A. STANDAR KOMPETENSI
Melaksanakan pengecoran beton pada kondisi normal.
B. KOMPETENSI DASAR
Melaksanakan pengecoran beton normal.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Persiapan pekerjaan pengecoran.
2. Pengangkutan beton segar.
3. Pengecoran beton segar.
4. Pemadatan beton segar.
D. STRUKTUR PEMBELAJARAN
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
E. INDIKATOR
1. Membersihkan cetakan/bekisting dari segala macam kotoran.
2. Mengangkut beton segar dengan benar, sesuai dengan ketentuan teknis.
3. Menuangkan beton ke dalam bekisting secara yang benar, dengan tinggi jatuh
maksimum 1 meter.
4. Memadatkan beton secara manual ataupun menggunakan vibrator, sesuai
dengan ketentuan teknis.
5. Meratakan permukaan beton sesuai level tertentu berdasarkan gambar kerja.
F. PENILAIAN
---------------------------------------------------
---------------------------------------------------
G. ALOKASI WAKTU
1. Tatap muka (Teori) : Jam
2. Praktek sekolah : 16 (32) Jam
3. Praktek industri : Jam
Pengadukan beton dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
manual dan pengadukan dengan mesin pengaduk, yang biasanya disebut
dengan mesin molen.
Agar diperoleh hasil yang baik, dalam pengadukan beton, perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pengadukan beton pada semua mutu, kecuali beton untuk keperluan non-
struktur (B.0), sebaiknya dilakukan dengan mesin pengaduk. Hal ini dapat
diartikan bahwa, dalam hal pembangunan rumah sederhana tahan gempa,
pengadukan beton sebaiknya dilaksanakan menggunakan mesin
pengaduk.
b. Selama pengadukan, kekentalan adukan beton harus diawasi terus
menerus.
c. Lamanya pengadukan bergantung pada kapasitas drum mesin pengaduk
serta volume adukan yang diaduk, namun pada umumnya diambil paling
sedikit 1,5 menit atau paling lama 3 menit sampai adukan menunjukkan
susunan warna yang merata.
d. Untuk adukan yang tidak memenuhi syarat, misalnya terlalu encer atau
sudah mengeras sebagian, adukan tersebut tidak diperbolehkan dipakai
dan harus disingkirkan.
2. Pengangkutan beton
Setelah selesai pengadukan, pekerjaan selanjutnya adalah pengangkutan
adukan ke tempat pengecoran. Pengangkutan yang paling sederhana
dilakukan dengan menggunakan ember-ember yang diangkut secara berantai
oleh para pekerja. Cara ini hanya digunakan dalam pekerjaan kecil dan
sederhana.
b. Bahan:
1) Portland Cement
2) Pasir
3) Kerikil/split
4) Air
c. Langkah kerja
1) Menyiapkan peralatan, bahan dan pekerja, sesuai dengan kebutuhan.
2) Memeriksa ulang acuan dan tulangan yang terpasang, dan memastikan
dalam kondisi siap dikerjakan pengecoran.
3) Melaksanakan pencampuran bahan adukan beton secara manual
dengan urutan sebagai berikut :
a) Pasir yang sudah ditakar dituangkan kedalam bak pencampur.
b) Setelah pasir, menuangkan Portland Cement sesuai ketentuan,
kemudian mengaduk kedua bahan tersebut hingga merata.
c) Menuangkan kerikil/split sesuai dengan takaran pada campuran
Pasir dan PC, kemudian diaduk hingga merata.
d) Menambahkan air secukupnya atau sesuai ketentuan ke dalam
campuran pasir, kerikil, dan PC kemudian diaduk hingga merata
4) Melaksanakan pencampuran bahan adukan beton dengan ketentuan
pengangkutan adukan.
5) Melaksanakan pengecoran, sesuai ketentuan pengecoran beton,
dimulai dari sloof, kolom, kemudian diteruskan ke ringbalk / balok lintel.
6) Khusus untuk kolom; pengecoran dilaksanakan dengan memperhatikan
tinggi jatuh adukan beton, maksimal setinggi 1 meter, sehingga tidak
terjadi sarang kerikil pada bagian bawah. Untuk tujuan ini, pengecoran
kolom dilaksanakan secara bertahap setiap ketinggian 1 meter.
Gambar
Gambar 4 6
5. Keselamatan kerja
Dalam setiap pekerjaan, resiko kecelakaan pasti akan ditemui, baik itu
kecelakaan kecil maupun besar. Untuk itu perlu dipahami pula bahwa dalam
pekerjaan beton resiko kecelakaan tersebut dapat juga terjadi. Oleh sebab itu,
perlu diketahui bahwa resiko yang mungkin ditemui dalam pekerjaan beton
meliputi:
a. Resiko kesehatan
1) Resiko kesehatan yang disebabkan pemakaian Portland Cement
meliputi:
2) Iritasi pada kulit
3) Alergi
4) Iritasi pada mata
5) Gangguan pernafasan
b. Resiko kecelakaan
1) Resiko kecelakaan dalam pekerjaan meliputi:
2) Jatuh dari ketinggian
3) Kecelakaan disebabkan pemakain peralatan listrik.