Guna mencapai target yang telah ditetapkan tentunya tidak mudah, karena
dihadapkan pada kondisi permasalahan dan tantangan yang tidak ringan, disamping
itu gerak dinamika lingkungan strategis baik internasional, regional dan lokal
semakin kompleks. Guna menghadapi kondisi tersebut maka diperlukan penerapan
budidaya yang lebih baik, baik terkait pengolahan / pengelolaan lahan, perbenihan,
infrastuktur dan sarana pendukung, introduksi teknologi budidaya yang terbaru serta
kelembagaan, dll. Dalam implementasinya di lapangan tentunya membutuhkan
kerjasama dan komitmen dari para pelaku di lapangan dan disesuaikan dengan
karakteristik dan potensi di daerah masing-masing.
Renstra serealia ini merupakan revisi pertama dari renstra serealia sebelumnya.
Revisi ini merupakan penyesuaian terhadap struktur organisasi Direktorat Serealia
yang baru, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :43/Permentan/
OT.010/ 8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Pasal
300 menyebutkan bahwa Direktorat Serealia mempunyai tugas Melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi
padi, jagung, dan serealia lain. Perubahan mendasar dari renstra sebelumnya
adalah pada aspek fokus/sistem pengelolaan produksi serealia, dimana akan
dikelompokkan pada dua kelompok yaitu kelompok intensifikasi dan ekstensifikasi.
Diharapkan dengan perubahan ini maka dapat lebih mendorong dan mengakselerasi
gerak dan langkah para pelaku pembangun pertanian di lapangan guna mendukung
pencapaian target produksi komoditi serealia.
Akhirnya semoga dokumen Renstra Serealia 2015-2019 ini dapat bermanfaat untuk
mendorong pencapaian target produksi yang telah ditetapkan. Semoga Tuhan YME
berkenan memberikan perlindungan dan ridho-Nya atas semua upaya yang telah
kita kerjakan.
Nandang Sunandar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................. 1
1.2.Potensi dan Permasalahan .............................................. 3
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN ORGANISASI
2.1.Visi ................................................................................... 6
2.2.Misi .................................................................................. 6
2.3.Tujuan .............................................................................. 7
2.4.Kinerja Produksi Padi Jagung Tahun 2005-2014.............. 8
2.5.Sasaran Produksi Padi dan Jagung Tahun 2015-2019 .... 9
2.6.Organisasi ........................................................................ 11
BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
3.1.Arah Kebijakan dan Strategi Nasional .............................. 16
3.2.Arah Kebijakan Pengembangan Serealia ......................... 18
3.3. Strategi dan Langkah Operasional Peningkatan Produksi
Serealia ............................................................................ 26
BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT SEREALIA
4.1.Program dan Kegiatan Direktorat Serealia ....................... 32
4.2.Dukungan Pendanaan...................................................... 34
BAB V MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
5.1.Perencanaan .................................................................... 36
5.2.Pengorganisasian ............................................................ 36
5.3.Monitoring, Evaluasi, Pengawasan dan Pengendalian ..... 39
BAB VI PENUTUP ........................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................... 42
DAFTAR TABEL
1
%. Pada periode yang sama, sektor pertanian menyerap angkatan kerja
terbesar walaupun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2014 sektor
pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau sekitar 30,2 % dari total tenaga
kerja. Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat sangat pesat. Walaupun sempat
menurun pada tahun 2013, namun NTP melonjak dari sebesar 101,78 pada
tahun 2010 menjadi 106,52 pada tahun 2014. Pada periode yang sama, jumlah
penduduk miskin di perdesaan yang sebagian besar bergerak di sektor
pertanian menurun dari sekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta
pada tahun 2014.
2
Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun
dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk
Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi (1) peningkatan ketersediaan dan
pemanfaatan lahan, (2) peningkatan infrastruktur dan sarana pertanian, (3)
pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit, (4) penguatan kelembagaan
petani, (5) pengembangan dan penguatan pembiayaan, (6) pengembangan dan
penguatan bioindustri dan bioenergi, serta (7) penguatan jaringan pasar produk
pertanian.
Pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup merupakan salah satu hak bagi
manusia yang paling azasi dan juga menjadi salah satu faktor penentu bagi
perwujudan ketahanan nasional. Sehubungan dengan itu, kekurangan pangan
yang terjadi secara meluas di suatu negara akan menyebabkan kerawanan
ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas suatu negara.
Potensi pengembangan padi dan jagung masih sangat besar. Masih tersedia
areal pertanian dan lahan potensial belum termanfaatkan secara optimal seperti
3
lahan kering/rawa/lebak/pasang surut/gambut yang merupakan peluang bagi
peningkatan produksi padi dan jagung. Potensi sumberdaya ini harus dirancang
dengan baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
petani. Disamping itu, kondisi lahan yang secara umum subur dan iklim yang
mendukung merupakan peluang yang sangat menguntungkan untuk
pembangunan tanaman pangan.
Indonesia dengan luas wilayah daratan 192 juta hektar mempunyai potensi
yang sangat besar disektor pertanian terutama tanaman pangan, khususnya
pengembangan padi dan jagung. Luas kawasan budidaya sekitar 123 juta
hektar (64,6 persen dari luas daratan) berpotensi sebagai kawasan pertanian
sebesar 101 juta hektar. Dari areal tersebut yang sudah terolah sampai saat ini
sebesar 25,6 juta ha lahan sawah, dan untuk lahan kering tanam semusim 25,3
juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Dengan demikian
potensi perluasan untuk kawasan pertanian adalah sebesar 54 juta hektar
dengan komposisi; 36 juta hektar dapat digunakan untuk tanaman
pangan/perkebunan dan merupakan lahan kering, 15 juta hektar sesuai untuk
areal persawahan dan 3 juta hektar untuk lahan peternakan. (Siswono Yudo
Husodo, 2006)
Berdasarkan data BPS tahun 2013, data luas baku Indonesia untuk lahan
sawah seluas 8,112 juta hektar. Berdasarkan jenis pengairan adalah 1) irigasi
seluas 4,819 juta hektar, yaitu di pulau Jawa seluas 2,442 juta hektar dan luar
Jawa seluas 2,377 juta hektar; 2) non irigasi seluas 3,292 juta hektar, yaitu di
pulau Jawa seluas 789 ribu hektar dan luar Jawa seluas 2,503 juta hektar. Di
Indonesia luas lahan tegal/kebun yaitu 11,877 juta hektar, lahan ladang/huma
seluas 5,273 juta hektar, dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas
14,214 juta hektar.
4
dikembangkan pada lahan non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak dan
polder) yang banyak terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan
untuk lahan yang sementara tidak diusahakan masih banyak terdapat di Papua
seluas 5,329 juta hektar.
5
II. VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN ORGANISASI
2.1. Visi
Makna produksi dapat dilihat dari dua pespektif yaitu jumlah (kuantitas) dan
mutu (kualitas). Produksi dalam arti jumlah merupakan hasil (dalam satuan ton)
yang dicapai melalui pemanfatan lahan pertanaman, peningkatan produktivitas,
dan pengamanan potensi kehilangan hasil produksi. Sedangkan produksi dalam
arti mutu merupakan standar tertentu yang dapat dikonsumsi secara layak bagi
manusia maupun kebutuhan industri. Cukup berarti jumlah yang dapat
disediakan setelah mempertimbangkan kebutuhan konsumsi, kebutuhan
perdagangan, dan kebutuhan cadangan (stok). Dalam hal ini, jika kebutuhan
dapat dipenuhi secara total dari produksi dalam negeri maka disebut sebagai
swasembada. Berkelanjutan berarti memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.
2.2. Misi
6
2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya komoditi serealia yang
tepat dan berkelanjutan,
3. mendorong dan berkoordinasi terkait mengembangkan sistem
penyediaan benih yang efisien, efektif, dan berkelanjutan,
4. mendorong dan berkoordinasi penanganan pascapanen tanaman
pangan,
5. mendorong dan berkoordinasi pengamanan produksi tanaman pangan
berkelanjutan, dan
6. berkoordinasi dan mendorong peran serta instansi dan stakeholder
terkait serta masyarakat dalam pembangunan komoditi serealia yang
berkelanjutan.
