Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat.
Tanaman ini berasal Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara
baik di daerah tropis maupun subtropis, seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan
Indonesia. Tanaman semangka bersifat semusim, tergolong cepat berproduksi karena
umurnya hanya sampai 6 bulan.
Tanaman semangka dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai buah segar,
tetapi ada yang memanfaatkan daun dan buah semangka muda untuk bahan sayurmayur. Biji semangka bisa diolah menjadi makanan ringan yang disebut kuwaci
(disukai masyarakat sebagai makanan ringan). Kulit semangka juga dibuat asinan/acar
seperti buah mentimun atau jenis labu-labuan lainnya.
Benih semangka tanpa biji daya tumbuhnya sangat cepat sekali turun, maka
dianjurkan untuk melakukan pengecambahan sebelum bibit disemai dan dapat
memperoleh beberapa manfaat , diantarnya : mengurangi kematian benih,
mempertinggi

presentase

daya

tumbuh,

mempercepat

penyemaian

benih,

menyeragamkan pertumbuhan tanaman, menghemat pemakaian benih, menghindari


kekurangan benih, meminimalkan serangan hama penyakit, dan memudahkan
perawatan.
Metode budidaya semangka non biji yang dilakukan untuk menghasilkan
semangka tanpa biji sebenarnya hampir sama dengan metode pada pembenihan pada
semangka pada umumnya. Yang membedakan dengan semangka biasa adalah cara
pengawinannya. Pengawinan untuk menghasilkan semangka tanpa biji harus
dilakukan dengan teliti. Banyak terjadi kegagalan dalam penyemaian semangka tanpa
biji ini karena metode yang dilakukan kurang tepat. setelah didapat biji semangka non
biji, sebaiknya biji tidak disimpan terlalu lama karena biji untuk semangka jenis ini
lebih cepat tumbuh kebawah.
Semangka merupakan tanaman yang mempunyai bunga berumah satu
(monoceous), tetapi berkelamin satu (uniseksual), sehingga semangka termasuk

menyerbuk silang (crossing) oleh lebah madu, lalat hijau, atau serangga perantara
lainnya. Tetapi adapula semangka yang memiliki bunga sempurna (hermaprodit).
Biasanya tanaman berbunga 45-60 hst dan jumlah bunga jantan lebih banyak dari
bunga betina. Varietas tanaman menyerbuk silang terdiri atas hibrida dan non-hibrida.
Saat ini petani menyukai menanam varietas hibrida daripada varietas non-hibrida
karena varietas hibrida dapat menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan yang kuat,
produktivitas tinggi, seragam, tahan terhadap penyakit, dan rasa yang lebih manis.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menerangkan tentang
teknik pembudidayaan semangka yang baik, dan bertujuan pula untuk memberikan
informasi yang baik kepada masyarakat tentang cara pembudidayaan semangka.

TINJAUAN PUSTAKA

Saat ini di pasaran telah banyak jenis semangka yang beredar, baik semangka
lokal maupun impor (hibrida). semangka lokal pada umumnya berukuran kecil,
rasanya kurang manis, dan banyak mengandung biji. Semangka hibrida terbagi
menjadi semangka hibrida haploid (berbiji) dan semangka hibrida triploid (tanpa biji).
Varietas semangka hibrida berbiji contohnya Farmers Giant, New Dragon, South
Crimson, Grand Baby, dan masih banyak lagi. Sedangkan semangka hibrida tanpa biji
seperti Quality, Sky Bell, Orchid Sweet, Farmers wonderful, dan Fengshan No. 1.
Pada umumnya benih-benih semangka hibrida tersebut masih impor dari negaranegara Jepang, Taiwan, dan Amerika (Cahyono, 1996).
Menurut Prajnanta (2003), klasifikasi tanaman semangka sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Sub-kelas
: Sympetalae
Ordo
: Cucurbitales
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Citrullus
Spesies
: Citrullus vulgaris L.
Pada tanaman semangka, parameter pertumbuhan yang diukur meliputi jumlah
daun, panjang sulur, jumlah ruas, dan jumlah bunga jantan.
a. Jumlah daun : jumlah daun diukur 10 hari sekali selama 50 hari, setelah pemindahan
bibit ke lahan tanam yang dihitung berdasarkan daun yang berada pada sulur tanaman.
b. Panjang Sulur : panjang sulur diukur 10 hari sekali selama 50 hari, dimulai setalah
pemindahan bibit ke lahan tanam. Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
penggaris dan meteran. Panjang sulur dihitung dari permukaan media sampai pangkal
pertumbuhan daun yang paling muda.
c. Jumlah ruas : jumlah ruas diukur 12 hari sekali selama 50 hari, dimulai saat sulur
tampak muncul dari cabang utama sekitar hari ketujuh setelah proses pemindahan bibit
ke lahan.
d. Jumlah Bunga Jantan : jumlah bunga jantan setiap minggu.

e. Bobot Buah : bobot buah semangka ditimbang untuk dibandingkan bobot buah untuk
tiap perlakuan (Mohr, 1986).
Pemupukan pada semangka bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan
unsur hara yang tidak sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini
berarti penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi
tinggi. Efisiensi pemupukan haruslah dilakukan, karena kelebihan atau tidak tepatnya
pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti mempertinggi input (Munawar,
2011).
Tanaman semangka bersifat tanaman semusim dan tergolong cepat berproduksi
yaitu sekitar 2-4 bulan. Di Indonesia ini banyak dikembangkan di sekitar kota besar
secara komersial, diantaranya Indramayu, Cirebon, Madiun, Madura, Lombok,
Sumatera Utara, dan sebagainya (Barus dan Syukri, 2008).
Daging buah semangka terdiri dari lapisan daging buah berwarna putih sampai
merah. Daging buah semangka yang kebanyakan dikonsumsi masyarakat hanya pada
bagian daging yang berwarna mencolok (misalnya merah, merah muda dan kuning)
sedangkan pada bagian lapisan putih kurang diminati masyarakat untuk dikonsumsi
dan hanya dibuang menjadi limbah yang kurang dimanfaatkan. Padahal lapisan putih
pada kulit buah semangka ini sebenarnya banyak mengandung zat-zat yang berguna
bagi kesehatan, salah satunya zat tersebut yaitu sitrulin. Sitrulin merupakan salah satu
zat antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan kulit (Ismayanti dkk, 2013).

DAFTAR PUSTAKA
Barus, A., dan Syukri. (2008). Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. Medan: USU Press
Cahyono, B. 1996. Budidaya Semangka Hibrida Jenis Semangka Unggul Berbiji dan
Tidak Berbiji. Solo: CV. Aneka
Ismayanti, Syaiful Bahri., dan Nurhaeni. (2013). Kajian Kadar Fenolat Jus Kulit Buah
Semangka. Online Jurnal of Natural Science .2(3): 100-110.
Mohr, H.C. 1986. Watermelon breeding. In M.J. Bassett (ed). Breeding Vegetable Crops.
Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Amerika
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: PT. Penerbit IPB
Press.
Prajnanta, Final. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji. Jakarta, Indonesia: Penerbit
Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai