21 25 1 PB PDF
21 25 1 PB PDF
Abstrak
Abstract
OH
DU 6501), Spektrofotometer IR (JASCO
3' OH
2'
4'
FT/IR), Spektrometer NMR (JNMECA-500
HO
8
O
2 5'
JEOL 500 MHz), Spektrometer massa (Agilen
7 6' GC tipe 6890 - MS tipe 7973).
3
6
4 OH
5
Hewan uji
OH O
Tikus jantan galur Wistar yang sehat
Gambar 1. Struktur kimia kuersetin. dengan berat badan 150-200 gram dari
Laboratorium Hewan Sekolah Ilmu Teknologi
Kuersetin (3,3,4,5,7 pentahidroksifla- Hayati ITB. Sebelum percobaan hewan terlebih
von, Gambar 1) merupakan golongan dahulu diadaptasikan selama satu minggu di
flavonoid dilaporkan menunjukkan Laboratorium Hewan. Tikus diberi pakan pelet
dari Laboratorium Hewan Sekolah Farmasi ITB
beberapa aktivitas biologi. Aktivitas ini
(komposisi : terigu, tepung jagung, tepung ikan,
dikaitkan dengan sifat antioksidan kuersetin,
tepung kacang ijo, lemak sapi, dan vitamin).
antara lain karena kemampuan menangkap Hewan ditimbang setiap hari dan dilakukan
radikal bebas dan spesi oksigen reaktif pengamatan terhadap tingkah lakunya. Hewan
seperti anion superoksida dan radikal dinyatakan sehat dan dapat digunakan untuk
hidroksil (Morikawa et al., 2003; percobaan bila tingkah lakunya tidak
Schmalhausen et al., 2007). menunjukkan gejala-gejala sakit dan bobot tidak
Kuersetin menunjukkan efek proteksi turun.
terhadap tukak lambung yang diinduksi
Jalannya penelitian
etanol, melalui penghambatan peroksidasi Sintesis kuersetin terklorinasi
lipid dan peningkatan aktivitas enzim-enzim Reaksi klorinasi dilakukan dengan gas
antioksidan (Coskun et al., 2004). Salah satu klor yang dibuat dengan menambahkan 1 mL
modifikasi molekul kuersetin yang sudah HCl pekat pada 10 mL larutan NaOCl 5,5 %.
dilakukan adalah dengan klorinasi Gas klor kering dialirkan ke dalam larutan
menggunakan asam hipoklorit menghasilkan kuersetin (2 g; 6,76 mmol) dalam 100 mL
6-klorokuersetin dan 6,8-diklorokuersetin metanol kering (sebelumnya dialiri gas N2) pada
suhu kamar. Reaksi dikontrol dengan KLT,
dengan aktivitas antioksidan lebih tinggi dari
aliran gas klor dihentikan setelah teramati noda
senyawa induknya (Binsack et al., 2002).
dengan nilai Rf yang lebih tinggi dibanding
Meningkatnya aktivitas antioksidan ini kuersetin. Campuran diasamkan dengan 20 mL
diharapkan mampu meningkatkan aktivitas asam fosfat (0,85 %) kemudian diekstraksi
perlindungan terhadap tukak lambung. Sejalan dengan etil asetat (3 x 20 mL), dikeringkan,
dengan meningkatnya ketertarikan terhadap dicuci dengan 25 mL larutan natrium
potensi farmakologi dari bahan alam, metabisulfit 0,5 M dan kemudian dengan air.
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hasil reaksi selanjutnya dipisahkan
aktivitas perlindungan tukak lambung dari dengan kromatografi kertas (fase gerak :
kuersetin terklorinasi. diklorometan-etil asetat 95:5), direkristalisasi
dalam etanol absolut, kemudian dikarakterisasi
Metodologi dengan penentuan titik lebur, KLT,
Bahan spektrofotometri infra merah, GC-MS dan
Kuersetin dihidrat (Sigma), larutan spektrofotometri 1H NMR (Kulmagambetova
NaOCl 5,5 % (Bayclin, Bayer), HCl pekat, dkk., 2003).
metanol, natrium metabisulfit, diklorometan, etil
asetat, CMC Na, asetosal, aseton, dapar fosfat. Uji aktivitas perlindungan tukak lambung
Hewan coba dikelompokkan secara acak
Alat menjadi empat kelompok : A (kontrol), B
Seperangkat alat-alat untuk sintesis, (asetosal), C (asetosal + kuersetin), D (asetosal +
evaporator, bejana kromatografi, Melting Point 6-klorokuersetin). Tikus dipuasakan 24 jam,
Apparatus, spektrofotometer UV-Vis (Beckman kemudian kelompok B, C dan D diinduksi
OH OH
OH OH
R2
HO O
25o, ~ 3 menit HO O
+ Cl2
OH R1 OH
OH O OH O
Kuersetin Produk utama : R 1 = Cl
Produk samping : R1& R2 = Cl
tukak dengan pemberian asetosal per oral kuersetin dapat bereaksi dengan klor
100 mg/kg BB. Sediaan uji dalam bentuk menghasilkan produk kuersetin terklorinasi.
suspensi diberikan dua jam sebelum induksi Reaksi yang terjadi ditunjukkan pada
tukak (kelompok C : kuersetin 50 mg/kg BB, Gambar 2.
