Anda di halaman 1dari 64

Kata Pengantar

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Serealia 2015-2019 merupakan acuan dan


arah dalam melaksanakan upaya pengembangan komoditi serealia selama lima
tahun ke depan (2015-2019).

Guna mencapai target yang telah ditetapkan tentunya tidak mudah, karena
dihadapkan pada kondisi permasalahan dan tantangan yang tidak ringan, disamping
itu gerak dinamika lingkungan strategis baik internasional, regional dan lokal
semakin kompleks. Guna menghadapi kondisi tersebut maka diperlukan penerapan
budidaya yang lebih baik, baik terkait pengolahan / pengelolaan lahan, perbenihan,
infrastuktur dan sarana pendukung, introduksi teknologi budidaya yang terbaru serta
kelembagaan, dll. Dalam implementasinya di lapangan tentunya membutuhkan
kerjasama dan komitmen dari para pelaku di lapangan dan disesuaikan dengan
karakteristik dan potensi di daerah masing-masing.

Renstra serealia ini merupakan revisi pertama dari renstra serealia sebelumnya.
Revisi ini merupakan penyesuaian terhadap struktur organisasi Direktorat Serealia
yang baru, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :43/Permentan/
OT.010/ 8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Pasal
300 menyebutkan bahwa Direktorat Serealia mempunyai tugas Melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi
padi, jagung, dan serealia lain. Perubahan mendasar dari renstra sebelumnya
adalah pada aspek fokus/sistem pengelolaan produksi serealia, dimana akan
dikelompokkan pada dua kelompok yaitu kelompok intensifikasi dan ekstensifikasi.
Diharapkan dengan perubahan ini maka dapat lebih mendorong dan mengakselerasi
gerak dan langkah para pelaku pembangun pertanian di lapangan guna mendukung
pencapaian target produksi komoditi serealia.

Akhirnya semoga dokumen Renstra Serealia 2015-2019 ini dapat bermanfaat untuk
mendorong pencapaian target produksi yang telah ditetapkan. Semoga Tuhan YME
berkenan memberikan perlindungan dan ridho-Nya atas semua upaya yang telah
kita kerjakan.

Jakarta, 5 Oktober 2015


Direktur Serealia

Nandang Sunandar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................. 1
1.2.Potensi dan Permasalahan .............................................. 3
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN ORGANISASI
2.1.Visi ................................................................................... 6
2.2.Misi .................................................................................. 6
2.3.Tujuan .............................................................................. 7
2.4.Kinerja Produksi Padi Jagung Tahun 2005-2014.............. 8
2.5.Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019 .... 9
2.6.Organisasi ........................................................................ 11
BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1.Arah Kebijakan dan Strategi Nasional .............................. 16
3.2.Arah Kebijakan Pengembangan Serealia ......................... 18
3.3. Strategi dan Langkah Operasional Peningkatan Produksi
Serealia ............................................................................ 26
BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT SEREALIA
4.1.Program dan Kegiatan Direktorat Serealia ....................... 32
4.2.Dukungan Pendanaan...................................................... 34
BAB V MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
5.1.Perencanaan .................................................................... 36
5.2.Pengorganisasian ............................................................ 36
5.3.Monitoring, Evaluasi, Pengawasan dan Pengendalian ..... 39
BAB VI PENUTUP ........................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................... 42
DAFTAR TABEL

Tabel 1.Perkembangan Produksi Padi dan Jagung dari Tahun


2005-2014 ............................................................................... 8
Tabel 2.Perkembangan Luas Panen Padi dan Jagung Tahun
2005-2014 ............................................................................... 9
Tabel 3.Perkembangan Produktivitas Padi dan Jagung Tahun
2005-2014 ............................................................................... 9
Tabel 4.Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019 ....... 10
Tabel 5.Sasaran Strategis Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi dan Jagung
Tahun 2015-2019 ................................................................... 11
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Budidaya Serealia ........................ 34


Lampiran 2. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2015 .................................. 35
Lampiran 3. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2016 .................................. 36
Lampiran 4. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2017 .................................. 37
Lampiran 5. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2018 .................................. 38
Lampiran 6. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Padi Tahun 2019 .................................. 39
Lampiran 7. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2015 .............................. 40
Lampiran 8. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2016 .............................. 41
Lampiran 9. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2017 .............................. 42
Lampiran 10.Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2018 ............................... 43
Lampiran 11.Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas
dan produksi Jagung Tahun 2019 ............................... 44
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Strategis Direktorat Serealia 2015- 2019 merupakan turunan dari


Renstran Ditjen Tanaman Pangan serta Renstra Kementerian Pertanian
sebagai wujud dari Permentan Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015 tanggal 6
April 2015 khususnya Pasal 2 Ayat 1 bahwa Renstra Kementerian Pertanian
merupakan dasar dari rensta unit kerja eselon I dan eselon II.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang


saat ini memasuki tahap ke-3 (2015-2019) sebagai kelanjutan dari RPJMN
tahap ke-2 (2010-2014) yang telah berakhir. RPJMN tahap ke-3 (2015-2019)
sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi
nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam
kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku
industri, penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja,
sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, serta penyedia bahan
pakan dan bioenergi.

Upaya mencapai target sukses pembangunan pertanian pada RPJMN tahap-2


(2010-2014) yang meliputi (1) peningkatan swasembada berkelanjutan padi dan
jagung dan swasembada kedelai, gula dan daging sapi, (2) peningkatan
diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan
(4) peningkatan kesejahteraan petani melalui strategi yang dikemas dalam 7
Gema Revitalisasi yang meliputi (1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasi perbenihan
dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur pertanian, (4) revitalisasi SDM petani,
(5) revitalisasi permodalan petani, (6) revitalisasi kelembagaan petani, dan (7)
revitalisasi teknologi dan industri hilir. Sampai saat ini telah banyak capaian
yang diwujudkan meskipun masih perlu ditingkatkan.

Dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian


nasional semakin nyata. Selama periode 2010-2014, rata-rata kontribusi sektor
pertanian terhadap PDB mencapai 10,26 % dengan pertumbuhan sekitar 3,90

1
%. Pada periode yang sama, sektor pertanian menyerap angkatan kerja
terbesar walaupun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2014 sektor
pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau sekitar 30,2 % dari total tenaga
kerja. Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat sangat pesat. Walaupun sempat
menurun pada tahun 2013, namun NTP melonjak dari sebesar 101,78 pada
tahun 2010 menjadi 106,52 pada tahun 2014. Pada periode yang sama, jumlah
penduduk miskin di perdesaan yang sebagian besar bergerak di sektor
pertanian menurun dari sekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta
pada tahun 2014.

NAWA CITA atau agenda prioritas Kabinet Kerja mengarahkan pembangunan


pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia
sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya
secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan
bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam
negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan
menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan.
Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada pangan
yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian
secara luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Sasaran pembangunan pertanian ke depan perlu disesuaikan terkait dengan


cakupan pembangunan pertanian yang lebih luas dan skala yang lebih besar
guna mengungkit peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan
mencermati hasil evaluasi selama periode lima tahun terakhir dan perubahan
paradigma sebagaimana tertuang dalam SIPP 2015-2045, maka sasaran
strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah (1) Pencapaian
swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi gula dan
daging , (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan komoditas
bernilai tambah dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan
substitusi impor, (4) penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, (5)
peningkatan pendapatan keluarga petani, serta (6) akuntabilitas kinerja aparatur
pemerintah yang baik.

2
Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun
dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk
Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi (1) peningkatan ketersediaan dan
pemanfaatan lahan, (2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3)
pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan
petani, (5) pengembangan dan penguatan pembiayaan, (6) pengembangan dan
penguatan bioindustri dan bioenergi, serta (7) penguatan jaringan pasar produk
pertanian.

Sebagai salah satu bagian dari pembangunan pertanian, komoditi tanaman


pangan khsusunya padi dan jagung memegang peranan yang sangat penting
dan strategis, oleh karena itu dalam upaya pengamanan komoditas tanaman
pangan, pemerintah setiap tahunnya selalu menempatkan sebagai hal utama
dalam setiap perencanaan pembangunan. Komoditas tanaman pangan
diupayakan selalu tersedia dalam keadaan cukup, hal ini untuk memenuhi
kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri, dimana setiap tahunnya
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
berkembangnya industri.

Pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup merupakan salah satu hak bagi
manusia yang paling azasi dan juga menjadi salah satu faktor penentu bagi
perwujudan ketahanan nasional. Sehubungan dengan itu, kekurangan pangan
yang terjadi secara meluas di suatu negara akan menyebabkan kerawanan
ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas suatu negara.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Pembangunan periode 2015-2019 pada dasarnya merupakan kelanjutan dan


peningkatan pelaksanaan pembangunan pada periode sebelumnya. Agar
pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi
target sasaran yang ditetapkan.

