DIETETIKA LANJUT
Disusun Oleh :
Dita Noviasari
G42150891
Golongan C
JURUSAN KESEHATAN
2017
1. Apa yang dimaksud Penyakit Paru Obstruksi Kronis atau PPOK ?
PPOK adalah penyakit dengan karakteristik keterbatasan saluran napas yang
tidak sepenuhnya reversible dan dapat dicegah. Keterbatasan saluran napas tersebut
biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi dikarenakan bahan yang
merugikan atau gas (Nasser et al, 2016).
Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit sistemik yang mempunyai
hubungan antara keterlibatan metabolik, otot rangka dan molekuler genetik.
Keterbatasan aktivitas merupa-kan keluhan utama penderita PPOK yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup. Disfungsi otot rangka merupakan hal utama yang
berperan dalam keterbatasan aktivitas penderita PPOK. Inflamasi sistemik, penurunan
berat badan, peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan depresi
merupakan manifestasi sistemik PPOK (Oemiati,2013).
Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema sering ditemukan bersama,
meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda. Bronkitis kronik merupakan suatu
gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus yang meningkat dan
bermanifestasi sebagai batuk kronik. Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis
parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta
destruksi dinding alveolar (Khairani, 2013).
3. Penyebab PPOK
Penyebab yang dapat menimbulkan penyakit PPOK diataranya yaitu :
1. Pejanan dari partikel lain :
a. Merokok: Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara
berkembang. Perokok aktif dapat meng-alami hipersekresi mucus dan obstruksi jalan
napas kronik. Dilaporkan ada hubung-an antara penurunan volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1) dengan jumlah, jenis dan lamanya merokok.
Perokok pasif juga menyumbang terhadap symptom saluran napas dan PPOK dengan
peningkatan kerusakan paru-paru akibat menghisap partikel dan gas-gas berbahaya.
Merokok pada saat hamil juga akan meningkatkan risiko terhadap janin dan
mempengaruhi pertumbuhan paru-paru-nya.
b. Polusi indoor : memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi dapur yang
jelek misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar minyak
diperkirakan memberi kontribusi sampai 35%.
c. Polusi outdoor : polusi udara mempunyai pengaruh buruk pada VEP1, inhalan
yang paling kuat menyebabkan PPOK adalah Cadmium, Zinc dan debu. Bahan asap
pem-bakaran/pabrik/tambang. PPOK adalah hasil interaksi antara faktor genetik
individu dengan pajanan lingkung-an dari bahan beracun, seperti asap rokok, polusi
indoor dan outdoor.
d. Polusi di tempat kerja : polusi dari tempat kerja misalnya debu-debu organik (debu
sayuran dan bakteri atau racun-racun dari jamur), industri tekstil (debu dari kapas) dan
lingkungan industri (pertambangan, industri besi dan baja, industri kayu, pembangunan
gedung), bahan kimia pabrik cat, tinta, sebagainya diperkirakan men-capai 19%.
2. Genetik (defisiensi Alpha 1-antitrypsin): Faktor risiko dari genetic memberikan
kontribusi 1 3% pada pasien PPOK
3. Riwayat infeksi saluran napas berulang :Infeksi saliran napas akut adalah infeksi akut
yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring, atau laring. Infeksi
saluran napas akut adalah suatu penyakit terbanyak diderita anak-anak. Penyakit
saluran pernafasan pada bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacat-an sampai
pada masa dewasa, dimana ada hubungan dengan terjadinya PPOK.
4. Gender, usia, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas fisik (Oemiati, 2013).
Selain itu, ada beberapa faktor penyebab PPOK menurut (Nasser et al, 2016) :
1. Merokok
2. Usia
3. jenis kelamin
4. hiperesponsif saluran pernafasan
5. infeksi jalan nafas
6. pemaparan akibat kerja
7. polusi udara
8. status sosial dan faktor genetik.
c. Auskultasi
- Fremitus melemah
- Suara nafas vesikuler melemah atau normal
- Ekspirasi memanjang
- Bunyi jantung menjauh
- Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK menurut (Khairani, 2013) adalah
sebagai berikut :
a. Batuk kronik
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun terakhir yang
tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat terjadi sepanjang hari atau
intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam hari.
b. Berdahak kronik
Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi sputum. Kadang kadang pasien
menyatakan hanya berdahak terus menerustanpa disertai batuk. Karakterisktik batuk
dan dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika bangun tidur.
c. Sesak napas
Terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi
dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak napas sesuai skala
sesak.
b. Prinsip Diet
1. Energi cukup
2. Protein tinggi
3. Lemak cukup
4. Karbohidrat rendah
5. Vitamin dan Mineral Cukup
6. Cairan cukup sesuai kebutuhan
7. Serat cukup
8. Makanan Lunak
c. Syarat Diet
1. Energi cukup, disesuaikan dnegan kebutuhan tubuh masing-masing pasien
2. Protein tinggi yaitu 15%-20% dari energi total
3. Lemak tinggi, yaitu 30%-45% dari energi total dengan lemak jenuh < 10 %
Resporatory Quontient (RQ) rendah.
4. Karbohidrat rendah, yaitu 40%-55% dari energi total
5. Tinggi kalsium
6. Magnesium untuk usia >30 tahun (termasuk juga lansia) sebesar 420 mg/hari
untuk laki-laki dan 320 mg/hari untuk perempuan. DRI kalsium untuk usia >50
tahun sebesar 1200 mg/hari untuk laki-laki dan perempuan.
7. Kebutuhan cairan sekitar 30-35 ml/kgBB aktual, dengan minimum 1500 ml/hari
atau 1-1,5 ml/kkal yang dikonsumsi (Harris, 2004).
8. Vitamin C untuk orang merokok 1 bungkus sehari membutuhkan lebih vitamin
C 16 mg sehari, sedangkan yang merokok 2 bungkus memerlukan 32 mg
sebagai pengganti (Mueller, 2004).
9. Bentuk Makanan lunak untuk mempermudah sistem pencernaan dan tidak
memperberat kerja sistem pencernaan dan untuk mengurangi inflamasi yang
berlebih
10. Porsi makan kecil tapi sering
11. Pemberian makanan diberikan secara oral dan lunak karena tingkat kesadaran
pasien composmentis (baik).
12. Jangan berikan makanan yang terlalu manis, goreng-gorengan, dan terlalu asin
(merangsang lambung).
13. Hindari makanan yang bersantan kental.
14. Hindari makanan yang berbumbu tajam/ merangsang lambung.
15. Hindari teknik memasak dengan menggoreng, dianjurkan dengan teknik
menumis, memanggang, dan merebus.
16. Jika ada demam asupan cairan dinaikkan 1 ml/kcal.
17. Pasien dengan edema, batasi asupan natrium dan naikkan asupan kalium.
18. Serat dinaikkan secara bertahap.
7. Mengapa dietnya harus rendah Karbohidrat dan lemak tinggi dan protein cukup?
Pada penatalaksanaan diet PPOK, harus menggunakan prinsip ETPT namun rendah hidrat
arang atau karbohidrat. Hal ini disebabkan karena PPOK sendiri merupakan suatu penyakit
yang ditandai dengan kerusakan sistem jaringan khususnya pada bronkeolus. Komposisi nutrisi
berimbang pada psien PPOK dapat berupa tinggi lemak, rendah hidrat. Hal ini disebabkan
karena pemberian karbihidrat yang tinggiatau berlebih akan menimbulkan penumpukan atau
ahsil CO2 yang lebih besar sebagai hasil dari metabolisme. Hal ini akan menyebabkan
meningkatnya tingkat keparahan PPOK karena pasien PPOK terdapat kesulitan atau maslaah
untuk mengeluarkan CO2.
Sedangkan untuk kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan
ventilasi semenit konsumsi oksigen dan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni.
Selain itu ganguan elektrolit seperti hipofosfatemi, hiperkalemi, hipokalsemi dan
hipomagnesemi sering terjadi. Gangguan ini dapat mengurangi fungsi diafragma. Sehingga
dianjurkan pemberian komposisi berimbang, porsi kecil tapi sering