Oleh:
ProfesiApoteker XXXIV
KelasA2 / Kelompok 11
Dosen Pengampu :
Ismi Rahmawati, M.Si., Apt
Dewi Ekowati, M.Sc., Apt
B. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 85-90% pasangan yang menikah dalam satu tahun pernikahannya akan
menjadi hamil, dimana 10-15 % pasangan tersebut akan mengalami kesulitan untuk
menjadi hamil dan mereka ini lah yang disebut sebagai pasangan infertil. Prevalensi
infertilitas yang tepat tidak diketahui dengan pasti, sangat bervariasi tergantung keadaan
geografis, budaya dan status sosial negara tersebut.
Di Amerika serikat persentase wanita infertil meningkat dari 8,4 % pada tahun 1982
dan 1988 menurut National Survey ofFamily Growth (NSFG) menjadi 10,2 % (6,2 juta)
pada tahun 1995. Menurut penelitian Stephen dan Chandra diperkirakan 6,3 juta wanita di
Amerika menjadi infertil dan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4-7,7 juta pada
tahun 2025. Dalam suatu studi populasi dari tahun 2009-2012 diperkirakan akan terdapat
12-24 % wanita infertil.
Al Akour dkk melaporkan 155 (46,3%) wanita dengan infertilitas primer dan 180
(53,7%) wanita dengan infertilitas sekunder. Di Kuwait, Ommu dan Omu melaporkan data
infertiltas primer 65,7% dan 34,3 % wanita dengan infertilitas sekunder. Di Banglades,
Akhter dkk dari 3184 wanita infertil, 61,9 % wanita dengan infertilitas primer dan 38 %
wanita dengan infertilitas sekunder. Di Jerman, Wischmann dkk dilaporkan 67,6 % wanita
dengan infertilitas primer dan 32,4 % dengan infertilitas sekunder.
C. ETIOLOGI
Terdapat 5 faktor penyebab infertilitas yang mendasar , yaitu faktor pasangan pria,
faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada rahim, atau organ pelvis pasangan
wanita ataupun keduanya dan penyebab yang tidak dapat dijelaskan. Diperkirakan faktor-
faktor yang menjadi penyebab infertilitas 40 % dari faktor istri, 40 % faktor suami dan 20
% kombinasi dari keduanya. Greene CA yang menjadi penyebab infertilitas adalah faktor
tuba dan peritoneum 25-35 %, faktor pria 20-35 %, faktor ovulasi 15-25 %, unexplained
faktor 10-20 %, faktor serviks 3-5 %, faktor lain(uterus, gaya hidup, BMI, toksin, aktivitas
dll) 1-5 %.
Di Amerika Serikat, dalam sebuah laporan disebutkan penyebab infertilitas adalah
anovulasi, penyakit pada tuba, faktor servix, endometriosis dan idiopatik dengan
persentase yang tidak tetap.
D. PATOFISIOLOGI
a. Wanita
Beberapa penyuebab dari gangguan infertilitas pada wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis
hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan
dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan
gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak
terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi. abnormalitas ovarium mempengaruhi
pembentukan folikel, abnormalitas serviks mempengaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang
mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma dan sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebabkan
inflamasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang
mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam
mempengaruhi infertilitas diantaranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Komsumsi alkohol dapat mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar area testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis, terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat
pembedahan sehingga menyebabkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu.
E. MANIFESTASI KLINIK
a. WANITA
Terjadi kelainan system endokrin
Hipomenore dan amenore
Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
Wanita infertil dapat memiliki uterus
Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
Traktus reproduksi internal yang abnormal
b. PRIA
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan infertilitas untuk dapat mengembalikan fungsi reproduksi
pada wanita ini juga dapat dilakukan secara operatif. Prosedur reseksi baji pada
ovarium efektif menurunkan produksi LH dan androgen. Menstruasi yang teratur
didapatkan pada 75% pasien dengan angka kehamilan mencapai 60%. Tetapi prosedur
ini menyebabkan komplikasi berupa perlekatan di sekitar daerah pelvis pada sekitar
30% pasien, sehingga sekarang dilakukan dengan teknik elektrokauter secara
laparoskopik yang tidak terlalu invasif. Meskipun dapat membantu regulasi
menstruasi dan terjadinya ovulasi, komplikasi perlekatan harus dipertimbangkan
karena kemungkinan untuk menjadi hamil berkurang di samping efek dari prosedur
ini hanya jangka pendek.
Untuk pasien yang tidak ingin hamil dapat menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi untuk mengatur siklus menstruasi. Keuntungan dari terapi ini adalah
adanya komponen progesteron yang dapat menyebabkan supresi sekresi LH sehingga
berkurangnya produksi androgen dari ovarium dan komponen estrogen yang
meningkatkan produksi SHBG sehingga konsentrasi testosteron bebas dapat menurun
dan akhirnya dapat juga memperbaiki hirsutisme dan masalah kulit yang disebabkan
oleh hiperandrogenisme. Selain itu dapat mengurangi keluhan dismenorea, perdarahan
uterus disfungsional dan angka kejadian penyakit radang panggul serta menurunkan
kemungkinan terkena kanker endometrium dan kanker ovarium. Meskipun demikian
pil kontrasepsi kombinasi dapat menyebabkan eksaserbasi resistensi insulin dan
meningkatkan kadar trigliserida sehingga dapat memperbesar risiko penyakit
kardiovaskuler dan diabetes.
Pada keadaan hiperandrogenisme, hirsutisme merupakan masalah yang sering
dikeluhkan oleh pasien. Jika tidak terlalu banyak dan terlokalisasi, maka dapat lebih
mudah dihilangkan secara mekanik. Tetapi jika cara tersebut tidak efektif, dapat
diberikan terapi antiandrogen. Yang banyak dipakai adalah siprosteron asetat, yang
merupakan progestin sintetik. Jika dikombinasikan dengan etinilestradiol dapat
dipakai sebagai kontrasepsi dan memperbaiki siklus mestruasi.
Alternatif lain adalah Spironolakton dengan mekanisme kerja meningkatkan
katabolisme androgen di mana testosteron diubah menjadi estradiol. Tetapi
spironolakton sering menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur sehingga
harus dikombinasi dengan kontrasepsi oral dosis rendah. Semua terapi untuk
hirsutisme membutuhkan waktu 8-18 bulan sebelum responnya dapat terlihat, yaitu
pertumbuhan rambut menjadi labih lambat.
Saat ini dengan elektrolisis, rambut yang tumbuh berlebihan dapat dihilangkan
secara permanen. Untuk kelainan kulit seperti dermatitis seboroik, hidradenitis
supuratif dan peradangan kulit lain dapat diobati dengan antibiotika spektrum luas
atau dengan kombinasi antiandrogen dan derivat asam retinoid. Penurunan berat
badan juga perlu dilakukan oleh pasien sindrom ovarium polikistik yang sebagian
besar memang mengalami obesitas. Faktor obesitas ini menjadi penyebab kegagalan
pemicuan ovulasi dengan klomifen sitrat. Makin tinggi berat badan penderita maka
diperlukan dosis klomifen sitrat yang lebih tinggi. Dengan penurunan berat badan
maka siklus menstruasi menjadi teratur, ovulasi dapat terjadi secara spontan dan dapat
mengurangi kejadian resistensi insulin.
Cara yang dipakai biasanya kombinasi diet, olahraga dan pemberian obat-obat
yang memperbaiki sensitifitas jaringan terhadap insulin seperti metformin dan
troglitazon.cJadi sebaiknya usaha ini dilakukan bersamaan dengan terapi yang lain
karena dapat memperbaiki kelainan metabolik pada sindrom ini. Pada saat ini terapi
alternatif yang lebih sering digunakan untuk sindrom ovarium polikistik adalah
dengan senyawa sensitisasi insulin yaitu metformin dan troglitazon. Dengan terapi ini
diharapkan sensitifitas tubuh terhadap insulin meningkat, sehingga dapat
memperbaiki kelainan hormonal yang berhubungan dengan sindrom ini. Selain itu
juga dapat menurunkan berat badan dengan cara memperbaiki metabolisme gula di
perifer, meningkatkan penggunaan glukosa oleh usus dan menekan oksidasi asam
lemak.
Pada percobaan, diberikan metformin dan plasebo selama 4 sampai 8 minggu
pada pasien sindrom ovarium polikistik dengan obesitas dan hiperinsulinemia. Pada 2
bulan pertama pemakaian metformin, pemulihan sudah terlihat jelas. Didapatkan
penurunan sekresi insulin pada pasien yang menggunakan metformin. Konsentrasi
testosteron bebas menurun sebagai akibat berkurangnya produksi testosteron dan
meningkatnya SHBG.
Metformin paling sering digunakan pada pasien non insulin dependent
diabetes mellitus (NIDDM) karena tidak menyebabkan hipoglikemi. Beberapa pasien
dapat menurunkan berat badan dan perbaikan tekanan darah serta kadar lemak
darahnya. Selain itu pasien dapat menstruasi dan menjadi hamil pada saat
menggunakannya. Efek samping yang paling sering adalah keluhan gastrointestinal.
Obat lain yang dapat dipakai adalah troglitazon, tetapi pemakaiannya harus diikuti
dengan tes fungsi hati secara berkala karena berpotensi menyebabkan kerusakan hati.
Keunggulan dari terapi ini adalah dapat mencegah perkembangan penyakit yang dapat
menyerang penderita seperti diabetes melitus, hipertensi dan penyakit jantung
koroner.
BAB III
SKRINING RESEP
1. RESEP ASLI
2. Skrining Administratif
Nama dokter : dr. Kristianingsih, Sp. OG
Tanda R/ : ada
Signa : ada
3. SKRINING FARMASETIS
-
4. SKRINING KLINIK
5. PERMASALAHAN
1. SIP dokter dan tanggal penulisan resep serta Dosis obat tidak dituliskan.
2. Alamat dan nomor telpon pasien tidak dituliskan.
BAB IV
KOMUNIKASI, INFORMASI & EDUKASI (KIE)
Di suatu malam yang dingin datanglah seorang Ibu ke Apotek Moonlight dengan
membawa resep setelah periksa ke dokter. Setelah sampai di dalam Apotek :
Apoteker : selamat siang ibu, saya Wulan apoteker di apotek ini. Ada yang bisa saya
bantu ?
Pasien : iya selamat siang mba. saya ingin menebus resep ini mba (menyerahkan
resep kepada apoteker)
Pasien : iya benar mba, baru saja saya dan suami saya periksa dari dokter
kristianingsih
Apoteker : ooh iya ibu. Saya ambilkan obatnya dulu ya bu, mohon tunggu sebentar di
ruang sebelah sini (menunjukkan ruang konseling)
Beberapa saat kemudian apoteker masuk ke ruang konseling dengan membawakan obat..
Apoteker : maaf bu sudah menunggu. Ini saya bawakan obatnya Metformin dan
Yasmin
Pasien : iya sudah mba kata dokter obat ini untuk program hamil saya
Apoteker : Obat-obat ini memiliki efek samping yang rendah terkadang bisa terjadi
pusing, sakit perut,mual-muntah, dan disertai pegel pada pinggung bu..
Apoteker : oh iya bu, untuk membantu program kehamilan ibu sebaiknya banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin ya bu, misalnya buah,sayuran, dan juga
hindari makanan dan minuman yang ber kafein, soda, dan makan-makanan cepat saji, dan
juga hindari stres ya bu.
Apoteker : baik kalo begitu, bisa minta tolong ibu jelaskan kembali apa yang saya
sampaikan ?
Pasien : ini saya dapat 2 macam obat, yang pertama metformin diminum 3x sehari 1
tablet setelah makan, terus yang ini obat yasmin diminum 1x sehari, mulai minumnya pada
hari ketiga pada waktu haid. Minum obanya sesuai hari dan jamnya harus sama. Jika lupa
minum obatnya minum obat selanjutnya saja. Benar begitu kan mba ?
Apoteker : iya bener sekali ibu.. apakah ada yang ingin ditanyakan lagi ?
Ini bu copy resepnya, jadi ibu masih bisa menebus resep obat metforminnya satu kali lagi ya
bu..