Potensi pengembangan padi dan jagung masih sangat besar. Masih tersedia
areal pertanian dan lahan potensial belum termanfaatkan secara optimal seperti

3
lahan kering/rawa/lebak/pasang surut/gambut yang merupakan peluang bagi
peningkatan produksi padi dan jagung. Potensi sumberdaya ini harus dirancang
dengan baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
petani. Disamping itu, kondisi lahan yang secara umum subur dan iklim yang
mendukung merupakan peluang yang sangat menguntungkan untuk
pembangunan tanaman pangan.

Indonesia dengan luas wilayah daratan 192 juta hektar mempunyai potensi
yang sangat besar disektor pertanian terutama tanaman pangan, khususnya
pengembangan padi dan jagung. Luas kawasan budidaya sekitar 123 juta
hektar (64,6 persen dari luas daratan) berpotensi sebagai kawasan pertanian
sebesar 101 juta hektar. Dari areal tersebut yang sudah terolah sampai saat ini
sebesar 25,6 juta ha lahan sawah, dan untuk lahan kering tanam semusim 25,3
juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Dengan demikian
potensi perluasan untuk kawasan pertanian adalah sebesar 54 juta hektar
dengan komposisi; 36 juta hektar dapat digunakan untuk tanaman
pangan/perkebunan dan merupakan lahan kering, 15 juta hektar sesuai untuk
areal persawahan dan 3 juta hektar untuk lahan peternakan. (Siswono Yudo
Husodo, 2006)

Berdasarkan data BPS tahun 2013, data luas baku Indonesia untuk lahan
sawah seluas 8,112 juta hektar. Berdasarkan jenis pengairan adalah 1) irigasi
seluas 4,819 juta hektar, yaitu di pulau Jawa seluas 2,442 juta hektar dan luar
Jawa seluas 2,377 juta hektar; 2) non irigasi seluas 3,292 juta hektar, yaitu di
pulau Jawa seluas 789 ribu hektar dan luar Jawa seluas 2,503 juta hektar. Di
Indonesia luas lahan tegal/kebun yaitu 11,877 juta hektar, lahan ladang/huma
seluas 5,273 juta hektar, dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas
14,214 juta hektar.

Kondisi ini mengindikasikan untuk pengembangan sub sektor tanaman pangan


khususnya pengembangan padi dan jagung dengan program penambahan baku
lahan dapat diarahkan ke daerah-daerah di luar pulau Jawa. Potensi
pengembangan untuk areal irigasi memungkinkan di pulau Sumatera dan
Sulawesi. Selain itu untuk penumbuhan kantong-kantong produksi dapat juga

4
dikembangkan pada lahan non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak dan
polder) yang banyak terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan
untuk lahan yang sementara tidak diusahakan masih banyak terdapat di Papua
seluas 5,329 juta hektar.

Berdasarkan hasil evaluasi atas pembangunan pertanian tanaman pangan


khususnya Direktorat Budidaya Serealia yang telah dilaksanakan sampai saat
ini, persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian di
masa yang akan datang, khususnya jangka waktu 2014 -2019, mencakup aspek
seperti: kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, infrastruktur, sarana
prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem perbenihan dan perbibitan
nasional; akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani dan penyuluh;
keterpaduan antar sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian. Secara
lebih lengkap, permasalahan mendasar tersebut di atas diuraikan sebagai
berikut:

1. Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global


2. Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air
3. Status dan luas kepemilikan lahan (17,62 juta KK < 0.5 Ha)
4. Sistem perbenihan dan perbibitan nasional belum berjalan optimal
5. Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku
bunga usahatani
6. Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian
7. Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian.

5
II. VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN ORGANISASI

2.1. Visi

Visi Direktorat Serealia tahun 2015 - 2019, yaitu Tercapainya Target


Produksi Komoditi Serealia khusunya Padi dan Jagung yang cukup dan
berkelanjutan

Makna produksi dapat dilihat dari dua pespektif yaitu jumlah (kuantitas) dan
mutu (kualitas). Produksi dalam arti jumlah merupakan hasil (dalam satuan ton)
yang dicapai melalui pemanfatan lahan pertanaman, peningkatan produktivitas,
dan pengamanan potensi kehilangan hasil produksi. Sedangkan produksi dalam
arti mutu merupakan standar tertentu yang dapat dikonsumsi secara layak bagi
manusia maupun kebutuhan industri. Cukup berarti jumlah yang dapat
disediakan setelah mempertimbangkan kebutuhan konsumsi, kebutuhan
perdagangan, dan kebutuhan cadangan (stok). Dalam hal ini, jika kebutuhan
dapat dipenuhi secara total dari produksi dalam negeri maka disebut sebagai
swasembada. Berkelanjutan berarti memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.

Untuk mewujudkan visi ini, Direktorat Serealia diupayakan sebagai penggerak


sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki. Upaya sinkronisasi, mobilisasi,
koordinasi, dan integrasi menjadi sangat penting dilakukan untuk mendorong
pencapaian visi sesuai dengan sasaran (target) yang ditetapkan.

2.2. Misi

Direktorat Serealia mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu :


Meningkatkan perluasan penerapan budidaya komoditi serealia yang
tepat dan berkelanjutan. Terkait hal tersebut, maka beberapa hal yang harus
dilakukan oleh Direktorat Serealia adalah :

1. mewujudkan birokrasi Direktorat Serealia yang profesional dan


berintegritas,

6
2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya komoditi serealia yang
tepat dan berkelanjutan,
3. mendorong dan berkoordinasi terkait mengembangkan sistem
penyediaan benih yang efisien, efektif, dan berkelanjutan,
4. mendorong dan berkoordinasi penanganan pascapanen tanaman
pangan,
5. mendorong dan berkoordinasi pengamanan produksi tanaman pangan
berkelanjutan, dan
6. berkoordinasi dan mendorong peran serta instansi dan stakeholder
terkait serta masyarakat dalam pembangunan komoditi serealia yang
berkelanjutan.

1.3. Tujuan

Dalam melaksanakan koordinasi pembangunan komoditas Serealia, Direktorat


Serealia mempunyai tugas mensukseskan pencapaian visi dan misi dengan
tujuan : Meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan
budidaya tanaman pangan khususnya padi dan jagung yang tepat dan
berkelanjutan untuk peningkatan produksi dalam rangka mencapai kemandirian
pangan.

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Serealia dimaksudkan


untuk memberikan arah kegiatan Direktorat Serealia secara sistimatis dan
terencana sampai dengan lima tahun kedepan, dan juga sebagai dasar
perencanaan tahunan, sehingga di harapkan dapat menghasilkan perencanaan
yang berkesinambungan, sinergis, terpadu dan akuntabel. Sebagai suatu
dokumen perencanaan resmi, Renstra disusun dengan tujuan sebagai berikut:

a. Merumuskan kebijakan strategis, program dan kegiatan sub-sektor


pertanian tanaman pangan khususnya Direktorat Serealia yang akan
dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun (2015-2019);
b. Menjabarkan kebijakan strategis sub-sektor pertanian tanaman pangan
khususnya Direktorat Serealia ke dalam program dan kegiatan
berdasarkan indikator dan sasaran yang akan dicapai;

7
1.4. Kinerja Produksi Padi Jagung Tahun 2005 - 2014

Capaian produksi komoditas pertanian selama tahun 2005-2014 telah


menunjukkan prestasi yang baik, antara lain : peningkatan produksi padi dari
54,15 juta ton GKG pada tahun 2005 menjadi 70,85 Juta ton GKG tahun 2014,
rata-rata peningkatan produksi padi tahun 2015-2014 mencpai 3,07% per tahun.
Produksi jagung juga memperlihatkan peningkatan yang cukup baik khususnya
pada periode 2005-2014 yaitu mencapai 5,22%. Produksi jagung tahun 2005
mencapai 12,43 juta ton pipilan kering menjadi 19,01 juta ton.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung dari Tahun 2005 - 2014

Peningkatan produksi padi terjadi karena selama periode tahun 2005-2014


didorong oleh peningkatan luas panen setiap tahunnya 1,55 % yaitu dari luas
panen 11.84 Juta ha pada tahun 2005 meningkat menjadi 13.57 Juta ha pada
tahun 2014. Selain peningkatan luas panen sebagai salah satu pendorong
peningkatan produksi padi, juga didukung oleh peningkatan produktivitas padi.
Selama kurun waktu 2005-2014 terjadi peningkatan produktivitas pada periode
tersebut dengan peningkatan setiap tahunnya sebesar 1,49%, yaitu dari
produktivitas 45,74 ku/ha pada tahun 2005 meningkat menjadi 52,21 ku/ha pada
tahun 2014.
Sementara peningkatan produksi jagung terjadi karena luas panen selama
periode 2005-2014 dengan peningkatan setiap tahunnya 0,68% yaitu dari luas
panen 3.67 juta ha pada tahun 2005 meningkat menjadi 3.84 juta ha pada tahun
2014.Selain peningkatan luas panen, juga didukung oleh peningkatan
produktivitas jagung pada periode tersebut dengan peningkatan setiap tahunnya

8
sebesar 4,36 %, yaitu dari produktivitas 33,88 ku/ha pada tahun 2005
meningkat menjadi 49,54 ku/ha pada tahun 2014.
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen Padi dan Jagung, Tahun 2005 - 2014

Tabel 3. Perkembangan Produktivitas Padi dan Jagung, Tahun 2005 - 2014

1.5. Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019

Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian adalah: a) mewujudkan


pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; b) mewujudkan
peningkatan diversifikasi pangan; c) mewujudkan peningkatan nilai tambah;
serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Pencapaian keempat
sasaran (target) tersebut diharapkan dapat memberikan dampak kinerja yang
signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional terutama ketahanan pangan
nasional. Selain itu dampak kinerja pembangunan tanaman pangan juga
diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan meningkatkan
pendapatan bagi negara.
Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan untuk menggerakkan
kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Mengacu pada Empat
Sukses Keberhasilan Pembangunan Pertanian, ditetapkan sasaran
pembangunan tanaman pangan sebagai berikut:
9
a) Mewujudkan swasembada padi secara berkelanjutan
b) Mewujudkan swasembada jagung secara berkelanjutan

Dari Empat Sukses Keberhasilan Pembangunan Pertanian yang berhubungan


secara langsung dan menjadi tanggungjawab Direktorat Serealia adalah:
Mewujudkan swasembada padi secara berkelanjutan dan Mewujudkan
swasembada jagung secara berkelanjutan. Pendekatan yang dilakukan dalam
rangka mencapai sasaran tersebut adalah melalui Penerapan Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. Dalam pelaksanaan gerakan ini
diharapkan nantinya dilakukan pengawalan yang ketat dengan memberdayakan
seluruh petugas dilapangan serta koordinasi instansi terkait.

Tabel 4. Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan


No Komoditas
dalam ribu ton 2015-2019 (%)
1 Padi 73,445 76,226 78,132 80,085 82,078 2.74
2 Jagung 21,957 23,154 24,415 25,745 27,148 5.17
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan serealia maka ditetapkan
sasaran strategis berupa target luas tanam, luas panen, produktivitas dan
produksi padi dan jagung tahun 2015-2019, sebagi berikut :

Tabel 5. Sasaran Strategis Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan


Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019

10
Dari hasil revisi ini, selama periode 2015-2019 tersebut produksi padi dan
jagung diharapkan naik rata-rata 2,82 persen dan 8,30 persen. Sasaran
tersebut ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi dan jagung.

Agar posisi swasembada dapat berkelanjutan, maka target peningkatan


produksinya harus dipertahankan minimal sama dengan pertumbuhan
permintaan dalam negeri. Dengan kondisi pertambahan jumlah penduduk
secara nasional rata-rata sebesar 1,49 persen per tahun, permintaan bahan
baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas
harga, pemenuhan peluang ekspor, serta pertumbuhan industri hilir dalam
negeri yang semakin pesat maka target produksi sebagaimana tersebut di atas
dianggap relevan.

Strategi untuk mencapai swasembada padi secara berkelanjutan, yaitu akan


dilakukan melalui: 1) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi
rawa/lebak dan padi gogo dengan fokus pada lokasi yang masih mempunyai
produktivitas dibawah rata-rata nasional/provinsi/kabupaten, dan 2) perluasan
areal tanam terutama untuk padi gogo dan padi rawa/lebak melalui
pemanfaatan lahan peremajaan Perhutani dan Inhutani maupun pembukaan
lahan/cetak sawah. Adapun untuk mencapai swasembada jagung secara
berkelanjutan, maka strategi yang akan dikembangkan utamanya adalah
meningkatkan komposisi pertanaman jagung hibrida.

1.6. Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :43/Permentan/ OT.010/


8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Pasal 300
menyebutkan bahwa Direktorat Serealia mempunyai tugas Melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
produksi padi, jagung, dan serealia lain (Struktur Organisasi Direktorat Serealia
terlampir).

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 300,


Direktorat Serealia menyelenggarakan fungsi:

11
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi irigasi
dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi irigasi dan
rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta
jagung dan serealia lain;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan produksi
padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan
serealia lain;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta
jagung dan serealia lain; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Serealia.

Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut dilakukan dalam Direktorat Serealia


yang terdiri dari 3 Sub Direktorat dan ditambah Subbagian Tata Usaha dan
Kelompok Jabatan Fungsional, yaitu:
a. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa;
b. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering;
c. Subdirektorat Jagung dan Serealia Lain;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Secara rinci pelaksanaan tugas dan fungsi dari masing-masing Subdirektorat


terdiri dari :

1. Subdirektorat Padi Irigasi dan Rawa


Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta pemberdayaan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta pemberdayaan;

12
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan
rawa, serta pemberdayaan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta
pemberdayaan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta
pemberdayaan.
1.1. Seksi Intensifikasi Padi Irigasi dan Rawa mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan
kegiatan di bidang peningkatan intensifikasi padi irigasi dan
rawa.
1.2. Seksi Ekstensifikasi Padi Irigasi dan Rawa, dan
Pemberdayaan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, supervisi,
evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
ekstensifikasi Padi Irigasi dan Rawa, serta pemberdayaan.
2. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering
Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan
dan lahan kering, serta pemberdayaan;

13
d. Pemberi bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering,
serta pemberdayaan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering,
serta pemberdayaan.
2.1. Seksi Intensifikasi Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknijs, supervisi,
evaluasi dan oelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering.
2.2. Seksi Ekstensifikasi Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering, dan
Pemberdayaan mempuntai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering,
serta pemberdayaan.
3. Subdirektorat Jagung dan Serealia Lain
Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan
serealia lain, serta pemberdayaan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan; dan

14
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bigang
peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain,
serta pemberdayaan.
3.1.Seksi Intensifikasi Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang peningkatan intensifikasi jagung dan serealia lain.
3.2.Seksi Ekstensifikasi Jagung dan Serealia Lain, dan
Pemberdayaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, sipervisi,
evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta pemberdayaan.
4. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat
menyurat, serta kearsipan Direktorat Serealia.
5. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
a. Kelompok Jabatan Fungsional tediri atas jabatan fungsional
Pengawas Mutu Hasil Pertanian dikoordinasikan oleh pejabat
fungsional senior yang ditujukan Direktur Serealia.
b. Direktur Serealia menempatkan pejabat fungsional Pengawas Mutu
Hasil Pertanian pada unit kerja eselon III sesuai tugas jabatan
fungsional.
c. Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
d. Jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

15
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Untuk mencapai sasaran peningkatan produksi serta nilai tambah dan daya
saing komoditi pertanian yang telah ditetapkan, maka arah kebijakan difokuskan
pada: (1) peningkatan produktivitas dan mutu hasil pertanian komoditi andalan
ekspor, potensial untuk ekspor dan substitusi impor; dan (2) mendorong
pengembangan industri pengolahan terutama di perdesaan serta peningkatan
ekspor hasil pertanian. Terkait hal tersebut, maka Kementerian Pertanian
menyusun dan melaksanakan Tujuh Strategi Utama Penguatan
Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) sebagai berikut :

1. Peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan


2. Peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian
3. Pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit
4. Penguatan kelembagaan petani
5. Pengembangan dan penguatan pembiayaan pertanian
6. Pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi
7. Penguatan jaringan pasar produk pertanian

Selain tujuh strategi utama, terdapat Sembilan Strategi Pendukung sebagai


berikut :

1. Penguatan dan peningkatan kapasitas SDM pertanian


2. Peningkatan dukungan perkarantinaan
3. Peningkatan dukungan inovasi dan teknologi
4. Pelayanan informasi publik
5. Pengelolaan regulasi
6. Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi
7. Pengelolaan perencanaan
8. Penataan dan penguatan organisasi
9. Pengelolaan sistem pengawasan

16
Kedaulatan pangan dicerminkan pada kekuatan untuk mengatur masalah
pangan secara mandiri, yang perlu didukung dengan: (i) ketahanan pangan,
terutama kemampuan mencukupi pangan dari produksi dalam negeri; (ii)
pengaturan kebijakan pangan yang dirumuskan dan ditentukan oleh bangsa
sendiri; dan (iii) mampu melindungi dan mensejahterakan pelaku utama pangan,
terutama petani dan nelayan. Untuk tetap meningkatkan dan memperkuat
kedaulatan pangan, sasaran utama prioritas nasional bidang pangan pertanian
periode 2015-2019 adalah:

1. Tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari


produksi dalam negeri. Produksi padi diutamakan ditingkatkan dalam
rangka swasembada agar kemandirian dapat dijaga. Produksi jagung
ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan keragaman pangan dan pakan
lokal.
2. Terwujudnya peningkatan distribusi dan aksesibilitas pangan yang didukung
dengan pengawasan distribusi pangan untuk mencegah spekulasi, serta
didukung peningkatan cadangan beras pemerintah dalam rangka
memperkuat stabilitas harga.
3. Tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan sehingga mencapai
skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 92,5 (2019).
4. Terbangunnya dan meningkatnya layanan jaringan irigasi untuk
menggantikan alih fungsi lahan.

Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN 2015-2019 adalah:


pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan
peningkatan produksi pangan pokok, stabilisasi harga bahan pangan,
terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang
meningkat serta meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan. Arah
kebijakan Pemantapan Kedaulatan Pangan tersebut dilakukan dengan 5
strategi utama, meliputi:

1. Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi


dalam negeri, yang meliputi komoditas padi, jagung, kedelai, daging, gula,
cabai dan bawang merah.

17
2. Peningkatan kualitas Distribusi Pangan dan Aksesibilitas Masyarakat
terhadap Pangan.
3. Perbaikan kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat
4. Mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan dilakukan terutama
mengantisipasi bencana alam dan dampak perubahan iklim dan serangan
organisme tanaman dan penyakit hewan.
5. Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan.

3.2. Arah Kebijakan Pengembangan Serealia

Komoditi serealia khususnya beras dan jagung merupakan komoditas pangan


strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah
mengingat merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Meskipun upaya meningkatkan produksi dan produktivitas padi terus
dilakukan oleh pemerintah, permasalahan ketersediaannya belum teratasi
dengan baik. Pemecahan masalah terhadap peningkatan produksi padi
dilakukan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut
dilakukan melalui penyediaan input, penyediaan teknologi, sarana air,
pemasaran hasil dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk lebih
menggairahkan para petani berusahatani yang lebih optimal, sehingga pada
akhirnya peningkatan produksi dan produktivitas padi dan jagung akan terjadi.

3.2.1. Intensifikasi Pertanian

Intensifikasi pertanian merupakan usaha yang dilakukan untuk


meningkatkan hasil pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan
pertanian yang sudah tersedia. Dalam pelaksanaan intensifikasi
pertanian akan fokus pada upaya panangan masalah terkait pengelolaan
tanah, pengadaan bibit unggul, penanaman, pemupukkan,
pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman, pemanenan dan
kegiatan selama pasca panen.

18
1. Perbenihan

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil


ditempuh melalui penggunaan benih varietas unggul bersertifikat.
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat diharapkan selalu
meningkat dari tahun ke tahun.

Permasalahan yang mendasar adalah ketersediaan benih unggul


bersertifikat belum mencukupi apabila hanya mengandalkan potensi
aktual sumber benih yang ada saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan
akan varietas unggul bersertifikat selain dipenuhi oleh kelembagaan
perbenihan milik pemerintah/BUMN, juga dipenuhi oleh produsen
benih milik swasta baik dalam bentuk Badan Hukum maupun
perseorangan serta penangkar benih.

Terkait perbenihan, maka beberapa upaya yang perlu dilakukan antara


lain : a) perbaikan/penataan kelembagaan perbenihan mulai dari
tingkat pusat sampai daerah; b) melindungi dan memelihara
sumberdaya genetik nasional untuk pengembangan varietas unggul
baik nasional maupun lokal; c) memperkuat pengawasan benih; d)
pemberdayaan penangkar benih di daerah guna pemenuhan
kebutuhan benih pada daerah tersebut; e) mendorong peran swasta
dalam pengembangan industri perbenihan

2. Pengelolaan Lahan Secara Tepat dan Terencana

Setelah memperoleh bibit unggul, langkah selanjutnya yakni


mengelola tanah untuk dipakai dalam penyemaian bibit dan media
tumbuh kembang bibit hingga proses pemanenan. Untuk mengelola
lahan pertanian dapat ditempuh melalui cara modern dan konvensional
(tradisional/manual). Cara modern dapat ditempuh dengan
menggunakan cara mekanik yakni menggunakan traktor yang sudah
modern, sedangkan cara manual/konvensional dapat dilakukan
dengan menggunakan alat seperti cangkul. Metode tradisonal

19
menggunakan cangkul memiliki kelemahan yakni sangat tidak efisien
dan membutuhkan waktu cukup lama untuk menggarap lahan
pertanian.

Terkait upaya pengelolaan lahan maka upaya yang dapat dilakukan


antara lain ; a) membangun database yang lengkap dan akurat terkait
dengan potensi sumberdaya lahan yang ada; b) perlindungan terhadap
lahan pangan produktiv dan menekan laju konversi lahan pertanian
dengan mengefektifkan Undang-Undang No 41/2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan; c) upaya
mengoptimalkan lahan terlantar/ lahan tidak diusahakan/ lahan tidur,
kawasan hutan yang telah dilepas dan belum dimanfaatkan, atau izin
pemanfaatan lahan hutan yang masih dalam kawasan hutan; d) upaya
mempertahankan kesuburan tanah maupun memperbaiki kondisi
lahan marginal melalui penerapan sistem pemupukan beribang dan
diintegrasikan dengan pupuk organik.

3. Pengelolaan Air

Pengaturan pasokan air yang dialirkan ke lahan-lahan pertanian


sangat penting untuk membuat struktur dan komponen tanah menjadi
lembab dan berair sehingga akan memberikan nutrisi dan menjaga
tanaman agar tetap sehat, tidak layu, dan kelangsungan hidupnya
terjaga dengan baik. Sebaiknya gunakan air secukupnya dan
berdasarkan kebutuhan untuk dialiri di lahan pertanian. Umumnya
pemberian air tidak boleh melebih titik layu lahan. Dan pasokan air
yang cukup di atas lahan sangat penting untuk kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta meningkatkan
produktivitas panen nantinya.

Terkait upaya pembangunan infrastruktur sarana pengairan, maka


Kementerian Pertanian akan memprioritaskan pada pembangunan
jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan irigasi desa, jaringan irigasi

20
tersier dan kuarter guna mendukunga upaya perluasan areal tanam.
Sementara untuk infrastruktur jaringan irigasi primer dan sekunder
diharapkan Kementerian Pekerjaan Umum dapa menyediakan
infrastruktur tersebut.

4. Pemberian Pupuk Sesuai Dosis Yang Tepat

Penggunaan pupuk merupakan salah satu input yang sangat penting


dalam peningkatan produktivitas hasil tanaman pangan. Pupuk yang
digunakan oleh rumah tangga petani antara lain adalah pupuk
anorganik, pupuk organik, kombinasi pupuk anorganik dan organik.
Peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi
tanaman pangan khususnya padi dan jagung masih bisa ditingkatkan
bila rumah tangga petani yang belum menggunakan pupuk tersebut
bisa dikurangi jumlahnya.

Beberapa hal yang penting terkait dengan pelaksanaan kebijakan


subsidi pupuk berperan penting adalah: (1) penetapan alokasi
kebutuhan pupuk dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk (HET) bersubsidi
per tahunnya; (2) penetapan produsen pupuk bersubsidi (bersama
kementerian BUMN) dan menilai kebenaran data/dokumen
pembayaran subsidi pupuk yang diajukan oleh produsen; dan (3)
penyaluran dana subsidi kepada produsen pupuk. Sementara itu, di
dalam distribusi pupuk, Kementerian Perdagangan sangat berperan di
dalam menetapkan mekanisme pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi, serta melakukan pengawasan di dalam pengadaan dan
penyaluran pupuk bersubsidi.

Beberapa permasalahan dalam penyaluran pupuk bersubsidi adalah


pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang belum
valid, di mana terdapat indikasi penggelembungan (mark- up) luas
lahan dan jumlah petani. Pada aspek penyaluran/distribusi, penjualan
pupuk dengan harga di atas HET, penjualan pupuk kepada petani
yang tidak terdaftar dalam RDKK, tidak dipasangnya spanduk

21
pengumuman harga, penyaluran pupuk yang tidak sesuai dengan DO
(Delivery order), keterlambatan distribusi, kelangkaan, penggantian
kemasan, penimbunan, penjualan di luar wilayah distribusi, dan
terdapat pengecer yang tidak resmi. Sedangkan terkait aspek
pengawasan, Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) di tingkat

Berbagai upaya telah dikembangkan Kementerian Pertanian untuk


memecahkan masalah yang terkait dengan pupuk. Untuk peredaran
pupuk, dengan pengembangan sistem penyaluran tertutup terus
diupayakan perbaikan dalam distribusi. Terkait dengan bentuk subsidi
kepada petani, selama tahun 2010-2011 telah dilakukan pengkajian
yang komprehensif terhadap pemberian subsidi pupuk. Uji coba
pemberian subsidi langsung kepada petani sebagai pengganti subsidi
kepada pabrik pupuk belum sepenuhnya berhasil dengan baik,
sehingga subsidi kepada pabrikan terus dilakukan.

5. Perlindungan dari OPT dan DPI

Perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dalam


pengamanan produksi untuk menjaga kuantitas, kualitas dan
kontinuitas hasil yang berkaitan erat dengan penanganan gangguan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan pengaruh Dampak
Perubahan Iklim (DPI) mulai pra panen sampai dengan pascapanen.

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi perlindungan


tanaman dan kompleksnya permasalahan di lapangan, operasional
pengendalian OPT di lapangan mengacu pada sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Agar strategi pengendalian OPT dapat
terlaksana dengan baik, salah satu faktor yang mendapat perhatian
adalah pemberdayaan sumberdaya manusia melalui Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Dari SLPHT ini
diharapkan dapat diwujudkan kemandirian petani dalam pengambilan
keputusan di lahan usahataninya.

22
Proses usahatani tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya adalah iklim/cuaca. Unsur iklim/cuaca yang sangat
penting pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem usahatani di
daerah tropis (Indonesia khususnya) adalah curah hujan sebagai
sumber air utama. Tetapi pada keadaan ekstrim, curah hujan yang
sangat berlebihan pada musim hujan dapat menimbulkan bencana
alam banjir, dan sebaliknya jumlah curah hujan yang sangat kurang
pada musim kemarau dapat menimbulkan bencana alam kekeringan.
Kedua jenis bencana alam tersebut, dapat menimbulkan penurunan
produksi dengan intensitas dan luasan yang berbeda-beda pada setiap
tahunnya. Secara umum, petani melakukan usahataninya hanya
berdasarkan kebiasaan pada kondisi iklim yang normal.Mereka
umumnya tidak memiliki kemampuan menganalisa serta
memanfaatkan data informasi iklim. Sehingga bila terjadi perubahan
iklim secara ekstrim seperti curah hujan kurang atau lebih dari normal,
petani tidak mampu berbuat banyak. Kondisi iklim/cuaca yang sangat
fluktuatif/ekstrim saat ini dipengaruh perubahan iklim global, selain
perubahan agroekosistem yang mempengaruhi keadaan iklim mikro.

OPT dan DPI merupakan faktor pembatas produksi tanaman pangan.


Gangguan OPT dan DPI berupa banjir dan kekeringan baik secara
langsung maupun tidak langsung berpotensi dapat menurunkan
kuantitas dan kualitas hasil.Perkembangan OPT di lapangan
berkorelasi positif dengan penerapan teknologi budidaya tanaman
yang kurang tepat, seperti penggunaan verietas yang tidak tepat,
pemupukan tidak berimbang dan penggunaan pestisida kurang
bijaksana. Selain itu, kondisi perubahan iklim global menyebabkan
sulitnya menentukan waktu dan pola tanam yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap perkembangan OPT. Tingkat
kerusakan tanaman berdasarkan intensitas serangan dari ringan
sampai dengan puso adalah hama (16-90 persen), dan penyakit (11-
75 persen).

23
3.2.2. Ekstensifikasi Pertanian

Ekstensifikasi pertanian adalah perluasan areal pertanian ke wilayah


yang sebelumnya belum pernah dimanfaatkan. Program ekstensifikasi
memiliki sasaran terhadap lahan-lahan seperti lahan hutan, lahan
gambut, lahan rawa, serta lahan marginal lainnya. Dalam peristilahan
internasional dikenal dengan agricultural (land) espansion.
Ekstensifikasi pertanian bertujuan untuk mengatasi permasalahan
kurangnya lahan produktif.
Berikut beberapa upaya ekstensifikai yang dapat diterapkan dalam upaya
mendukung peningkatan produksi komoditas serealia, antara lain ;
1. Perluasan Lahan Pertanian dengan pemanfaatan areal hutan
2. Perluasan lahan pertanian dengan pemanfaatan lahan kering atau
lahan marginal
3. Perluasan lahan pertanian dengan pemanfaatan lahan gambut / rawa

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan pengelokaan produksi serealia guna


mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Khususnya komoditi
serealia berupa padi dan jagung, maka Direktorat Serealia Tentunya tidak
dapat dipisahkan dengan dukungngan program dankegiatan dari unit eselon II
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan seperti : program dan kegiatan
Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan dari Direktorat
Perbenihan. Program dan kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
dari Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, program dan kegiatan
Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) dari
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, program dan kegiatan Dukungan
Manajemen dan Teknis dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Program dan kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan
Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih oleh Balai Besar
Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BBPPMBTPH): serta kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan oleh Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT):
24
Seluruh kegiatan utama di atas dikemas ke dalam suatu bentuk pendekatan
berupa Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pengelolaan Tanaman Terpadu
adalah suatu pendekatan dalam budidaya tanaman yang menekankan pada
pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu tumbuhan secara
terpadu yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas
tanaman secara berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan memperhatikan
sumber daya, dan kemampuan yang ada. PTT menekankan pada prinsip
partisipatori yang menempatkanpengalaman, keinginan, dan kemampuan petani
dalam menerapkan suatu teknologi. Adapun komponen teknologi dalam PTT
tersebut adalah terkait dengan :
1) Benih varietas unggul bermutu dan bersertifikat.
2) Pengelolaan tanah secara sempurna sesuai dengan kondisi tanah.
3) Penanaman tepat waktu serta cara tanam dengan tepat.
4) Pengaturan tata air dengan baik.
5) Penggunaan pupuk secara berimbang.
6) Pengendalian OPT dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
7) Penanganan panen dan pascapanen dengan baik.

Pelaksanaan program dan kegiatan dalam upaya peningkatan produktivitas


yang merupakan tugas dan fungsi pokok Direktorat Serealia dan salah satu
upaya untuk muwujudkannya adalah melalui penerapan teknologi yang sesuai
dengan spesifik lokasi. Teknologi pertanian di tingkat petani harus berbasis
teknologi modern, dengan teknologi yang baik maka diharapkan terjadi efisiensi
tenaga kerja, penghematan biaya produksi, percepatan dalam pelaksanaan
usaha tani (pengolahan tanah, penanaman, pengendalian hama sampai dengan
pasca panen) dan mutu hasil yang baik sehingga dapat bersaing di pasar.

Spesifik lokasi merupakan metode dalam menyikapi keberagaman geografis


wilayah Indonesia. Dengan mengacu pada spesifik lokasi diharapkan dapat
meminimalisir kendala-kendala yang ada dilapangan, misalnya cuaca/iklim,
jenis tanah, karakteristik air, faktor sumberdaya manusia.

Dengan keterpaduan teknologi modern dan spesifik lokasi diharapkan seluruh


permasalahan dan kendala dapat tertangani secara cepat dan tepat. Efek yang

25
sangat diharapkan adalah dengan meningkatnya kesejahteraan petani sebagai
tujuan/goal dalam pembangunan pertanian secara umum.

3.3. Strategi dan Langkah Operasional Peningkatan Produksi Serealia

Tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya Serealia yaitu: Peningkatan


Produksi dan Produktivitas komoditas serealia. Kebijakan dan strategi Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk
Mencapai Swasembada padi dan jagung Tahun 2015 - 2019 secara rinci dapat
dijabarkan sebagai berikut.

1). Peningkatan Produktivitas

Saat ini, sudah cukup banyak tersedia paket teknologi tepat guna yang
dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan kuantitas, kualitas
dan produktifitas aneka produk pertanian.Berbagai varietas berdaya
produksi tinggi; teknologi produksi pupuk dan produk bio; alat dan mesin
pertanian; serta aneka teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan
hasil pertanian sudah banyak dihasilkan para peneliti di lembaga
penelitian, masyarakat petani dan swasta. Namun demikian, berbagai
paket teknologi ini masih belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh
masyarakat petani, karena berbagai keterbatasan yang dihadapi dan
dimiliki petani seperti: proses diseminasi, kelembagaan dan skala usaha,
keterampilan serta tingginya biaya untuk menerapkan teknologi.

Para petani didorong untuk meningkatkan produktivitas yang dilaksanakan


secara terencana dan berkelanjutan melalui peningkatan mutu intensifikasi
dengan menerapkan rekayasa ekonomi, rekayasa sosial dan teknologi
maju yang efisien dan spesifik lokasi, serta didukung oleh penerapan alat
dan mesin pertanian dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dalam mengembangkan penerapan teknologi dilakukan pewilayahan
berdasarkan tingkat produktivitas dan penerapan teknologi yang ada.
Akselerasi penerapan teknologi diarahkan pada daerah-daerah yang
tingkat produktivitasnya relatif rendah. Bagi daerah-daerah yang
produktivitasnya telah relatif tinggi dimantapkan dengan fokus
26
pengembangan diarahkan kepada aspek rekayasa sosial, ekonomi dan
kelembagaan.

Peningkatan produktivitas tersebut dilakukan melalui penggunaan benih


bermutu dari varietas unggul, pemupukan berimbang dan penggunaan
pupuk organik, pengaturan pengairan dan tata guna air, penggunaan alat
mesin pertanian, dan perbaikan budidaya

Benih Bermutu dari Varietas Unggul

Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul difasilitasi melalui


pembinaan produsen benih untuk dapat menghasilkan benih secara 6
(enam) tepat, yaitu tepat waktu, mutu, varietas, jumlah, lokasi dan harga.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan
benih bermutu dari varietas unggul adalah: (a) inventarisasi stok dan
penangkaran benih yang terdapat di masing-masing daerah dalam setiap
skala waktu tertentu, (b) pemanfaatan stok benih yang ada secara optimal,
(c) pembinaan kepada produsen/penangkar benih agar proses produksi
benih terlaksana secara berkelanjutan.

Pemupukan Berimbang dan Pupuk Organik

Untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan kualitas hasil


dilakukan pemupukan berimbang, baik antara pupuk anorganik maupun
dengan pupuk organik, sehingga perbandingan penyerapan unsur hara
oleh tanaman dilakukan secara seimbang. Rekomendasi dosis pemupukan
berimbang berpedoman kepada dosis anjuran spesifik lokasi yang
dinamis. Perhatian perlu pula diberikan kepada tanah yang mengalami
kekurangan (defisiensi) unsur seperti Zn, Mg, Ca dan laln-lain, yaitu
dengan memanfaatkan potensi pupuk organik seperti limbah
pertanian/kompos, kotoran hewan, dan pupuk hayati lainnya, sehingga
struktur, tekstur dan pH tanah menjadi lebih baik dan tanaman dapat
tumbuh dengan subur.

27
Pengairan

Pengembangan jaringan irigasi dan tata guna air sesuai kebutuhan


pengairan usahatani, dilakukan berkoordinasi dengan Kementerian
Pekerjaan Umum, dan instansi terkait lainnya sehingga penyediaan air
bagi pertanaman dapat terjamin sesuai dengan kebutuhan. Penyediaan air
irigasi/pengairan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas
tanaman pangan, yang dilakukan melalui perbaikan saluran-saluran yang
rusak/bocor maupun melalui penerapan sistem hemat air seperti sistem
leb, pengairan bertahap (intermittent irigation) serta meningkatkan
kerjasama dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Pengembangan bangunan konservasi dan pengelolaan sumberdaya air
seperti embung, sumur resapan, bendung, cekdam dan lainnya dapat
dimanfaatkan secara merata sepanjang tahun.

Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)

Pengembangan alat mesin pertanian (termasuk didalamnya peningkatan


SDM pengguna alsintan dalam menerapkan teknologi alsintan) dan
pengembangan usaha pelayanan jasa alsintan dari prapanen sampai
dengan pascapanen dilakukan untuk mendorong percepatan pengolahan
lahan, efisiensi usaha tani, peningkatan kualitas dan peningkatan nilai
tambah dan daya saing produk pertanian tanaman pangan yang
dihasilkan. Penyediaan traktor dan pompa air perlu dilanjutkan dengan
penyediaan alsin penanam karena percepatan pengolahan lahan juga
harus diikuti dengan percepatan proses tanam. Dalam hal ini termasuk
fasilitasi penyediaan alat pascapanen yang dapat mengurangi kehilangan
hasil dan meningkatkan mutu hasil tanaman pangan.

Perbaikan Budidaya

Perbaikan budidaya dilakukan dalam upaya penanggulangan fluktuasi


produksi yang terjadi selama ini yang bersifat musiman, dan ditempuh
dengan pembinaan terhadap pengaturan pola, waktu dan cara tanam yang
sesuai untuk mengatur distribusi panen yang lebih merata sepanjang
28
tahun. Ini akan menjamin penyediaan produksi secara merata sepanjang
tahun dan peningkatan produktivitas, sehingga mengurangi fluktuasi harga
dan menyediakan lapangan kerja yang merata. Upaya-upaya yang perlu
dilakukan dalam perbaikan budidaya antara lain: (a) perencanaan pola,
tata, waktu dan cara tanam yang tepat sesuai dengan rekomendasi BPTP
setempat, (b) pengaturan distribusi panen yang lebih merata, (c)
penerapan cara tanam yang sesuai anjuran teknologi baru, (d)
peningkatan populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam, (e)
penerapan pemupukan berimbang, (f) perluasan penggunaan benih
padi/jagung hibrida bermutu, dan (g) penyiapan lahan dengan teknologi
tanpa olah tanah (TOT).

2). Perluasan Areal Tanam

Pengembangan tanaman pangan terutama jagung dengan pelaksanaan


Perluasan Areal Tanam, dilakukan melalui: (1) optimalisasi pemanfaatan
lahan; (2) cetak sawah baru;

Optimalisasi Lahan

Optimalisasi pemanfaatan lahan dilaksanakan melalui upaya :


a. peningkatan indeks pertanaman (IP) baik IP 100 menjadi IP 200 atau IP 200
menjadi IP 300, maupun IP 0 menjadi IP 100 atau IP 200 pada sawah irigasi,
tadah hujan, lahan kering maupun lahan lebak serta pasang surut;
b. penanaman tanaman sela/intercropping di lahan perkebunan, kehutanan
maupun hortikultura. Tanaman sela dapat diusahakan 3-5 tahun atau lebih,
sepanjang tajuk tanaman pokok belum menaungi. Sedangkan pada tanaman
pokok sejenis kelapa rakyat, tanaman sela dapat dilakukan sepanjang tahun.
Untuk lahan transmigrasi, tanaman pangan dapat diusahakan pada lahan
pekarangan, lahan usaha utama maupun lahan usaha ke dua baik secara
monokultur maupun tumpang sari.

Cetak Sawah Baru

Cetak sawah baru, dilakukan melalui pembukaan lahan pada berbagai


tipologi lahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cetak sawah baru

29
adalah: (1) ada inisiatif dari petani/pemuka masyarakat, (2) melakukan
survai, investigasi dan desain, (3) status kepemilikan lahan jelas, (4)
menghindari vegetasi hutan berat/hutan lindung, (5)
pengairan/ketersediaan air terjamin, dan (6) mendapat dukungan penuh
dari pemerintah setempat.

Dalam rangka pencapaian sasaran produksi komoditas serealia sebagai bagian


dari kedaulatan pangan nasional, maka disusun langkah operasional
peningkatan produksi padi dan jagung. Target swasembada dari komoditas
serealia tersebut menjadi penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan nasional
dengan mengedepankan produksi dalam negeri dan kemandirian didalam
menentukan kebijakan nasional di bidang pangan.

Dalam Permentan No. 48/Permentan/ OT.140/10/2006 tentang Budidaya


Tanaman Pangan yang Baik dan Benar, Budidaya Tanaman Pangan yang Baik
dan Benar atau Good Agriculture Practices (GAP). Tujuan GAP adalah (1)
Meningkatkan mutu hasil tanaman pangan termasuk keamanan konsumsi
tanaman pangan; (2) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing tanaman
pangan; (3) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumber daya alam; (4)
Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi
yang berkelanjutan; (5) Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki
sikap mental yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan,
kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan; (6) Meningkatkan peluang dan
daya saing penerimaan oleh pasar internasional maupun domestik; (7) Memberi
jaminan keamanan terhadap konsumen.

Langkah operasional peningkatan produksi komoditas serealia terbagi dua yaitu


peningkatan luas tanam dan peningkatan produktivitas.

a. Peningkatan luas penanaman, melalui:

Pencetakan lahan baku sawah baru dan pemanfaatannya/Optimasi


lahan;
Pemanfaatan lahan kering dan lahan terlantar;
Peningkatan indeks pertanaman (IP);

30
Penerapan pola tumpangsari.

b. Peningkatan produktivitas, melalui:

Penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi dan jagung;


Penyediaan benih unggul padi dan jagung
Subsidi dan penyediaan pupuk
Bantuan pengolahan pupuk
Pemberdayaan penangkar menuju kemandirian benih
Bantuan alat dan mesin
Pengembangan jaringan
Dukungan peralatan pasca panen
Penerapan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
Penerapan pengendalian hama dan penyakit
Pemanfaatan kalender tanam

31
IV. PROGRAMDAN KEGIATAN DIREKTORAT SEREALIA

4.1. Program dan Kegiatan Direktorat Serealia

Pada tahun 2015 2019, program dan kegiatan yang dilaksanakan sudah
mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Serealia Tahun 2015 - 2019.
Program yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat Serealia adalah
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan
untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.

Upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman serealia (padi, jagung,


gandum, sorgum dan komoditas alternatif lainnya) dilakukan dengan upaya
mendorong peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam
(peningkatan indeks pertanaman) Indikator yang hendak dicapai adalah: (1)
Luas pengembangan padi dan jagung yang meningkat produksi dan
produktivitasnya, pengembangan, pembinaan dan pengawalan. Kegiatan
tersebut dilakukan melalui penggunaan benih varietas unggul bersertifikat,
peningkatan populasi tanaman, penerapan teknologi yang memicu peningkatan
produksi seperti teknologi pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang dan
organik, perbaikan tataguna air/system pengairan, serta pemeliharaan yang
lebih intensif.

Seluruh kegiatan utama di atas dikemas ke dalam suatu bentuk pendekatan


Pengelolaan Tanaman dan sumberdaya Terpadu (PTT). Pengelolaan Tanaman
Terpadu adalah suatu pendekatan dalam budidaya tanaman yang menekankan
pada pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu tumbuhan
secara terpaduyang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanaman secara berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan
memperhatikan sumber daya, dan kemampuan yang ada. PTT menekankan
pada prinsip partisipatori yang menempatkan pengalaman, keinginan, dan
kemampuan petani dalam menerapkan suatu teknologi.Adapun komponen
teknologi dalam PTT tersebut adalah terkait dengan :
a. Benih varietas unggul bermutu dan bersertifikat.
b. Pengelolaan tanah secara sempurna sesuai dengan kondisi tanah.
32
c. Penanaman dengan teknologi Jarwo (jajar legowo) tepat waktu serta cara
tanam dengan tepat.
d. Pengaturan tata air dengan baik.
e. Penggunaan pupuk secara berimbang.
f. Pengendalian OPT dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
g. Penanganan panen dan pascapanen dengan baik.

Operasional peningkatan produktivitas dan produksi komoditi padi maupun


dilapangan, selain dilakukan melalui pelaksanaan Gerakan Pengembangan
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu, maka untuk
mempertahankan pencapaian sasaran produksi, pembinaan melalui gerakan
peningkatan produksi dan produktivitas juga dilakukan pada areal-areal di luar
areal program PTT padi dan jagung. Areal peningkatan produksi difokuskan
pada areal yang produktivitasnya masih lebih rendah dari rata-rata produktivitas
nasional. Dengan Gerakan Pengembangan PTT diharapkan terbina kawasan-
kawasan andalan untuk pengembangan padi dan jagung, yang berfungsi
sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani,
sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan,
pembinaan manajemen kelompok, sertasebagai percontohan bagi kawasan
lainnya.

Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan


pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian,
Peneliti, POPT,PBT dan Mantri Tani. Penguatan kelembagaan ditumbuh
kembangkan berdasarkan semangat untuk memajukan usaha dan
mensejahterakan masyarakat di perdesaan, baik untuk kegiatan produktif
maupun konsumtif. Materi yang dibahas pertemuan kelompopk terkait
penguatan kelembangaan kelompok sehingga mengarah ke perkembangan
manajemen usaha tani yang baru antara lain: 1) pemakaian benih/bibit unggul
bermutu, 2) pemupukan berimbang, 3) pengendalian hama terpadu, 4)
penerapan teknologi alsin, 5) pengairan, dan 6) hal-hal lain yang berkaitan
dengan peningkatan produktivitas.

33
4.2. Dukungan Pendanaan

Dukungan pembiayaan berasal dari berbagai sumber seperti APBN, APBD,


pinjaman/hibah luar negeri, swasta, kredit (perbankan, koperasi), swadaya
petani/kelompok tani, serta pembiayaan lainnya. Dukungan dana dari berbagai
sumber tersebut, diperlukan guna memperluas cakupan kegiatan-kegiatan
dalam program yang telah ditetapkan.

Sumber anggaran yang tersedia dari APBN tidak hanya mengandalkan dari
dana yang disediakan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian saja, tetapi
harus menggali dan disinkronkan dengan sumber pendanaan APBN dari
Kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Tenaga Kerja danTransmigrasi, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Koperasi Usaha Kecil danMenengah, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perdagangan dan Lembaga terkaitlainnya.

Pemanfaatan anggaran yang berasal dari APBD provinsi maupun


kabupaten/kota juga tidak hanya mengandalkan anggaran yang dialokasikan
untuk sektor pertanian (sub sektor tanaman pangan) saja, tetapi harus menggali
dan disinergikan dengan sumber pembiayaan dari instansi dan lembaga terkait
lain yang ada di daerah.Terlebih lagi pada era otonomi daerah saat ini. Sumber-
sumber pembiayaan pembangunan sebagian besar telah dialokasikan ke
daerah baik melalui Dana AlokasiUmum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),
Dana Perimbangan maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sumber pendanaan lain yang perlu digali dan disinergikan dalam mendukung
program pembangunan adalah dana yang berasal dari swasta dan lembaga
keuangan/perkreditan termasuk swadaya petani. Sumber pendanaan ini
memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan. Oleh sebab itu Pemda harus mampu menggali dan
memanfaakan sumber dana tersebut untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan seoptimal mungkin. Sumber pendanaan yang tersedia pada
lembaga keuangan/perkreditan seperti KKP, KUK, KIK, kredit koperasi, micro
34
finance, dan skimkredit lainnya dapat memfasilitasi agar para petani/kelompok
tani dapat dengan mudah mengakses dan memanfaatkan sumber pendanaan
tersebut. Disamping itu, sumber pendanaan pembangunan lainnya yang cukup
potensial adalah yang berasal dari swasta dalam bentuk kerjasama kemitraan
atau sistem avalis.

Pendanaan swasta baik yang bersumber dari kredit usaha komersial


perbankan, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman
Modal Asing (PMA) seyogyanya dapat ditingkatkan melalui promosi investasi
oleh instansi pertanian di pusat, provinsidan atau kabupaten/kota.Promosi
tersebut didasarkan pada potensi dan prospek pembangunan pertanian di
daerah. Kredit usaha komersial perbankan sepenuhnya tergantung pada
kelayakan kredit setiap unit usaha. Prinsip yang harus dianut dalam pendanaan
swasta adalah public private partnership, yaitu kerjasama usaha yang saling
memperkuat, saling membesarkan dansaling menguntungkan antara industri
besar dengan petani dalam membentuk manajemen rantai pasokan (supply
chain management). Sumber pendanaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan pertanian adalah yang bersumber dari CoorporateSocial
Responsibility (CSR), yaitu bagian dari keuntungan usaha
swasta dan BUMN/BUMD.

Peran yang lebih besar dalam pembangunan pertanian seyogyanya menjadi


kewenangan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kotamelalui APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota (termasuk di dalamnya Dana Alokasi Khusus) yang
diperuntukkan bagi: (1) penyediaan infrastruktur dasar dan infrastruktur
pertanian yang tidak diminati swasta dan tidak mampu dibangun dan dipelihara
oleh masyarakat petani; (2)pengembangan kapasitas kelembagaan pelayanan
dasar di bidang pertanian yang meliputi pelayanan pengembangan sumberdaya
manusia, teknologi, permodalan, pasar dan informasi pasar; dan (3)mengatasi
hambatan dalam pemasaran produk pertanian.Penyediaan infrastruktur dasar
dan infrastruktur pertanian dari hulu sampai hilir meliputi: jaringan irigasi,
embungembung,sumur dalam (artesis), jaringan jalan produksi dan jalan
pemasaran ke industri pengolahan, pusat perbibitan masyarakat, laboratorium
serifikasi benih/bibit, peralatan pengolah tanah serta gudang/silo.
35
V. MANAJEMEN BERBASIS KINERJA

5.1. Perencanaan

Dalam manajemen pelaksanaanprogram dan kegiatan pada Direktorat


Budidaya Serealia, maka proses perencanaan yang dilakukan melalui tahap-
tahap sebagai berikut: (1) Identifikasi permasalahan, (2) perumusan alternatif
kebijakan, (3) pengkajian alternatif, (4) penentuan alternatif dan rencana, (5)
pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan, dan (6) penilaian hasil
pelaksanaan program dan kegiatan.

5.2. Pengorganisasian

Untuk pembangunan komoditas serealia, Direktorat Serealia mendukung Dirjen


Tanaman Pangan. Dalam Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran
dilakukan oleh satuan kerja, berupa :Satuan Kerja Pusat yaitu satuan kerja
yang kewenangan dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan
anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah
satuan kerja di provinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satuan
kerja di provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan tugas pembantuan.

Tugas Pemerintah Pusat adalah memfasilitasi, menyusun pedoman, standar,


criteria dan prosedur penyelenggaraan pengembangan komoditas serealia,
serta melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan. Sedangkan tugas Pemerintah Daerah di provinsi adalah melakukan
pembinaan, pengawasan dan penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) serta
mengkoordinasi kegiatan pengembangan serealia antar kabupaten/kota
diwilayahnya. Sementara Kabupaten/Kota tugasnya adalah menyusun Petunjuk
Teknis(Juknis) dan menyelenggarakan pengembangan komoditas serealia di
wilayah kerjanya.

Guna mendukung pelaksanaan kegiatan utama pengembangan komoditas


serealia baik untuk tingkatpusat, provinsi, dan kabupaten/kota, maka
Kewenangan pemerintah pusat adalah menetapkan kebijakan, menyusun

36
perencanaan nasional, sebagai sumber penyediaan data dan informasi, norma,
kriteria, strategi, standar teknis, kajian serta pengembangan model. Peran
pemerintah pusat juga melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas sub sektor
di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, serta melakukan monotoring
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.Pemerintah provinsi mempunyai
kewenangan menetapkan kebijakan yangdilaksanakan, menyusun
perencananan dan petunjuk pelaksanaan serta melakukan koordinasi lintas
sektor, lintas sub sektor dan lintas wilayah tingkat provinsi serta melakukan
monitoring evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.Kewenangan dari
pemerintah kabupaten/kota adalah menyusun perencanaan, petunjuk teknis
pelaksanaan, menyediakan fasilitas penunjang, melakukan koordinasi dan
pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota, serta melakukan monitoring evalusi
pelaksanaan program dan kegiatan.

Peran serta masyarakat, petani, kelompok tani, maupun dunia usaha


pengembangan komoditi serealian sangat penting untuk keberhasilan
pengembangan komoditi serealia.

Dalam melaksanakan kegiatan guna pengembangan komoditas serealia,


Direktorat serealia peran serta masyarakat, petani/kelompok tani maupun dunia
usaha menjadi sangat penting, selain itu memerlukan pula dukungan dan
kerjasama dari instansi di lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar
Kementerian Pertanian.
Dukungan dari lingkup kementerian pertanian seperti Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian berupa Perbaikan dan penyediaan
infrastruktur pertanian (pengelolaan jaringan irigasi dan jalan produksi),
Perluasan dan pengelolaan lahan pengembangan komoditi serealia,
Pembiayaan pertanian agribisnis, pupuk, pestisida, serta alat mesin pertanian
panen dan pascapanen. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian berupa
dukungan subsidi bunga modal investasi, penjaminan kredit pertanian,
koordinasi dan penyiapankebijakan, rencana dan program pembangunan
pertanian, koordinasi dan penyusunan anggaran pembangunan pertanian,
pelaksanaan reformasi birokrasi, pelaksanaan penyusunan regulasi, bantuan

37
hukum, informasi publik. Direktorat Perbeniihan Ditjen Tanaman Pangan
berupa penguatan kelembagaan perbenihan komoditas tanaman pangan,
penyediaan varietas unggul bermutu, pengembangan teknologi tepat guna
dibidang budidaya, perbenihan. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
berupa dukungan penyediaan sistem informasi pertanian, dan penyediaan data
informasi pertanian serta data dukung lainnya yang diperlukan. Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian berupa
dukungan pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan, magang
kepada pemandu lapang, kontak tani atau petani komoditas serealia dan
dukungan eselon I dan II lingkup Kementerian Pertanian lainnya.

Selain dukungan yang berasal dari lingkup Kementerian Pertanian,


pengembangan komoditi serealian juga memerlukan dukungan dari luar
Kementerian Pertanian. Seperti Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dan Kementerian Keuangan terkait perumusan kebijakan makro
yang berpihak pada sub sektor tanaman pangan khususnya, seperti subsidi
benih, bunga kredit, penjaminan, perpajakan, investasi serta kebijakan lain yang
berpihak kepada petani. Kementerian Dalam Negeri terkait mengkoordinasikan
program yang didanai dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dengan
program yang didanai APBN. Kementerian Pekerjaan Umum terkait
pengawasan penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah dan tata guna lahan
pertanian, pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur jaringan jalan, waduk,
embung, jaringan irigasi primer dan sekunder serta infrastruktur sumberdaya air.
Kementerian Perdagangan terkait kebijakan penetapan aturan non tariff
komoditas pertanian impor, pengawasan terhadap penerapan izindistribusi dan
peredaran/ penggunaan pupuk an-organik, pestisida dan alat mesin pertanian,
menjamin efisiensi distribusi pangan dan sarana produksi, penataan kerjasama
pemasaran internasional di Negara tujuan ekspor, mengantisipasi gejolak harga
pangan menjelang panen raya, musim kemarau dan hari-hari besar,
Pengawasan terhadap perdagangan illegal, Penyebaran informasi
perkembangan hargaharian komoditas sub-sektor tanaman pangan, pemasaran
serta pengawasan distribusi pupuk dan pestisida. Badan Meteorologi,
Klimatologi danGeofisika (BMKG) terkait Kebijakan untuk menata jaringan dan

38
melayani penyediaan informasi prakiraan perubahan dan anomali iklim serta
bencana alam yang berpotensi mengancam produksi komoditas serealia.
Perum BULOG terkait kebijakan penyerapan hasil panen petani (terutama
gabah di saat panen raya) secara maksimal, menyiapkan cadangan pangan
yang cukup, stabilisasi harga pangan pada tingkatan harga yang wajar bagi
petani produsen dan masyarakat konsumen, memberdayakan usaha kelompok
tani yang mampu bekerja sama langsung dalam pemasaran produk pertanian
yang dihasilkannya. Serta dukungan dari kementerian lainnya, termasuk
perguruan tinggi.

5.3. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian

Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan komoditas serealia, Direktorat


Serealia akan menyusun standar dan prosedur monitoring, evaluasi,
pengawasan, dan pengendalian. Monitoring, evaluasi, pengawasan dan
pengendalian wajib dilakukan oleh pemerintah Pusat dalam hal ini DIrektorat
Serealia, maupun oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang


telah dicapai dari setiap kegiatan. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala
dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan. Monitoring bisa dilakukan
sebelum kegiatan di mulai (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going), dan
setelah dilakukan kegiatan (ex-post). Ketaatan, kelengkapan, dan kelancaran
pelaporan akan dijadikan pertimbangan pengalokasian anggaran pada tahun
berikutnya.

Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan


pendekatan indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis
(masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan
untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan pengawasan fungsional


pembangunan pertanian masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal

39
Kementerian Pertanian.Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan
setiap saat selama proses manajemen berlangsung. Pengawasan fungsional
terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan juga
dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti BPK, BPKP dan
Bawasda.Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian,
pengusutan dan penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan
anggaran yang telah dialokasikan.

40
VI. PENUTUP

Peningkatan produksi komoditas serealia pada periode lima tahun ke depan


(2015 -2019), harus didukung dengan seluruh instansi lain baik dalam lingkup
pertanian ataupun di luar pertanian, stakeholder serta masyarakat petani secara
keseluruhan. Upaya yang dilakukan adalah dengan mebuat/menetapkan suatu
kebijakan yang mengakomodir seluruh masyarakat pertanian untuk dapat
bersama-sama mendukung tercapainya swasembada padi dan jagung

Rencana strategis budidaya serealia diharapkan dapat menjadi acuan untuk


seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan, mengkoordinasikan dan
mensinergikan serta mengimplementasikan kegiatan secara tepat dan cepat
untuk terwujudnya tujuan yang ditetapkan

Keberhasilan seluruh kegiatan Budidaya Serealia untuk meningkatkan


produktivitas perlu adanya keselarasan dari stakeholder dalam pelaksanaan
kegiatan, maka dari itu diperlukan perencanaan yang strategis untuk dapat
diimplementasikan pada setiap lini/level kepentingan.

41
LAMPIRAN

42

Anda mungkin juga menyukai