Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN HEPATITIS A DI KECAMATAN SINTANG


KABUPATEN SINTANG

Ropiah1, Andri Dwi Hernawan 2, Selviana 3

1
Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Pontianak, 2013
2
Dosen Tetap Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
3
Dosen Tetap Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak

Abstrak
Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini
menyebar terutama melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja
orang yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya
penggunaan air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang
buruk. Infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan jarang
berakibat fatal, tetapi penyakit ini dapat berpotensi Kejadian Luar Biasa atau
KLB. KLB Hepatitis A di Kabupaten Sintang terjadi pada bulan April 2013
dengan jumlah kasus sebanyak 60 orang. Kasus tertinggi terjadi di Kelurahan
Kapuas Kanan Hulu Kecamatan Sintang dengan jumlah kasus sebanyak 41 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktor lingkungan dan
perilaku yang berpengaruh dengan kejadian Hepatitis A di Kecamatan Sintang
Kabupaten Sintang. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case -
control. Besar sample penelitian sebanyak 82 sampel, dengan rincian 41 kasus
dan 41 kontrol. Masing-masing variabel yang diteliti diuji dengan menggunakan
uji Chi-square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada hubungan kualitas
mikrobiologi air minum (p value = 0,027,). kualitas mikrobiologi air bersih
(p value = 0,045). keberadaan jamban (p value = 0,047,). jarak septictank dengan
sumber air bersih (p value = 0,004). ketersediaan air bersih di dalam jamban
(p value = 0,002,), ketersediaan sabun di dalam jamban (p value = 0,044,), praktek
mencuci tangan setelah BAB (p value = 0,046), praktek mencuci tangan sebelum
makan (p value = 0,001) dengan kejadian hepatitis A diKecamatan Sintang
Kabupaten Sintang.
Saran bagi masyarakat agar memperhatikan atau menjaga kebersihan wadah atau
tempat air minum dan makanan baik sebelum atau setelah di masak atau diolah,
Selalu mencuci tangan dengan sabundan air mengalir baik sebelum maupun
setelah BAB, adanya ketersediaan air bersih dalam jamban, ketersediaan sabun
dalam jamban

Kata Kunci : Faktor Lingkungan, Perilaku Yang Berhubungan, Kejadian


Hepatitis A
Pustaka : 21 (2002- 2013)
Abstract
Hepatitis A is a liver disease caused by hepatitis A virus is spread primarily
through food or water contaminated with feces of infected people. This disease is
closely associated with the lack of use of clean water, inadequate sanitation and
poor personal hygiene. Infection with hepatitis A does not cause chronic liver
disease and is rarely fatal, but this disease can potentially Unusual or outbreaks.
Hepatitis A outbreak in Sintang occurred in April 2013, with the number of cases
as many as 60 people. The highest cases occur in Sub District of Sintang Right
Sintang the number of cases as many as 41 people.
This study aims to obtain environmental information and behavioral factors that
influence the incidence of hepatitis A in District Sintang. This research is analytic
case - control. Large sample study of 82 samples, with details of 41 cases and 41
controls. Each of the variables studied were tested using the chi-square.
The results showed that There is a relationship microbiological quality of drinking
water (p value = 0.027,). microbiological quality of water (p value = 0.045).
where latrine (p value = 0.047,). distance septic tank with clean water source (p
value = 0.004). availability of clean water in the toilet (p value = 0.002,), the
availability of soap in the toilet (p value = 0.044,), the practice of washing hands
after defecating (p value = 0.046), the practice of washing hands before eating (p
value = 0.001) the incidence of hepatitis A in District Sintang.
Suggestions for Encouraging public health officials to conduct environmental
management and to increase public awareness and willingness to maintain
sanitary latrines, clean water sources by providing information about the
importance of maintaining sanitary clean water source.

Keywords : Environmental Factors, Related Behavior, Genesi hepatitis A


References : 21 (2002- 2013)

Pendahuluan
Penyakit menular masih pencernaan dan penyakit lainnya
merupakan masalah utama kesehatan seperti penyakit Hepatitis A1 .
masyarakat Indonesia, disamping Ada empat faktor yang
mulai meningkatnya masalah berperan dalam dinamika transmisi
penyakit tidak menular. Penyakit penyakit menular yaitu sumber
menular tidak mengenal batas-batas penyakit, vektor, barrier
daerah administratif, sehingga (penghalang) antara vektor dengan
pemberantasan penyakit menular populasi yang berisiko serta
memerlukan kerjasama antar daerah, kekebalan manusia. Identifikasi,
misalnya antar propinsi, intervensi dan pengelolaan terhadap
kabupaten/kota bahkan antar negara. keempat faktor plus faktor kelima,
Beberapa penyakit menular yang yaitu perawatan penderita penyakit
menjadi masalah utama di Indonesia menjadi satu kesatuan simpul
adalah diare, malaria, demam manajemen bisa meningkatkan upaya
berdarah dengue, influenza, tifus pemberantasan penyakit menular.
abdominalis, penyakit saluran Hal ini menjadi tantangan bagi para
pengelola program kesehatan di
daerah (kabupaten/kota) di era Kapuas Kanan Hulu Kecamatan
desentralisasi. Sintang dengan jumlah kasus
Di dunia setiap tahunnya ada sebanyak 41 orang. Kecamatan
sekitar 1,4 juta penderita Hepatitis A. Sintang merupakan daerah bantaran
Di Amerika insidens Hepatitis A sungai dimana masyarakatnya
adalah 1/100.000 penduduk, dengan menggunakan air sungai sebagai
estimasi 21.000 orang dan di Eropa sumber air untuk keperluan sehari-
insidens Hepatitis A adalah hari. Uji laboratorium terhadap
3,9/100.000 penduduk. Sedangkan sampel air sungai parameter
di Indonesia Hepatitis A sering mikrobiologi menunjukkan nilai
muncul dalam Kejadian Luar Biasa yang melebihi batas maksimal
(KLB). Pada Tahun 2010 tercatat 6 pencemaran, yaitu MPN > 104/
KLB dengan jumlah penderita 279, 100ml dan E. coli positif. Hasil
jumlah kematian 0,CFR 0 sedangkan tersebut memberikan gambaran
tahun 2011 tercatat 9 KLB, jumlah bahwa air sungai tersebut telah
penderita 550, jumlah kematian 0, tercemar oleh kotoran manusia.
CFR 0. Tahun 2012 sampai bulan Hepatitis A adalah penyakit
Juni telah terjadi 4 KLB dengan hati yang disebabkan oleh virus
jumlah penderita 204, jumlah hepatitis A. Virus ini menyebar
kematian 0, CFR 0. Menurut hasil terutama melalui makanan atau air
Riskesdas Tahun 2013 Terjadi yang terkontaminasi dengan tinja
peningkatan prevalensi hepatitis orang yang terinfeksi. Penyakit ini
semua umur dari 0,6 persen tahun sangat erat kaitannya dengan
2007 menjadi 1,2 persen tahun 20132 kurangnya penggunaan air bersih,
Berdasarkan data Dinas sanitasi yang tidak memadai dan
Kesehatan Propinsi Kalimantan kebersihan pribadi yang buruk.
Barat kasus Hepatitis tercatat sebagai Infeksi hepatitis A tidak
Hepatitis klinis yang kasusnya dalam menyebabkan penyakit hati kronis
3 tahun mengalami penurunan yaitu dan jarang berakibat fatal, tetapi
tahun 2011 sebanyak 743 kasus penyakit ini dapat berpotensi
dengan kasus tertinggi di Kabupaten Kejadian Luar Biasa atau KLB2.
Kayong Utara sebanyak 240 kasus Kejadian penyakit merupakan
(32,3 %), tahun 2012 sebanyak 387 hasil interaksi berbagai faktor
kasus dengan kasus tertinggi di diantaranya manusia dan perilakunya
Kabupaten Landak sebanyak 144 serta komponen lingkungan yang
kasus (37,2 %), tahun 2013 sebanyak memiliki potensi penyakit. Secara
229 kasus dengan kasus tertinggi di epidemiologi dalam penanganan
Kabupaten Sintang sebanyak 82 suatu penyakit di masyarakat juga
kasus (35,8 %). Kasus yang tercatat mempertimbangkan faktor penyebab
sebagai Hepatitis A adalah sebanyak (tunggal atau ganda), cara
60 kasus yang ditemukan di penularannya, keadaan sanitasi, daya
Kabupaten Sintang, oleh karena itu dukung lingkungan untuk
dinyatakan sebagai KLB. pertumbuhan dan perkembangbiakan
KLB Hepatitis A di Kabupaten penyebab penyakit, daya tular,
Sintang terjadi pada bulan April tingkat imunitas populasi, kepadatan
2013 dengan jumlah kasus sebanyak populasi atau intensitas penyakit
60 orang dan jumlah kematian 0. yang terjadi3.
Kasus tertinggi terjadi di Kelurahan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh sangat besar terhadap
mempengaruhi munculnya penyakit peningkatan derajat kesehatan
meliputi lingkungan fisik, biologi, individu, keluarga dan masyarakat.
social dan ekonomi. Faktor Faktor kesehatan lingkungan
lingkungan fisik yang meliputi perumahan tersebut yang
kondisi geografi, udara, musim dan berpengaruh terhadap kejadian
cuaca sangat mempengaruhi Hepatitis A antara lain meliputi
kerentanan seseorang terhadap jenis kualitas mikrobiologi air minum dan
penyakit tertentu. Hal ini berkaitan air bersih yang dapat dijadikan
dengan kebiasaan seseorang dalam indicator pencemaran tinja dalam air,
adaptasi dengan lingkungan tersebut3 tersedianya sarana buang air besar
Kejadian penyakit hepatitis A yang memenuhi syarat yang dapat
merupakan hasil interaksi antara mencegah penularan hepatitis
faktor penyebab, host dan melalui tinja, dan keberadaan
lingkungan, yaitu keadaan yang sampah di sekitar rumah yang dapat
saling mempengaruhi dalam memicu datangnya lalat sebagai
menimbulkan suatu penyakit, sesuai vektor penular Hepatitis A4.
teori Gordon suatu penyakit dapat Penelitiannya memberikan
timbul karena terjadi hasil bahwa ada hubungan kualitas
ketidakseimbangan antara penyebab mikrobiologi air minum dan air
penyakit dengan host. bersih, keberadaan jamban, jarak
Ketidakseimbangan itu bergantung septictank dengan sumber air bersih,
pada sifat alami dan karakteristik ketersediaan air bersih dan sabun di
dari faktor penyebab dan host, baik dalam jamban, praktek mencuci
secara individu maupun kelompok tangan A di wilayah RIV 08 desa
dan karakteristik faktor penyebab Cogreg Kecamatan Parung
dan host berikut interaksinya secara kabupaten Bogor, Jawa Barat5 dan
langsung berhubungan dengan dan penelitian menunjukkan ada
tergantung pada keadaan alami dari hubungan antara praktik mencuci
lingkungan fisik, social ekonomi dan tangan sebelum makan, praktik
biologis. Terjadinya penyakit mencuci tangan setelah BAB,
hepatitis A juga disebabkan adanya kondisi jamban dan kondisi sumur
perubahan keseimbangan yaitu dengan kejadian hepatitis A di Desa
adanya perubahan pada faktor Bumiharjo Kec. Kumai Kabupaten
host, misalnya bertambahnya Kotawaringin Barat6.
jumlah orang yang rentan terhadap Kejadian Hepatitis A
Virus Hepatitis A. Kerentanan dipengaruhi oleh kondisi sanitasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik lingkungan fisik
seperti status imunisasi, status gizi, maupun biologi dan perilaku hidup
faktor sosial ekonomi dan perilaku bersih dan sehat. Lingkungan fisik
host. dapat berupa kualitas jamban dan
Sementara itu faktor kesehatan lingkungan biologi berupa kualitas
perumahan dan lingkungan mikrobiologi air bersih dan air
pemukiman yang meliputi kondisi minum. Sedangkan perilaku hidup
fisik, kimia, dan biologik di dalam bersih dan sehat dapat berupa
rumah, di lingkungan rumah dan mencuci tangan sebelum makan dan
perumahan, sangat diperlukan karena sesudah buang air besar
pembangunan perumahan menggunakan sabun. Pada survey
pendahuluan di sekitar wilayah ketangki septic (SPAL, kolam/
bantaran Sungai Sintang ditemukan sawah, langsung kesungai/ danau/
bahwa masih adanya masyarakat laut, langsung kelubang tanah atau
yang melakukan BAB di Sungai kepantai/ kebun).
karena tidak memiliki jamban, Dari permasalahan di atas,
bahkan yang sudah memiliki jamban. peneliti tertarik untuk melakukan
Sebagin besar masyarakat yang penelitian mengenai faktor
berada di sekitar sungai lingkungan dan perilaku apa sajakah
menggunakan air sungai sebagai yang mempengaruhi kejadian
sumber air bersih untuk keperluan hepatitis A di Kecamatan Sintang
sehari-hari seperti mandi dan Kabupaten Sintang Kalimantan
menggosok gigi, serta mencuci Barat.
pakaian dan perabot rumah tangga.
Sumber air minum berasal dari air
hujan dan air galon. Hasil uji Metode
mikrobiologi air hujan parameter Metode penelitian adalah
MPN coliform 96/ 100ml E.coli dan observasional analitik dengan
salmonella negatif. Hasil uji pendekatan yang digunakan adalah
mikrobiologi air galon parameter case - control. Populasi penelitian ini
MPN coliform 12/ 100ml E.coli dan seluruh penduduk yang tinggal di
salmonella negatif. Kualitas wilayah Kecamatan Sintang
mikrobiologi pada kedua sumber air Kabupaten Sintang pada tahun 2014.
minum tersebut melebihi nilai Sampel diambil adalah 82 sampel,
ambang batas yang diperbolehkan, dengan rincian 41 kasus dan 41
yaitu MPN coliform = 0/ 100 ml kontrol. Analisis data menggunakan
contoh uji. Sementara itu kualitas uji chi square (X2)
mikrobiologi air sungai parameter
coliform juga menunjukkan nilai
yang melebihi batas maksimal Hasil
pencemaran, yaitu MPN > 104/ Gambaran Umum
100ml contoh uji, E. coli positif, dan Kabupaten Sintang adalah
salmonella ngatif. Hasil tersebut salah satu Daerah Tingkat II di
memberikan gambaran bahwa air provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota
sungai tersebut telah tercemar oleh kabupaten ini terletak di Kota
kotoran manusia. Sintang. Kabupaten ini memiliki luas
Berdasarkan hasil Riskesdas wilayah 21.635 km² dan
2013 menyatakan bahwa Provinsi berpenduduk sebesar ± 365.000 jiwa.
Kalimantan Barat merupakan urutan Kepadatan penduduk 16 jiwa/km2
ke 7 (40%) provinsi yang yang terdiri dari multi etnis dengan
pembuangan akhir tinjanya tidak mayoritas suku Dayak dan Melayu.
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karekteristik di Kecamatan Sintang
Kabupaten Sintang

Kasus Kontrol
Variabel
f % f %
Umur
10-19 tahun 6 14,6 6 14,6
20-29 tahun 21 51,2 21 51,2
30-39 tahun 7 17,2 7 17,2
40-49 tahun 6 14,6 6 14,6
50-59 tahun 1 2,4 1 2,4
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 41,5 17 41,5
Perempuan 24 58,5 24 58,5

Analisa Univariat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Analisis Univariat di Kecamatan
Sintang Kabupaten Sintang
Kasus Kontrol
Variabel
f % f %
Kualitas Mikrobiologi Air Minum
Memenuhi Syarat 14 34,1 25 61,0
Tidak Memenuhi Syarat 27 65,9 16 39,0
Kualitas Mikrobiologi Air bersih
Memenuhi Syarat 13 31,7 23 56,1
Tidak Memenuhi Syarat 28 68,3 18 43,9
Keberadaan Jamban
Ada 15 36,6 25 61,0
Tidak ada 26 63,4 16 29,0
Jarak septictank dengan sumber air bersih
Memenuhi Syarat 12 29,3 26 63,4
Tidak Memenuhi Syarat 29 70,7 15 36,6
Ketersediaan air bersih dalam jamban
Ada 10 24,4 25 61,0
Tidak ada 31 75,6 16 39,0
Sabun dalam Jamban
Ada 12 29,3 22 53,7
Tidak ada 29 70,7 19 46,3
Praktek mencuci tangan setelah BAB
Ya 14 34,1 24 58,5
Tidak 27 65,9 17 41,5
Praktek mencuci tangan sebelum makan
Ya 10 24,4 26 63,4
Tidak 31 75,6 15 36,6
Analisa Bivariat
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Analisis Bivariat di Kecamatan
Sintang Kabupaten Sintang

Pneumoni p RP
Total
Variabel Kasus Kontrol value (95%CI)
f % f % f %
Kualitas Mikrobiologi Air Minum
Tidak Memenuhi Syarat 27 65,9 16 39,0 43 52,4 0,027 3,013
Memenuhi Syarat 14 34,1 25 61,0 39 47,6 (1,225-7,413)
Kualitas Mikrobiologi Air Bersih
Tidak Memenuhi Syarat 28 68,3 18 43,9 46 56,1 0,045 2,752
Memenuhi Syarat 13 31,7 23 56,1 36 46,9 (1,117-6,781)
Keberadaan Jamban
Tidak ada 26 63,4 16 29,0 42 51,2 0,047 2,708
Ada 15 36,6 25 61,0 40 48,8 (1,109-6,615)
Jarak Septictank Dengan Sumber Air Bersih
Tidak Memenuhi Syarat 29 70,7 15 36,6 44 53,7 0,004 4,189
Memenuhi Syarat 12 29,3 26 63,4 38 46,3 (1,660-10,568)
Ketersediaan Air Bersih Di Dalam Jamban
Tidak ada 31 75,6 16 39,0 47 57,3 0,002 4,844
Ada 10 24,4 25 61,0 35 42,7 (1,874-12,520
Ketersediaan Sabun Di Dalam Jamban
Tidak ada 29 70,7 19 46,3 48 58,5 0,004 2,798
Ada 12 29,3 22 53,7 34 41,5 (1,126-6,957)
Mencuci Tangan Setelah BAB
Tidak 27 65,9 17 41,5 44 53,7 0,046 2,723
Ya 14 34,1 24 58,5 38 46,3 (1,111-6,670)
Praktek Mencuci Tangan Sebelum Makan
Tidak 31 75,6 15 36,6 46 56,1 0,001 5,373
Ya 10 24,4 26 63,4 36 43,9 (2,068-13,963)

Hasil uji statistik ada Hubungan Ketersediaan Sabun Di Dalam


Antara kualitas mikrobiologi air Jamban (p= 0,004), ada hubungan
minum (p= 0,027), ada hubungan Mencuci Tangan Setelah BAB (p=
Kualitas Mikrobiologi Air Bersih (p= 0,046)dan ada hubungan Praktek
0,045), ada hubungan keberadaan Mencuci Tangan Sebelum Makan
jamban (p= 0,047), ada hubungan (p= 0,001)dengan kejadian hepatitis
Jarak Septictank Dengan Sumber Air A di Kecamatan Sintang Kabupaten
Bersih (p= 0,004), ada hubungan Sintang.
Ketersediaan Air Bersih Di Dalam
Jamban (p= 0,002), ada hubungan
Pembahasan

1. Hubungan kualitas mikrobiologi 2. Hubungan kualitas mikrobiologi


air minum dengan kejadian air bersih dengan kejadian
hepatitis A di Kecamatan hepatitis A di Kecamatan
Sintang Kabupaten Sintang. Sintang Kabupaten Sintang.

Hasil uji statistik Chi-Square Hasil uji statistik Chi-Square


diperoleh nilai p value = 0,027 di diperoleh nilai p value = 0,045 di
mana jika lebih kecil dibandingkan mana jika lebih kecil dibandingkan
dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Jadi dapat dan Ha diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ada Hubungan disimpulkan bahwa ada Hubungan
Antara kualitas mikrobiologi air Antara kualitas mikrobiologi air
minum dengan kejadian hepatitis A bersih dengan kejadian hepatitis A
di Kecamatan Sintang Kabupaten diKecamatan Sintang Kabupaten
Sintang. Hasil analisis diperoleh Sintang. Hasil analisis diperoleh nilai
nilai OR = 3,013 dengan tingkat OR = 2,752 dengan tingkat
kepercayaan 95% (CI) = 1,225- kepercayaan 95% (CI) = 1,117-
7,413, artinya kelompok kasus yang 6,781, artinya kelompok kasus yang
kualitas mikrobiologi air minum kualitas mikrobiologi air bersih
yang tidak memenuhi syarat berisiko berisiko 2,752 kali untuk mengalami
3,013 kali untuk mengalami kejadian kejadian Hepatitis A dibandingkan
Hepatitis A dibandingkan dengan dengan kelompok kontrol.
yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil uji univariat
Judul Faktor-faktor yang frekuensi Kualitas Mikrobiologi Air
berhubungan dengan kejadian bersih pada kelompok kasus
infeksi Hepatitis A Virus cendrung lebih besar tidak memenuhi
(HAV) di Kabupaten Kebumen syarat sebesar 68,3%, sedangkan
memberikan hasil bahwa terdapat pada kelompok kontrol yang Kualitas
hubungan bermakna antara beberapa Mikrobiologi Air bersih cendrung
kualitas bakteriologis air, (nilai lebih besar perilaku yang memenuhi
p<O,05) dengan kejadian infeksi syarat yakni sebesar 56,1%.
Hepatitis A7. Judul Faktor-faktor yang
Hasil tersebut memberikan berhubungan dengan kejadian
gambaran bahwa air sungai tersebut infeksi Hepatitis A Virus
telah tercemar oleh kotoran (HAV) di Kabupaten Kebumen
manusia.Diharapkan kepada memberikan hasil bahwa terdapat
masarakat agar selalu menjaga hubungan bermakna antara beberapa
kebersihan sumber air minum dengan faktor risiko yaitu: kualitas
cara antara lain selalu menutup bakteriologis air, tempat/ sarana
penampungan air minum sehingga buang air besar, cuci tangan setelah
tidak tercemar. buang air besar dan kebiasaan makan
jajan (nilai p<O,05) dengan kejadian
infeksi Hepatitis A7.
Dalam hal ini kesadaran,
kemauan serta kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan
berbagai kriteria air bersih bisa Berdasarkan hasil per item
dilaksanakan dengan baik dan rutin bahwa sebagian besar responden
berdasarkan dan rutin peruntukan air yang Jarak septictank jamban
tersebut ,disamping itu juga dengan sumber air bersih < 10 m
diperolehnya sarana air bersih yang sebesar 54,9%, jamban tidak
memenuhi syarat kesehatan, dengan memiliki septictank sebesar 54,9%
demikian masyarakat akan dan Jamban tidak bersih sebesar
memperoleh hidup bersih dan sehat 62,2 %
serta bebas dari gangguan penyakit Jamban jenis septik merupakan
bisa terjangkau8. cara yang paling tepat memenuhi
Maka dari itu diharapkan agar persyaratan, oleh sebab itu cara
petugas kesehatan dapat memberikan pembuangan tinja semacam ini yang
informasi kepada masyarakat tentang dianjurkan dengan adanya jamban
sanitasi lingkungan terutama sanitasi dalam suatu rumah mempengaruhi
dasar yang meliputi sumber air kesehatan lingkungan sekitar9. Maka
bersih. Sehingga masyarakat tahu dari itu diharapkan agar masyarakat
dan mampu meminimalisir terjadinya selalu menjaga kondisi sarana
pencemaran sumber air bersih. pembuangan tinja dengan membuat
Jarak antara sumber air minum
3. Hubungan keberadaan jamban dengan lubang penampungan
dengan kejadian hepatitis A di minimal 10 m, tidak berbau dan
Kecamatan Sintang Kabupaten Kotoran tidak dapat dijamah oleh
Sintang. serangga dan tikus (tertutup).
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p value = 0,047 di 4. Hubungan jarak septictank dengan
mana jika lebih kecil dibandingkan sumber air bersih dengan kejadian
dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak hepatitis A di Kecamatan Sintang
dan Ha diterima. Jadi dapat Kabupaten Sintang.
disimpulkan bahwa ada Hubungan
Antara keberadaan jamban dengan Hasil uji statistik Chi-Square
kejadian hepatitis A diKecamatan diperoleh nilai p value = 0,004 di
Sintang Kabupaten Sintang. Hasil mana jika lebih kecil dibandingkan
analisis diperoleh nilai OR = 2,708 dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak
dengan tingkat kepercayaan 95% dan Ha diterima. Jadi dapat
(CI) = 1,109-6,615, artinya disimpulkan bahwa ada Hubungan
kelompok kasus yang keberadaan Antara jarak septictank dengan
jamban berisiko 2,708 kali untuk sumber air bersih dengan kejadian
mengalami kejadian Hepatitis A hepatitis A diKecamatan Sintang
dibandingkan dengan kelompok Kabupaten Sintang. Hasil analisis
kontrol. diperoleh nilai OR = 4,189 dengan
Penelitiannya memberikan tingkat kepercayaan 95% (CI) =
hasil bahwa, responden yang 1,660-10,568, artinya kelompok
keadaan jambannya tidak memenuhi kasus yang jarak septictank dengan
syarat berpeluang sakit hepatitis akut sumber air bersih berisiko 4,189 kali
klinis sebesar 10,6 kali lebih besar untuk mengalami kejadian Hepatitis
dibanding responden yang keadaan A dibandingkan dengan kelompok
jambannya memenuhi syarat (OR: kontrol.
10,6; 95% CI: 4,666-21,687)5.
Hal ini sejalan dalam untuk mengalami kejadian Hepatitis
penelitiannya memberikan hasil A dibandingkan dengan kelompok
bahwa, responden yang keadaan kontrol.
jambannya tidak memenuhi syarat Penelitiannya memberikan
berpeluang sakit hepatitis akut klinis hasil bahwa, responden yang
sebesar 10,6 kali lebih besar keadaan jambannya tidak memenuhi
dibanding responden yang keadaan syarat berpeluang sakit hepatitis akut
jambannya memenuhi syarat (OR: klinis sebesar 10,6 kali lebih besar
10,6; 95% CI: 4,666-21,687)5. dibanding responden yang keadaan
Berdasarkan hasil per item jambannya memenuhi syarat (OR:
dapat dilihat frekuensi bahwa 10,6; 95% CI: 4,666-21,687)5.
sebagian besar responden yang tidak Air membawa penyebab
memiliki Jarak septictank jamban penyakit dari kotoran (feces)
dengan sumber air bersih > 10 m penderita, kemudian sampai ke tubuh
sebesar 54,9%, jamban tidak orang lain melalui makanan, susu
memiliki septictank sebesar 54,9% dan minuman. Air juga berperan
dan Jamban tidak bersih sebesar untuk membawa penyebab penyakit.
62,2 % . Manusia menggunakan air untuk
Sarana pembuangan tinja yaitu berbagai keperluan seperti mandi,
tempat yang biasa digunakan untuk cuci, kakus, produksi pangan, papan,
buang air besar, berupa jamban. dan sandang. Mengingat bahwa
Jamban adalah suatu ruangan yang berbagai penyakit dapat dibawa oleh
mempunyai fasilitas pembuangan air kepada manusia pada saat
kotoran manusia yang terdiri atas manusia memanfaatkannya, maka
tempat jongkok atau tempat duduk tujuan utama penyediaan air bersih
dengan leher angsa yang dilengkapi bagi masyarakat adalah mencegah
dengan unit penampungan kotoran penyakit bawaan air. Setiap rumah
dan air untuk membersihkannya. tangga harus memiliki persediaan air
bersih dalam jumlah cukup,
5. Hubungan ketersediaan air bersih di meskipun kebutuhan air bersih setiap
dalam jamban dengan kejadian rumah tangga berbeda-beda10.
hepatitis A di Kecamatan Sintang Sarana air bersih adalah semua
Kabupaten Sintang. sarana yang dipakai sebagai sumber
Hasil uji statistik Chi-Square air bersih bagi penghuni rumah yang
diperoleh nilai p value = 0,002 di digunakan untuk memenuhi
mana jika lebih kecil dibandingkan kebutuhan sehari-hari sehingga perlu
dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak diperhatikan dalam pendirian sarana
dan Ha diterima. Jadi dapat air bersih. Apabila sarana air bersih
disimpulkan bahwa ada Hubungan dibuat memenuhi syarat teknis
Antara ketersediaan air bersih di kesehatan diharapkan tidak ada lagi
dalam jamban dengan kejadian pencemaran terhadap air bersih,
hepatitis A diKecamatan Sintang maka kualitas air yang diperoleh
Kabupaten Sintang. Hasil analisis menjadi baik.
diperoleh nilai OR = 4,844 dengan
tingkat kepercayaan 95% (CI) =
1,874-12,520, artinya kelompok
kasus yang ketersediaan air bersih di
dalam jamban berisiko 4,844 kali
6. Hubungan ketersediaan sabun di dan Ha diterima. Jadi dapat
dalam jamban dengan kejadian disimpulkan bahwa ada Hubungan
hepatitis A Kecamatan Sintang Antara mencuci tangan setelah BAB
Kabupaten Sintang. dengan kejadian hepatitis A
Hasil uji statistik Chi-Square diKecamatan Sintang Kabupaten
diperoleh nilai p value = 0,044 di Sintang. Hasil analisis diperoleh nilai
mana jika lebih kecil dibandingkan OR = 2,723 dengan tingkat
dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak kepercayaan 95% (CI) = 1,111-
dan Ha diterima. Jadi dapat 6,670, artinya kelompok kasus yang
disimpulkan bahwa ada Hubungan mencuci tangan setelah BAB
Antara ketersediaan sabun di dalam berisiko 2,723 kali untuk mengalami
jamban dengan kejadian hepatitis A kejadian Hepatitis A dibandingkan
diKecamatan Sintang Kabupaten dengan kelompok kontrol.
Sintang. Hasil analisis diperoleh nilai Judul Faktor-faktor yang
OR = 2,798 dengan tingkat berhubungan dengan kejadian
kepercayaan 95% (CI) = 1,126- infeksi Hepatitis A Virus
6,957, artinya kelompok kasus yang (HAV) di Kabupaten Kebumen
ketersediaan sabun di dalam jamban memberikan hasil bahwa terdapat
berisiko 2,798 kali untuk mengalami hubungan bermakna antara cuci
kejadian Hepatitis A dibandingkan tangan setelah buang air besar (nilai
dengan kelompok kontrol. p<O,05) dengan kejadian infeksi
Mencuci tangan dengan sabun Hepatitis A7.
adalah salah satu cara paling efektif Mencuci tangan dengan sabun
untuk mencegah hepatitis, yang adalah salah satu tindakan sanitasi
keduanya menjadi penyebab utama dengan membersihkan tangan dan
kematian anak-anak. Mencuci tangan jari jemari menggunakan air dan
dengan sabun juga dapat mencegah sabun oleh manusia untuk menjadi
infeksi kulit dan mata. Pencucian bersih dan memutuskan mata rantai
tangan membutuhkan banyak sekali kuman. Mencuci tangan dengan
sabun dan air untuk memperoleh sabun dikenal juga sebagai salah satu
busa dan saat telapak tangan digosok upaya pencegahan penyakit. Hal ini
secara sistematis dalam kurun waktu dilakukan karena tangan seringkali
15-20 detik dengan teknik mengunci menjadi agen yang membawa kuman
antar tangan. Pada lingkungan dan menyebabkan patogen berpindah
pemukiman yang padat dan kumuh, dari satu orang ke orang lain, baik
kebiasaan mencuci tangan dengan dengan kontak langsung ataupun
sabun dengan benar dapat kontak tidak langsung (menggunakan
menurunkan separuh dari penderita permukaan-permukaan lain seperti
hepatitis A. handuk, gelas).

7. Hubungan praktek mencuci tangan 8. Hubungan praktek mencuci


setelah BAB dengan kejadian tangan sebelum makan dengan
hepatitis A di Kecamatan Sintang kejadian hepatitis A diKecamatan
Kabupaten Sintang Sintang Kabupaten Sintang
Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p value = 0,046 di Hasil uji statistik Chi-Square
mana jika lebih kecil dibandingkan diperoleh nilai p value = 0,001 di
dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak mana jika lebih kecil dibandingkan
dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Jadi dapat Kesimpulan
disimpulkan bahwa ada Hubungan
Antara praktek mencuci tangan Hasil uji statistik ada Hubungan
sebelum makan dengan kejadian Antara kualitas mikrobiologi air
hepatitis A diKecamatan Sintang minum (p= 0,027), ada hubungan
Kabupaten Sintang. Hasil analisis Kualitas Mikrobiologi Air Bersih (p=
diperoleh nilai OR = 5,373 dengan 0,045), ada hubungan keberadaan
tingkat kepercayaan 95% (CI) = jamban (p= 0,047), ada hubungan
2,068-13,963, artinya kelompok Jarak Septictank Dengan Sumber Air
kasus yang praktek mencuci tangan Bersih (p= 0,004), ada hubungan
sebelum makan berisiko 5,373 kali Ketersediaan Air Bersih Di Dalam
untuk mengalami kejadian Hepatitis Jamban (p= 0,002), ada hubungan
A dibandingkan dengan kelompok Ketersediaan Sabun Di Dalam
kontrol. Jamban (p= 0,004), ada hubungan
Judul Faktor-faktor yang Mencuci Tangan Setelah BAB (p=
berhubungan dengan kejadian 0,046)dan ada hubungan Praktek
infeksi Hepatitis A Virus Mencuci Tangan Sebelum Makan
(HAV) di Kabupaten Kebumen (p= 0,001)dengan kejadian hepatitis
memberikan hasil bahwa terdapat A di Kecamatan Sintang Kabupaten
hubungan bermakna antara cuci Sintang
tangan (nilai p<O,05) dengan
kejadian infeksi Hepatitis A7. Saran
Kuman-kuman penyakit ini Saran bagi masyarakat sebaiknya
membuat manusia sakit ketika Komsumsi makanan dan minuman
mereka masuk mulut melalui tangan yang sudah di masak dengan benar,
yang telah menyentuh tinja, air Memperhatikan atau menjaga
minum yang terkontaminasi, kebersihan wadah atau tempat air
makanan mentah, dan peralatan minum dan makanan baik sebelum
makan yang tidak dicuci terlebih atau setelah di masak atau diolah,
dahulu atau terkontaminasi akan Selalu mencuci tangan dengan
tempat makananya yang kotor. sabundan air mengalir baik sebelum
maupun setelah BAB, WC,
mengganti popok bayi sebelum
menyiapkan atau makan makanan
dan Melakukan vaksinasi HVA

Daftar Pustaka

1. P2M&PL Depkes, 2010. Hepatitis A di Berbagai Belahan Dunia Lain. (Diakses


pada 09/02/2014).
2. WHO 2012, Hepatitis A.(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs328/en/,
Diakses pada 09 Februari 2014)
3. Achmadi, 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, Jakarta: Rajawali
4. Sanropie D, 1992. Pedoman Bidang Studi Perencanaan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Jakarta : Departemen KesehatanR.IFardiaz,
Srikandi.1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Edisi I. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
5. Firdaus Umar, 2012. Cuci tangan sebelum makan menurunkan risiko kejadian
hepatitis akut klinis. Buletin Penelitian Kesehatan Vol.33.
6. Khairyah. 2007. Beberapa Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hepatitis A Di
Desa Bumiharjo Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. Jurnal.
7. Afudin, 2001. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian infeksi Hepatitis A Virus (HAV) di Kabupaten Kebumen
tahun 2001 (studi Kasus Kantrol KLB Hepatitis), Tesis, UI
8. Depkes RI, 2004.Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(Pedoman Epidemiologi Penyakit). Direktorat Jendral PPM dan PL, Jakarta.
9. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
10. Sarwin daningrum, I, 2009. Yogya KLB Hepatitis A. (diakses pada
tanggal 09 Februari 2014)

Anda mungkin juga menyukai