DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II: ISI
2.1 Pengantar Udara
2.2 Sumber Pencemar Udara
2.3 Jenis Bahan Pencemar Udara
2.4 Pencemar Udara pada Emisi Industri Tekstil
BAB III: METODOLOGI
3.1 Teknik Tangkapan (Capture)
3.2 Teknik Pemekatan
3.3 Metode Filter
3.4 Analisis Absorpsi Sinar Ultraviolet
3.5 Analisis Kromatografi
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi,
perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta
tumbuhan.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara
dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan
seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian
Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau
dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan
manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambient tidak memenuhi fungsinya.
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang turut memberikan kontribusi dalam
pencemaran udara. Analisis data pengukuran kulaitas udara perlu dilakukan untuk
mengevaluasi kehandalan, akurasi, presisi data. Interprestasi terhadap karakteristik
pencemaran dapat dibuat dengan mengevaluasi fluktuasi data pemantauan udara.
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yakni untuk mengetahui teknik pengukuran dan analisis
emisi pencemar udara di industri tekstil.
BAB II
ISI
1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan
gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan pencemar
yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara,
sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan pencemar
yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas karbon
monoksida).
c. Hidrokarbon (CH)
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuh-tumbuhan. Gas metana CH4 adalah
senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh bakteri
anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisan
atmosfer.
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru
yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri
dan kawasan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka
dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
Jenis Konsentrasi
Dampak kesehatan
hidrokarbon ( ppm )
100 Iritasi membran mukosa
Benzene 3.000 Lemas setelah - 1 Jam
(C6H6 ) 7.500 Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5 10 menit
Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah
200
Toluena pemaparan 8 jam
(C7H8) Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah
600
pemaparan 8 jam
e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-
tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan
pencemar udara yang sangat berbahaya. Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang
menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian
ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam
(Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada
ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat
tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan
umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron.
Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang
dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti
bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang
lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.
Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang
terdapat di udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan
menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (visibility).
Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan
bahaya yang terbesar bagi kesehatan.
Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01%
sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat
akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu
diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang
lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh
karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian.
Sampling kontinyu
Sampling intemitten
Sampling sesaat
c. Analisis Chemiluminescent
Teknik analisis dengan mengukur energi cahaya yang dihasilkan oleh reaksi antara gas
pencemar yang akan diukur dengan gas reagen, energi cahaya yang dihasilkan ditangkap oleh
tabung fotomultiplier, diperkuat dan dipancarkan kesensor pembaca. Energi cahaya yang
dihasilkan sebanding dengan kuantitas zat pencemar reaktif. Pencemar udara yang dapat diukur
dengan analisis chemiluminescent diantaranya O3, NOx dan oksidan.
i. Analisis absorpsi sinar inframerah dan ultraviolet
Beberapa parameter pencemar seperti CO dapat menyerap energi infared dan ultraviolet,
sehingga besaran energi yang terserap merepresentasikan konsentrasi pencemar. NDIR (non
dispersive infra red) adalah instrument analisis konsentrasi zat pencemar berdasarkan serapan
energi inframerah.
ii. Analisis kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen analit dalam suatu medium dan perbedaan afinitas antara analit, fase
diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Berdasarkan jenis fase geraknya, kromatografi
dibedakan menjadi kromatografi gas (GC) dan kromatografi cairan (LC). Pencemar udara yang
dapat diukur dengan analisis kromatografi diantaranya: VOC dan hidrokarbon.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fluktuasi konsentrasi pencemar selama pemantauan berada pada kisaran < nilai
ambang batas (NAB) : kualitas udara diinterpretasikan betul-betul aman.
Fluktuasi konsentrasi pencemar selama pemantauan < NAB dan > NAB : kualitas
udara berada pada aman namun perlu kewaspadaan. Tindakan yang perlu diambil
adalah melanjutkan pemantauan secara rutin dan memelihara upaya pencegahan
pencemaran udara.
Fluktuas konsentrasi pencemar selama pemantauan > NAB dan < 1 NAB : kualitas
udara kurang aman, disinyalir terjadi proses yang banyak mengemisikan pencemar ke
udara atau terjadi kebocoran. Tindakan yang perlu dilakukan adalah mengaudit setiap
proses tekstil secara mendetail dsan efisiensi peralatan , serta meningkatkan kontrol
pencegahan emisi pencema.
Fliktuasi konsentrasi pencemar selama pemantauan > NAB dan >1 : kualitas udara
tidak aman, terjadi pencemaran udara yang membahayakan pekerja. Tindakan yang
perlu dilakukan adalah memperbaiki setiap potensi pencemaran udara dari proses tekstil
dan peralatan, serta meningkatkan upaya K3 kemudian mengulangi program
pemantauan secara periodik.
BAB V
KESIMPULAN
Program pengukuran dan analisis emisi pencemar uadra di industri tektil yang ideal harus
mempertimbangkan karakteristik proses di lokasi pengukuran. Karakteristik pencemaran
udrara dapat berbeda antara satu industri tekstil dngan lainnya bergantung pada frekuensi dan
kapasitas produksi : jenis dan volume bahan kimia yang terlibat, serta karakteristik lokasi
pengukuran. Karakteristik proses di lokasi pengukuran dan pertimbangan efektivitas dan biaya
pengukuraan. Analisis statistik dalam menentukaan akurasi dan presisi data merupakan hal
yang sangat penting dalam pengukuran konsentrasi pencemar udara di lokasi industri, Karena
sifatnya yang relatif acak. Data yang kauraat dan presisi akan memberikan interpretasi yang
tepat dalam menyimpulkan karakter pencemaran sekaligus program penanganan kualitas udar
yang paling sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/232086170.pdf
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9208862891.pdf
Soedomo, Pencemaran Udara, Kumpulan Karya Ilmiah, Institut Teknologi Bandung, 2000.
Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, 2001.