Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital
darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat
buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen
darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari
serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang
sedang dialami oleh organisme tersebut. Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan komponen-
komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dan kimia darah, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi kesehatannya.
Hemoglobin merupakan protein yang terdiri dari protoporfirin, globin dan besi yang bervalensi 2 (ferro).
Satu gram hemoglobin dapat mengikat sekitar 1,34 ml oksigen. Kadar hemoglobin yang rendah dapat
dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan
mendapat infeksi. Sedangkan kadar tinggi menunjukkan bahwa ikan sedang berada dalam kondisi stress
(Wells, 2005 dalam Kuswardani, 2006).

Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel eritrosit
terletak sentral dengan sitoplasma dan akan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan Giemsa
(Chinabut et al., 1991 dalam Mulyani, 2006). Pada ikan teleost, jumlah normal eritrosit adalah 1,05106
3,0106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006). Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit
yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam
keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006). Leukosit (sel darah putih)
mempunyai bentuk lonjong atau bulat, tidak berwarna, dan jumlahnya tiap mm3 darah ikan berkisar
20.000-150.000 butir, serta merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan (imun) tubuh. Sel-sel
leukosit akan ditranspor secara khusus ke daerah terinfeksi. Leukosit terdiri dari dua macam sel yaitu sel
granulosit (terdiri dari netrofil, eusinofil, dan basofil dan sel agranulosit) dan sel granulosit (terdiri dari
limfosit, trombosit, dan monosit) (Purwanto, 2006).

Limfosit memiliki peranan dalam respon imunitas dan monosit merupakan sel makrofag yang
berperan penting dalam memfagosit mikroorganisme patogen. Sedangkan trombosit sangat berperan
dalam proses pembekuan darah dan berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan tubuh pada
kerusakan-kerusakan di permukaan (Nabib dan Pasaribu, 1989 dalam Mulyani, 2006). Berbeda dengan
ketiga sel di atas, netrofil sangat aktif dalam membunuh bakteri dan jumlahnya besar dalam nanah
(Carboni, 1997 dalam Mulyani, 2006). Sel-sel tersebut bersirkulasi dalam darah dan cairan limfa.
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan terlarut dan tempat
eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari
jantung(yang merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang
menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem
peredaran darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan peredaran
darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung. Darah yang terkumpul dari
seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat relaksasi, darah mengalir pada sebuah katup kedalam
ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah
keluar menuju jaringan kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam
tubuh. Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.

Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke
jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen
terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang
terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen.
Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme tersebut mengalami
pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air tidak memenuhi syarat. Untuk
mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari presentase hematokrit yang terkandung dalam darah.
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama yaitu sel dan plasma. Sel
terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi berbeda, sedangkan komponen dari
plasma selain fibrinogen, juga terdapat ion-ion anorganik dan komponen organik untuk fungsi
metabolik. Fungsi dari kedua komponen tersebut kadang-kadang terpisah, kadang-kadang bergabung.
Contohnya penggumpalan darah dan produksi antibodi. Bahan-bahan untuk menggumpalkan darah
berasal dari plasma adalah fibrinogen sedangkan dari sel darah putih adalah trombosit. yang
mengandung bahan penyusun, diantaranya :
1. Sel-sel (butir) darah
Sel darah merah merupakan bagian darah yang mempunyai bentuk.
Ada 3 macam sel darah :
Sel darah merah (Eritrosit)
Ikan sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah (eritrosit) berinti dan berwarna merah
kekuningan dengan bentuk dan ukuran bervariasi antara satu species dengan lainnya.
Eritrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron tergantung pada spesies
ikannya. Jumlah eritrosit pada masing-masing species juga berbeda, tergantung aktivitas ikan tersebut.
Pada ikan yang memiliki aktivitas tinggi seperti ikan predator blue marlin ( Makaria nigricans ) memiliki
hematokrit 43% dan mackerel 52,5%, sedangkan pada ikan nototheniid ( Pagothenia bermachii ) hanya
21%. Tiap-tiap mm darah berkisar antara 20000 s.d. 3000000. Pengangkutan oksigen dalam darah
bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat dalam eritrosit.
Sel darah putih(Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) memiliki jumlah antara 20000 s.d. 150000 tiap mm3 darah. Leukosit dapat
dibedakan menjadi dua yaitu granulosit (leukosit yang bergranula) dan agranulosit (leukosit yang tidak
bergranula). Berdasarkan penyerapan warna, granulosit terdiri dari neutrophil, acidophil (eosinophil)
dan basophil. Agranulosit yang merupakan komponen terbesar leukosit terdiri dari limposit, monosit
dan trombosit.
Keping Darah (trombosit)
Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Berfungsi mencegah kehilangan cairan
tubuhpada kerusakan-kerusakan di permukaan tubuh.
1. Plasma Darah
Merupakan cairan darah yang umumnya terdiri dari :
Air mencakup 91-92%
Protein, sekitar 8-9% yang terdiri dari serum albumin, serum globulin dan fibrinogen.
Garam anorganik dalam bentuk ion sekitar 0,9% seperti
Anion : Cl-, Co3 2-, Hco3-, SO4 2-, PO4-, I-
Kation : Na+, K+. Ca2+, Mg2+, Fe3+
Substansi organik bukan protein, terdiri dari : Non protein Nitrogen, misalnya lipid,
karbohidrat, glukosa, garam amonium, urea, asam urat, dll.
Gas terlarut dalam plasma.
Berbagai substansi lain seperti hormon, enzim dan anti toksin. Sel darah ikan memiliki inti
yang menonjol dengan jumlah 2juta mm3 dan memiliki ukuran yang cukup konsistenyaitu
umumnya sekitar 12 x 3 mikron dan memiliki sitoplasma yang kecil.
Menurut strukturnya, sel darah terdiri dari :
Membran sel yang merupakan dinding sel.
Bahan yang menyerupai spong yang disebut stroma.
Hemoglobin yang menempati ruang kosong pada stroma.
Menurut analisi kimia, sel darah merah terdiri dari dua macam senyawa yaitu protein dan lipid.
Bentuk sel darah merah berubah ketika memasuki kapiler. Sel darah merah kaya akan macam-
macam senyawa-senyawa seperti glukosa, enzim, garam-garam organik, dan garam-garam
anorganik.
Darah memiliki fungsi utama yaitu menjaga keseimbangan pH tubuh. Fungsi utama sistem
sirkulasi darah adalah sebagai media transport zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh juga untuk
transport panas dari dan ke jaringan tubuh dan untuk mempertahankan diri dari serangan
penyakit.

1. Sirkulasi Darah
Variable dasar dalam sirkulasi darah
1. Tekanan darah
Systoke (kontraksi), ventrikel menghasilkan tekanan dan aliran denyut yang berulang-
ulang selama kontraksi.
Diastroke (relaksasi), periode relaksasi dan pengisian kembali sinus-venosis dan
atrium.
a. Aliran darah
b. Frekuensi Cor (heart rate) : jumlah denyut per menit.
c. Stroke volume : jumlah darah yang dipompa keluar dari ventrikel per denyut.
d. Volume total darah (volume cor), yang tidak tetap, tergantung :
Respon pengembalian vena
Sistem syraf simpatik
Adrenalin
Asetilkolin
2. Volume darah dipengaruhi :
1. Evolusi yang terus-menerus, misalnya ikan primitif mempunyai volume darah lebih
sedikit dari ikan sekarang.
2. Ikan yang lebih aktif mempunyai volume darah lebih banyak daripada ikan non-aktif
(sedentary).
Fungsi sirkulasi yang paling pnting selama aktifitas adalah pengangkutan oksigen, karena
meningkatnya aktifitas otot tanpa diimbangi dengan meningkatnya ketersediaan oksigen
sehingga menghabiskan sistem energi anaerobik dan akhirnya menjadi lelah (fatique).
Ikan yang mempunyai jumlah otot merah (anaerobik) banyak, biasanya lebih aktif dan
mempunyai curah cor yang lebih banyak.
Dasar dari respons sistem sirkulasi terhadap meningkatnya kecepatan aktifitas adalah :
Meningkatnya curah cor.
Terdapat jumlah peningkatan dan mekanisme yang digunakan, bervariasi dengan cara
hidup ikan dan spesies ikan.

1. Hematokrit
Hematokrit menunjukkan persen sel darah merah dari sejumlah darah. Bila dikatakan hematokrit
40 (40%) berarti darah terdiri dari 40% sel darah merah dan 60% plasma dan sel darah putih.
Nilai normal hematokrit tergantung pada jenis kelamin.
Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu :
1. Darah dimasukkan ke dalam tabung Winsrobe yang mempunyai skala, kemudian diputar
dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama setengah jam (sebelum dimasukkan ke dalam
tabung darah diberi antikoagulan terlebih dahulu.
2. Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat pemutar dan papan
skala untuk menentukan % volume sel darah merah. Kecepatan pemutaran adalah 11000rpm
selama 4 menit.
3. Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Pada metode ini menggunakan alat darah yang
mampu meneruskan aliran, sedangkan sel darah merah bersifat menghambat aliran listrik darah
yang telah dicampurdengan antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat
baca. Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada galvanometer.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui nilai hematokrit pada ikan mas (Cyprinus
carpio).

BAB II
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan Bahan :


Alat :

Centrifuge hematokrit
Disecting kit
Penjepit arteri gunting bergerigi
Pipa kapiler heparinez
Jarum besar
Timbangan
Wax (malam mainan anak-anak)
Hematokrit Reading Chart
Pisau bedah

Bahan :

Ikan Mas

2.2 Prosedur Kerja


Dalam percobaan kali ini kita akan menentukan nilai hematikrit pada ikan mas (Cyprinus carpio)
Pengamatan dilakukan sebagai berikut:
Pertama kita menimbang berat ikan Mas yang akan digunakan dalam praktikum ini lalu kita
catat hasilnya.
Setelah itu kita akan membuat ikan tidak sadar dengan cara merusak otak bagian depan
menggunakan jarum yang cukup besar (disecting kit) dengan cara menusuk lewat tengah hidung
bagian kepala atas secara horizontal.
Lalu kita bedah tubuh ikan disekitar operculum sampai terlihat jantungnya.
Setelah kita bedah lalu jepit Aorta ventralis dengan penjepit arteri, biarkan selama 2-3 menit
hingga berwarna merah karena sinus venasus telah terisi darah.
lepaskan penjepit arteri, lalu menampung darah yang keluar dari sinus venasus dengan pipa
kapiler sampai pipa terisi, usahakan jangan sampai ada gelembung gas pada pipa kapiler.
Lalu homogenkan darah dengan cara menggoyangkan pipa kapiler ke kiri dan ke kanan secara
horizontal sambil diputar-putar.
Menutup salah satu bagian pipa kapiler dengan wax (malam).
Memasukkan kedalam centrifuge dengan seimbang sekitar 4 5 menit.
Setelah itu sesuaikan dengan diagram hematokrit reading chart lalu catat hasilnya.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Untuk mengetahui nilai hematokrit dalam percobaan ini digunakan dengan menggunakan
Sentrifugasi Hematokrit, yang kemudian hasil dari sentrifugasi tersebut dibandingkan dengan
nilai pada diagram Hematokrit Reading Chart.
Pengamatan nilai hematokrit pada ikan mas (Cyprinus carpio) :
BOBOT
( gram ) HEMATOKRIT
( %)

81

55
3.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan didapatkan hasil, yaitu persentase hematokrit yang
menunjukan nilai persentase sel darah merah yang kami lakukan pada 2 buah pipa kapiler pada
ikan Mas (Cyprinus carpio),, didapatkan rata-rata nilai hematokritnya 55% dari berat tubuh ikan
81 gram. Hal ini berarti darahnya terdiri dari 55% sel darah merah dan 45% terdiri dari plasma.
Pada percobaan yang kami lakukan terhadap sel darah dari ikan Mas (Cyprinus carpio), hal
tersebut menunjukan laju metabolisme mempengaruhi nilai hematokrit dari suatu individu
dengan cara hidup ikan, jenis kelamin ikan dan spesies ikan tersebut. Kesalahan juga tidak
menutupi kemungkinan baik dari alat maupun praktikan dalam melakukan pengamatan ini
seperti belum homogennya darah pada pipa kapiler karena kurangnya atau tidak kita goyang
goyangkan pipa kapiler ke kiri dan ke kanan secara horizontal sambil diputar-putar Keterbatasan
dari sentrifugasi dengan menggunakan Sentrifugasi Mikro Hematokrit, baik itu karena kesalahan
manusia ataupun karena keterbatasan alat lalu tidak sempurnanya penutupan ujung pipa kapiler
dengan malam/wax sehingga terjadi hilangnya dari pipa kapiler setelah dilakukan sentrifugasi.
BAB IV
KESIMPULAN

Dalam praktikum penentuan nilai hematokrit pada ikan mas (Cyprinus carpio) ini dapat kita tarik
kesimpulan sebagai berikut :
Darah terdiri dari dua kelompok besar yaitu sel darah dan plasma, sel terdiri atas sel-sel diskret
yang memiliki bentuk khusus dan fungsi berbeda secara umum sistem peredaran darah pada
semua vertebrata adalah sama, meskipun perbedaan-perbedaan mendetail tetap ada di antara
setiap kelompok hewan. Hal tersebut tergantung anatomi, fisiologi, dan kondisi lingkungan.
Untuk mengetahui jumlah sel darah merah dalam darah dapat dilihat dari nilai hematokritnya
dengan melakukan penentuan nilai hematokritnya;
Ada hubungan dan korelasi yang sangat kuat antara hematokrit dan jumlah hemoglobin darah,
semakin rendah jumlah sel-sel darah merah maka semakin rendah pula kandungan hemolobin
darah.
Nilai hematokrit ini berhubungan dengan laju metabolisme, cara hidup ikan, jenis kelamin ikan
dan spesies ikan tersebut,
Semakin tinggi nilai hematokrit pada suatu ikan maka semakin tinggi pula jumlah sel darah
merahnya;

Anda mungkin juga menyukai