dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP.
Pendaftaran: Siapa Pengusaha?

Pengusaha adalah:
Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya:
 menghasilkan barang,

 mengimpor barang,

 mengekspor barang,

 melakukan usaha perdagangan,

 memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah


Pabean,
 melakukan usaha jasa, atau

 memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

(Pasal 1 angka 14 UU PPN)


Pendaftaran: Pengusaha Kecil

 Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun


buku melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah
peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp 4.800.000.000,-
 Pengusaha Kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.
 Apabila dalam suatu bulan, jumlah peredaran atau
penerimaan bruto melampaui Rp 4,8miliar, maka Pengusaha
tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
Pendaftaran: Kapan?

 PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan


sebagai PKP sebelum melakukan penyerahan BKP
atau JKP (Kep-161/PJ/2001)
 Bagi PKP yang semula adalah Pengusaha Kecil yang
dalam suatu Masa Pajak dalam suatu tahun buku
memperoleh peredaran bruto melampaui batasan
yang ditentukan, wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir Masa
Pajak berikutnya. (Kep-161/PJ/2001)
Pendaftaran: Sanksi Perpajakan

Sanksi Pidana: Pasal 39 UU No.28/2007


Setiap orang yang dengan sengaja:
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP
atau Pengukuhan PKP;
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
Pendaftaran: Sanksi Perpajakan

Sanksi Administratif:
 PKP yang tidak melaksanakan kewajiban untuk

melaporkan usaha guna dikukuhkan sebagai PKP


tepat pada waktunya, dikenakan sanksi berupa
denda administrasi sebesar 2% dari Dasar
Pengenaan Pajak (Pasal 14 UU KUP), dan
 Apabila WP dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan,

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar


2% atas pajak yang kurang dibayar. (Pasal 13 ayat (2)
UU KUP)
Pelaporan dan Penyetoran

Dengan berlakunya UU No.42 Tahun 2009:


 Batas waktu pelaporan, semula tanggal 20 setelah

masa pajak berakhir, menjadi paling lambat akhir


bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
 Batas waktu penyetoran, semula tanggal 15 setelah

masa pajak berakhir, menjadi paling lambat akhir


bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
RESTITUSI

Dengan berlakunya UU No.42 Tahun 2009:


 Apabila dalam suatu Masa Pajak terdapat kelebihan pajak,
maka kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya dan dapat direstitusi pada akhir tahun buku,
 Kecuali WP tertentu yang secara mekanisme PPN akan
mengalami lebih bayar, seperti eksportir dan
penyalur/pemasok Pemerintah, diperkenankan untuk
restitusi di setiap Masa Pajak.
 WP tertentu yang memiliki resiko rendah dapat diberikan
restitusi dengan pengembalian pendahuluan tanpa melalui
pemeriksaan terlebih dahulu. Pemeriksaan dapat dilakukan
kemudian apabila diperlukan.
Faktur Pajak: Kewajiban

 PPN terutang pada saat penyerahan BKP atau JKP,


 Saat terutang menerapkan prinsip akrual, sehingga
tidak mempersoalkan tentang pembayaran,
 Saat PPN terutang, PPN wajib dipungut oleh PKP.
 Sarana untuk melakukan kewajiban ini adalah Faktur
Pajak.
 Dalam UU No.42/2009, hanya terdapat satu jenis
Faktur Pajak.
 Untuk membuat Faktur Pajak, PKP tidak perlu
menunggu pembuatan faktur penjualan.
Faktur Pajak

Dalam FP Standar harus dicantumkan keterangan tentang


penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP yang paling sedikit
memuat:
1.Nama, alamat, NPWP yang menyerahan BKP dan atau JKP
2.Nama, alamat, NPWP pembeli BKP dan atau penerima JKP,

3.Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan

potongan harga,
4.PPN yang dipungut,

5.PPBM yang dipungut,

6.Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak, dan

7.Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur

Pajak.
(Pasal 13 ayat (2) UU No.42/2009)
Faktur Pajak: Saat Pembuatan

FP dibuat:
a. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP

b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan

pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP


c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan

sebagian tahap pekerjaan; atau


d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menkeu.
(Pasal 13 ayat (1a) UU No.42/2009)
Catatan:
Dengan demikian, PKP tidak perlu lagi membuat invoice yang berbeda dengan Faktur Pajak
Faktur Pajak: Khusus
PKP dapat membuat 1 FP meliputi seluruh penyerahan
yang dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP
yang sama selama 1 bulan kalender.

Faktur Pajak tersebut di atas dibuat paling lama pada


akhir bulan penyerahan.
(Pasal 13 ayat (2) dan ayat (2a) UU No.42/2009)
Faktur Pajak
(Per Dirjen Pajak Nomor-312/Pj/2001)

 Formulir FP dapat disesuaikan dengan kepentingan PKP: tidak


harus berukuran kuarto, boleh dalam bentuk setengah kuarto,
atau folio.
 Formulir FP dapat dibuat dengan menggunakan komputer.
Sebelum dilakukan pengadaan, terlebih dulu memberitahu
secara tertulis nomor seri yang digunakan kepada Kepala KPP.
 Nomor FP terdiri dari 5 huruf kode, 3 digit kode KPP, dan 7
digit nomor seri. Contoh: ABCDE-051-0000001
 FP dibuat paling sedikit dua lembar. Lembar-1 merupakan FP
masukan yang diberikan kepada pembeli BKP atau penerima
JKP, sedangkan lembar-2 merupakan FP Keluaran atau arsip
PKP Penjual BKP/JKP.
Faktur Pajak

 FP wajib diisi dengan lengkap, benar, dan jelas, serta


ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk oleh PKP
untuk menandatanganinya (terdapat dokumen
penunjukan).
 WP yang menggunakan Faktur Penjualan sebagai
Faktur Pajak wajib memberitahu secara tertulis
kepada Kepala KPP untuk mendapatkan kode Faktur
Pajak dan sekaligus melaporkan nomor seri FP
standar yang digunakan.
Faktur Pajak: Kasus Pembuatan FP

Importir dan pabrikan peralatan elektronik PT Angkasatelah


dikukuhkan sebagai PKP sejak 1 April 2007. Pada tanggal 1 April
2009, PT Angkasa menjual secara angsuran 100 unit lemari es
dengan harga jual Rp 250.000.000 dan menerima angsuran I
sebesar Rp 100.000.000 atau sebanding dengan dengan harga 40
lemari es. Pada saat angsuran I diterima, dilakukan penyerahan
100 unit lemari es.

Tentukan saat pembuatan FP dapat dilakukan, apabila pelunasan


terjadi pada tanggal:
a.2 Juni 2009

b.30 Mei 2009


Faktur Pajak: Kasus Pembuatan FP

PT Maju konstruksi membuat perjanjian pekerjaan pelaksanaan konstruksi


pada tanggal 1 April 2008 senilai Rp 2 miliar dan menerima uang muka 20%.
Pembayaran yang diterima selanjutnya adalah:
2 Mei 2008, pekerjaan selesai 20%, diterima pembayaran I sebesar Rp 400

juta.
2 Juli 2008, pekerjaan selesai 50%, diterima pembayaran II sebesar Rp 700

juta
2 September 2008, pekerjaan selesai 80%, diterima pembayaran III sebesar
Rp 300 juta,
2 November 2008, pekerjaan selesai 100%, bangunan diserahkan,

2 Januari 2009, diterima pembayaran IV sebesar Rp 150 juta

1 April 2009, diterima pelunasan.


Tentukan saat pembuatan FP dan besarnya PPN terutang untuk masing-
masing tanggal transaksi.
Faktur Pajak: Kasus Pembuatan FP

PT Karoseri Maju menjual satu unit truk kepada PT Bimo dengan


harga Rp500 juta pada tanggal 21 Januari 2008 dan diterima
uang muka 20%, sedangkan sisanya dicicil sebanyak 5 kali
dengan jumlah yang sama pada tanggal 12 Februari, 12 Maret,
12 April, 12 Mei, dan 12 Juni. Truk diserahkan pada tanggal 12
Februari.

Tentukan saat pembuatan FP dan besarnya PPN terutang.


Faktur Pajak: FP Cacat

Ciri-ciri FP cacat:
1. Diisi dengan data yang tidak benar,

2. Diisi tidak lengkap,

3. Tanda tangan menggunakan cap tanda tangan,

4. Pengisian/pembetulan dilakukan dengan cara yang tidak

benar: menghapus, mencoret, tipp-ex, atau alat penghapus


lainnya,
5. FP dibuat melampaui batas waktu yang telah ditentukan,

6. FP dibuat oleh pengusaha yang belum atau tidak dikukuhkan

sebagai PKP.
Faktur Pajak: FP Cacat

Catatan:
 PPN Masukan yang Faktur Pajaknya cacat: tidak dapat

dikreditkan.
 FP cacat harus dimintakan penggantinya dari PKP penerbit FP.

 Dalam hal, FP diterbitkan oleh pengusaha yang belum

dikukuhkan sebagai PKP, penerbitan dan penggunaan FP


adalah tindak pidana perpajakan pelanggaran Pasal 39A.
Faktur Pajak: FP Cacat

Pasal 39A
Setiap orang yang dengan sengaja:
a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya;
atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak
6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
Tempat PPN Terutang

1. Untuk penyerahan di dalam Daerah Pabean: PPN terutang di tempat


tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha
dilakukan, yaitu tempat PKP dikukuhkan.
2. Untuk impor BKP: tempat JKP dimasukkan ke dalam Daerah Pabean,
3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean:
tempat orang pribadi atau badan yang memanfaatkan terdaftar
sebagai Wajib Pajak,
4. Kegiatan membangun sendiri: tempat bangunan didirikan,
5. Apabila PKP mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang yang
berada di wilayah kerja satu KPP, maka untuk seluruh tempat-
tempat terutang tersebut, PKP memilih salah satu tempat kegiatan
usaha sebagai tempat pajak terutang yang bertanggungjawab untuk
seluruh kegiatan usahanya.
Tempat PPN Terutang: Pemusatan

Yang memberitahukan:
PKP yang memiliki lebih dari satu tempat untuk melakukan
penyerahan BKP dan atau JKP.
Paling lambat 3 bulan sebelum dimulainya pemusatan.
Syarat-syarat:
1. Tempat kegiatan penyerahan BKP dan atau JKP yang dipusatkan
tidak melakukan kegiatan penjualan atau pembelian;
2. Fungsi tempat kegiatan penyerahan BKP dan atau JKP hanya
menyimpan dan menyerahkan persediaan dan menyerahkannya
kepada pembeli atas perintah tempat pemusatan PPN; dan
3. Tempat kegiatan penyerahan BKP dan atau JKP yang dipusatkan
tidak membuat Faktur Pajak maupun Faktur Penjualan.
Pemusatan Tempat Terutang PPN: Kasus
PT Andalan adalah perusahaan manufaktur yang memiliki sebuah kantor pusat di
Jakarta untuk menangani kegiatan ekspor produksi dan impor bahan baku. PT
Andalan memiliki sebuah pabrik di Malang yang mengolah bahan baku impor dan
lokal dan menghasilkan barang jadi untuk diekspor. Berikut ini adalah transaksi yang
terjadi dalam tahun 2005:

Kegiatan Nilai (Rp) Dilakukan oleh


Nilai Ekspor Barang Jadi 700 miliar Kantor Jakarta
Nilai Impor Bahan Baku 250 miliar Kantor Jakarta
Nilai Penjualan Lokal 40 miliar Kantor Jakarta
60 miliar Pabrik Malang
Nilai Pembelian Lokal 100 miliar Pabrik Malang
Jelaskan kewajiban PPN yang harus dilakukan PT Andalan dalam kondisi dimana
kewajiban PPN kantor Pusat dan Pabrik:
(i)belum dilakukan pemusatan (sentralisasi), dan

(ii)sudah dilakukan pemusatan pada tahun 2004.


