PERMUKIMAN KUMUH
Anggota:
Azillatin Qisthian Diny 08211640000014
Danika Hudani Nabila 08211640000018
Alethea Jihan Masyithah 08211640000033
Umbara Sakti Mihardja 08211640000050
Kriteria merupakan suatu ukuran yang dijadikan dasar penetapan suatu hal esuatu; Di
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 02 atau PRT atau M atau 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh (pasal 4 ayat 1), kriteria perumahan kumuh dan permukiman
kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada
perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Di dalam pasal tersebut disebutkan kriteria
kumuh suatu perumahan dan permukiman dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain :
1. Bangunan Gedung
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung sebagaimana mencakup:
a) ketidakteraturan bangunan
Ketidakteraturan bangunan sebagaimana dimaksud merupakan kondisi bangunan
gedung tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan
dalam RTBL, dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL, seperti pengaturan bentuk, besaran,
perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona, pengaturan blok lingkungan,
kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan,
konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
b) tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata ruang
kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi
ketentuan RDTR, dan atau atau RTBL
c) kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat.
Maksud dari poin ini adalah, bangunan gedung pada perumahan dan permukiman
yang tidak memenuhi syarat teknis. Persyaratan teknis bangunan gedung yang
dimaksud terdiri dari: a. pengendalian dampak lingkungan; b. pembangunan
bangunan gedung di atas dan atau atau di bawah tanah, di atas dan atau atau di
bawah air, di atas dan atau atau di bawah prasarana atau sarana umum; c.
keselamatan bangunan gedung; d. kesehatan bangunan gedung; e. kenyamanan
bangunan gedung; dan f. kemudahan bangunan gedung.
2. Jalan Lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:
a) Apakah jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman atau tidak.
b) Kualitas permukaan jalan lingkungan kondisi sebagian atau seluruh jalan lingkungan
terjadi kerusakan permukaan jalan (buruk)
3. Penyediaan Air Minum
Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:
a) ketidaktersediaan akses aman air minum, merupakan kondisi ketika masyarakat tidak
dapat mengakses air minum yang memenuhi syarat kesehatan.
b) tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku,
dimana kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau
permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter atau orang atau hari.
4. Drainase Lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan drainase lingkungan mencakup:
a) drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30
cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun
b) ketidaktersediaan saluran tersier dan lokal drainase di kawasan perumahan dan
permukiman
c) saluran tersier dan lokal drainase di kawasan perumahan dan permukiman tidak
terhubung dengan sistem drainase perkotaanyang menyebabkan air tidak bisa
mengalir dan pada akhirnya menimbulkan genangan
d) saluran darainase tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di
dalamnya
e) kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk, yakni karena drainase tersebut berupa
galian tanah tanpa material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan.
5. Pengelolaan Air Limbah
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:
a) sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
Ini adalah kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memiliki sistem yang memadai,yakni terdiri dari kakus atau kloset
yang terhubung dengan tangki septik baik secara individual atau domestik, komunal
maupun terpusat
b) prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
dimana dimana kloset leher angsa yang ada, tidak terhubung dengan tangki septik
atau tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.
6. Pengelolaan Persampahan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:
a) prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
ini adalah kondisi dimana di dalam perumahan dan permukiman prasarana dan sarana
persampahannya tidak memadai , seperti tidak tersedianya tempat sampah dengan
pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga, tempat pengumpulan
sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan, gerobak
sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan dan tempat pengolahan sampah
terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
b) sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis
c) Persyaratan teknis yang dimaksudkan adalah pewadahan dan pemilahan domestic,
pengumpulan lingkungan, pengangkutan lingkungan dan pengolahan lingkungan.
d) tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun
jaringan drainase.
7. Proteksi Kebakaran
Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup:
a) prasarana proteksi kebakaran
Dalam hal ini, perumahan dan permukiman termasuk dalam kriteria kekumuhan
jika tidak tersedia prasarana proteksi kebakaran, anatara lain pasokan air yang
diperoleh dari sumber alam maupun buatan, jalan lingkungan yang memudahkan
masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran, sarana komunikasi untuk
pemberitahuan terjadinya kebakaran dan data tentang sistem proteksi kebakaran
lingkungan yang mudah diakses
b) sarana proteksi kebakaran
Dalam hal ini, perumahan dan permukiman termasuk dalam kriteria kekumuhan
jika tidak tersedia sarana proteksi kebakaran, antara lain alat Pemadam Api
Ringan atau yang biasa disebut APAR, Kendaraan pemadam kebakaran, mobil
tangga sesuai kebutuhan dan Peralatan pendukung lainnya.
Singapura
Kurangnya akses perumahan adalah salah satu penyebab dari terjadinya kemiskinan
yang paling sering terjadi di kota-kota di Asia. Peningkatan kualitas perumahan sangat penting
dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin yang sebagian besar tidak
mendapatkan perhatian dari pemerintah. Namun, Singapura telah merealisasikan hak
perumahan bagi warga negaranya. Sekitar 85 persen penduduk singapura tinggal di
perumahan umum. Lebih dari 850.000 unit rumat di 23 kota baru telah dibangun oleh
pemerintah singapura. 20 persen rumah tangga termiskin sudah memiliki akses sumber
perumahan yang sama dan sudah banyak yang memiliki rumah sendiri. Dengan luas lahan
690 km2 dan PDB perkapita USD 20.767, Singapura berada dalam peringkat 25 Indeks
Perkembangan Manusia atau hampir tidak ada masyarakatnya yang hidup di bawah garis
kemiskinan.
Singapore Housing and Development Board (HDB) atau Dewan Perumahan dan
Pembangunan Singapura yang didirikan pada tahun 1960, menjadi sebuah langkah awal
dalam membangun kebijakan tentang perumahan dibawah pemerintahan. Sektor perumahan
rakyat telah berkembang menjadi sektor perumahan yang dominan dan terjangkau. Hal
tersebut mendorong pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang bertujuan untuk
mengurangi biaya perumahan serta mempermudah masyarakat untuk memiliki rumah di
perumahan umum, bahkan bagi penduduk yang berpenghasilan rendah. HDB mempunyai
dua fungsi dasar, yaitu:
Menyediakan konstruksi dan desain perumahan yang baik untuk masyarakat
berpenghasilan rendah sesuai dengan harga sewa yang mereka mampu (Laporan
Tahunan HDB, 1962)
Mendorong adanya demokrasi kepemilikan properti di singapura untuk memungkinkan
warga Singapura yang berpenghasilan menengah ke bawah untuk memiliki rumah sendiri
(Laporan Tahunan HDB, 1964)
1. Perumahan Terjangkau yang Bagus
Berdasarkan komitmen pemerintah Singapura dalam mencapai pemenuhan kebutuhan
tempat tinggal yang memadai bagi semua orang yang kekurangan, terdapat dua dimensi,
yaitu:
a. Dalam hal membangun hunian, terdapat persyaratan fisik minimum unit perumahan untuk
memperbaiki kondisi kehidupan dalam keseluruhan pembangunan perkotaan.
b. Dalam segi keuangan dapat memungkinkan akses perumahan dan keterjangkauan
Inti dari kebijakan pemerintah tersebut adalah melakukan intervensi untuk perumahan yang
direncanakan secara menyeluruh, sejak tahun 1965, serta kota-kota baru dengan layanan
dan fasilitas yang lebih baik. Layanan yang berkualitas dicapai dalam kerangka umum
pertumbuhan dan modernisasi. Untuk itu, tren pada masyarakat mengarah terhadap kota
perumahan umum yang anggotanya adalah rumah tanga dengan pendapatan rendah agar
dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan dasar mereka di kota baru, yaitu: Pekerjaan,
berbelanja, sekolah, hiburan, rekreasi, olahraga, dan kegiatan lainnya.
4. Keuangan
Sewa yang rendah adalah kebijakan pemerintah yang diperuntukan untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakatnya. S$ 26-33 per bulan untuk flat 1 kamar dan S$ 44-75
per bulan untuk flat 2 kamar untuk rumah tangga dengan pendapatan bulanan sebesar S$
800 atau lebih rendah. Untuk mendapatkan sasaran yang tepat, pemerintah memberlakukan
batas tertinggi pendapatan yang dikenakan pada pemohon perumahan umum untuk dijadikan
titik acuan untuk menentukan kelompok yang memenuhi syarat. Tanpa batas tertinggi
pendapatan, keluarga dengan pendapatan yang lebih tingi dapat secara kompetitif menyerang
perumahan dengan pendapatan rendah, sehingga mengakibatkan situasi kekurangan
perumahan untuk masyarakat miskin.
Tipe datar Rata-rata Skema Publik
Luas Lantai
(Sq M)
Sewa Persyaratan Kelayakan
(S $)
1 kamar 33 26-33 Warga Singapura
setidaknya berusia 21 tahun
2 kamar 45 44-75 total pendapatan rumah tangga
tidak lebih dari S $ 800 per
bulan
harus membentuk nukleus
keluarga
tidak boleh memiliki properti lain
Batas tertinggi pendapatan yang memenuhi syarat untuk kepemilikan rumah telah
direvisi secara berkala seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang dapat mencakup 90
persen rumah tangga dengan tujuan pembangunan rumah untuk menyediakan perumahan
bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sementara HDB mempertahankan kebijakan perumahan dengan sewa yang rendah,
pemerintah telah mengupayakan untuk menumbuhkan ekonomi dan memperbaiki
pendapatan melalui pendidikan dan pekerjaan, termasuk industrialisasi. Pada tahun 1980-an,
Singapura telah bergabung dengan jajaran Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan untuk
menjadi satu dari empat negara industri baru yang ada di Asia. Pendapatan per kapita
Singapura telah meningkat menjadi tertinggi kedua di Asia setelah Jepang.
Sampai tahun 2000, HDB Singapura telah menyediakan lingkungan perumahan bagi
masyarakat kurang mampu telah memulai pembangunan lebih dari 850.000 unit hunian,
19.500 tempat komersial, 17.347 pasar / pusat jajanan, 12.800 lokasi industri, lebih dari 1460
sekolah dan fasilitas umum, 45 taman, dan banyak tempat parkir.
Komitmen pemerintah Singapura dalam membantu masyarakat yang berpenghasilan
rendah untuk mendapatkan rumah yang layak menjadi awal perubahan Singapura yang
dahulu merupakan tempat yang kumuh menjadi tempat yang mempunyai kualitas yang sangat
baik dalam hal infrastruktur maupun kehidupan masyarakatnya.
F. Daftar Pustaka
Habitat, U., 2003. The Challenge of Slums: Global Report on Human Settlements. s.l.:s.n.
Rakyat, K. P. d. P., 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. [Online]
Available at: http://www.perumnas.co.id/download/prodhukum/undang/UU-01-
2011%20PERUMAHAN%20DAN%20KAWAAN%20PERMUKIMAN.pdf
[Accessed September 2017].
Rakyat, M. P. U. d. P., 2017. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 02/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh. [Online]
Available at: http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2016/PermenPUPR02-2016.pdf
Suparlan, S., 1995. Kemiskinan di Perkotaan. s.l.:s.n.
Yuen, B., 2007. Global Urban Development. [Online]
Available at: http://www.globalurban.org/GUDMag07Vol3Iss1/Yuen.htm
[Accessed 25 September 2017].