Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastodiastolic dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009). Peningkatan tekanan darah arteri dapat
meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal, penyakit jantung, pengerasan dinding
arteri yang biasa disebut aterosklerosis juga terjadi stroke. Komplikasi ini sering
berakhir menjadi kerusakan atau kematian. Oleh sebab itu diagnosis dari hipertensi
harus dideteksi sedini mungkin untuk menghindari berbagai komplikasi tersebut
(Cunha, 2020).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan yang penting diseluruh dunia karena prevelensinya yang tinggi
dan terus meningkat serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati, dan penyakit ginjal. Hupertensi juga menjadi faktor resiko ketiga
terbesar penyebab kematian dini. The Third national health and nutrition
eximination survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar
24%.
Faktor resiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor resiko yang
tidak dapat diubah dan dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik, sedangkan faktor yang dapat
diubah antara lain kegemukan (obesitas), dislipidemia, faktor psikososial atau
stress, merokok, kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebih, dan asupan
makanan asin yang berlebihan (Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut data Word Health Organization (WHO) Tahun 2015,
menunjukan sekitar 1,13 miliar orang didunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari
3 orang didunia terdiagnosis hipertensu. Jumlah penyandang hipertensi setiap
tahunnya terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2025 akana da 1,5 miliar orang
2

yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Menurut Institute For Health Metrics And Evaluation (IHME) tahun 2017,
menyatakan bahwa dari 53,3 juta kematian didunia didapatkan penyebab kematian
akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 33,1%, kanker 16,7%, dan dan gangguan
endokrin 6% dan infeksi saluran napas bawah sebesar 4,8%. Data penyebab
kematian diindonesia pada tahun 2016 didapatkan total kematian sebesar 1,5 juta
dengan penyebab kematian terbanyak adalah kardiovaskular 36,9%, kanker 9,7%
penyakit DM dan endokrin 9,3% dan tuberkulosa 5,9%/ IHME juga menyebutkan
bahwa dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor risiko yang
menyebabkan kematian adalah tekanan darah sebesar 23,7%, hiperglikemia sebesar
18,4%, merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7%
Berdasarkan Data riset kesehatan dasar (2018), prevelensi hipertensi di
Indonesia sebesar 8,4% prevelensi tertinggi di Sulawesi Utara (13,2%) dan yang
terendah di Papua (4,4%). Berdasarkan data dari Profil Dinas Kesehatan Kota
Jambi Tahun 2019, diketahui bahwa dari 10 pola penyakit terbanyak di Kota Jambi
pada tahun 2019, yang pertama adalah Nasoparingitis acut sebanyak 81.364 orang.
Penyakit hipertensi diposisi kedua sebanyak 30.623 kasus.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional berhubungan
dengan klien yang menderita penyakit hipertensi. Sebagai seorang perawat harus
melakukan tindakan keperawatan untuk mengobati atau bahkan mencegah
terjadinya penyakit hipertensi dengan cara melakukan pengobatan yang tepat dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya factor resiko hipertensi.
Berdasarkan latar belakang di atas kelompok tertarik untuk mengangkat
masalah hipertensi sebagai makalah kelompok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penyusun mengambil rumusan
masalah tentang “Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.A dengan kasus
hipertensi di RS. X ”.
3

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan klien dengan kasus hipertensi.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami konsep teoritis keperawatan pada Tn.A dengan
kasus hipertensi di RS. X
b. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian perawatan pada pada Tn.A
dengan kasus hipertensi di RS. X
c. Mahasiswa mampu melakukan pengelompokan data pada pada Tn.A dengan
kasus hipertensi di RS. X
d. Mahasiswa mampu melakukan Diagnosa keperawatan pada pada Tn.A
dengan kasus hipertensi di RS. X
e. Mahasiswa mampu melakukan Perencanaan keperawatan pada Tn.A dengan
kasus hipertensi di RS. X
f. Mahasiswa mampu melakukan Pelaksanaan tindakan keperawatan pada
pada Tn.A dengan kasus hipertensi di RS. X
g. Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada pada Tn.A
dengan kasus hipertensi di RS. X

D. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan rumah sakit dalam peningkatan mutu dan layanan kesehatan
di Rumah Sakit.
2. Bagi Akademik
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu
kesahatan harapan ibu jambi mengenai asuhan keperawatan dengan kasus
hipertensi.
4

3. Bagi Mahasiswa
Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain dan kepada masyarakat
tentang kasus hipertensi sehingga kita semua menyadari akan pentingnya
kesehatan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Pegertian

Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Smeltzer & Bare,

2013). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada

dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup

atau istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah

sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg

(Ardiansyah, 2012). Hipertensi adalah elevasi persistensi dari tekanan

darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

(TDD) pada level 90 mmHg atau lebih (Black & Hawsk, 2014).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut JNV VII (2003) dalam Kemenkes RI

(2014) disajikan pada tabel 2.1 berikut:


6

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII, 2013

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah (mmHg)


Darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100
Sumber : JNC dalam Kemenkes RI 2014

Sedangkan menurut (Smelzer & Bare, 2013) berdasarkan dua kali

pengukuran atau lebih, hipertensi dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Normal: dimana sistolik kurang dari 120 mmHg diastolik kurang dari

80 mmHg.

b. Prehipertensi: dimana sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolik 80

sampai 89 mmHg.

c. Stadium 1: dimana sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolik 90 sampai

99 mmHg.

d. Stadium II: dimana sistolik >160 mmHg diastolik >100 mmHg

2.1.3 Etiologi

Menurut (Sudoyo, 2015) adapun etiologi Hipertensi disebut primer bila

penyebabnya tidak diketahui (90%), bila ditemukan sebabnya disebut

hipertensi sekunder (10%) penyebabnya antara lain:

a. Penyakit : penyakit ginjal kronik, sindrom cushing, koarktasi aorta,

obstuctive sleep apnea, penyakit paratiroid, feokromositoma,

aldosteronism primer, penyakit renovaskular, penyakit tiroid


7

b. Obat-obatan :

- Prednison, fludrokortison, triamsinolon

- Amfetamin / anorektik: phendimetrazine, phentermine,

sibutramine

Menurut (lewis, 2011) etiologi hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai

primer atau sekunder:

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) adalah peningkatan TD tanpa

penyebab yang teridentifikasi, dan merupakan 90 % hingga 95 % dari

semua kasus hipertensi. Meskipun penyebab pasti dari hipertensi primer

tidak diketahui, faktor - faktor yang berkontribusi, termasuk

peningkatan aktivitas SNS, kelebihan produksi hormon pelatihan

sodium dan zat vasokonstrik, peningkatan asupan natrium, lebih besar

dari berat badan ideal, diabetes mellitus, dan konsumsi alkohol yang

berlebihan telah diidentifikasi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah peningkatan TD dengan penyebab spesifik

sering dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Jenis hipertensi ini

menyumbang 5 % hingga 10 % dari hipertensi pada orang dewasa.

Hipertensi sekunder harus dicurigai pada orang diatas 50 tahun yang

tiba – tiba menderita BP tinggi, terutama jika parah. Temuan klinis

yang menunjukkan hipertensi sekunder termasuk hipokalemia uyang

tidak dapat dijelaskan. Bruit perut terdengar di arteri renalis; BP


8

variabel dengan riwayat takikardia, berkeringat, dan tremor, atau

riwayat keluarga dengan penyakit ginjal. Pengobatan hipertensi

sekunder ditujukan untuk menghilangkan penyebab sekunder

merupakan faktor penyebab krisis hipertensi.

Menurut (Berman, 2010) Adapun faktor resiko yang dapat diubah

dan tidak dapat di ubah, faktor yang tidak dapat diubah:

1. Usia

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya

umur, resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga

prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu

sekitar 40 %, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia

lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan

tekanan darah sistolik.

2. Jenis kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria

lebih banyak yang menderita dibandingkan dengan wanita, dengan

rasio sekitar 2,29 peningkatan tekanan darah sistolik. Hipertensi

lebih banyak terjadi pada pria di usia dewasa muda dan usia

pertengahan muda (<50 tahun).

3. Ras

Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan

darah yang lebih tinggi dari pada pria Amerika Eropa dengan usia

yang sama.
9

4. Riwayat keluarga (keturunan)

Riwayat keluarga kerabat dekat dengan hipertensi dikaitkan dengan

resiko pengembangan hipertensi.

Menurut (Lewis, 2011) faktor yang dapat di ubah antara lain:

1. Konsumsi alkohol

Asupan alkohol yang berlebihan sangat berkaitan dengan

hipertensi.

2. Kebiasaan merokok

Merokok sangat beresiko menyebabkan penyakit kardiovaskuler.

Merokok dengan orang hipertensi yang merokok bahkan memiliki

resiko lebih besar untuk penyakit kardiovaskuler.

3. Obesitas

Kenaikan berat badan dikaitkan dengan peningkatan frekuensi

hipertensi.

4. Stres

Orang yang terpapar stres berulang dapat mengalami hipertensi

lebih sering dari pada orang lain.

5. Olahraga

Aktifitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk mendapatkan

pengkajian yang dipercaya dari tekanan darah saat istirahat, tunggu

20 hingga 30 menit setelah olahraga.


10

6. Status sosial ekonomi.

Hipertensi lebih umum pada kelompok sosial ekonomi rendah dan

diantara yang kurang berpendidikan.

2.1.4 Patofisiologi

Menurut (Suzanne C. Smeltzer, 2010) patofisiologi hipertensi tekanan

darah adalah produk dari cardiac output dikalikan dengan resistensi perifer.

Curah jantung adalah produk dari detak jantung dikalikan dengan volume

stroke. Setiap kali jantung berkontraksi, tekanan di transfer dari kontraksi

otot jantung ke darah kemudian tekanan diberikan oleh darah saat mengalir

melalui pembuluh darah. Hipertensi dapat terjadi akibat peningkatan curah

jantung, peningkatan resistensi perifer (penyempitan pembuluh darah), atau

keduanya. Peningkatan curah jantung sering dikaitkan dengan ekspansi

volume vaskular. Meskipun tidak ada penyebab pasti yang dapat di

definisikan untuk sebagian besar kasus hipertensi, dapat dipahami bahwa

hipertensi adalah kondisi multifaktoral. Karena hipertensi dapat menjadi

petanda, kemungkinan besar memiliki banyak penyebab, seperti halnya

demam memiliki banyak penyebab.

Untuk hipertensi menjadi akurat, harus ada perubahan dalam satu atau

lebih faktor yang mempengaruhi resistensi perifer atau curah jantung. Selain

itu, harus juga ada masalah dengan sistem kontrol tubuh yang memonitor

atau mengatur tekanan. Lebih dari 40 mutasi gen tunggal yang terkait

dengan hipertensi telah diidentifikasi, tetapi sebagian besar jenis hipertensi

dianggap poligenik (yaitu, mutasi pada lebih dari satu gen) (padmanabhan,
11

Newton-Chehn dan Dominiczak, 2012). Kecenderungan untuk

mengembangkan hipertensi diwariskan; bagaimana pun, profil genetik saja

tidak dapat memprediksi siapa yang akan dan tidak akan mengalami

hipertensi. Bahkan, para peneliti memperkirakan bahwa genetik berperan

dalam menjelaskan variasi tekanan darah antara individudalam 15% hingga

70% kasus. (Singh, Mensah, Bakris, 2010) dalam (Suzanne C. Smeltzer,

2010).

Banyaknya penyebab hipertensi telah disarankan:

1. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik terkait dengan disfungsi

sistem saraf otonom.

2. Peningkatan reabsosrbsi natrium, klorida, dan air ginjal terkait dengan

variasi genetik dalam jalur dimana ginjal menangani natrium.

3. Peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron,

menghasilkan ekspansi volume cairan ekstraseluler dan peningkatan

resistensi vaskular sistemik.

4. Penurunan vasodilatasi arterioral terkait dengan fungsi disfungsi

endotel pembuluh darah.

5. Resistensi terhadap aksi insulin, yang mungkin merupakan faktor

umum yang menghubungkan hipertensi, diabetes tipe 2, hipertensi

gliseridemia, obesitas dan intoleransi glukosa.

6. Aktivitas bawaan dan berkontribusi terhadap peradangan dan disfungsi

ginjal ( Leibowitz dan Schiffin, 2011) dalam (Suzanne C. Smeltzer,

2010).
12

2.1.5 Tanda dan gejala

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) adapun tanda dan gejala dari hipertensi:

a. Pemeriksaan fisik dapat mengungkap bahwa tidak ada abnormalitas

selain tekanan darah tinggi.

b. Perubahan pada retina di sertai dengan hemoragi, eksudat, dan

penyempitan arteirol dan bintik katun wol (cotton-wool sport)

(infarksio kecil) dan papiledema dapat terlihat pada kasus berat.

c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskuler yang

berhubungan dengan sistem organ yang dialiri oleh pembuluh darah

yang tergantung.

d. Penyakit arteri koroner dengan angina atau infark miokardium adalah

dampak yang paling sering terjadi.

e. Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi; berikutnya akan terjadi gagal

jantung.

f. Perubahan patologis dapat terjadi di ginjal (nokturia dan peningkatan

BUN dan kadar kreatinin).

g. Dapat terjadi gangguan serebvascular (stroke atau serangan iskemik

transien (TIA) perubahan dalam penglihatan atau kemampuan bicara,

pusing, kelelahan, jatuh mendadak, atau hemiplegia transien atau

permanen).

Menurut (Corwin, 2009) adapun manifestasi klinis hipertensi antara lain

a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang di sertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.


13

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.

d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Sedangkan menurut (Lewis, 2011) adapun manifestasi klinis antara lain:

Hipertensi sering disebut ‘’pembunuh diam-diam’’ karena sering tanpa

gejala sampai menjadi parah dan penyakit organ target terjadi. Seorang

pasien dengan hipertensi berat dapat mengalami berbagai gejala yang terjadi

pada pembuluh darah di berbagai organ dan jaringan atau pada peningkatan

beban kerja jantung. Gejala – gejala sekunder ini termasuk kelelahan,

berkurangnya toleransi aktivitas, pusing, jantung berdebar, angina, dan

dispnea. Dimasa lalu, gejala hupertensi dianggap termasuk sakit kepala,

mimisan, dan pusing, kecuali tekanan darah sangat tinggi atau rendah.

Gejala- gejala ini adalah pupulasi umum. Namun, pasien dengan hipertensi

dapat mengalami sakit kepala parah, dispnea, kecemasan, dan mimisan.

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) adapun pemeriksaaan penunjang

diantaranya:

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan retina.


14

b. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ,

termasuk urinalisis, kimia darah (natrium, kalium, kreatinin, glukosa

puasa, lipoprotein total).

c. EKG dan ekokardiografi untuk mengkaji hipertrofi ventrikel kiri.

d. Pemeriksaan tambahan, seperti bersihan kreatinin, kadar renin,

pemeriksaan urin, dan protein urine 24 jam dilakukan.

Menurut (Sudoyo, 2015) adapun pemeriksaan penunjang pasien

hipertensi terdiri dari:

a. Tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol total

serum, kolesterol LDL dan HDL serum, kalium serum, hemoglobin dan

hematokrit, urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin).

b. Pemeriksaan ekokardigram.

c. Pemetiksaan funduskopi (pada hipertensi berat).

d. Pemeriksaan USG karotis(dan femoral), C-reactive protein,

mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin,

proteinuria kuantitatif (jika iji carik positif), pemeriksaan funduskopi

(pada hipertensi berat).

e. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.

f. Foto dada dan CT scan.

2.1.7 Penatalaksanaan

Menurut (PERKI, 2015) tatalaksana hipertensi terbagi menjadi dua

yaitu nonfarmakologi dan terapi farmakologis:


15

a. Non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan

tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam

menurunkan resiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang

menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor resiko kardiovaskular lain,

maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang

harus dijalani setidaknya selama 4 -6 bulan. Bila setelah jangka waktu

tersebut, tidak didaptkan penurunan tekanan darah yang diharapkan

atau didapatkan faktor resiko kardiovaskuler yang lain. Maka sangat

dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Beberapa pola hidup

sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelinnes adalah:

1. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat

memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,

seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

2. Mengurangi asupan garam.

3. Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit/hari,

minimal 3 hari/minggu dapat menolong penurunan tekanan darah.

4. Mengurangi konsumsi alkohol.

5. Berhenti merokok.

b. Terapi Farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada

pasien hipertensi derajat satu yang tidak mengalami penurunan


16

tekanaan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada

pasien dengan hipertensi derajat >2. Beberapa prinsip dasar terapi

farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan

meminimalisasi efek samping yaitu:

a. Bila memungkinkan, berikan obat tunggal.

b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi

biaya.

c. Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti

pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor kormobid.

d. Jangan mengkombinasikan angrotension converting enzyme

inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptorblockers (ARBs).

e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi

farmakologi.

f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

Menurut (Mubin, 2014) penatalaksanaan pada pada penderita

hipertensi antara lain:

a. Istirahat

b. Diet dan olahraga

1. Diet rendah garam

2. Diet tinggi magnesium

3. Diet tinggi kalium(pisang,melon, dan kurma)

4. Penurunan berat badan

5. Olahraga yang teratur


17

6. Menghindari faktor resiko seperti: rokok, alkohol,

hiperlipidema, stress.

2.1.8 Komplikasi

Menurut (Mubin, 2014) adapun komplikasi dari hipertensi yaitu:

a. Payah jantung

b. Perdarahan otak

c. Stroke hemoragik

d. Hipertensi maligna: hipertensi berat yang disertai kelainan renita,

ginjal dan serebral.

e. Hipertensi ensefalopati: komplikasi hipertensi maligna dengan

gangguan otak.

Adapun komplikasi menurut (Lewis, 2011) diantaranya sebagai

berikut:

a. Penyakit organ targer di jantung (penyakit jantung perifer)

b. Otak (penyakit serebrovaskuler)

c. Pembuluh darah perifer (penyakit pembuluh darah periferal)

d. Ginjal (nefrosklerosis)

e. Mata (kerusakan mata)

2.1.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi
adalah :
a. Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk
rumah sakit, nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
18

b. Riwayat kesehatan :
Keluhan utama : Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau
pelayanan kesehatan.
Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan
saat melakukan pengkajian.
Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi
adalah penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan
biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat minum obat
klien.
Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah
ada yang menderita riwayat penyakit yang sama.
- Kebiasaan sehari-hari
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemehan, Keletihan, Napas Pendek, Gaya Hidup
Monoton.
Tanda : Frekuensi Jantung Meningkat, Perubahan Irama Jantung,
Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskular, Episode palpitasi,
perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin
berhubungna dengan regimen obat ).
c. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan
dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang
19

(khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,


peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti,
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
e. Makanan/Nutrisi
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan
berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin
umum atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10%
pasien hipertensi adalah diabetik)
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa
jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
afek, proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik :
penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon
dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan
arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema
atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
g. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri
hilang timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada
arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang
pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
h. Keamanan
20

Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia


unilateral transien. Hipotensi posturnal.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh darah.
b. Ketidakefektifan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen otak
c. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
d. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan
iskemia miokard
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan
cairan intravaskular
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
g. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
i. Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda (diplopia )

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 Penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan Evaluasi adanya nyeri dada
Jantung selama 1 x 24 jam Catat adanya disritmia
penurunan kardiak output jantung
klien teratasi dengan Catat adanya tanda dan
kriteria hasil: gejala penurunan cardiac
putput
 Tanda Vital dalam Monitor status pernafasan
rentang normal yang menandakan gagal
(Tekanan darah, Nadi, jantung
respirasi) Monitor balance cairan
 Dapat mentoleransi Monitor respon pasien
aktivitas, tidak ada terhadap efek pengobatan
kelelahan antiaritmia
 Tidak ada edema paru, Atur periode latihan dan
21

perifer, dan tidak ada istirahat untuk menghindari


asites kelelahan
 Tidak ada penurunan Monitor toleransi aktivitas
kesadaran pasien
 AGD dalam batas Monitor adanya dyspneu,
normal fatigue, tekipneu dan
 Tidak ada distensi ortopneu
vena leher Anjurkan untuk
Warna kulit normal menurunkan stress
Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Monitor pola pernapasan
abnormal

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan  Monitor TTV


perfusi jaringan selama 1 x 24 jam  Monitor AGD, ukuran
serebral ketidakefektifan perfusi pupil, ketajaman,
jaringan cerebral teratasi kesimetrisan dan reaksi
dengan kriteria hasil:  Monitor adanya diplopia,
 Tekanan systole dan pandangan kabur, nyeri
diastole dalam kepala
rentang yang  Monitor level
diharapkan kebingungan dan orientasi
 Tidak ada  Monitor tonus otot
ortostatikhipertensi pergerakan
 Komunikasi jelas  Monitor tekanan
 Menunjukkan intrkranial dan respon
konsentrasi dan nerologis
orientasi  Catat perubahan pasien
 Pupil seimbang dan dalam merespon stimulus
reaktif  Monitor status cairan
 Bebas dari aktivitas  Pertahankan parameter
kejang hemodinamik
 Tidak mengalami  Tinggikan kepala 0-45o
22

nyeri kepala tergantung pada konsisi


pasien dan order medis

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Weight Management


nutrisi lebih dari tindakan keperawatan  Diskusikan bersama
kebutuhan tubuh selam1 x 24 jam Ketidak pasien mengenai
seimbangan nutrisi lebih hubungan antara intake
teratasi dengan kriteria makanan, latihan,
hasil: peningkatan BB dan
 Mengerti penurunan BB
factor yang  Diskusikan bersama
meningkatkan berat pasien mengani kondisi
badan medis yang dapat
 Mengide mempengaruhi BB
ntfifikasi tingkah  Diskusikan bersama
laku dibawah pasien mengenai
kontrol klien kebiasaan, gaya hidup dan
 Memodif factor herediter yang dapat
ikasi diet dalam mempengaruhi BB
waktu yang lama  Diskusikan bersama
untuk mengontrol pasien mengenai risiko
berat badan yang berhubungan dengan
 Penuruna BB berlebih dan
n berat badan 1-2 penurunan BB
pounds/mgg  Dorong pasien untuk
 Menggun merubah kebiasaan makan
akan energy untuk  Perkirakan BB badan
aktivitas sehari hari ideal pasien

Nutrition Management
 Kaji adanya alergi
makanan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
 Berikan substansi gula
 Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
23

 Berikan makanan yang


terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
 Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

BAB III
24

TINJAUAN KASUS
3.1 KASUS PEMICU

3.2 PENGKAJIAN
1. Identitas

a. Klien

Nama Klien : Tn.A

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Melayu

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Jl. Pakuan Baru Thehok Jambi

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. C

Umur : 40 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu

Bahasa Yang digunakan : Indonesia

Pekerjaan : Iburumahtangga

Alamat : Jl. PakuanBaruThehok Jambi


25

Hubungan Dengan klien : Istri

c. Tanggal Masuk Rumah Sakit

Tanggal Masuk : 31 Agustus 2020

Tanggal Pengkajian : 31 Agustus 2020

d. Data Medik

Diagnosa medik

1) Saat masuk : Hipertensi

2) Saat Pengkajian : Hipertensi

e. Alasan Masuk Rumah Sakit

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada bagian kepala

disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.

f. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan sakit kepala sejak 5 yang hari sebelum masuk

rumah sakit, klien mengatakan sakit kepala timbul setelah melakukan

aktivitas yang berat, skala nyeri 5, nyeri dirasakan seperti terkena benda

tumpul, nyeri dirasakan hilang timbul, klien merasakan pusing dan

kelelahan, lemas, gelisah, klien mengatakan kesulitan bernafas. Klien

mengatakan sakit kepla dan pusing timbul perlahan-lahan, klien juga

mengatakan merasakan mual dan muntah sehingga nafsu makan klien

menurun, TD 150/100 mmHg, Nadi 130 x/menit, RR 26 x/menit, Suhu 37,2.

g. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan sudah pernah masuk rumah sakit dengan riwayat

penyakit yang sama , klien pernah dirawat dirumah sakit yang sama ± 2
26

tahun yang lalu, klien mengatakan memiliki riwayat merokok 2 bungkus

perhari, klien mengatakan sebelumnya belum pernah dilakukan operasi,

klien juga mengatakan tidak ada riwayat alergi obat maupun alergi

makanan.

h. Riwayat kesehatan keluarga

1) Susunan anggota keluarga

Keterangan
: Laki-laki :Penderita

: Perempuan : Tinggal satu rumah

Klien mengatakan didalam anggota keluarganya ada yang memiliki riwayat penyakit

hipertensi yaitu ibu klien, klien menyangkal adanya penyakit diabetes mellitus, TB

Paru, Asma dan penyakit lainnya


27

i. Kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi – Cairan

a) Keadaan sebelum sakit

Klien mengatakan nafsu makan baik, klien mengatakan tidak ada

mual, klien mengatakan tidak ada muntah, klien mengatakan pola

makan klien 3 kali sehari, klien mengatakan jumlah makanan yang

masuk yaitu satu porsi, klien mengatakan tidak ada makanan

pantang, klien mengatakan jenis makanan yang biasa dikonsumsi

yaitu makanan yang bergoreng dan sayur-sayuran, klien mengatakan

tidak ada diet, klien mengatakan minumnya 7 gelas/hari (±1500

cc/24 jam), klien mengatakan minumannya sehari-hari air mineral,

klien mengatakan sumber air minum adalah sumur, klien

mengatakan tidak ada keluhan makan dan minum.

b) Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan napsu makan menurun, klien mengatakan

makannya 3 kali sehari, klien mengatakan yang masuk yaitu 1/4

porsi, klien mengatakan tidak ada diet, klien mengatakan ada mual,

klien mengatakan ada nyeri ulu hati, klien mengatakan jumlah

minumnya 3-4 gelas/hari (800cc/24 jam), klien mengatakan

minumannya air mineral.

2. Eliminasi

a) Keadaan sebelum sakit


28

klien mengatakan BAB 1 kali/hari, klien mengatakan warna feses

kuning kecoklatan, klien mengatakan fesesnya lembek, klien

mengatakan tidak ada keluhan BAB, klien mengatakan BAK 4-5

kali/hari, klien mengatakan warna urine kuning keruh, klien

mengatakan tidak ada keluhan BAK.

b) Keadaan sejak sakit

Klien mengatakan kebiasaannya BAB 1 kali/hari, klien mengatakan

sering BAB di pagi hari, klien mengatakan warna feses coklat

kekuningan, bentuk feses padat, dan tidak ada keluhan BAB. Klien

mengatakan klien BAK 4-5 kali/hari, klien mengatakan warna urine

kuning.

j. Data Psikologis

Klienmengatakan ingin segera sembuh dari penyakit yang

dideritanya, klien merasa sedih saat berada dirumah sakit.

k. Data Sosial

Pasien tinggal di Jl. Pakuan Baru Thehok Jambi, pasien memiliki

hubungan baik dengan keluarga,kerabat dan perawat, pasien menganut adat

istiadat melayu.

l. Data Spritual

Pasien menganut agama islam , menurut pasien agama sangat penting

dan ia selalu berdoa untuk kesembuhan nya. Klien tidak melaksanakan

kegiatan keagamaan selama di rawat di karenakan luka yang di deritanya

menyebabkan klien sulit bergerak dan beraktivitas.


29

m. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan sakit : klien tampak sakit sedang.

2) Tanda – tanda vital

a) Kesadaran

(1) Kualitatif : Kompos mentis

(2) Kuantitatif : Respon motorik :6

: Respon Bicara :5

: Respon membuka mata :4

b) Tekanan darah : 150/100 mmHg

c) Nadi : 120 x/menit

d) Suhu : 37,2 °c

e) RR : 26 x/menit

f) SPO2 : 98%

3) Antropometri

a) Lingkar lengan atas : 20 cm

b) TB : 173 cm

c) BB : 70 kg

d) IMT : 24,13kg/m² (Gol.Ideal)

4) Kepala

Tampak bentuk kepala klien simetris, tampak warna rambut klien

hitam, tampak keadaan rambut klien subur, tampak kulit kepala klien

bersih.
30

5) Mata/penglihatan

Klien mengatakan ketajaman penglihatannya masih normal,

tampak alis tipis, tampak bulu mata berwarna hitam, kondisi lebat dan

posisi simetris, tampak bentuk mata simetris, tampak sklera mata an

ikterik, tampak bentuk pupil bulat, tampak warna pupil gelap, reflek

terhadap cahaya miosis, tampak reflek pupil sama besar dan bereaksi

terhadap cahaya, tampak palpebra baik/tidak ada kehitaman sekitar

palpebra, tampak konjungtiva anemis, tampak bola mata klien simetris,

tampak gerakan bola mata klien normal, reflek kornea normal, tampak

tidak ada peradangan pada iris ataupun kornea, klien mengatakan tidak

ada keluhan penglihatan, klien mengatakan tidak menggunakan alat

bantu penglihatan.

6) Hidung/ Penciuman

Tampak bentuk hidung klien mancung, tampak hidung klien

simetris, tampak bagian dalam hidung berwarna merah muda, klien

mengatakan fungsi penciumannya normal, tampak tidak ada perdarahan

dari hidung.

7) Telinga/ pendengaran

Tampak warna telinga sawo matang, tampak tidak ada lesi di

telinga, tampak tidak ada cerumen, klien mengatakan fungsi

pendengaran klien normal, klien mengatakan tidak ada nyeri pada

telinga, klien mengatakan tidak ada menggunakan alat bantu telinga.


31

8) Mulut / pengecapan

Tampak warna bibir putih pucat, tampak bibir klien simetris, tampak

lembab, tampak kondisi pucat, tampak mukosa mulut kering, tampak

gigi klien lengkap, tampak gigi klien sedikit kekuning-kuningan,

Kelengkapan : lengkap

a) Gigi palsu : Tidak ada

b) Keadaan gusi : merah muda

c) Keadaan lidah : Baik

d) Peradangan : Tidak ada

e) Fungsi mengunyah : Normal

f) Fungsi mengecap : Normal

g) Fungsi bicara : Normal

h) Bau mulut : Khas

9) Leher

a) Kaku kuduk : Tidak ada

b) Sulit menelan : Tidak ada

c) Defiasi Trakea : Ada, Ke arah kanan.

d) JVP : Tidak ada

10) Dada/ pernapasan

a) Inspeksi : bentuk dada simetris, lesi tidak ada,

tampak adanya penggunaan otot bantu nafas

b) Palpasi : Vocal fremitus tidak teraba

c) Perkusi : Sonor
32

d) Auskultasi : Rochi

11) Kardiovaskuler /sirkulasi

a) Inpeksi : tidak tampak pembesaran jantung, tidak

tampak ictus cordis

b) Palpasi : ictus cordis teraba

c) Perkusi :

d) Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 Reguler, Gallop (-),

Murmur (-)

12) Kulit

Kulit berwarna sawo matang, kulit teraba hangat, turgor kulit buruk,

tidak terdapat lesi.

13) Abdomen

Inspeksi : simetris, asites (-), lesi (-)

Auskultasi : BU (+) 12 x/menit

Palpasi : tidak teraba masa

Perkusi : Timpani

14) Ekstremitas

Ekstremitas atas : tangan kanan dan kiri dapat bergerak

bebas, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm ,

Ekstremitas bawah :
33

15) Pemeriksaan Penunjang

a) Laboratorium

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Satuan

normal
1 Leukosit 9000 5000-10000 mm3

2 Hemoglobin 9,1 12-16 gr/dl


3 Trombosit 200.000 150.000 sel/mm3

-400.000
5 Hematokrit 55 31-40 %

16) Terapi Farmakologi

 Ranitidine 3 x 1 gr

 Antrain 3 x1 amp

 Amlodipin 5 mg 1 x1

 IV FD RL 500 cc

3.3 Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


34

O
1 DS : Kurangnya Pola nafas
- Klien mengatakan merasa sesak Suplai O2 ke tidak efektif
- Klien mengatakan sesak setelah beraktifitas otak
DO :
- K/U Klien tampak lemah
- RR : 26x/Menit
- SPO2 : 98%
- Klien tampak menggunakan otot bantu nafas
2 DS : Perubahan Penurunan
- Klien mengatakan kepala terasa sakit Irama Jantung Curah Jantung
- Klien mengatakan tengkuk terasa berat
- Klien mengatakan cepat merasa lelah
DO :
- K/U tampak lemah
- TD : 150/100mmhg
- Nadi : 120 x/menit
- RR : 26x/menit
- Klien tampak pucat
- Klien tampak gelisah
3 DS : Resiko Defisit
- Klien tidak nafsu makan Nutrisi
- Klien mengatakan merasa mual

DO :
- K/U Lemah
- Diit dari rumah sakit hanyak dihabiskan ¼
porsi
- Turgor kulit jelek

Anda mungkin juga menyukai