Anda di halaman 1dari 3

SEMINAR DAY ONE OIL EXPO

Stimulasi adalah merangsang sumur yang merupakan suatu proses perbaikan


terhadap sumur untuk meningkatkan harga permeabilitas formasi yang mengalami
kerusakan sehingga dapat memberikan laju produksi yang besar, yang akhirnya
produktifitas sumur akan menjadi lebih besar jika dibandingkan sebelum diadakannya
stimulasi sumur. Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur produksi yang mengalami
penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya kerusakan formasi (formation
damage) disekitar lubang sumur dengan cara memperbaiki permeabilitas batuan
reservoir. Metode stimulasi dapat dibedakan menjadi Acidizing dan Hydraulic
Fracturing.
Alasan dilakukanya stimulasi antara lain karena adanya hambatan alami yaitu
permeabilitas reservoir yang rendah sehingga menyebabkan fluida reservoir tidak
dapat bergerak secara cepat melewati reservoir dan hambatan akibat yaitu yang sering
disebut dengan kerusakan formasi (formation damage), kerusakan fomasi ini
kebanyakan disebabkan oleh operasi pemboran dan penyemenan yang menyebabkan
permeabilitas batuan menjadi kecil jika dibandingkan dengan permeabilitas alaminya
sebelum terjadi kerusakan formasi, pengecilan permeabilitas batuan formasi ini akan
mengakibatkan terhambatnya aliran fluida dari formasi menuju ke lubang sumur
sehingga pada akhirnya akan menyebabkan turunnya produktivitas suatu sumur.
Sasaran dari stimulasi ini adalah formasi produktif, karena itu karakteristik
reservoir mempunyai pengaruh besar pada pemilihan stimulasi. Karakteristik
reservoir meliputi karakteristik batuan maupun karakteristik fluida reservoir terutama
berpengaruh pada pemilihan fluida treatment baik pada acidizing maupun
pada hydraulic fracturing, faktor lain yang berpengaruh dalam treatment ini adalah
kondisi reservoir yaitu volume pori, tekanan dan temperatur reservoir.
Lalu dibahas juga, Chemical Flooding (Injeksi Kimia) adalah salah satu jenis
metode pengurasan minyak tahap lanjut (EOR) dengan jalan menambahkan zat-zat
kimia ke dalam air injeksi untuk menaikkan perolehan minyak sehingga akan
menaikkan efisiensi penyapuan dan atau menurunkkan saturasi minyak sisa yang
tertinggal di reservoir. Injeksi kimia memiliki prospek yang bagus, pada reservoir-
reservoir yang telah sukses dilakukan injeksi air dengan kandungan minyak yang
masih bernilai ekonomis. Tetapi pengembangannya masih lambat, karena biaya dan
resiko yang tinggi serta teknologinya yang kompleks.
Beberapa faktor yang dirasakan penting dalam menentukan keberhasilan suatu
injeksi kimia ialah :
Kedalaman
Tingkat heterogenitas reservoir
Sifat-sifat petrofisik
Kemiringan Mekanisme pendorong
Cadangan minyak tersisa Saturasi minyak tersisa
Viskositas minyak
Ada 3 tipe umum yang termasuk dalam injeksi kimia, yaitu : Injeksi Polymer, Injeksi
Surfactant, dan Injeksi Alkaline. Tetapi seiring dengan perkembangan penelitian, ada
kombinasi antara injeksi surfactant dan injeksi polymer atau yang lebih dikenal
dengan nama Micellar-Polymer Flooding. Injeksi Polymer meliputi penambahan
bahan pengental (thickening agent) ke dalam air injeksi untuk meningkatkan
viskositasnya. Bahan pengental yang biasa dipakai adalah polymer. Metode ini
memiliki keuntungan dapat mengurangi volume total air yang diperlukan untruk
mencapai saturasi minyak sisa dan meningkatkan efisiensi penyapuan karena
memperbaiki perbandingan mobilitas minyak-air. Kadang sering dipakai berselang-
seling dengan surfactant. Injeksi surfactant betujuan untuk menurunkan tegangan
antar muka dan mendesak minyak yang tidak terdesak hanya dengan menggunakan
pendorong air sehingga menaikkan efisiensi pendesakan dalam skala pori. Injeksi
alkaline merupakan sebuah proses dimana pH air injeksi dikontrol pada harga 12-13
untuk memperbaiki perolehan minyak, biasanya dilakukan dengan penambahan
NaOH. Untuk micellar-polymer flooding akan memberikan tingkat perolehan minyak
yang lebih besar dibanding dengan ketiga injeksi kimia lainnya, dikarenakan micellar-
polymer flooding dapat meningkatkan efisiensi penyapuan dan efisiensi pendesakan
sehingga akan meningkatkan mobilitas minyak di reservoir.
Kemudian dijelaskan pula mengenai LNG dan CNG. LNG atau liquefied
natural gas merupakan gas yang didominasi oleh metana dan etana yang didinginkan
hingga menjadi cair pada suhu antara -150 C sampai -200 C. Pengembangan dan
pemanfaatan LNG memerlukan infrastruktur yang lebih kompleks. Dari sisi hulu,
pengembangan LNG tidak hanya memerlukan fasilitas produksi biasa, tetapi
memerlukan kilang yang mampu mencairkan gas tersebut sampai suhu minus 150-
200 C. Fasilitas pendingin dan tanki kriogenik ini membutuhkan investasi yang sangat
besar.
CNG sebenarnya merupakan gas yang sama dengan LNG, hanya saja pada
CNG, gas metana dikompresi namun tidak sampai mencair. Produksi dan
penyimpanan CNG lebih murah dibandingkan dengan LNG, hanya saja, CNG
membutuhkan tempat penyimpanan lebih besar serta tekanan yang sangat tinggi,
sehingga distribusinya tidak bisa untuk jarak yang terlalu jauh dari sumber gas. Saat
ini CNG sudah dipakai antara lain untuk busway dan bajaj di Jakarta.

Nama : Rantan
NIM : 071.015.118

Anda mungkin juga menyukai