D : 6-klorokuersetin 55,9 mg/kg BB). Satu jam Identifikasi dengan KLT menun-
setelah induksi dengan asetosal, hewan
jukkan adanya dua produk, dimana produk
dikorbankan dan diambil lambungnya. Lambung
dibuka pada lengkung terbesar dan dicuci
utama berhasil dipisahkan dengan
dengan larutan garam fisiologis, selanjutnya kromatografi kertas. Analisis spektrometri
dibentangkan pada permukaan datar dan diamati massa menunjukkan bahwa produk
insiden tukak, meliputi jumlah dan diameter utama dari klorinasi kuersetin adalah
tukak. Tingkat keparahan tukak dinyatakan monoklorokuersetin, yang ditunjukkan
sebagai indeks tukak, yang dihitung dengan dengan nilai m/z 335 (Gambar 3).
rumus : rata-rata skor jumlah tukak + rata-rata Penambahan nilai m/z sebesar 34 terhadap
sklor diameter tukak. Pada uji histologi, lambung bobot molekul kuersetin menunjukkan
direndam dalam larutan bufer formalin, mono-substitusi kuersetin oleh klor.
didehidrasi, difiksasi dalam parafin dan dibuat
Puncak 335/337 merupakan karakter
preparat mikroskopis dengan pewarnaan
hematoksilin dan eosin (Jain et al., 2004).
yang khas untuk isotop Cl, menunjukkan
keberadaan satu atom Cl. Penentuan posisi
Tabel I. Hasil pengamatan tukak lambung. substitusi gugus klor dilakukan dengan
1
membandingkan spektrum H-NMR
Rata-rata skor tukak Indeks produk dengan spektrum 1
H-NMR
Kelompok
Jumlah Diameter tukak kuersetin. Hilangnya puncak dengan geseran
A 1,00 0,00 1,00 0,00 2,00
kimia 6,18 ppm yang khas untuk proton
B 4,83 0,37 4,67 0,47 9,50
C 3,17 0,69* 3,33 0,47* 6,50
pada C-6, menunjukkan bahwa klorinasi
D 2,50 0,50* 3,17 0,37* 5,67 terjadi pada posisi C-6 (Gambar 4). Sifat
gugus hidroksi fenol sebagai pengarah orto-
*Berbeda bermakna terhadap kelompok B pada P
para memung-kinkan klorinasi paling
< 0,05 diuji dengan ANAVA.
Indeks tukak = rata-rata skor jumlah tukak + rata-
mudah terjadi pada posisi C-6 diikuti C-8
rata skor diameter tukak. Skor jumlah tukak 1 = (McMurry,1999).
lambung normal, 2 = bintik berdarah, 3 = jumlah
tukak 1-3 buah, 4 = jumlah tukak 4-6 buah, 5 = Aktivitas perlindungan terhadap tukak
jumlah tukak 7-9 buah, 6 = jumlah tukak >9 lambung yang diinduksi asetosal
buah/perforasi. Skor diameter tukak 1 = lambung Hasil pengamatan tukak lambung
normal, 2 = bintik berdarah, 3 = diameter tukak ditunjukkan pada Tabel I dan Gambar 5.
0,5-1,5 mm, 4 = diameter tukak 1,6-4,0 mm, 5 = Pada kelompok kontrol lambung normal.
diameter tukak >4,0 mm, 6 = perforasi. Pada kelompok B, dimana hewan coba
diinduksi tukak dengan asetosal tanpa
Hasil dan Pembahasan
Sintesis kuersetin terklorinasi
pemberian senyawa uji apapun, dapat
Klorinasi kuersetin oleh Binsack dkk. diamati tukak terutama pada bagian korpus
dilakukan dengan penambahan HOCl. lambung. Praperlakuan dengan kuersetin
Reaksi ini harus dikontrol dengan baik, (kelompok C) menghambat kerusakan
karena pereaksi sangat reaktif sehingga bisa mukosa hingga 30 %, sedangkan 6-
terjadi reaksi oksidasi yang lebih kompleks. klorokuersetin (kelompok D) menghambat
Pada penelitian ini klorinasi dilakukan kerusakan mukosa hingga 40 %. Pada
dengan penambahan gas klor yang dibuat kelompok C tidak teramati adanya
dengan mereaksikan NaOCl dengan HCl. kerusakan mukosa yang parah, hanya terjadi
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa beberapa bintik berdarah.
Kerusakan mukosa lambung dikon- prostaglandin, antara lain sekresi mukus dan
firmasi dengan pengujian histologi (Gambar ion bikarbonat, aliran darah, perbaikan sel
6). Kelompok kontrol menunjukan histologi epitel dan sistem imunosit mukosal. Karena
lambung yang normal. Pada kelompok B, itu penghambatan biosintesis prostaglandin
mukosa lambung mengalami kerusakan dapat mengakibatkan turunnya kemampuan
parah. mukosa lambung untuk mempertahankan
Pemakaian AINS dapat memicu diri terhadap iritan (Wallace et al., 1997).
terjadinya tukak lambung karena dua Pada kelompok C, di mana diberikan
hal utama, yaitu efek iritan topikal pada kuersetin sebelum induksi asetosal, sebagian
epitel lambung dan penghambatan mukosa terlindungi dari kerusakan akibat
sintesis prostaglandin. Sifat iritan topikal induksi asetosal. Hal ini sejalan dengan
ditunjukkan oleh AINS yang asam, terutama hasil penelitian Coskun et al., (2004) yang
asetosal. Kemampuan AINS menyebabkan menyatakan bahwa kuersetin menunjukkan
kerusakan epitel diduga berkaitan dengan efek perlindungan terhadap tukak lambung
akumulasinya di dalam sel karena fenomena yang diinduksi etanol, melalui kemampuan
ion trapping. AINS juga menurunkan menurunkan kadar malondialdehid, suatu
hidrofobisitas lapisan jel mukosa di lambung indikator peroksidasi lipid, dalam
juga di lambung yang merupakan homogenat lambung. Di antara berbagai
pertahanan utama terhadap induksi oleh kondisi patologis yang disebabkan oleh
asam. Tetapi sifat iritan topikal dari AINS ketidakseimbangan antara kerusakan
ini bukan merupakan faktor utama oksidatif dan sistem pertahanan antioksidan,
penyebab tukak lambung karena efek yang peroksidasi lipid diketahui merupakan
sama juga diamati pada pemakaian contoh kerusakan oksidatif yang
parenteral atau rektal. Banyak komponen mempengaruhi membran sel.
yang terlibat dalam sistem pertahanan Kerusakan mukosa yang terjadi pada
mukosa lambung dipengaruhi oleh kelompok hewan yang mendapat
Daftar Pustaka
Banerjee, D., Maity, B., Nag, S. K., Bandyopadhyay, S. K., and Chattopadhyay, S., 2008,
Healing Potential of Picrorhiza kurroa (Scrofulariaceae) rhizomes against
indomethacin-induced gastric ulceration: a mechanistic exploration, BMC
Complement. Altern. Med. 8: 3.
Binsack, R., Boersma, B. J., Patel R. P., Kirk, M., and White, C. R., 2001, Enhanced
Antioxidant Activity After Chlorination of Quercetin by Hypochlorous Acid,
Alcohol. Clin. Exp. Res., 25 (3), 434443.
Coskun, O., Kanter, M., Armutcu, F., Cetin, K., Kaybolmaz, B., and Yazgan, O., 2004,
Protective effects of quercetin, a flavonoid antioxidant, in absolute ethanol-
induced acut gastric ulcer. Eur. J. Gen. Med., 1(3), 37-42.
Jain, N. K., Patil, C. S., Kartasasmita, R. E., Decker, M., Lehmann, J., and Kulkarni, S. K.,
2004, Pharmacological Studies on Nitro-Naproxen (Naproxen-2-
Nitrooxyethylester), Drug Development Research, 61, 66-78.
Kulmagambetova, E. A., Seitembetova, A. G., Kulyjasov, A. T., Raldugin, V. A., Gatilov, Y.
V., and Shakirov, M. M., 2003, Chlorination of tectochrysin and pinostrobin in
methanol, Russian Chemical Bulletin, International Edition, 52 (3), 752-54.
McMurry, J., 1999, Organic Chemistry 5th ed., Brooks/Cole, California.
Morikawa, K., Nonaka, M., Narahara, M, Torii, I., Kawaguchi, K., and Yoshikawa, T.,
Kumazawa, Y., and Morikawa, S., 2003, Inhibitory effect of quercetin on
carrageenan-induced inflammation in rats. Life Sci., 26(6), 709-21.
Schmalhausen, E. V., Zhlobek, E. B., Shalova, I. N., Firuzi, O., Saso, L., and Muronetz, V. I.,
2007, Antioxidant and prooxidant effects of quercetin on glyceraldehyde-3-
phosphate dehydrogenase. Food and Chemical Toxicology, 45, 198893
Wallace, J. L., 1997, Nonsteroidal anti-inflammatory drugs and gastroenteropathy: the second
hundred years. Gastroenterol. ;112:1000-16.