Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Estrus berasal dari bahasa latin oestrus yang berarti kegilaan atau gairah
dimana pada fase ini merupakan satu-satunya waktu dimana terjadi perubahan pada
vegina yang memungkinkan terjadinya perkawinan. Pengaruh musim dan iklim juga
lebih kuat terhadap siklus estrus. Estrus kadang-kadang disebut heat (panas) karena
pada saat tersebut, suhu tubuh betina meningkat. Panjang dan frekuensi siklus
reproduksi pada masing-masing organisme berbeda-beda. Pada tikus, siklus estrus
berlangsung selama 5 hari . Tipe siklus birahi pada mencit (Mus musculus) adalah
poliestrus, dimana dalam setahun terjadi lebih dari dua kali masa birahi.Siklus hewan
ini berulang secara periodik dengan selang wktu 4 5 hari. Siklus estrus terjadi
dalam empat fase, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Masing-masing
fase pada siklus estrus dapat diamati dengan metode apus vagina (Rintafiani, 2014)
Metode vaginal smear menggunakan sel epithel dan sel leucocyte sebagai bahan
identifikasi. Sel epithel merupakan sel yang terletak di permukaan vagina, sehingga
apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epithel merupakan sel yang paling
awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Sel leukosit di vagina berfungsi sebagai
pembunuh bakteri dan kuman yang merusak ovum. Sel epithel berbentuk oval atau
polygonal, sedangkan sel leucocyte berbentuk bulat berinti. Pembuatan apus mukosa
vagina dilakukan untuk mengamati tipe sel dari masing-masing fase dalam siklus
estrus. Hewan yang dapat diamati siklus estrus nya adalah hewan yang telah masak
kelaminnya dan tidak sedang hamil (Soeminto, 2008).
Mencit yang akan diamati siklus estrusnya melalui pembuatan preparat apus
vagina adalah mencit yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Vaginal
smear menggunakan daerah vagina sebagai daerah identifikasi. Mukosa vagina
diambil untuk bahan identifikasi. Sel epitel dan leukosit terdapat dalam mukosa
vagina. Identifikasi bentuk sel epitel dan leukosit dapat menunjukkan fase dalam
siklus estrus (Storer, 1961).
Daur ertrus, terutama pada polyetrus dapat dibedakan atas tahap: proestrs, estrus,
dan diestrus. Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak
estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan seluler pada alat kelamin tambahan,
terutama pada vagina dan estrus. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa
inilah betina siap menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi. Waktu ini
betina menjadi berahi atau panas. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Proestrus: terdapat sel epitel biasa
2. Estrus: terdapat sel menanduk (cornified)
3. Diestrus: Terdapat sel epitel dan banyak leukosit
4. Metestrus (kalau ada): terdapat banyak sel epitel menanduk dan leukosit,
kemudian juga sel epitel biasa (Yatim, 1994).
Pembuatan apus mukosa vagina dilakukan untuk mengamati tipe sel dari masing-
masing fase. Metode ini digunakan pada mamalia seperti mencit dan juga pada
manusia. Pada manusia metode vagina smear ini sangat bermanfaat untuk
mengetahui apakah kondisi vagina jauh dari bakteri atau tidak ketika dilakukan
pengambilan lendir yang terdapat pada daerah vagina untuk diperiksa sel-sel yang
terkandung di dalamnya dengan menggunakan bantuan mikroskop. Sehingga
vaginal smear ini merupakan salah satu metode yang paling mudah untuk
mengetahui kondisi kesehatan vagina pada manusia.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum apus vagina mahasiswa diharapkan dapat melakukan


prosedur pembuatan preparat apus vagina, dapat mengidentifikasi tipe-tipe sel dalam
preparat dan menentukan fase estrus pada hewan uji.
II. MATERI DAN METODE

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum apus vagina yaitu cotton bud, gelas objek
beserta penutupnya, dan mikroskop cahaya.
Bahan yang digunakan dalam praktikum apus vagina yaitu mencit betina matang
kelamin yang tidak sedang hamil,, larutan NaCl 0.9%, larutan alkohol 70%, pewarna
methylen blue 1% akuades dan air mengalir.

B. Metode

1. Mencit betina yang akan diperiksa dipegang dengan tangan kanan dengan cara
dilentangkan diatas telapak tangan semnetara tengkuk dijepit oleh ibu jari dan
telunjuk. Ekor dijepit ditara telapak tangan dan jari kelingking.
2. Ujung cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% kemudian secara perlahan
dimasukkan ke dalam vagina mencit sedalam 5 mm dan diputar secara perlahan
selama dua hingga tiga kali.
3. Gelas objek dibersihkan dengan alcohol 70% dan dikeringkan dengan udara.
Ujung cotton bud yang telah dioleskan pada vagina kemudian dioleskan
memanjang dua atau tiga baris olesan dengan arah yang sama pada gelas objek.
4. Olesan vagina tersebut ditetesi dengan larutan methylen blue 1% sambil
dimiringkan agar pewarna merata lalu didiamkan selama 5 menit. Pewarna yang
berlebihan dibersihkan dengan air mengalir tetapi dengan debit yang kecil.
Kemudian dikeringkan dan ditutup dengan gelas penutup.
5. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah hingga kuat. Tipe
dan proporsi sel pada preparat apus vagina diperhatikan dan diamati. Sel - sel
yang ditemukan digambar dan ditentukan fasenya.
6. Bentuk epithel dan leucocyte yang tampak pada preparat apus vagina digambar
oleh praktikan.
B. Pembahasan

Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus
yang berikutnya. Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda, ada
golongan hewan monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan hewan
poliestrus (estrus beberapa kali dalam satu tahun), dan golongan hewan poliestrus
bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam setahun). Fase estrus berbeda
dengan siklus estrus. Fase estrus merupakan fase dimana telur diovulasikan dari
ovarium ke saluran telur. Fase ini menandakan bahwa individu betina telah masak
kelamin. Fase estrus setiap spesies berbeda-beda dan dapat diamati dengan metode
vaginal smear, tetapi tidak dapat diamati jika hewan betina tersebut belum masak
kelamin dan sedang hamil. (Hafez, 1968).
Periode estrus pada hewan terjadi secara berulang dan membentuk suatu
siklus yang disebut siklus estrus. Siklus estrus merupakan salah satu aspek
reproduksi yang menggambarkan perubahan kandungan hormon reproduksi yang
disebabkan oleh aktivitas ovarium dibawah pengaruh hormon gonadotrophin.
Perubahan kandungan hormon reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan
struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi (Sitasiwi, 2008).
Siklus estrus terdiri dari 4 fase yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan
diestrus. Pengamatan tahapan siklus estrus berdasarkan pada struktur sel-sel
penyusun dinding vagina diantaranya sel epitel, sel epitel terkornifikasi, dan leukosit.
Sel epitel berbentuk oval, berinti bulat terletak di tengah. Sel epitel dapat mengalami
perubahan struktur baik secara ukuran maupun keberadaan inti selnya serta bentuk.
Sel epitel dimana inti sel sudah tidak ada dan mengalami perubahan bentuk menjadi
polygonal disebut sel epitel terkornifikasi (mengalami penandukan). Leukosit
berukuran lebih kecil daripada sel epitel, bentuknya bulat dengan inti bervariasi
bentuk (Hidayati dan Tita, 2014)

Anda mungkin juga menyukai