Pendahuluan
Dalam kajian sastra terdapat beberapa teori yang dapat menjadi pisau
analisis terhadap suatu karya. Salah satunya adalah teori struktural. Pandangan
strukturalisme dalam bahasa dipelopori oleh Ferdinand DSausure (Lihat Ratna,
2004). Dalam pandangan ini karya sastra memiliki unsur yang membentuk.
Unsurunsur tersebut biasanya disebut dengan unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra itu sendiri
terkait dengan unsur pembangun isi dari karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik
adalah unsur pembangun karya sastra yang berasal dari luar karya sastra itu
sendiri. Sederhananya adalah unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun yang tak
tercantum dalam teks karya, seperti biografi penulis, latar sosial, latar sejarah, dll.
1. Tema
Tema adalah ide yang diangkat penulis untuk membentuk secara
keseluruhan karya sastra. Tema menentukan konflik yang akan terjadi
pada sebuah cerita atau tema juga akan menentukan pemilhan diksi yang
sesuai dengan permasalahan atau tema yang dibahas. Contoh tema karya
sastra pada umumnya adalah pendidikan, roman percintaan, persahabatan,
dll.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah subjek atau pelaku yang berperan dalam keseluruhan
jalan cerita. Umunya tokoh dianggap sebagai nama-nama orang yang
terlibat dalam cerita, tetapi untuk cerita yang bergaya surealis, tokoh bisa
saja berupa hewan atau tumbuhan atau benda lainbukan manusia. Tokoh
umumnya dibagi menjadi tiga macam, yaitu: antagonis (jahat), protagonis
(baik), dan tritagonis (penengah). Namun, sebenarnya itu berlaku untuk
karya sastra klasik atau lama. Pada karya-karya tersebut citraan apakah
tokoh itu baik atau jahat sangat jelas. Untuk karya sastra modern citraan
seperti itu sulit dijelaskan. Umumnya perwatakan pada tokoh dibuat secara
alamiseperti tidak ada orang yang benar-benar jahat di dunia ini. Contoh
watak yang sering muncul dalam karya sastra adalah serakah, pemarah,
penyayang, pendendam, rendah hati, bijaksana, dll.
3. Latar
Latar/setting dapat dikatakan sebagai konteks terjadinya cerita,
tetapi konteks yang dimaksud bukan konteks lahirnya karya tersebut. Latar
umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: latar waktu, latar tempat, dan latar
suasana.
4. Alur
Alur adalah kronologi cerita berdasarkan konflik yang terjadi. Alur
biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu: alur maju, alur mundur, dan alur
campuran. Alur maju memiliki tahapan sebagai berikut:
Orientasi Permulaan konflik Klimaks Penyelesaian Masalah
Penutup/koda
Alur mundur memiliki tahapan yang diawali dengan situasi
permasalahan yang telah selesai. Artinya dalam cerita seorang Tokoh
hendak menceritakan tentang permasalahan yang telah lalu. Tahapan alur
mundur dapat juga dimulai dengan klimaks menuju penyelesaian, lalu
menceritakan kembali latar belakang permasalahan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan posisi dalam
cerita. Cara ini juga menentukan bagaimana pembaca memahami
keseluruhan cerita. Sudut pandang dalam karya sastra terbagi menjadi tiga,
yaitu: sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga
pengamat, dan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Dalam penggunaan
sudut pandang orang pertama, cerita berjalan berdasarkan apa yang
dialami oleh tokoh Aku. Dalam hal ini sudut pandang tokoh pertama dapat
dirasakan seolah-olah pengarang atau pembaca mengikuti apa yang
diceritakan dan dialami tokoh Aku. Contoh narasinya adalah sebagai
berikut.
Tampaknya dalam sudut rumah ini, aku lah hujan. Aku yang
selalu dianggap anak manja. Dulu di rumahku sendiri, orang
tuaku samapi kewalahan melayani semua keinginanku. Aku
anak kedua. Anak termanja di keluargaku.
Dalam artikel ini contoh penerapan kajian struktural untuk menemukan unsur
instrinsik dilakukan pada cerpen Rasa karya Putu Wijaya. Cerpen ini berkisah
tentang tokoh Aku sebagai seorang ayah yang kebingungan dengan perilaku anak
gadisnya dan istrinya. Tokoh Aku mengira bahwa anak gadisnya tersinggung oleh
ucapannya yang membandingkan dan memuji seorang wanita bergelar doktor
yang dibacanya di sebuah koran. Tokoh Aku mengira anak gadisnya cemburu dan
tersinggung karena ucapan ayahnya itu. Anak gadisnya tersebut memutuskan
untuk tidak keluar kamar dan pada malam harinya pergi ke rumah temannya
dengan alasan belajar dan hendak menginap di sana.