Konfirmasi PPN yang dinyatakan “tidak ada”
32  DJP melakukan pemeriksaan atas SPT Masa PPN.
 SSP PPN dan Faktur PPN Masukan yang dikreditkan WP, diuji
kebenarannya dengan prosedur konfirmasi.
1. SSP dikonfirmasi kebenaran penyetorannya kepada Bank
Persepsi/Bendaharawan penerima setoran PPN
2. Faktur PPN Masukan dikonfirmasi kebenaran
pemungutannya kepada KPP tempat PKP penerbit Faktur
PPN Masukan terdaftar.
 DJP mengoreksi PPN yang dikreditkan WP apabila:
1. Bank menjawab tidak ada, atau

2. KPP tempat PKP penerbit FP menjawab tidak ada atau


jumlah PPN yang berbeda.
Konfirmasi PPN yang dinyatakan “tidak ada”
33 WP yang mengkreditkan PPN Masukan melakukan:
1. Menanyakan kepada PKP Penerbit FP dan meminta penjelasan

atas PPN yang telah dipungut.


 Kemungkinan: PKP tidak/belum melapor dan belum
menyetor, atau PKP tidak/belum melapor namun belum
menyetor.
 Pencegahan: ketahui kredibilitas mitra usaha

2. Apabila PKP sudah melaksanakan kewajibannya (menyetor

dan melapor PPN Masukan), maka dapatkan fotokopi SPT


Masa PPN dan Lampiran PPN Masukan beserta SSP
penyetorannya (apabila ada), kemudian sampaikan kepada
KPP sebagai bukti keabsahan pengkreditan PPN Masukan.
Rekonsiliasi PPh-PPN

a. Tujuan pengendalian untuk memastikan kebenaran jumlah peredaran


usaha dan Dasar Pengenaan Pajak PPN,
b. Dilakukan dengan merekonsiliasi perbedaan jumlah Peredaran Usaha dan
DPP PPN. Sebaiknya dilakukan setiap bulan.
c. Penyebab perbedaan seperti:
1) Saat pengakuan (saat pencatatan akuntasi dan saat pembuatan
faktur PPN),
2) Penggunaan kurs yang berbeda (kurs untuk mencatat penjualan dan
kurs untuk membuat faktur pajak),
3) Objek PPN yang bukan penjualan (Pemakaian sendiri/pemberian
cuma-cuma),
4) Penjualan yang bukan Objek PPN (bukan BKP atau JKP)
Kasus:

PT Solusi Unggul bergerak di bidang perdagangan barang elektronik dengan transaksi pada
bulan Januari 2009 sebagai berikut:
2 Januari 2009:
Menjual 100 unit TV kepada Toko Maju, kredit dengan harga Rp 2,5 juta/unit dan 100 unit TV
kepada Toko Abadi, tunai dengan harga Rp 2,3 juta/unit.
8 Januari 2009:
Menyerahkan 5 unit TV kepada Departemen Keuangan dengan harga Rp 3 juta/unit. Faktur
Pajak dan tagihan diserahkan kepada Bendaharawan tanggal 11 Januari 2007. Pembayaran
diterima pada tanggal 20 Februari 2007.
11 Januari 2009:
Menerima pembayaran dari Bendarahan Departemen Kesehatan atas penjualan TV pada
tanggal 12 Desember 2008 sebesar Rp200 juta.
14 Januari 2009:
Menyumbang 10 pesawat TV untuk RSCM, harga pokok @ Rp 1,8 juta/unit (belum termasuk
PPN)
18 Januari 2007:
Ekspor 500 unit TV ke Zambia dengan nilai US$150.000. (Kurs Menteri Keuangan per 1 US$=
Rp9.050, Kurs tengah BI untuk pencatatan: Rp9.000).
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai