Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2013). Tuberkulosis dikenal sebagai
penyakit infeksi yang bersifat menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis, sebagian besar menyerang paru tetapi dapat juga menyerang organ
tubuh lainnya. Tuberkulosis dapat memasuki tubuh barsama butir-butir debu atau
percikan dahak (Droplet) yang menyebar keudara sewaktu penderita tuberkulosis
batuk atau bersin (Yoga. Tjandra, 1999).

B. Penyebab Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA)
(Depkes RI, 2008). Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan
pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet (Nurarif dan Kusuma, 2013),
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat dormant, tertidur selama beberapa tahun
(Depkes RI, 2008). Ada dua macam mikobakteria tuberkulosis yaitu tipe human
dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TB paru terbuka (Nurarif dan Kusuma, 2013).

C. Cara Penularan Tuberkulosis


Sumber penularan adalah penderita TB paru BTA (+) yang ditularkan dari
orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Pada waktu berbicara, batuk, bersin,
tertawa atau bernyanyi, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percian dahak) besar (>100 ) dan kecil (1-5 ). Droplet yang besar
menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu
yang rentan (Smeltzer & Bare, 2002). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam dan orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Setelah kuman TB paru masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan, bakteri TB paru tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh
lainnya, melalui saluran peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut (Depkes RI, 2008). Kemungkinan seseorang terinfeksi TB paru
ditentukan oleh tingkat penularan, lamanya pajanan/kontak dan daya tahan tubuh
(Kemenkes RI, 2013).

D. Gejala Tuberkulosis
Gejala utama yang terjadi adalah batuk terus menerus dan berdahak
selama tiga minggu atau lebih. Gejala tambahan yang sering terjadi yaitu batuk
darah atau dahak bercampur darah, sesak nafas, nyeri dada, badan lemas,
keletihan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa aktifitas fisik, demam meriang lebih
dari sebulan.
Gejala umum TB paru anak adalah sebagai berikut:
a) Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
berat badan tidak naik dengan adekuat atau tidak naik dalam satu bulan
setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.

b) Demam yang lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam
umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik
TB paru pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum
lain.

c) Batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
d) Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel,
paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.

e) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh
(failure to thrive).

f) Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.

g) Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan


baku diare.

E. Diagnosis Tuberkulosis Pada Anak.


TB paru anak adalah penyakit TB paru yang terjadi pada anak usia 0-14
tahun. Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TB paru dari
bahan yang diambil dari penderita. Tetapi pada anak hal ini sangat sulit dan jarang
didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TB paru anak didasarkan atas
gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Selain melihat
gejala umum TBC anak, seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis bila
mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB paru BTA positif
dan terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari)
(Depkes RI, 2008).
a) Uji Tuberkulin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (pernyuntikan intrakutan)
dengan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai
adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacaan dilakukan 48-72
jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang
terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila
indurasi >10 mm (pada gizi baik ), atau >5 mm pada gizi buruk. Bila uji
tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada
TBC aktif pada anak. Namun uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC
dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat pemberian imunosupresif,
dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang (Depkes RI, 2008).
b) Reaksi Cepat BCG
Saat penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi
Mycobacterium tubercolosis (Depkes RI, 2008).
c) Foto Rontgen dada
Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto
biasanya sulit, harus hati-hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau
underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesar
kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala lain dari foto rontgen yang
mencurigai TBC adalah milier, atelektasis/kolaps konsolidasi, infiltrat dengan
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura
dan atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Bila
ada diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus dicurigai
TBC. Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA (postero-anterior) dan
lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja (Depkes RI, 2008).
d) Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya
dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama. Cara
baru untuk mendeteksi kuman TBC dengan cara Polymery Chain Reaction
(PCR) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian
juga pemeriksaan serologis seperti Elisa, Pap, Mycodot dan lain-lain masih
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis
(Depkes RI, 2008).
e) Diagnosis TB anak dengan Sistem Skoring
Pada waktu menegakkan diagnosis TBC anak, semua prosedur diagnostik
dapat dikerjakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik
yang tersedia, dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal
sebagai sistem skoring.
Sistem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap
penelitian oleh Ikatan Dokter Anak Indoneisa (IDAI), Kemenkes dan
didukung oleh WHO dan disepakati sebagai salah satu cara untuk
mempermudah penegakan diagnosis TB paru anak terutama di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar. Sistem skoring ini membantu tenaga kesehatan
agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan
penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya
underdiagnosis maupun overdiagnosis TB paru.

Anda mungkin juga menyukai

  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen1 halaman
    DAPUS
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • ETNOMEDISIN
    ETNOMEDISIN
    Dokumen12 halaman
    ETNOMEDISIN
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Merkur I
    Merkur I
    Dokumen6 halaman
    Merkur I
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • FKM. 290-16 Feb H
    FKM. 290-16 Feb H
    Dokumen81 halaman
    FKM. 290-16 Feb H
    harri
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen13 halaman
    Jurnal
    Aprian Riani Sari
    Belum ada peringkat
  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen1 halaman
    DAPUS
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Kttu Bab 1,2 DST
    Kttu Bab 1,2 DST
    Dokumen35 halaman
    Kttu Bab 1,2 DST
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Kekurangan Vitamin A
    Kekurangan Vitamin A
    Dokumen22 halaman
    Kekurangan Vitamin A
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • BAB I (Isi)
    BAB I (Isi)
    Dokumen17 halaman
    BAB I (Isi)
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • MPBL ISPA Latar Belakang
    MPBL ISPA Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    MPBL ISPA Latar Belakang
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • MDGs
    MDGs
    Dokumen11 halaman
    MDGs
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Epid KL
    Epid KL
    Dokumen8 halaman
    Epid KL
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Tempat Pelaksanaan Kewsos New
    Tempat Pelaksanaan Kewsos New
    Dokumen4 halaman
    Tempat Pelaksanaan Kewsos New
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mandat 3
    Tugas Mandat 3
    Dokumen1 halaman
    Tugas Mandat 3
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Kinetika Difteri
    Kinetika Difteri
    Dokumen4 halaman
    Kinetika Difteri
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Stroke
    Stroke
    Dokumen7 halaman
    Stroke
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Inovasi Dalam Kewirausahaan Sosial
    Inovasi Dalam Kewirausahaan Sosial
    Dokumen9 halaman
    Inovasi Dalam Kewirausahaan Sosial
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Contoh Kewirausaan Sosial
    Contoh Kewirausaan Sosial
    Dokumen2 halaman
    Contoh Kewirausaan Sosial
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Tokoh Wir Sosial
    Tokoh Wir Sosial
    Dokumen3 halaman
    Tokoh Wir Sosial
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Tingkah Laku
    Pengertian Tingkah Laku
    Dokumen2 halaman
    Pengertian Tingkah Laku
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Tingkah Laku
    Tingkah Laku
    Dokumen21 halaman
    Tingkah Laku
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Kesehatan
    Gangguan Kesehatan
    Dokumen13 halaman
    Gangguan Kesehatan
    Wahyu Dirga Okta
    Belum ada peringkat
  • Psikes
    Psikes
    Dokumen22 halaman
    Psikes
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Probabilitas
    Makalah Probabilitas
    Dokumen10 halaman
    Makalah Probabilitas
    amri_nur_rahim_gokil
    Belum ada peringkat
  • Analis Penyebab Kecelakaan Kerja
    Analis Penyebab Kecelakaan Kerja
    Dokumen118 halaman
    Analis Penyebab Kecelakaan Kerja
    ridwan
    Belum ada peringkat
  • Makalah Psikologi Tingkah Laku
    Makalah Psikologi Tingkah Laku
    Dokumen12 halaman
    Makalah Psikologi Tingkah Laku
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Tingkah Laku
    Tingkah Laku
    Dokumen21 halaman
    Tingkah Laku
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Tugas Geografis Dan Demografi SUMUT
    Tugas Geografis Dan Demografi SUMUT
    Dokumen42 halaman
    Tugas Geografis Dan Demografi SUMUT
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat
  • Analisis Korelasi
    Analisis Korelasi
    Dokumen5 halaman
    Analisis Korelasi
    Umi Kalzum Situmeang
    Belum ada peringkat