discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/315492513
CITATION READS
1 85
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Antariksa Sudikno on 22 March 2017.
ABSTRAK
Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi karakteristik koridor Jalan Rajawali Kota Surabaya;
menganalisis pengaruh faktor kerusakan bangunan kuno dan faktor linkage system terhadap
penurunan citra kawasan koridor Jalan Rajawali Kota Surabaya; dan menentukan pelestarian fisik
bangunan kuno di koridor Jalan Rajawali Kota Surabaya. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik fisik Jalan Rajawali; metode deskriptif dan evaluatif
untuk menganalisis pengaruh faktor kerusakan bangunan kuno dan faktor linkage system terhadap
penurunan citra kawasan; dan metode development menggunakan Analytic Hierarchy Process
untuk menghasilkan pelestarian fisik bangunan kuno. Hasil studi, didapat 15 bangunan kuno di
koridor Jalan Rajawali, yang terdiri dari satu bangunan preservasi Golongan A (potensial tinggi),
sepuluh bangunan rehabilitasi Golongan B (potensial sedang) dan empat bangunan adaptasi
Golongan C (potensial rendah).
Kata kunci: Jalan Rajawali, pelestarian lingkungan dan bangunan kuno
ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the characteristic of Rajawali street Surabaya; analyze the
effect of old building damage factor and linkage system factor to the decrease in image of Rajawali
Street Surabaya; and to determine the environmental direction and phisics preservation of old
buildings in the corridor of Rajawali Street Surabaya. The research method implemented in this
study were descriptive method to identifying the characteristics of Rajawali Street; descriptive and
evaluative method to analyzing the influence of old building damage factor and linkage system
factor to decrease in the image of Rajawali Street; and development method use Analytic Hierarchy
Process to produce cultural meaning that resulted direction of conservation. The results show that
there are 15 old buildings on Rajawali Street, consisting of one preservation A tipe old building
(high potential), ten rehabilitation B type building (adequately high potential) and four adaptation C
type old building (low potential).
Key words: Rajawali Street, preservation of environmental and old buildings
Pendahuluan
Surabaya sebagai kota yang berdiri sejak tanggal 31 Mei 1293 memliki sejarah
panjang sejak jaman Kerajaan Hindu-Mataram sampai jaman kolonial Belanda (Handinoto
1996:6). Sebagai sebuah kota yang memiliki sejarah panjang, Kota Surabaya juga
memiliki suatu kawasan pusat kota lama yang dikenal dengan nama kota bawah
(Benedenstad) atau dikenal juga dengan sebutan Soerabaia Lama (Oud Surabaya).
Kawasan Benedenstad dengan luas 300 Ha memiliki pusat kota di kawasan Jembatan
Merah (Handionoto 1996:37). Benedenstad terdiri dari Kawasan Eropa, Kawasan
Tionghoa dan Kawasan Arab.
Menurut Handinoto (1996:91), Koridor Jalan Rajawali merupakan salah satu bagian
dari pola jalan kota lama, yang jalan-jalan utamanya adalah Willemstraat (sekarang Jalan
Jembatan Merah); Roomkatholikstraat (sekarang Jalan Kepanjen); Boomsatraat
(sekarang Jalan Branjangan); Schoolstraat (sekarang Jalan Garuda); Werfstraat
(sekarang Jalan Penjara); Societeitstraat (sekarang Jalan Veteran); Hereenstraat
(sekarang Jalan Rajawali).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif untuk
mengidentifikasi karakteristik fisik Jalan Rajawali; metode deskriptif dan evaluatif untuk
menganalisis pengaruh faktor kerusakan bangunan kuno dan faktor linkage system
terhadap penurunan citra kawasan; dan metode development menggunakan Analytic
Hierarchy Process melalui proses penghitungan makna kultural untuk menghasilkan
strategi pelestarian fisik bangunan kuno.
1. Penentuan populasi, sampel dan wawancara
Populasi bangunan kuno dalam penelitian ini berjumlah 15 bangunan. Didapat dari
identifikasi awal dengan kriteria berumur lebih dari 50 tahun, memiliki gaya arsitektur
kolonial dan memiliki peranan sejarah perkembangan kota atau sejarah nasional.
Sampel masyarakat dalam studi diambil dengan purposive sampling menggunakan
rumus Slovin dengan derajat deviasi 0,07%, didapat responden sebanyak 204 orang,
yang digunakan untuk membantu mengetahui bagaimana kondisi lingkungan bangunan
kuno di sekitar koridor Jalan Rajawali berdasarkan pandangan masyarakat sekitar.
Jenis wawancara yang dilakukan antara lain:
1. Wawancara terstruktur, responden mengikuti pertanyaan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pertanyaan yang diajukan bersifat tertutup dan responden diberi
beberapa pilihan jawaban.
2. Wawancara tidak terstruktur, responden memberikan informasi bebas tanpa terikat
oleh pertanyaan dan responden dianjurkan untuk memperinci atau memperjelas
jawaban.
Wawancara dan pengisian kuisioner juga dilakukan kepada ahli arsitektur kolonial,
ahli perencana kota, konservasionis dan ahli sejarah Kota Surabaya terkait penghitungan
makna kultural bangunan kuno.
2. Metode analisis data
a) Karakteristik
Analisis karakteristik berdasarkan pada tinjauan historis perkembangan fisik kota
Surabaya dan perkembangan sejarah koridor Jalan Rajawali, analisis berdasarkan
elemen-elemen perancangan kota dan analisis berdasarkan pengendalian bangunan.
2. Karakteristik
A. Sejarah perkembangan guna lahan
Sebelum tahun 1808 Jalan Rajawali sudah berkembang sebagai kawasan
permukiman orang Eropa. Perkembangan itu masih berpusat di sekitar kawasan
Jembatan Merah yang masih dikelilingi benteng pertahanan.
Pada tahun 1871 benteng yang mengelilingi kota mulai diruntuhkan, setelah itu
kecenderungan perkembangan kota mulai mengarah ke arah Selatan. Mulai terjadi
perubahan guna lahan di sekitar Jalan Rajawali, yang semula merupakan kawasan
permukiman orang Eropa mulai berubah dan tumbuh sebagai pusat perdagangan utama
di Kota Surabaya.
Sejak kemerdekaan RI, fungsi kawasan Jalan Rajawali yang yang merupakan pusat
perdagangan, jasa dan perkantoran tetap tidak berubah. Kondisi eksisting tahun 2010
fungsi kegiatan di koridor Jalan Rajawali masih didominasi oleh perdagangan (46,8%) dan
perkantoran (23,4%). Sisanya adalah jasa, permukiman, gudang, fasum, perdagangan
dan permukiman dan bangunan kosong. Secara umum skala kegiatan studi adalah skala
lokal dan kota, apabila dibandingkan dengan kebijakan pemerintah dalam RTRW, maka
skala kegiatan di koridor Jalan Rajawali masih bisa ditingkatkan menjadi skala regional.
B. Intensitas penggunaan lahan
a) Luas perpetakan lahan
Secara umum eksisting tahun 2010 di Jalan Rajawali didominasi oleh bangunan
dengan klasifikasi lahan V (100-250m2) yaitu sebanyak 44,35%.
b) KDB
Kondisi secara umum eksisting KDB tahun 2010 adalah berkisar antara 60%-100%.
Secara umum lahan dengan fungsi perkantoran dan pergudangan memiliki KDB berkisar
antara 70%-100%, untuk fungsi perdagangan dan jasa berkisar antara 60%-100%. Untuk
bangunan kuno yang memiliki fungsi sebagai perkantoran dan perdagangan secara
(a) (b)
Keterangan:
(a). Bangunan ruko nomor U4 dan U5
(b). Bangunan perkantoran Osindo nomor U18
(c) (d)
(a)
(b)
Keterangan:
(a). Bangunan SLTPN 5 Surabaya nomor S17; (b). Bangunan Korps Cacat Veteran
C. Place
a) Skala perkotaan
Sudut pandang yang terbentuk di koridor timur Jalan Rajawali, yaitu antara 450
sampai 600, berarti kesan yang terbentuk di koridor timur Jalan Rajawali adalah kesan
yang agak netral (harmonis) yang mengarah ke kesan sempit. Sudut pandang yang
terbentuk di koridor barat Jalan Rajawali, yaitu antara 100 sampai 400, berarti kesan yang
terbentuk di koridor timur Jalan Rajawali adalah kesan luas (sunyi) menuju ke kesan
ruang yang agak netral.
b) Tipologi
Berdasarakan bentukannya, tipologi ruang di Jalan Rajawali merupakan tipologi
ruang dinamis, karena merupakan koridor/jalan dimana pergerakan bisa terjadi di dalam
koridor jalan. Karakteristik khusus ruang dinamis Jalan Rajawali dibentuk oleh fungsi dan
fisik bangunan. Ruang dinamis Jalan Rajawali merupakan jalan dengan fungsi dominan
berupa perkantoran, perdagangan dan jasa dengan dibatasi oleh fisik bangunan-
bangunan berarsitektur kolonial.
c) Morfologi
Perubahan fungsi kegiatan di Jalan Rajawali mulai terlihat setelah tahun 1871, saat
benteng kota mulai diruntuhkan. Kawasan Jalan Rajawali mulai mengalami perubahan
fungsi dari permukiman orang Eropa menjadi pusat perdagangan dan jasa di Kota
Surabaya. Pada saat itu kawasan permukiman mulai berpindah dan berkembang ke
daerah selatan kota. Perubahan fisik Jalan Rajawali juga mulai terlihat, dengan mulai
adanya bangunan-bangunan kantor dan gudang yang mulai dibangun setelah tahun
1871, seperti bangunan Kantor Sindikat/Asosiasi Gula NIVAS (Gambar 6). Selanjutnya
setelah tahun 1900, perkembangan fisik di Jalan Rajawali semakin jelas terlihat dengan
semakin banyaknya pembangunan bangunan-bangunan kantor perdagangan yang
biasanya juga dilengkapi gudang di belakang bangunan sebagai tempat penyimpanan.
Hal ini menyebabkan banyaknya bangunan-bangunan yang memiliki gaya arsitektur
kolonial yang berkembang sekitar tahun 1890-1940.
Setelah jaman kemerdekaan sampai saat ini, fungsi perdagangan, jasa dan
perkantoran di Jalan Rajawali tidak berubah banyak, dimana saat ini bangunan dengan
fungsi pedagangan, jasa dan perkantoran masih mendominasi fungsi kegiatan sebesar
76,7%.
d) Path
Elemen path adalah Jalan Rajawali itu sendiri yang di bentuk oleh jalan lingkungan
di sekitarnya dan bangunan-bangunan kuno sebagai elemen enclosure.
e) Edge
Elemen edge adalah Sungai Kalimas (Gambar 7). Fungsi Sungai Kalimas sebagai
edge adalah memisahkan/membagi dua wilayah, yaitu wilayah Kembang Jepun sebagai
f) Landmark
Beberapa bangunan yang dapat diidentifikasi sebagai landmark adalah Gedung
Cerutu dan Gedung PTPN VIII-XIV. Landmark utama adalah bangunan Hotel Ibis.
(Gambar 8)
D. Before after
Tata guna lahan dominan mengalami perubahan pada kondisi before, antara
periode tahun 1808-1870 dan periode tahun 1870-1940. Dari penggunaan lahan
permukiman menjadi guna lahan perdagangan dan perkantoran. Pada kondisi after, yaitu
3. Pengaruh faktor kerusakan bangunan kuno dan faktor linkage system terhadap
penurunan citra kawasan
A. Kerusakan bangunan kuno
Terdapat 15 bangunan kuno yang berpotensi sebagai bangunan cagar budaya.
Secara umum kerusakan yang terjadi adalah seperti kerusakan yang terjadi berupa
pemudaran cat dan berjamurnya fasade bangunan, terkelupasnya lapisan semen pada
dinding bangunan, plafon triplek yang berlubang dan kaca jendela yang pecah dan
digantinya beberapa ornamen asli bangunan dengan desain yang baru (Gambar 9).
Kerusakan ini mengakibatkan kaburnya citra bangunan-bangunan ini sebagai bangunan
kuno yang memiliki sejarah sehingga mempengaruhi kualitas identitas kawasan berupa
landmark, sehingga berakibat buruk pada citra kawasan di Jalan Rajawali. (Gambar 10
dan Gambar 11)
d) Jalur pedestrian
Ditemukan beberapa masalah terkait jalur pedestrian, yaitu antara lain:
• 4 bangunan, yaitu Bank milik negara (Jl. Rajawali No. 16), Toko dan foto kopi
(Jl.Rajawali No. 19-21), Ex gedung Aneka Kimia dan Rajawali Motor termasuk
bangunan adaptasi Golongan C (potensial rendah). (Gambar 15)
Kesimpulan
Kondisi eksisting tahun 2010 fungsi kegiatan di koridor Jalan Rajawali masih
didominasi oleh perdagangan (46,8%) dan perkantoran (23,4%). Sisanya adalah jasa,
permukiman, gudang, fasum, perdagangan dan permukiman dan bangunan kosong. Pada
koridor barat irama tampilan bangunan cenderung bersifat kontras. Pada koridor bagian
timur irama tampilan bangunan cenderung bersifat harmmonis. Kemudian yang
diidentifkasi sebagai path adalah Jalan Rajawali itu sendiri, yang terbentuk oleh jalan
lingkungan di sekitarnya dan bangunan-bangunan kuno sebagai elemen enclosure, edge
adalah sungai Kalimas. Elemen landmark adalah Gedung Cerutu dan Gedung PTPN VIII-
XIV. Elemen landmark utama adalah bangunan Hotel Ibis. Elemen lingkungan yang
mengalami perubahan adalah tata guna lahan, path dan landmark.
Terdapat beberapa bangunan kuno yang mengalami kerusakan pada muka
bangunan berupa terkelupasnya semen pada dinding bangunan, plafon triplek yang
berlubang dan kaca jendela yang pecah dan digantinya beberapa ornamen asli bangunan
dengan desain yang baru. Kerusakan ini berpengaruh buruk terhadap kualitas identitas
kawasan berupa landmark.
Daftar Pustaka
Buitenweg, H. 1980. Krokodillenstad, Katjwijk: Service BV Katwijk Aanze.
Faber, G.H.V. 1931. Oud Soerabaia, De Geschiedenis van Indies’s eerste koopstad van
de oudste tijden tot de instelling van gemeenteraad, Soerabaja: N.V Koninklijke
Boekhandel en Drukkerij G. Kolff & Co.
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya
(1870-1940), Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta.
Purwono, N. 2006. “Mana Soerabaia Koe: Mengais Butiran Mutiara Masa Lalu”,
Surabaya: Pustaka Eureka.