Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PELAYANAN INFORMASI OBAT

KonselingTerhadapPasienGangguanJiwa

Kelompok XIII

1. YulandaSulistiyawati (1720333691)
2. YunitaAmriana (1720333694)
3. Muhammad Akbar Wirawan (1720333703)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
BAB I
PENDULUAN
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical care). Sebagai kosekuensi perubahan oreantasi tersebut,
apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi lansung dengan
pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang di tetapkan.
Dikalangan farmasi mulai ada panggilan untuk meningkatkan peranannya
dalam pelayanan kesehatan, sehingga munculah konsep pharmaceutical
care.Konsep pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan pelayanan
yang dibutuhkan dan diterima pasien untuk menjamin keamanan dan penggunaan
obat yang rasional, baik sebelum, selama, maupun sesudah penggunaan
obat.Keinginan yang kuat untuk mengembalikan peran seorang farmasi di dunia
kesehatan membuat pelayanan kefarmasian berkembang menjadi farmasi klinik
(clinical pharmacist).Clinical pharmacist merupakan istilah untuk farmasi yang
menjalankan praktik kefarmasian di klinik atau di rumah sakit. Keberadaan
praktik profesional dari farmasi ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk
menggantikan peranan dokter, tetapi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan pelayanan kesehatan terkait adanya peresepan ganda untuk satu orang
pasien, banyaknya obat-obat baru yang bermunculan, kebutuhan akan informasi
obat, angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penggunaan obat serta
tingginya pengeluaran pasien untuk biaya kesehatan akibat penggunaan obat yang
tidak tepat.
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran,
melakukan diskusi dan pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan
bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang
yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga
klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah.
Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dan elemen kunci dari
pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan
kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus berinteraksi dengan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan dalam konsep
Pharmaceutical Care Dapat disimpulkan bahwa pelayanan konseling pasien
adalah suatu pelayanan farmasi yang mempunyai tanggung jawab etikal serta
medikasi legal untuk memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan obat. Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung
dari apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-
obat dengan cara penggunaan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka
panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat.
Konseling yang diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker disebut
konseling aktif. Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika pasien
datang untuk berkonsultasi kepada apoteker untuk mendapatkan penjelasan
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk
konseling seperti ini disebut konseling pasifBanyak apoteker mengakui bahwa
mereka memiliki kesulitan berkomunikasi dengan kelompok lain yang unik dari
pasien yaitu pasien yang memiliki gangguan kesehatan mental. Dengan cara yang
sama, banyak pasien gangguan kesehatan mental mungkin enggan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
Rencana konseling memuat pokok-pokok materi konseling yang akan
disampaikan. Tujuan pemberian konseling kepada penderita adalah untuk
mengetahui sejauh manapengetahuan dan kemampuan penderita dalam menjalani
pengobatannya serta untuk memantau perkembangan terapi yang dijalani
penderita. Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat
digunakan oleh Apoteker dalam membuka sesi konseling yang disampaikan
kepada penderita atau keluarganya. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa yang telah diinformasikan oleh dokter tentang obat anda?
2. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat anda?
3. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat anda?
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi
pemberian informasi berulang atau yang bertentangan dengan informasi yang
telah disampaikan oleh dokter, untuk menggali pemahaman penderita mengenai
terapinya dan memberikan edukasi yang tepat pada penderita dan keluarganya.
Konseling dapat dilakukan secara berkesinambungan dan sekaligus
berfungsi sebagai proses pemantauan.
1). Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda ?
Perlu dipastikan bahwa kegunaan obat ini untuk apa? Obat anti depresan juga
dapat digunakan untuk hal lain : misalnya mengatasi nyeri pada neuropati.
Apabila untuk mengatasi depresi, perlu digali seberapa jauh penderita/keluarga
memahaminya. Konseling yang dapat diberikan diantaranya :
Depresi bukan merupakan suatu kelemahan karakter.
Antidepresan mempunyai efektivitas yang sama.
2). Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat anda?
Antidepresan sebaiknya diminum pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini perlu
ditekankan pada setiap kali pertemuan. Antidepresan harus diminum minimal 6
9 bulan, sesuai saran dokter. Antidepresan diteruskan diminum, walaupun sudah
merasa nyaman. Jangan hentikan tanpa konsultasi dokter. Antidepresan bukan
senyawa adiktif.
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat anda ?
Sebagian besar penderita yang menggunakan antidepresan akan mengalami efek
samping. Respon terhadap antidepresan tertunda, umumnya baru muncul 2 6
minggu kemudian. Sedangkan ADR kemungkinannya muncul lebih awal. Pada 3
bulan pertama bisa muncul episode keinginan bunuh diri.
BAB II
PEMBAHASAN

Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien adalah melalui


konseling obat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya
seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor)
dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan
akan kemampuannya dalam pemecahan masalah. Konseling pasien merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam elemen kunci dari pelayanan kefarmasian, karena
Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan kegiatan compounding dan
dispensing saja, tetapi juga harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya dimana dijelaskan dalam konsep Pharmaceutical Care.
Menurut KEPMENKES RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di apotik, konseling adalah suatu proses
komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan
pengobatan. Melalui konseling, apoteker dapat mengetahui kebutuhan pasien saat
ini dan yang akan datang. Apoteker dapat memberikan informasi kepada pasien
apa yang perlu diketahui oleh pasien, keterampilan apa yang harus dikembangkan
dalam diri pasien, dan masalah yang perlu di atasi. Selain itu, apoteker diharapkan
dapat menentukan perilaku dan sikap pasien yang perlu diperbaiki.
Syarat agar pelaksanaan konseling bisa berjalan dengan baik adalah
tersedianya ruangan khusus untuk melakukan konseling, efektivitas pemberian
kenseling, informasi yang disampaikan kepada pasien harus lengkap dan jelas,
yaitu cara pakai obat, efek samping obat, indikasi, kontraindikasi, dosis, interaksi
obat, mekanisme aksi, penggunaan ibu hamil dan menyusui. Untuk mengatasi
kendala-kendala yang terjadi diperlukan suatu perubahan dari apoteker itu sendiri,
perubahan masing-masing apoteker sangat diperlukan agar apoteker dapat
melaksanakan layanan konseling kepada pasien dengan baik.
Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif lansung dari Apoteker
mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat dengan
cara penanganan khusus, obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang
sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat. Konseling
yang diberikan atas inisiatif lansung dari apoteker disebut konseling aktif.Selain
konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika pasien datang untuk berkonsultasi
pada apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini disebut
konseling pasif.
Penyakit Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih
fungsi jiwa dan dengan adanya gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya
emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan pancaindera).
Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan
keluarganya. Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa
terdapat pada unsure kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan
(somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik).
Macam-macam gangguan jiwa yaitu Gangguan jiwa organik dan
simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku
yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan
kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan
psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan
remaja.Pencegahan Kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa timbulnya
kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan.
Kekambuhan biasa terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum
mereka kambuh.
Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan
keluarganya yaitu: Menjadi ragu-ragu dan serbat akut (nervous), Tidak nafsu
makan, Sukar konsentrasi, Sulit tidur, Depresi, Tidak ada minat, dan Menarik diri.
Pentingnya peran serta keluarga pada pasien gangguan jiwa dapat dipandang dari
berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai
hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi
pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai,
keyakinan, sikap dan perilaku. Individu menguji coba perilakunya di dalam
keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi
perilaku tertentu.
Konseling dapat dilakukan secara berkesinambungan dan sekaligus
berfungsi sebagai proses pemantauan.
1. Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda ?
Perlu dipastikan bahwa kegunaan obat ini untuk apa? Obat anti depresan juga
dapat digunakan untuk hal lain : misalnya mengatasi nyeri pada neuropati.
Apabila untuk mengatasi depresi, perlu digali seberapa jauh penderita/keluarga
memahaminya. Konseling yang dapat diberikan diantaranya :
Depresi bukan merupakan suatu kelemahan karakter.
Antidepresan mempunyai efektivitas yang sama.
2. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat anda?
Antidepresan sebaiknya diminum pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini perlu
ditekankan pada setiap kali pertemuan. Antidepresan harus diminum minimal 6
9 bulan, sesuai saran dokter. Antidepresan diteruskan diminum, walaupun sudah
merasa nyaman. Jangan hentikan tanpa konsultasi dokter. Antidepresan bukan
senyawa adiktif.

3. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat anda ?


Sebagian besar penderita yang menggunakan antidepresan akan mengalami efek
samping. Respon terhadap antidepresan tertunda, umumnya baru muncul 2 6
minggu kemudian. Sedangkan ADR kemungkinannya muncul lebih awal. Pada 3
bulan pertama bisa muncul episode keinginan bunuh diri.
Tahap-tahap konseling denganmetoda verbal interaktif:
1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan konseling.
2. Menanyakan dengan teknik prime question :
apa yang dokter katakan mengenai kegunaan obat ini
apa yang dokter katakan tentang cara penggunaan obat ini
berapa kali sehari anda gunakan obat ini
apakah ada masalah yang dirasakan selama menggunakan obat ini
3. Menanyakan apakah ada pengalaman penggunaan obat lain yang pernah
diminum? Tujuannya untuk menggali informasi bila ada riwayat alergi
terhadap obat obat tertentu.
4. Menanyakan apakah ada penyakit lain yang diderita?
5. Menanyakan apakah ada obat lain yang saat ini digunakan/dikonsumsi?
6. Berikan penjelasan edukatif ke penderita dan keluarganya, misal :
Depresi bukan merupakan suatu kelemahan karakter,
Seluruh obat antidepresan sama-sama efektif,
Sebagian besar penderita yang menggunakan antidepresan akan
mengalami efek samping,
Antidepresan sebaiknya diminum pada waktu yang sama setiap hari,
Pada penggunaan obat antidepresan, efek yang diharapkan munculnya
belakangan, sedangkan efek yang tidak diinginkan akan muncul lebih
dulu. Pada umumnya efek yang yang diharapkan baru akan muncul 2
4 minggu kemudian.
Obat harus diminum minimal 6 9 bulan, pada 3 bulan pertama ada
episode keinginan bunuh diri.
Obat tidak menyebabkan ketergantungan. Dari semua konseling baik
untuk penderita rawat jalan maupun rawat inap, harus
didokumentasikan untuk bukti kegiatan.
Gangguan depresif termasuk gangguan yang cukup banyak diderita
masyarakat Indonesia, jenisnya beragam dan membutuhkan penanganan yang
berbeda. Peran serta Apoteker didasari dengan pengetahuan dan kompetensi yang
dimiliki Apoteker terutama terkait dengan obat-obatan yang digunakan dan hal-
hal yang harus dihindari oleh penderita gangguan depresif.
Naskah konseling pada pasien gangguan kejiwaan
Peran
Istiqomah (Keluarga pasien)
Sintya Yunda Amanda (Pasien)
Ayu Sri Lestari (Apoteker)
Kasus
Nama = Sintya
Umur = 30 Tahun
JenisKelamin = perempuan
Klinis = Stress ditinggal calon suami
Seorang pasien gangguan jiwa (depresi) bersama seorang kluarganya datang ke
Apotek untuk membeli obat pusing, obat penambah nafsu makan dan obat untuk
gangguan tidur (insomnia).
Penyelesaian ;
Memberikan konseling kepada kluarga pasien. Karena apa yang kita bicarakan
akan sulit dimengerti oleh pasien, maka pasien cukup diberikan sedikit konseling.

Dialog
Apoteker: Selamat pagi, saya akbar apotekerdiapotekini (perkenalandiri) ada
yang bisa saya bantu?
Keluarga Pasien: saya mau beli obat flu, obat penambah nafsu makan dan obat
untuk gangguan tidur (insomnia) untuk adik saya ini.
Apoteker: iya bu tunggu sebentar (mengambilkan obat)
Apoteker: ini obatnya bu, bias minta waktu sebentar untuk menjelaskan
mengenai cara penggunaan obat-obatan ini?
Keluarga Pasien: iya, bias bu
Apoteker: mari bu silahka nmasuk keruang konseling (apoteker
mempersilahkan pasien dan keluarganya untuk duduk)
Apoteker: sebelumnya saya mau bertanya, obat ini untuk ibu sendiri?
Keluarga Pasien : Bukan bu untuk adik saya
Apoteker : Sudah berapa lama mengalami keluhan sakitnya bu?
Keluarga Pasien : beberapa hari ini bu
Apoteker : Apakah sudah ada cara yang dilakukan untuk mengurangi sakit
flunya bu?
Keluarga Pasien: Belum ada bu ini baru beli obat saya
Apoteker : Saya perhatikan dari tadi dia cenderung murung dan terlihat sedih
Keluarga pasien: iya bu, semenjak ditinggal calon suaminya meninggal dunia,
adik saya suka murung, menyendiri, susah makan dan tidur,
mengeluh pusing, kadang marah-marah sendiri dan tiba-tiba
menangis sendiri.
Apoteker: sudah berapa lama adik ibu seperti itu?
Keluarga pasien: kira-kira sudah hampir satu bulan ini bu
Apoteker: begini bu, sepertinya adik ibu ini terkena depresi ringan. Sebaiknya
ibu mengajak adik ibu melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke RS
dan ini saya berikan obat intunal untuk meredakan rasa flu yang
sekaligus memberikan efek samping mengantuk dan ini curvit kaplet
sebagai obat penambah nafsu makan.
Keluarga pasien: iya bu, ini cara minumnya bagaimana?
Apoteker: untuk intunal diminum 3x1 yaitu 3 kali sehari 1 tablet dan untuk
curvit kaplet juga diminum 3x1 yaitu 3 kali sehari 1 kaplet. Obat ini
nanti disimpan di tempat yang kering & terlindung dari cahayaya bu.
Kluarga pasien: iya bu
Apoteker: boleh minta tolong ibu ulangi lagi bagaimana cara pemakaian
obatnya?
Kluarga pasien: (sambil menunjuk masing masing obat dan menjelaskan
sesuai dengan anjuran apoteker)
Apoteker: baik bu, benar sekali..minum obatnya teratur ya bu, dan sebenarnya
untuk masalah depresi ringan masih bias diatasi dengan mengajak
olahraga setiap hari, mengajak berkomunikasi, diberi support atau
semangat agar adik ibu ini tidak merasa tertekan dan sendirian.
Mbaknya sakit apa?
Pasien: (hanya tersenyum)
Apoteker: Hidungnya mampet ya?
Pasien: (tersenyum dan menganggukkan kepala) suamiku hilang, bu..dia tidak
pulang-pulang
Apoteker: mbak yang sabar ya, nanti suaminya pasti pulang. Ini nanti obatnya
jangan lupa diminum, makannya yang teratur.
Pasien: (mengganggukkan kepala)
Apoteker: bu, nanti kalau obatnya sudah habis tapi adik ibu masih mengeluh flu
dan susah makan, adiknya diajak periksa kedokter ya. Apa ada yang
ingin ditanyakanl agi?
Keluarga pasien: tidak bu, terima kasih
Apoteker: baik kalau sudah jelas saya cukupkan konsultasi hari ini dan semoga
adik ibu lekas sembuh. (Salaman)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Pada kasus ini, apoteker berperan penting dalam keberhasilan
penatalaksanaan terapi pada gangguan jiwa yang bersifat depresif yaitu dengan
memberikan pelayanan kefarmasian melalui kegiatan monitoring dan
mengevaluasi keberhasilan terapi, memberikan rekomendasi terapi, memberikan
pendidikan dan konseling yang didukung dengan adanya ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai, dimana dalam kasus ini yang perlu mendapat PIO dan
konseling lebih pada kluarga pasien terkait dengan keadaan pasien yang sulit
memahami atau mengerti apa yang kita bicarakan maka pasien cukup diberikan
sedikit konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.2007. Pharmaceutical Care Untuk Penderita


Gangguan Depresif. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan
Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai