Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRAKTIKUM COMPOUNDING AND DISPENSING

KIE PADA PASIEN INFERTILITAS

Oleh:
ProfesiApoteker XXXIV
KelasA2 / Kelompok 11

Idyatulfitri Wulandari 1720343763


Ikae Pratiwi 1720343764

Dosen Pengampu :
Ismi Rahmawati, M.Si., Apt
Dewi Ekowati, M.Sc., Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang
telah berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam
waktu satu tahun.Infertilitas terjadi lebih dari 20% pada populasi di indonesia dan dari
kasus tersebut terdapat 40% pada wanita, 40% pada pria dan 20% pada keduanya dan
ini yang menyebabkan pasangan suami istri tidak mendapat keturunan. Diperkirakan
80-90% pasangan yang sehat akan mendapat pembuahan dalam 1 tahun. (DepKes,
2006).
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pasangan infertil
sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada pria, sedangkan 64% berada pada
wanita. Hal ini di alami oleh 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2 tahun
yang belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah
hamil. WHO juga memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan)
memiliki masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan infertil.
(WHO, 2011).
Ahli andrologi menjelaskan bahwa pada penyebab infertilitas pria 25%
disebabkan oleh varikokel,10% oleh infeksi, 5% oleh faktor imunologis dan 20% lain
yang termasuk kedalam kelainan endokrin, iatrogenik, trauma, dan sitemik. Kejadian
infertilitas berkisar antara 15-20% dari seluruh pasangan usia subur. Menurut
perkiraan WHO (World of Health Organization) akan terjadi penambahan 2 juta
pasangan infertil pertahun di masa yang akan datang. Mengacu pada angka kejadian
tersebut diatas maka infertilitas perlu mendapat penanganan yang memadai. Salah
satu faktor penting yang berperan dalam proses kejadian infertilitas pada pria usia
reproduktif adalah gangguan produk sperma. Gangguan potensi seksual pada pria
terdiri dari 4 kelompok yaitu gangguan gairah seksual, gangguan ereksi, gangguan
ejakulasi, gangguan orgasme. Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab
gangguan potensi seksual pada pria antara lain faktor psikis, fisik, dan sosiokultural.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah 1 tahun atau lebih
dengan catatan pasangan tersebut melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
adanya pemakaian kontrasepsi. Mengingat faktor usia merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan pengobatan, maka bagi perempuan berusia 35 tahun atau
lebih tentu tidak perlu harus menunggu selama 1 tahun. Minimal enam bulan sudah cukup
bagi pasien dengan masalah infertilitas untuk datang ke dokter untuk melakukan
pemeriksaan dasar.
WHO memberi batasan
1. Infertilitas primer adalah belum pernah hamil pada wanita yang telah berkeluarga
meskipun hubungan seksual dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi
untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.
2. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah berusaha dalam waktu 1
tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan
seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi sebelumnya pernah
hamil.

B. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 85-90% pasangan yang menikah dalam satu tahun pernikahannya akan
menjadi hamil, dimana 10-15 % pasangan tersebut akan mengalami kesulitan untuk
menjadi hamil dan mereka ini lah yang disebut sebagai pasangan infertil. Prevalensi
infertilitas yang tepat tidak diketahui dengan pasti, sangat bervariasi tergantung keadaan
geografis, budaya dan status sosial negara tersebut.
Di Amerika serikat persentase wanita infertil meningkat dari 8,4 % pada tahun 1982
dan 1988 menurut National Survey ofFamily Growth (NSFG) menjadi 10,2 % (6,2 juta)
pada tahun 1995. Menurut penelitian Stephen dan Chandra diperkirakan 6,3 juta wanita di
Amerika menjadi infertil dan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4-7,7 juta pada
tahun 2025. Dalam suatu studi populasi dari tahun 2009-2012 diperkirakan akan terdapat
12-24 % wanita infertil.
Al Akour dkk melaporkan 155 (46,3%) wanita dengan infertilitas primer dan 180
(53,7%) wanita dengan infertilitas sekunder. Di Kuwait, Ommu dan Omu melaporkan data
infertiltas primer 65,7% dan 34,3 % wanita dengan infertilitas sekunder. Di Banglades,
Akhter dkk dari 3184 wanita infertil, 61,9 % wanita dengan infertilitas primer dan 38 %
wanita dengan infertilitas sekunder. Di Jerman, Wischmann dkk dilaporkan 67,6 % wanita
dengan infertilitas primer dan 32,4 % dengan infertilitas sekunder.

C. ETIOLOGI
Terdapat 5 faktor penyebab infertilitas yang mendasar , yaitu faktor pasangan pria,
faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada rahim, atau organ pelvis pasangan
wanita ataupun keduanya dan penyebab yang tidak dapat dijelaskan. Diperkirakan faktor-
faktor yang menjadi penyebab infertilitas 40 % dari faktor istri, 40 % faktor suami dan 20
% kombinasi dari keduanya. Greene CA yang menjadi penyebab infertilitas adalah faktor
tuba dan peritoneum 25-35 %, faktor pria 20-35 %, faktor ovulasi 15-25 %, unexplained
faktor 10-20 %, faktor serviks 3-5 %, faktor lain(uterus, gaya hidup, BMI, toksin, aktivitas
dll) 1-5 %.
Di Amerika Serikat, dalam sebuah laporan disebutkan penyebab infertilitas adalah
anovulasi, penyakit pada tuba, faktor servix, endometriosis dan idiopatik dengan
persentase yang tidak tetap.

D. PATOFISIOLOGI
a. Wanita
Beberapa penyuebab dari gangguan infertilitas pada wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis
hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan
dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan
gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak
terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi. abnormalitas ovarium mempengaruhi
pembentukan folikel, abnormalitas serviks mempengaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang
mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma dan sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebabkan
inflamasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang
mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam
mempengaruhi infertilitas diantaranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Komsumsi alkohol dapat mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar area testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis, terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat
pembedahan sehingga menyebabkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu.

E. MANIFESTASI KLINIK
a. WANITA
Terjadi kelainan system endokrin
Hipomenore dan amenore
Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
Wanita infertil dapat memiliki uterus
Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
Traktus reproduksi internal yang abnormal
b. PRIA

Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,


radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid
Tumor hipofisis atau prolactinoma
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen
F. FAKTOR RESIKO
Infertilitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu dari istri (40%-55%), dari
suami(25%-40%), maupun dari keduanya (10%), dan idiopatik (10%).
a. Faktor dari laki-laki
Penurunan kualitas dan produksi sperma, kelainan pada semen, gangguan interaksi
sperma, hipospadia, undercendus testis, micropenis, hernia scortatis.
b. Faktor dari wanita
Gangguan ovulasi, cedera tuba, hambatan/perlengketan tuba, endometriosis, gangguan
interaksi sperma-sekret servix, kelainan yang jarang seperti kelainan uterus, infeksi
pelvic (infeksi pelvic dapat menghambat/menghalangi satu atau kedua tuba palopi
yang mencegah akses sperma menuju ovum). Dapat juga disebabkan karena tumor,
kista ataupun karena gangguan mens amenorhea.
c. Faktor lainnya :1.
1. Faktor hormonal/ lokal dapat menggagalkan ovulsi atau mencegah fertilisasi telur
dariimplantasi.2.
2. Terganggunya traktus reproduksi3.
3. Rentang hidup sperma & ovum pendek 4.
4. Ovum tetap hidup selama kurang lebih 24 jam. Tetapi waktu optimal untuk
fertilisasitidak lebih dari 1-2 jam

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan infertilitas untuk dapat mengembalikan fungsi reproduksi
pada wanita ini juga dapat dilakukan secara operatif. Prosedur reseksi baji pada
ovarium efektif menurunkan produksi LH dan androgen. Menstruasi yang teratur
didapatkan pada 75% pasien dengan angka kehamilan mencapai 60%. Tetapi prosedur
ini menyebabkan komplikasi berupa perlekatan di sekitar daerah pelvis pada sekitar
30% pasien, sehingga sekarang dilakukan dengan teknik elektrokauter secara
laparoskopik yang tidak terlalu invasif. Meskipun dapat membantu regulasi
menstruasi dan terjadinya ovulasi, komplikasi perlekatan harus dipertimbangkan
karena kemungkinan untuk menjadi hamil berkurang di samping efek dari prosedur
ini hanya jangka pendek.
Untuk pasien yang tidak ingin hamil dapat menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi untuk mengatur siklus menstruasi. Keuntungan dari terapi ini adalah
adanya komponen progesteron yang dapat menyebabkan supresi sekresi LH sehingga
berkurangnya produksi androgen dari ovarium dan komponen estrogen yang
meningkatkan produksi SHBG sehingga konsentrasi testosteron bebas dapat menurun
dan akhirnya dapat juga memperbaiki hirsutisme dan masalah kulit yang disebabkan
oleh hiperandrogenisme. Selain itu dapat mengurangi keluhan dismenorea, perdarahan
uterus disfungsional dan angka kejadian penyakit radang panggul serta menurunkan
kemungkinan terkena kanker endometrium dan kanker ovarium. Meskipun demikian
pil kontrasepsi kombinasi dapat menyebabkan eksaserbasi resistensi insulin dan
meningkatkan kadar trigliserida sehingga dapat memperbesar risiko penyakit
kardiovaskuler dan diabetes.
Pada keadaan hiperandrogenisme, hirsutisme merupakan masalah yang sering
dikeluhkan oleh pasien. Jika tidak terlalu banyak dan terlokalisasi, maka dapat lebih
mudah dihilangkan secara mekanik. Tetapi jika cara tersebut tidak efektif, dapat
diberikan terapi antiandrogen. Yang banyak dipakai adalah siprosteron asetat, yang
merupakan progestin sintetik. Jika dikombinasikan dengan etinilestradiol dapat
dipakai sebagai kontrasepsi dan memperbaiki siklus mestruasi.
Alternatif lain adalah Spironolakton dengan mekanisme kerja meningkatkan
katabolisme androgen di mana testosteron diubah menjadi estradiol. Tetapi
spironolakton sering menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur sehingga
harus dikombinasi dengan kontrasepsi oral dosis rendah. Semua terapi untuk
hirsutisme membutuhkan waktu 8-18 bulan sebelum responnya dapat terlihat, yaitu
pertumbuhan rambut menjadi labih lambat.
Saat ini dengan elektrolisis, rambut yang tumbuh berlebihan dapat dihilangkan
secara permanen. Untuk kelainan kulit seperti dermatitis seboroik, hidradenitis
supuratif dan peradangan kulit lain dapat diobati dengan antibiotika spektrum luas
atau dengan kombinasi antiandrogen dan derivat asam retinoid. Penurunan berat
badan juga perlu dilakukan oleh pasien sindrom ovarium polikistik yang sebagian
besar memang mengalami obesitas. Faktor obesitas ini menjadi penyebab kegagalan
pemicuan ovulasi dengan klomifen sitrat. Makin tinggi berat badan penderita maka
diperlukan dosis klomifen sitrat yang lebih tinggi. Dengan penurunan berat badan
maka siklus menstruasi menjadi teratur, ovulasi dapat terjadi secara spontan dan dapat
mengurangi kejadian resistensi insulin.
Cara yang dipakai biasanya kombinasi diet, olahraga dan pemberian obat-obat
yang memperbaiki sensitifitas jaringan terhadap insulin seperti metformin dan
troglitazon.cJadi sebaiknya usaha ini dilakukan bersamaan dengan terapi yang lain
karena dapat memperbaiki kelainan metabolik pada sindrom ini. Pada saat ini terapi
alternatif yang lebih sering digunakan untuk sindrom ovarium polikistik adalah
dengan senyawa sensitisasi insulin yaitu metformin dan troglitazon. Dengan terapi ini
diharapkan sensitifitas tubuh terhadap insulin meningkat, sehingga dapat
memperbaiki kelainan hormonal yang berhubungan dengan sindrom ini. Selain itu
juga dapat menurunkan berat badan dengan cara memperbaiki metabolisme gula di
perifer, meningkatkan penggunaan glukosa oleh usus dan menekan oksidasi asam
lemak.
Pada percobaan, diberikan metformin dan plasebo selama 4 sampai 8 minggu
pada pasien sindrom ovarium polikistik dengan obesitas dan hiperinsulinemia. Pada 2
bulan pertama pemakaian metformin, pemulihan sudah terlihat jelas. Didapatkan
penurunan sekresi insulin pada pasien yang menggunakan metformin. Konsentrasi
testosteron bebas menurun sebagai akibat berkurangnya produksi testosteron dan
meningkatnya SHBG.
Metformin paling sering digunakan pada pasien non insulin dependent
diabetes mellitus (NIDDM) karena tidak menyebabkan hipoglikemi. Beberapa pasien
dapat menurunkan berat badan dan perbaikan tekanan darah serta kadar lemak
darahnya. Selain itu pasien dapat menstruasi dan menjadi hamil pada saat
menggunakannya. Efek samping yang paling sering adalah keluhan gastrointestinal.
Obat lain yang dapat dipakai adalah troglitazon, tetapi pemakaiannya harus diikuti
dengan tes fungsi hati secara berkala karena berpotensi menyebabkan kerusakan hati.
Keunggulan dari terapi ini adalah dapat mencegah perkembangan penyakit yang dapat
menyerang penderita seperti diabetes melitus, hipertensi dan penyakit jantung
koroner.
BAB III

SKRINING RESEP

1. RESEP ASLI

2. Skrining Administratif
Nama dokter : dr. Kristianingsih, Sp. OG

Alamat dokter : Jl. Mataram 22 Solo. Telp. 612345

SIP dokter : Tidak ada

Tanggal penulisan resep : Tidak ada

Tanda R/ : ada

Nama Obat : ada

Dosis obat : Tidak ada

Jumlah yang diminta : Ada

Signa : ada

Nama pasien : Ny. Fitri


Alamat pasien : Tidak ada

Umur pasien : tidak ada

Paraf dokter : Ada

3. SKRINING FARMASETIS
-
4. SKRINING KLINIK

No Nama obat Komposisi Indikasi Kontra indikasi Interaksi Oba


1. Metformin Metformin 500 mg Obat DM yang kadar Gangguan ginjal, Antikoagulan
gula darahnya tidak hamil
terkontrol dengan diet
dan aktivitas fisik
2. Yasmin Drosperinon 3 mg Kontrasepsi oral Penyakit hati, GGA Karbamazepi
Etinilestradiol 0,03 mg phenobarbital
rifampisin

5. PERMASALAHAN
1. SIP dokter dan tanggal penulisan resep serta Dosis obat tidak dituliskan.
2. Alamat dan nomor telpon pasien tidak dituliskan.
BAB IV
KOMUNIKASI, INFORMASI & EDUKASI (KIE)

Di suatu malam yang dingin datanglah seorang Ibu ke Apotek Moonlight dengan
membawa resep setelah periksa ke dokter. Setelah sampai di dalam Apotek :

Apoteker : selamat siang ibu, saya Wulan apoteker di apotek ini. Ada yang bisa saya
bantu ?

Pasien : iya selamat siang mba. saya ingin menebus resep ini mba (menyerahkan
resep kepada apoteker)

Apoteker : (melihat resep dan membacanya). oh ini resep dari dokter


Kristianingsih,Sp.OG ya bu ? (untuk memastikan apakah benar resep tersebut dari dokter
yang tercantum dalam resep)

Pasien : iya benar mba, baru saja saya dan suami saya periksa dari dokter
kristianingsih

Apoteker : ooh iya ibu. Saya ambilkan obatnya dulu ya bu, mohon tunggu sebentar di
ruang sebelah sini (menunjukkan ruang konseling)

Pasien : baik mba..

Beberapa saat kemudian apoteker masuk ke ruang konseling dengan membawakan obat..

Apoteker : maaf bu sudah menunggu. Ini saya bawakan obatnya Metformin dan
Yasmin

Pasien : iya mba gpp..

Apoteker : Sebelumnya apakah dokter sudah menjelaskan tentang obat ini bu ?

Pasien : iya sudah mba kata dokter obat ini untuk program hamil saya

Apoteker : kata dokter harapannya apa bu setelah minum obat ini ?

Pasien : harapannya saya bisa lekas mendapatkan momongan mba

Apoteker : Apakah dokter sudah menjelaskan tentang cara pakainya bu ?

Pasien : belum mba..


Apoteker : Oh baiklah kalau begitu saya minta waktunya untuk menjelaskan tentang
obat-obat ini ya bu..

Pasien : iya mba..

Apoteker : oh iya sebelumnya apakah ibu mempunyai riwayat penyakit DM?

Pasien : tidak ada mba..

Apoteker : oh baiklah. Ini ibu mendapatkan 2 obat, yang pertama Metformin


diminumnya 3x sehari 1 tablet setelah makan, terus yang kedua ini (menunjukkan Yasmin)
obat Yasmin diminum 1x sehari dimulai pada haid hari ke 3 hingga habis. Ini 1 strip isinya
ada 21 obat, nanti ibu minum sesuai dengan harinya ya bu dan usahan minum dengan jam
yang sama. Misalnya hari ini hari senin jadi ibu ngambil obat yang hari senin dan minumnya
di jam 7 malam. Jadi seterusnya obat diminum pada jam 7 malam juga. Jika ibu lupa minum
obatnya dan ingat pada hari berikutnya obat dilanjutkan minum yang hari tersebut saja ya bu.
Misal ibu lupa minum obat hari selasa dan ingatnya pada hari rabu ibu minum obatnya yang
hari rabu saja. Obat ini berfungsi untuk membantu program hamil dan untuk meningkatkan
kesuburan wanita.

Pasien : begitu ya mba, ini obatnya ada efek sampingnya gak ya ?

Apoteker : Obat-obat ini memiliki efek samping yang rendah terkadang bisa terjadi
pusing, sakit perut,mual-muntah, dan disertai pegel pada pinggung bu..

Pasien : oh begitu ya mba..

Apoteker : oh iya bu, untuk membantu program kehamilan ibu sebaiknya banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin ya bu, misalnya buah,sayuran, dan juga
hindari makanan dan minuman yang ber kafein, soda, dan makan-makanan cepat saji, dan
juga hindari stres ya bu.

Pasien : oh iya baik mba..

Apoteker : apakah ibu sudah jelas dengan penjelasan saya ?

Pasien : iya mba, saya sudah cukup jelas

Apoteker : baik kalo begitu, bisa minta tolong ibu jelaskan kembali apa yang saya
sampaikan ?
Pasien : ini saya dapat 2 macam obat, yang pertama metformin diminum 3x sehari 1
tablet setelah makan, terus yang ini obat yasmin diminum 1x sehari, mulai minumnya pada
hari ketiga pada waktu haid. Minum obanya sesuai hari dan jamnya harus sama. Jika lupa
minum obatnya minum obat selanjutnya saja. Benar begitu kan mba ?

Apoteker : iya bener sekali ibu.. apakah ada yang ingin ditanyakan lagi ?

Pasien : oyaa..obat ini saya bayar dimana mba ?

Apoteker : oh nanti bisa di bayar di kasir depan bu..

Ini bu copy resepnya, jadi ibu masih bisa menebus resep obat metforminnya satu kali lagi ya
bu..

Pasien : baik mba.. kalo begitu saya permisi dulu ya mba

Apoteker : iya ibu, saya harap ibu cepat dikasi momongan ya bu

Pasien : amin,, terimakasih mba.. (kemudian meninggalkan ruang konseling).

Anda mungkin juga menyukai