1.3. Tujuan
7
1.4. Kinerja Produksi Padi Jagung Tahun 2005 - 2014
8
sebesar 4,36 %, yaitu dari produktivitas 33,88 ku/ha pada tahun 2005
meningkat menjadi 49,54 ku/ha pada tahun 2014.
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen Padi dan Jagung, Tahun 2005 - 2014
10
Dari hasil revisi ini, selama periode 2015-2019 tersebut produksi padi dan
jagung diharapkan naik rata-rata 2,82 persen dan 8,30 persen. Sasaran
tersebut ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi dan jagung.
1.6. Organisasi
11
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi irigasi
dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi padi irigasi dan
rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan serealia lain;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta
jagung dan serealia lain;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan produksi
padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta jagung dan
serealia lain;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
produksi padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering serta
jagung dan serealia lain; dan
f. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Serealia.
12
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan
rawa, serta pemberdayaan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta
pemberdayaan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi irigasi dan rawa, serta
pemberdayaan.
1.1. Seksi Intensifikasi Padi Irigasi dan Rawa mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusun dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan
kegiatan di bidang peningkatan intensifikasi padi irigasi dan
rawa.
1.2. Seksi Ekstensifikasi Padi Irigasi dan Rawa, dan
Pemberdayaan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, supervisi,
evaluasi, dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
ekstensifikasi Padi Irigasi dan Rawa, serta pemberdayaan.
2. Subdirektorat Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering
Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan intensifikasi
dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering, serta
pemberdayaan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan
dan lahan kering, serta pemberdayaan;
13
d. Pemberi bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering,
serta pemberdayaan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering,
serta pemberdayaan.
2.1. Seksi Intensifikasi Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknijs, supervisi,
evaluasi dan oelaporan kegiatan di bidang peningkatan
intensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering.
2.2. Seksi Ekstensifikasi Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering, dan
Pemberdayaan mempuntai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan ekstensifikasi padi tadah hujan dan lahan kering,
serta pemberdayaan.
3. Subdirektorat Jagung dan Serealia Lain
Tugas dan fungsinya :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan
serealia lain, serta pemberdayaan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta
pemberdayaan; dan
14
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bigang
peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dan serealia lain,
serta pemberdayaan.
3.1.Seksi Intensifikasi Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang peningkatan intensifikasi jagung dan serealia lain.
3.2.Seksi Ekstensifikasi Jagung dan Serealia Lain, dan
Pemberdayaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, sipervisi,
evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
ekstensifikasi jagung dan serealia lain, serta pemberdayaan.
4. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat
menyurat, serta kearsipan Direktorat Serealia.
5. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
a. Kelompok Jabatan Fungsional tediri atas jabatan fungsional
Pengawas Mutu Hasil Pertanian dikoordinasikan oleh pejabat
fungsional senior yang ditujukan Direktur Serealia.
b. Direktur Serealia menempatkan pejabat fungsional Pengawas Mutu
Hasil Pertanian pada unit kerja eselon III sesuai tugas jabatan
fungsional.
c. Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
d. Jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
15
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Untuk mencapai sasaran peningkatan produksi serta nilai tambah dan daya
saing komoditi pertanian yang telah ditetapkan, maka arah kebijakan difokuskan
pada: (1) peningkatan produktivitas dan mutu hasil pertanian komoditi andalan
ekspor, potensial untuk ekspor dan substitusi impor; dan (2) mendorong
pengembangan industri pengolahan terutama di perdesaan serta peningkatan
ekspor hasil pertanian. Terkait hal tersebut, maka Kementerian Pertanian
menyusun dan melaksanakan Tujuh Strategi Utama Penguatan
Pembangunan Pertanian untuk Kedaulatan Pangan (P3KP) sebagai berikut :
16
Kedaulatan pangan dicerminkan pada kekuatan untuk mengatur masalah
pangan secara mandiri, yang perlu didukung dengan: (i) ketahanan pangan,
terutama kemampuan mencukupi pangan dari produksi dalam negeri; (ii)
pengaturan kebijakan pangan yang dirumuskan dan ditentukan oleh bangsa
sendiri; dan (iii) mampu melindungi dan mensejahterakan pelaku utama pangan,
terutama petani dan nelayan. Untuk tetap meningkatkan dan memperkuat
kedaulatan pangan, sasaran utama prioritas nasional bidang pangan pertanian
periode 2015-2019 adalah:
17
2. Peningkatan kualitas Distribusi Pangan dan Aksesibilitas Masyarakat
terhadap Pangan.
3. Perbaikan kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat
4. Mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan dilakukan terutama
mengantisipasi bencana alam dan dampak perubahan iklim dan serangan
organisme tanaman dan penyakit hewan.
5. Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan.
18
1. Perbenihan
19
menggunakan cangkul memiliki kelemahan yakni sangat tidak efisien
dan membutuhkan waktu cukup lama untuk menggarap lahan
pertanian.
3. Pengelolaan Air
20
tersier dan kuarter guna mendukunga upaya perluasan areal tanam.
Sementara untuk infrastruktur jaringan irigasi primer dan sekunder
diharapkan Kementerian Pekerjaan Umum dapa menyediakan
infrastruktur tersebut.
21
pengumuman harga, penyaluran pupuk yang tidak sesuai dengan DO
(Delivery order), keterlambatan distribusi, kelangkaan, penggantian
kemasan, penimbunan, penjualan di luar wilayah distribusi, dan
terdapat pengecer yang tidak resmi. Sedangkan terkait aspek
pengawasan, Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) di tingkat
22
Proses usahatani tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, di antaranya adalah iklim/cuaca. Unsur iklim/cuaca yang sangat
penting pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem usahatani di
daerah tropis (Indonesia khususnya) adalah curah hujan sebagai
sumber air utama. Tetapi pada keadaan ekstrim, curah hujan yang
sangat berlebihan pada musim hujan dapat menimbulkan bencana
alam banjir, dan sebaliknya jumlah curah hujan yang sangat kurang
pada musim kemarau dapat menimbulkan bencana alam kekeringan.
Kedua jenis bencana alam tersebut, dapat menimbulkan penurunan
produksi dengan intensitas dan luasan yang berbeda-beda pada setiap
tahunnya. Secara umum, petani melakukan usahataninya hanya
berdasarkan kebiasaan pada kondisi iklim yang normal.Mereka
umumnya tidak memiliki kemampuan menganalisa serta
memanfaatkan data informasi iklim. Sehingga bila terjadi perubahan
iklim secara ekstrim seperti curah hujan kurang atau lebih dari normal,
petani tidak mampu berbuat banyak. Kondisi iklim/cuaca yang sangat
fluktuatif/ekstrim saat ini dipengaruh perubahan iklim global, selain
perubahan agroekosistem yang mempengaruhi keadaan iklim mikro.
23
3.2.2. Ekstensifikasi Pertanian
25
sangat diharapkan adalah dengan meningkatnya kesejahteraan petani sebagai
tujuan/goal dalam pembangunan pertanian secara umum.
Saat ini, sudah cukup banyak tersedia paket teknologi tepat guna yang
dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan kuantitas, kualitas
dan produktifitas aneka produk pertanian.Berbagai varietas berdaya
produksi tinggi; teknologi produksi pupuk dan produk bio; alat dan mesin
pertanian; serta aneka teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan
hasil pertanian sudah banyak dihasilkan para peneliti di lembaga
penelitian, masyarakat petani dan swasta. Namun demikian, berbagai
paket teknologi ini masih belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh
masyarakat petani, karena berbagai keterbatasan yang dihadapi dan
dimiliki petani seperti: proses diseminasi, kelembagaan dan skala usaha,
keterampilan serta tingginya biaya untuk menerapkan teknologi.
27
Pengairan
Perbaikan Budidaya
Optimalisasi Lahan
29
adalah: (1) ada inisiatif dari petani/pemuka masyarakat, (2) melakukan
survai, investigasi dan desain, (3) status kepemilikan lahan jelas, (4)
menghindari vegetasi hutan berat/hutan lindung, (5)
pengairan/ketersediaan air terjamin, dan (6) mendapat dukungan penuh
dari pemerintah setempat.
30
Penerapan pola tumpangsari.
