Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan yang hidup disuatu lingkungan tertentu menunjukkan tipe struktur
tertentu, sebagai akibat adanya adaptasi terhadap lingkungan khusus tersebut.
Daun merupakan organ yang paling kentara perubahan strukturnya yang
merupakan akibat dari lingkungan dan adaptasi terhadap lingkungan. Secara
morfologi dan anatomi, daun merupakan organ tumbuhan yang paling bervariasi.
Terdiri dari pelepah, tangkai dan helaian daun. Karena daun berfungsi sebagai
penerima cahaya matahari untuk fotosintesis dan alat transpirasi mempunyai
bentuk dan ukuran yang bervariasi, maka umumnya bebentuk pipih. Permukaan
atas dan permukaan bawah mungkin tidak sama. Daun sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat besar pengaruhnya terhadap
struktur anatomi daun adalah penyediaan air dan intensitas cahaya. Pengaruh
lingkungan dapat mengubah struktur epidermis, stomata maupun mesofil.
Dalam bidang komoditas tanaman pangan, pada setiap musim tanam masih
sering terjadi masalah karena produksi benih bermutu yang belum mencukup
permintaan pengguna/petani. Masalah ini disebabkan oleh adanya satu masa
istirahat yang dialami oleh benih yang ditanam. Masa istirahat ini disebut
dengan dormansi, dormansi menyebabkan tidak adanya pertumbuhan pada biji
atau benih walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya
perkecambahan.
Hampir semua tumbuhan darat, baik tumbuhan rendah maupun tumbuhan
tingkat tinggi dalam siklus hidupnya akan dijumpai adanya fase dormansi.
Dormansi ini dapat terjadi baik pada seluruh tumbuhan atau organ tertentu yang
disebabkan oleh faktor eksternal maupun faktor internal, yang bertujuan untuk
mempertahankan diri pada kondisi yang kurang menguntungkan. Gejala dormansi
dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya, seperti tunas, rhizoma dan
umbi lapis (Anonim,2008).

1 | Fisiologi Tumbuhan
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi
tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada di lingkungan yang sesuai.
Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang
memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji
yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur
kecambah yang berbeda pula. Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah
meliputi radikula, akar primer, keloptil, dan daun pertama. Sedangkan pada
kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil,
dan daun pertama. Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu epigeal dan hipogeal. Hal inilah yang mendasari
terbentiknya makalah ini guna mengetahui materi dormansi, perkecambahan dan
viabilitas benih.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan dormansi?
2. Apa yang dimaksud dengan perkecambahan?
3. Apa yang dimaksud dengan viabilitas biji?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk megetahui dan memahami materi dormansi.
2. Untuk megetahui dan memahami materi perkecambahan.
3. Untuk megetahui dan memahami materi viabilitas biji.

2 | Fisiologi Tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dormansi
2.1.1 Pengertian Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan
dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi
embrio.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman
benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit
perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi
sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi
pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku
dorman adalah kuncup.
2.1.2 Penyebab Terjadinya Dormansi Benih
Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :
a) Rendahnya atau tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh
struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar
masuknya air ke dalam benih.
b) Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit
benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi

3 | Fisiologi Tumbuhan
terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi
cadangan makanan dalam benih.
c) Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji
yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman
pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan pada sayuran
dormani sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji.

2.1.3 Tipe-tipe Dormansi Benih


Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe
terjadi didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-
lahan atau disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan
yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi.
Dormansi menurut Aldrich (1984)
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 2
tipe yaitu :
1. Innate dormansi (dormansi primer)
Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri dari dua
sifat:
a) Dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana komponen penting
perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan menyebabkan kegagalan dalam
perkecambahan. Tipe dormansi tersebut berhubungan dengan sifat fisik dari
kulit benih serta faktor lingkungan selama perkecambahan.
b) Dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena sifat-sifat
tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan inhibitor yang
berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan sensitivitas terhadap
suhu dan cahaya.
2. Induced dormansi (dormansi sekunder)
Dormansi sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi karena dihilangkannya
satu atau lebih faktor penting perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah
benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila
dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu

4 | Fisiologi Tumbuhan
dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang
dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan
untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada
benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang
terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan
sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.

Dormansi Sutopo (1985)


Menurut Sutopo (1985), Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik
dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas structural terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman.
Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a) Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras
contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang
kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade
yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat
menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan
dari bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi
benih.
b) Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan
dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan
embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe
dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti
Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini

5 | Fisiologi Tumbuhan
juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi
perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut.
Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara
mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c) Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas.
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika
tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai
oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk
kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada
daerah dengan temperatur hangat. Benih kacang adalah benih sayur yang tidak
kenal masa dormansinya.
2. Dormasi fisiologis (embrio)
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau
belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar
dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda
dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih.
Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban
tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan
dapat berkecambah (Schmidt, 2002).
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
a) Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan
sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda.
Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan
mampu berkecambah.
b) After ripenin
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu
simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka
waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada
kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi

6 | Fisiologi Tumbuhan
mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa
hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
c) Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal
maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak
menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan
kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder
ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah
kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang
membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang
terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan
sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
d) Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan
dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada
tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid,
Alkaloids Lactone (Counamin) dll. Counamin diketahui menghambat kerja
enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari
beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi
dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan
keperluan akan perlakuan chilling.

Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari
beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi
dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan
keperluan akan perlakuan chilling.

7 | Fisiologi Tumbuhan
2.1.4 Teknik Pematahan Dormansi Benih
Tujuan pematahan dormansi adalah mendorong proses pematangan embrio,
mengaktifkan enzim di dalam embrio, dan peningkatan permeabilitas kulit benih
yang memungkinkan masuknya air dan gas-gas yang diperlukan dalam
perkecambahan (Muchtar 1987).
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang
tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu
dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh atau
kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi,
sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Bewley dan Black (1985) mengemukakan 2 proses mekanisme pematahan
dormansi, yaitu :
1. Proses dormansi hormonal, konsep dari teori tersebut dihubungkan dengan
hormon pengatur tumbuh, baik yang menghambat (inhibitor) maupun yang
merangsang pertumbuhan (promotor). Dormansi dapat dipatahkan dengan
menghilangkan inhibitor atau dengan penggunaan promotor yang mampu
mempercepat terjadinya keseimbangan antara inhibitor dan promotor.
2. Proses pengaruh metabolik sebagai akibat perlakuan pematahan dormansi,
konsepnya melibatkan lintasan pentose fosfat untuk sintesis RNA, DNA dan
protein.
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
a. Dengan perlakuan mekanis
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti
mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan
pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih
yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk
melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.

b. Dengan perlakuan kimia


Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat,

8 | Fisiologi Tumbuhan
asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak
sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama
20 menit sebelum tanam.
Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM. Bahan
kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam
hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan
hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).

c. Perlakuan perendaman dengan air


Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan
penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam
air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama
beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih,
dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan. Perendaman
dengan air panas merupakan salah satu cara memecahkan masa dormansi benih.
HCl adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada
benih.

d. Perlakuan dengan suhu


Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada
keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan
dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat
perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang
pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan
antar varietas dalam satu famili.

e. Perlakuan dengan cahaya


Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya
yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

9 | Fisiologi Tumbuhan
Di bawah ini adalah tabel tipe-tipe dari dormansi beserta metode pematahan
dormansi:
Tipe Karakteristik Contoh spesies Metode pematahan dormansi
dormansi Alami Buatan
Immature Benih secara fisiologis Fraxinus Pematangan Melanjutkan proses
embryo belum mampu excelcior, secara alami fisiologis pemasakan
berkecambah, karena Ginkgo biloba, setelah biji embryo setelah biji
embryo belum masak Gnetum gnemon disebarkan mencapai masa lewat-
walaupun biji sudah masak (after-ripening)
masak
Dormansi Perkembangan embryo Pterocarpus, Dekomposisi Peretakan mekanis
mekanis secara fisis terhambat Terminalia spp, bertahap pada
karena adanya kulit Melia volkensii struktur yang
biji/buah yang keras keras
Dormansi Imbibisi/penyerapan Beberapa Fluktuasi suhu Skarifikasi mekanis,
fisis air terhalang oleh Legum & pemberian air panas
lapisan kulit biji/buah Myrtaceae atau bahan kimia
yang impermeable
Dormansi Buah atau biji Buah fleshy Pencucian Menghilangkan
chemis mengandung zat (berdaging) (leaching) oleh jaringan buah dan
penghambat (chemical air, dekomposisi mencuci bijinya
inhibitory compound) bertahap pada dengan air
yang menghambat jaringan buah
perkecambahan
Foto Biji gagal Sebagian besar Pencahayaan Pencahayaan
dormansi berkecambah tanpa spesies
adanya pencahayaan temperate,
yang cukup. tumbuhan
Dipengaruhi oleh pioneer tropika
mekanisme humida seperti
biokimia fitokrom eucalyptus dan
Spathodea
Thermo Perkecambahan rendah Sebagian besar Penempatan Stratifikasi atau
dormansi tanpa adanya spesies pada suhu pemberian perlakuan
perlakuan dengan suhu temperate, rendah di musim suhu rendah
tertentu tumbuhan dingin Pemberian suhu tinggi
pioneer daerah Pembakaran Pemberian suhu
tropis-subtropis Pemberian suhu berfluktuasi
kering, yang
tumbuhan berfluktuasi
pioneer tropika
humida

10 | Fisiologi Tumbuhan
2.2 Perkecambahan
2.2.1 Pengertian Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-
komponen benih yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tanaman baru (Ashari, 2006). Tipe perkecambahan ada dua jenis dan
yang membedakannya adalah letak posisi keping benih (kotiledon) pada
permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal germination) dan kedua
adalah tipe hipogeal (hypogeal germination). Apabila keping benih terangkat di
atas permukaan tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila keping benih tersebut
tetap tinggal di dalam tanah disebut hipogeal. Biji durian memiliki tipe
perkecambahan epigeal.

Perkecambahan epigeal. Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan


hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke
atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun
belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga
matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah
adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan
tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang
hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan
epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan
rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio
(Campbell et al., 2000: 365).

11 | Fisiologi Tumbuhan
Perkecambahan hipogeal. Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil
tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus
kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang
mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan
rumput-rumputan embrio (Campbell et al., 2000: 366).

Perkecambahan adalah proses terbentuknya kecambah (plantula). Kecambah


sendiri didefinisikan sebagai tumbuhan kecil yang baru muncul dari biji dan
hidupnya masih tergantung pada persediaan makanan yang terdapat dalam biji
(Tjitrosoepomo, 1999). Kecambah tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi
semai/anakan/ seedling, yang pada tahap selanjutnya akan tumbuh menjadi
tumbuhan dewasa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan perkecambahan ialah
faktor kedalaman tanam. Semakin dalam kedalaman tanam maka benih yang
ditanam akan semakin sulit tumbuh. Sebaliknya apabila benih ditanam pada
kedalaman tanam yang dangkal, benih akan mudah tumbuh. Hal ini disebabkan
oleh kadar oksigen yang terdapat di dalam tanah. Kadar oksigen akan semakin
menurun dengan semakin dalam lapisan tanah (Ashari, 2006). Menurut Sutopo

12 | Fisiologi Tumbuhan
(2002) pada saat proses perkecambahan berlangsung proses respirasi akan
meningkat disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida, air dan energi. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai
akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.

2.2.2 Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Proses Perkecambahan


Berat dan ukuran benih sering bervariasi di dalam jenis yang sama, hal ini
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik terutama
sumber benih dan faktor lingkungan antara lain adalah asal tempat tumbuh, tehnik
silvikultur seperti jarak tanam, dan pemupukan (Schmidt,2000).
Benih-benih yang mempunyai berat dan ukuran yang lebih besar memiliki
mutu fisik dan fisikologis yang lebih baik dibandingkan dengan benih-benih yang
mempunyai berat dan ukuran yang lebih kecil, sehingga menghasilkan viabilitas
benih dan vigoritas benih yang tinggi. Persen tumbuhan kecambah dan bibit yang
lebih baik dibandingkan dengan benik yang berukuran yang lebih kecil.
Benih dengan berat ukuran yang lebih kecil dan sedang memberikan kulitas
kecambah maupun kualitas bibit yang lebih baik dibandingkan benih dengan berat
dan ukuran yang lebih besar. Benih yang lebih besar tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap persen tumbuh dan kualitas bibit dibandingkan benih yang
berukuran kecil.

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan


Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan adalah sebagai berikut :
1. Gen
Di dalam gen terkandung faktor-faktor sifat keturunan yang dapat diturunkan
pada keturunannya dan berfungsi untuk mengontrol reaksi kimia di dalam sel,
misalnya sintesis protein yang merupakan bagian dasar penyusun tubuh tumbuhan
dikendalikan oleh gen secara langsung.
2. Persediaan makanan dalam biji
Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah memberi makan kepada
embrio maupun tanaman yang masih muda sebelum tanaman tersebut mampu
memproduksi zat makanan sendiri.

13 | Fisiologi Tumbuhan
3. Hormon
Memberikan kemampuan dinding sel untuk mengembangkan sehingga
sifatnya menjadi elastis. Elastis dinding sel bersifat permeable sehingga
mempermudah imbibisi.
4. Ukuran dan kekerasan biji
Semakin besar dan semakin keras bijinya maka air akan sulit untuk masuk ke
dalam biji sehingga imbibisi terhabat.
5. Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan
istirahat. Setiap benih tanaman memiliki masa dorminansi yang berbeda-beda.
Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan :
1. Air
Air berfungsi sebagai pelunak kulit biji, melarutkan cadangan makanan,
sarana transpirasi serta bersama hormon mengatur elurgansi (pemanjangan) dan
pengembangan sel.
2. Teperature
Benih dapat berkecambah pad temperature optimum yaitu 80F sampai 95F
(20,5C sampai 35C).
3. Oksigen
Proses respirasi akan meningkatkan disertai pula dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air, dan energi yang berupa
panas. Terbatasnya oksigen akan menghambat perkecambahan benih. Benih yang
dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya atau gelap akan
menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi.
4. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan benih adalah mempunyai sifat fisik
yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air, dan bebas dari
pengganggu terutama cendawan.

14 | Fisiologi Tumbuhan
2.3 Viabilitas Biji
2.3.1 Pengertian Viabilitas Biji
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993). Pada
umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah
benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih
mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang
berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum
tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas
maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai
dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979).
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase
perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini
mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan.
Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah
lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai
akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:

a. Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah
namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Benihdapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih
tampak mengembang. Namun tidak adapemunculan struktur penting dari
perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan
tumbuh normal.
b. Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih
tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak
mengembang, dan jika dibandingkandengan benih segar tidak tumbuh ukuran

15 | Fisiologi Tumbuhan
benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang
impermeabel terhadap gas dan air.
c. Benih mati: Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak
segar, dantidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang
telah membusuk, warnabenih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan
karena adanya penyakit primer yangmenyerang benih. Disebabkan karena pada
saat kultur teknis dilepangan tanaman yangmenajdi induk talah terserang hama
dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensimembawa penyakit dari
induknya.

Viabilitas benih yang sesungguhnya tidak dapat dilihat kasat mata. Bahkan
berbagai metode pengujian tidak bisa mengetahui secara pasti viabilitas benih
sesungguhnya. Berbagai pengujuan benih hanya mampu menduga viabilitas benih
pada kondisi tertentu yaitu kondisi optimum atau suboptimum. Kondisi optimum
bagi benih ialah bila air, oksigen, cahaya tersedia dan suhu disekitar benih
optimum. Kondisi suboptimum sangat bervariasi seperti kekeringan, konsentrasi
oksigen rendah, intensitas cahaya rendah, adanya penyakit disekitar benih.

Kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada


kondisi optimum adalah viabilitas potensial. Sedangkan kemampuan benih untuk
tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi suboptimum disebut vigor.
Viabilitas potensial dan vigor adalah parameter viabilitas benih.

16 | Fisiologi Tumbuhan
Masing-masing para meter viabilitas benih mempunyai tolak ukur yang
spesifik. Tinggi atau rendahnya viabilitas potensial bisa diukur dengan tolak
ukurnya :
Daya berkecambah benih atau daya tumbuh benih.
Berat kering kecambah normal
Vigor benih dibagi menjadi dua yaitu : Vigor kekuatan tumbuh benih yang
mencerminkan vigor benih bila ditanam di lapang, dan vigor daya simpan yang
mencerminkan kemampuan benih untuk berapa lama benih dapat disimpan.
Tolak ukur vigor kekuatan tumbuh ialah :
1. Kecepatan tumbuh benih, benih vigor tinggi lebih cepat tumbuh dibandingkan
benih dengan vigor rendah. Kecepatan tumbuh benih mencerminkan vigor
individual benih dikaitkan dengan waktu.
2. Keserempakan tumbuh benih, menunjukkan vigor suatu lot benih. Suatu lot
benih yang kurang vigor tumbuh bervariasi, sehingga kecambah yang tumbuh
normal dapat dikelompokkan menjadi normal kuat dan normal kurang kuat.
Vigor daya simpan benih diukur dengan daya hantar listrik. Benih
membocorkan hasil metabolit ke lingkungannya. Semakin rendah vigornya, benih
membocorkan metabolit semakin banyak. Tingginya metabolit dapat
menghantarkan arus listrik lebih tinggi. Nilai daya hantar listrik rendah
menunjukkan benih masih mampu disimpan lama.
Benih dan biji tidak berbeda secara struktural, karena sama-sama berasal dari
ovulum yang dibuahi. Struktur benih terdiri dari kulit benih (testa), jaringan
cadangan makanan (endospermium atau perispermium), embrio serta alat-alat
tambahan yang ada dipermukaan testa yang berfungsi sebagai alat penyebaran
(dispersal). Namun bila dilihat dari fungsinya, benih dan biji berbeda karena benih
ditunjukkan untuk pertanaman. Sedangkan biji berfungsi sebagai bahan pangan
atau pakan.
Melihat fungsinya yang penting sebagai bahan perbanyakan tanaman, suatu
hal yang paling diperhatikan dari benih ialah mutunya. Mutu benih yang tinggi
sudah diupayakan sejak benih akan diproduksi, seperti mengetahui sejarah lahan,
pengawasan lapang yang dilakukan beberapa kali : pendahuluan, dilanjutkan

17 | Fisiologi Tumbuhan
dengan pada fase vegetatif dan generatif, serta fase menjelang panen. Selama
benih dalam pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran terus dilakukan
pengawasan untuk menjaga mutu benih tetap tinggi sampai saatnya ditanam.
Mutu benih ada tiga macam yaitu : mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu
genetik. Mutu fisik yatu benih yang bermutu fisik tinggi terlihat dari kinerja
fisiknya yang bersih dari kotoran yang terbawa dari lapang (kotoran fisik) da
ukuran benih seragam. Mutu fisiologis benih adalah tinggi rendahnya daya hidup
atau viabilitas benih yang tercermin dari nilai daya berkecambah, kecepatan
tumbuh, keserempakan tumbuh. Mutu genetik menunjukkan benih mempunyai
keseragaman genetik yang tinggi, tidak tercampur varietas lain.
Mutu benih menjadi jaminan bagi pengguna benih. Informasi mengenai mutu
benih didapatkan dari pengujian. Terdapat pengujian benih tertentu untuk
mengetahui masing-masing mutu benih. Pengujian kemurnian benih digunakan
untuk mengetahui mutu genetik dan fisik. Pengujian kemurnian benih
memberikan informasi jumlah benih murni dan kotoran fisik. Makin besar jumlah
benih murni, makin tinggi mutu genetik suatu lot benih. Makin kecil jumlah
kotoran fisik, makin tinggi mutu fisik benih. Pengujian viabilitas benih
memberikan informasi mutu fisiologi benih.
Pengujian benih dikelompokkan berdasarkan metode pengujian dan indikasi
yang dihasilkan. Metode pengujian ada dua macam yaitu pengujian secara
langsung dan tidak langsung. Indikasi dari pengujian juga ada dua macam yaitu :
indikasi langsung dan tidak langsung.
Pengujian langsung, artinya benih diamati satu persatu secara langsung.
Misalna diuji daya berkecambah 100 butir benih jagung, satu persatu benih jagung
ditanam pada media kertas merang dengan metode penanaman UKDdp, UDK,
dan UAK, kemudian benih dikecambahkan dalam alat pengecambahan benih atau
ditanam pada media pasir dalam rumah kawat.
Metode pengujian benih secara langsung, bila benih ditanam satu persatu
pada media. Metode pengujian tidak langsung biasaja digunakan untuk benih-
benih yang berukuran kecil seperti benih bayam, tembakau, anggrek. Ukurannya
yang kecil, menyebabkan benih-benih tersebut sulit dihitung dan ditanam satu

18 | Fisiologi Tumbuhan
persatu. Untuk benih yang berukuran kecil, jumlah benih yang diuji berdasarkan
bobotnya, misalnya untuk melihat daya berkecambah benih bayam digunakan
1grma benih bayam perulangan.

Indikasi atau hasil pengujian langsung bila yang diperoleh dari suatu
pengujian adalah perwujudan kecambah atau bibit. Dari pengujian benih langsung
dapat mengamati beberapa kecambah normal yang dihasilkan. Indikasi tidak
langsung adalah kebalikannya, artinya pengujian benih tidak menghasilkan
kecambah. Contoh indikasi tidak langsung adalah: laju respirasi, lot benih yang
memberikan laju respirasi tinggi adalah lot benih berviabilitas tinggi karena
aktivitas metabolismenya tinggi. Contoh lain lot benih dengan nilai daya hantar
listrik rendah menunjukkan viabilitas tinggi, karena daya hantar listrik rendah
menunjukkan integritas membran masih tinggi.
Berbagai pengujian viabilitas benih merupakan kombinasi antara metode
pengujian dan indikasi pengujian, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengujian langsung dengan indikasi langsung, contohnya pengujian daya
kecambah, vigor kekuatan tumbuh dari benih-benih berukuran besar (padi,
jagung, kacang tanah, kedelai, dan sebagainya)
2. Pengujian langsung indikasi tidak langsung, contohnya pengujian laju respirasi
3. Pengujian tidak langsung indikasi langsung contohnya pengujian daya
berkecambah atau vigor kekuatan tumbuh benih berukuran kecil.

19 | Fisiologi Tumbuhan
4. Pengujian tidak langsung indikasi tidak langsung contohnya pengujian laju
respirasi benih berukuran kecil.

Pengujian benih untuk keperluan sertifikasi benih terdiri dari dua macam
yaitu pengujian rutin dan pengujian khusus. Pengujian rutin terdiri dari :
penetapan kadar air benih, pengujian kemurnian benih, pengujian daya
berkecambah (daya tumbuh benih), penetapan campuran varietas lain (CVL).
Setiap sampel benih yang akan mendapatkan sertifikat harus diuji dengan empat
macam pengujian tersebut. Selain pengujian rutin, bila pemilik sampel benih
menginginkan bisa dilakukan permintaan khusus. Pengujian khusus misalnya : uji
cepat viabilitas (uji biokimiawi atau uji TTZ), uji bobot 1000 butir, uji kesehatan
benih atau uji vigor. Uji khusus dilakukan berdasarkan permintaan.
Penetapan kadar air benih terutama dilakukan untuk benih ortodoks. Semakin
rendah kadar air benih semakin lama benih dapat mempertahankan viabilitasnya.
Metode penetapan kadar air benih ada dua : metode oven (secara langsung air
dalam jaringan benih dikeluarkan dalam bentuk uap) dan metode cepat, air tetap
dalam jaringan benih, secara tidak langsung besarnya hantaran listrik yang terbaca
pada moisture tester menunjukkan kandungan air dalam benih. Metode oven
menggunakan dua macam suhu yaitu suhu rendah konstan (105 lebihkurang
2)derajat C selama 17 jam dan suhu tinggi konstan (130-133) derajat C, lamanya
tergantung komoditas.
Menurut ISTA (2004) penetapan kadar air benih dengan suhu rendah konstan
antara lain untuk benih kedele, kacang tanah, cabe, terong, wijen dan lobak.
Sedangkan penetapan kadar air dengan suhu tinggi konstan antara lain untuk
benih-benih semangka, mentimun, tomat, padi, jagung, sorgum, kacang panjang,
gandum dan lainnya.
Pengujian atau analisis kemurnian benih, bertujuan untuk memisahkan
komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih berdasarkan
persentase berat komponen. Peralatan yang digunakan adalah meja kemurnian,
alat pembagi tepat, pinset, spatula, kaca pembesar, loup, timbangan, koleksi benih
sebagai bahan acuan untuk menentukan CVL.

20 | Fisiologi Tumbuhan
Pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh benih bertujuan untuk
menduga potensi tumbuh benih dilapang. Alat yang digunakan geminator (alat
pengecambah benih), alat pengepres media kertas, cawan petri atau boks plastik.
Media yang digunakan : media keras dan pasir.
Pengujian perkecambahan dilaboratorium, adalah untuk mengamati
kemampuan struktur esensial pada benih tumbuh berkembang secara normal pada
kondisi yang terkontrol. Sehingga daya berkecambah dijabarkan dalam persentase
benih yang tumbuh menjadi kecambah normal. Komponen lain yang teramati
adalah: kecambah abnormal, benih-benih yang tidak berkecambah (banih mati,
benih keras dan benih segar tidak tumbuh).
Pengujian khusus yang biasa dilakukan ialah pengujian kesehatan benih dan
uji vigor. Uji vigor yang direkomendasikan oleh ISTA yaitu uji daya hantar listrik.
Benih dengan vigor tinggi integritas membran selnya masih tinggi sehingga
kebocoran metabolit yang keluar sel rendah, sedikit metabolit dalam air rendaman
benih menghantarkan arus listrik yang kecil.
Benih dengan vigor rendah, integritas membran selnya rendah sehingga
metabolit dalam sel dalam jumlah besar bocor keluar dari dalam benih sehingga
air rendaman benih menghantarkan arus yang besar. Semakin besar nilai daya
hantar listrik, semakin rendah vigor benih.

21 | Fisiologi Tumbuhan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan isi dari makalah yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwasannya:
1. Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan
suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi
dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
2. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen- komponen
benih yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tanaman baru (Ashari, 2006). Tipe perkecambahan ada dua jenis dan yang
membedakannya adalah letak posisi keping benih (kotiledon) pada permukaan
tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal germination) dan kedua adalah
tipe hipogeal (hypogeal germination).
3. Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya
kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari
viabilitas benih.
3.2 Saran
Saran dari penulis yaitu di harapakan kepada para pembaca agar memahami
makalah tentang Dormansi, Perkecambahan, dan Viabilitas Biji ini, agar di dalam
kehidupan sehari-hari tidak terjadi kesalahpahaman dari ilmu yang dimiliki.
Penulis mengetahui terdapat banyak kekeliruan dalam penyajian makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk membangun kami menjadi
pribadi yang baik dan agar dihari kemudian penulis dapat menyajikan makalah
yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

22 | Fisiologi Tumbuhan

Anda mungkin juga menyukai