31
IV. PROGRAMDAN KEGIATAN DIREKTORAT SEREALIA
Pada tahun 2015 2019, program dan kegiatan yang dilaksanakan sudah
mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Serealia Tahun 2015 - 2019.
Program yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat Serealia adalah
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan
untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
33
4.2. Dukungan Pendanaan
Sumber anggaran yang tersedia dari APBN tidak hanya mengandalkan dari
dana yang disediakan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian saja, tetapi
harus menggali dan disinkronkan dengan sumber pendanaan APBN dari
Kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Tenaga Kerja danTransmigrasi, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Koperasi Usaha Kecil danMenengah, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perdagangan dan Lembaga terkaitlainnya.
Sumber pendanaan lain yang perlu digali dan disinergikan dalam mendukung
program pembangunan adalah dana yang berasal dari swasta dan lembaga
keuangan/perkreditan termasuk swadaya petani. Sumber pendanaan ini
memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan. Oleh sebab itu Pemda harus mampu menggali dan
memanfaakan sumber dana tersebut untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan seoptimal mungkin. Sumber pendanaan yang tersedia pada
lembaga keuangan/perkreditan seperti KKP, KUK, KIK, kredit koperasi, micro
34
finance, dan skimkredit lainnya dapat memfasilitasi agar para petani/kelompok
tani dapat dengan mudah mengakses dan memanfaatkan sumber pendanaan
tersebut. Disamping itu, sumber pendanaan pembangunan lainnya yang cukup
potensial adalah yang berasal dari swasta dalam bentuk kerjasama kemitraan
atau sistem avalis.
5.1. Perencanaan
5.2. Pengorganisasian
36
perencanaan nasional, sebagai sumber penyediaan data dan informasi, norma,
kriteria, strategi, standar teknis, kajian serta pengembangan model. Peran
pemerintah pusat juga melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas sub sektor
di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, serta melakukan monotoring
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.Pemerintah provinsi mempunyai
kewenangan menetapkan kebijakan yangdilaksanakan, menyusun
perencananan dan petunjuk pelaksanaan serta melakukan koordinasi lintas
sektor, lintas sub sektor dan lintas wilayah tingkat provinsi serta melakukan
monitoring evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.Kewenangan dari
pemerintah kabupaten/kota adalah menyusun perencanaan, petunjuk teknis
pelaksanaan, menyediakan fasilitas penunjang, melakukan koordinasi dan
pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota, serta melakukan monitoring evalusi
pelaksanaan program dan kegiatan.
37
hukum, informasi publik. Direktorat Perbeniihan Ditjen Tanaman Pangan
berupa penguatan kelembagaan perbenihan komoditas tanaman pangan,
penyediaan varietas unggul bermutu, pengembangan teknologi tepat guna
dibidang budidaya, perbenihan. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
berupa dukungan penyediaan sistem informasi pertanian, dan penyediaan data
informasi pertanian serta data dukung lainnya yang diperlukan. Badan
Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian berupa
dukungan pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan, magang
kepada pemandu lapang, kontak tani atau petani komoditas serealia dan
dukungan eselon I dan II lingkup Kementerian Pertanian lainnya.
38
melayani penyediaan informasi prakiraan perubahan dan anomali iklim serta
bencana alam yang berpotensi mengancam produksi komoditas serealia.
Perum BULOG terkait kebijakan penyerapan hasil panen petani (terutama
gabah di saat panen raya) secara maksimal, menyiapkan cadangan pangan
yang cukup, stabilisasi harga pangan pada tingkatan harga yang wajar bagi
petani produsen dan masyarakat konsumen, memberdayakan usaha kelompok
tani yang mampu bekerja sama langsung dalam pemasaran produk pertanian
yang dihasilkannya. Serta dukungan dari kementerian lainnya, termasuk
perguruan tinggi.
39
Kementerian Pertanian.Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan
setiap saat selama proses manajemen berlangsung. Pengawasan fungsional
terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan juga
dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti BPK, BPKP dan
Bawasda.Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian,
pengusutan dan penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan
anggaran yang telah dialokasikan.
40
VI. PENUTUP
41
LAMPIRAN
42