Anda di halaman 1dari 6

MODUL II TEKNIK BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA

MELAKSANAKAN PENGECORAN BETON NORMAL

A. STANDAR KOMPETENSI
Melaksanakan pengecoran beton pada kondisi normal.

B. KOMPETENSI DASAR
Melaksanakan pengecoran beton normal.

C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Persiapan pekerjaan pengecoran.
2. Pengangkutan beton segar.
3. Pengecoran beton segar.
4. Pemadatan beton segar.

D. STRUKTUR PEMBELAJARAN
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------
--------------------------------------------------

E. INDIKATOR
1. Membersihkan cetakan/bekisting dari segala macam kotoran.
2. Mengangkut beton segar dengan benar, sesuai dengan ketentuan teknis.
3. Menuangkan beton ke dalam bekisting secara yang benar, dengan tinggi jatuh
maksimum 1 meter.
4. Memadatkan beton secara manual ataupun menggunakan vibrator, sesuai
dengan ketentuan teknis.
5. Meratakan permukaan beton sesuai level tertentu berdasarkan gambar kerja.

F. PENILAIAN
---------------------------------------------------
---------------------------------------------------

G. ALOKASI WAKTU
1. Tatap muka (Teori) : Jam
2. Praktek sekolah : 16 (32) Jam
3. Praktek industri : Jam

MODUL II - TEKNIK BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA 1/6


H. SUMBER PUSTAKA
1. Anonim, (2002), SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional.
2. Anonim, (2002), SNI 15-2049-2004: Semen Portland, Badan Standardisasi
Nasional.
3. Anonim, (2002), SNI 15-0302-2004: Semen Portland Pozolan, Badan
Standardisasi Nasional.
4. Anonim, (2006), Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa,
available on:http://www. tahangempa.org
5. M.S.J., Gani, (1997), Cement and Concrete, London: Chapman & Hall.
6. Hadi Kusuma, Gideon, (1994), Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang
Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, Jakarta: Penerbit Erlangga.
7. Dipohusodo, Istimawan, (1999), Struktur Beton Bertulang, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
8. Tjokrodimuljo, Kardiyono, (1996), Teknologi Beton, Yogyakarta: Penerbit
Nafiri.
9. E.G.,Nawy, (1996), Reinforced Concrete: A Fundamental Approach 3rd
edition, New York: Prentice Hall.
10. A.M., Neville, (1997), Properties of Concrete, New York: John Wiley & Sons.
Inc.
11. R., Park, (1975), Reinforced Concrete Structures, New York: John Wiley &
Sons. Inc.
12. Boen, Teddy, (2001), Impact of Earthquake on School Buildings in
Indonesia, UNCRD International Workshop and Symposium: Earthquake
Safer World in the 21, Kobe.
13. Boen, Teddy, (2005), Dasar-Dasar Membangun Bangunan Tembokan Tahan
Gempa, Jakarta: WSSI.

I. INFORMASI LATAR BELAKANG


1. Persiapan pengecoran
Pelaksanaan pekerjaan beton meliputi pekerjaan pengadukan, pengangkutan,
pengecoran beton. Oleh sebab itu, sebelum pekerjaan tersebut di atas
dilakukan, perlu dilakukan pekerjaan persiapan terlebih dahulu, yang di
antaranya:
a. Rangkaian baja tulangan yang telah terpasang, diperiksa ulang
kesesuaiannya dengan gambar. Cetakan telah dibersihkan dari kotoran-
kotoran dan telah disiram dengan air.
b. Cetakan telah dibersihkan dari kotoran-kotoran (termasuk sisa-sisa
potongan tulangan dan bendrat), dan telah disiram dengan air bersih.
c. Bahan-bahan semen (Portland Cement), pasir, kerikil atau batu pecah
(split), dan air, telah tersedia cukup sesuai dengan kebutuhan.
d. Alat-alat pengaduk, pengangkut, pemadat, dan pelindung terhadap
pengaruh cuaca serta alat pembantu lainnya telah tersedia.
e. Jumlah pekerja telah sesuai dengan kebutuhan, dan pengawas pekerjaan
telah berada di tempat.

Pengadukan beton dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
manual dan pengadukan dengan mesin pengaduk, yang biasanya disebut
dengan mesin molen.

MODUL II - TEKNIK BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA 2/6


Pengadukan beton secara manual harus dilakukan di atas bak pencampur
dengan dasar lantai dari papan atau dari pasangan yang diplester, agar
kotoran tanah tidak tercampur dan air pencampur tidak mudah keluar atau
terserap tanah. Pengadukan cara ini biasanya selalu didasarkan pada
perbandingan volume atau menggunakan ember-ember yang sama besar
volumenya. Pengadukkan dengan mesin pengaduk beton akan diperoleh hasil
adukan yang lebih homogen dan sempurna.

Agar diperoleh hasil yang baik, dalam pengadukan beton, perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a. Pengadukan beton pada semua mutu, kecuali beton untuk keperluan non-
struktur (B.0), sebaiknya dilakukan dengan mesin pengaduk. Hal ini dapat
diartikan bahwa, dalam hal pembangunan rumah sederhana tahan gempa,
pengadukan beton sebaiknya dilaksanakan menggunakan mesin
pengaduk.
b. Selama pengadukan, kekentalan adukan beton harus diawasi terus
menerus.
c. Lamanya pengadukan bergantung pada kapasitas drum mesin pengaduk
serta volume adukan yang diaduk, namun pada umumnya diambil paling
sedikit 1,5 menit atau paling lama 3 menit sampai adukan menunjukkan
susunan warna yang merata.
d. Untuk adukan yang tidak memenuhi syarat, misalnya terlalu encer atau
sudah mengeras sebagian, adukan tersebut tidak diperbolehkan dipakai
dan harus disingkirkan.

2. Pengangkutan beton
Setelah selesai pengadukan, pekerjaan selanjutnya adalah pengangkutan
adukan ke tempat pengecoran. Pengangkutan yang paling sederhana
dilakukan dengan menggunakan ember-ember yang diangkut secara berantai
oleh para pekerja. Cara ini hanya digunakan dalam pekerjaan kecil dan
sederhana.

Dalam pengangkutan adukan beton, perlu memperhatikan persyaratan


sebagai berikut :
a. Pengangkutan adukan beton, dari pencampuran sampai ke tempat
pengecoran, harus dilakukan dengan cara-cara yang benar, untuk
mencegah terjadinya pemisahan (segregasi atau bleeding) dan kehilangan
bahan-bahan adukan.
b. Pengangkutan adukan beton harus lancar, sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang telah dicor
dengan beton yang akan atau belum dicor.
c. Adukan beton harus sudah dicor dalam waktu maksimal 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai.

3. Pengecoran dan pemadatan beton


Pekerjaan terakhir dalam pekerjaan beton adalah pekerjaan pengecoran.
Beton yang dicor/dituangkan harus dapat mengisi semua ruangan cetakan
dengan padat dan dapat membungkus seluruh baja tulangan. Pengecoran
untuk suatu bagian konstruksi, misalnya kolom atau ringbalk, harus

MODUL II - TEKNIK BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA 3/6


dilaksanakan secara terus menerus sampai selesai. Bilamana hal tersebut
tidak memungkinkan, maka penghentian pengecoran diperbolehkan pada
tempat-tempat tertentu yang telah disetujui oleh pengawas atau sesuai
dengan ketentuan perencanaan.

Dalam pekerjaan pengecoran dan pemadatan beton disyaratkan sebagai


berikut :
a. Beton harus dicor sedekat-dekatnya (tinggi jatuh pengecoran dibuat
seminimal mungkin), dengan tujuan untuk mencegah pemisahan bahan-
bahan adukan (segregasi dan bleeding) di dalam cetakan.
b. Pengecoran tidak diperbolehkan dihentikan sampai mencapai tempat-
tempat (siar-siar) pemberhentian pengecoran sesuai dengan perencanaan
atau tempat-tempat yang telah ditetapkan.
c. Selama pengecoran, beton harus selalu dipadatkan guna menghindari
timbulnya rongga-rongga yang kosong atau sarang kerikil, dengan jalan
ditusuk-tusuk atau menggunakan alat pemadat beton (vibrator).
d. Cara melaksanakan pemadatan dengan jalan ditusuk-tusuk (manual),
sebaiknya dilakukan dengan mempergunakan besi tulangan yang telah
ditumpulkan (tidak diperbolehkan menggunakan balok kayu atau bilah
bambu). Sewaktu melakukan pemadatan, alat pemadat tidak boleh
mengenai baja tulangan. Selain itu, agar diperoleh kepadatan beton yang
optimal, bekisting juga perlu diketok/dipukul dengan palu.

Pemadatan dengan alat getar/vibrator harus memenuhi ketentuan bahwa


pemakaian alat tersebut harus hati-hati, tidak diperkenankan mengenai baja
tulangan, dan jarum penggetar juga tidak boleh terlalu lama berada di dalam
adukan beton dan posisi jarum harus dimasukkan secara vertikal. Kecuali
dalam keadaan khusus, jarum diperbolehkan membentuk sudut maksimal 45.
Untuk mendapatkan mutu beton yang kekuatannya lebih dari 20 MPa, alat
penggetar/vibrator wajib dipergunakan.

4. Tata cara pelaksanaan pekerjaan


Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang maksimal, sebelum dilaksanakan
pekerjaan, perlu dilakukan persiapan-persiapan yang mendukung
keterlaksananya pekerjaan tersebut dengan menyiapkan peralatan, bahan
dan pekerja yang cukup, serta memperhatikan langkah kerja sebagai berikut:
a. Alat:
1) Ember/gerobag pengangkut
2) Mesin pengaduk/molen
3) Cangkul/sekop
4) Alat penggetar (Vibrator) atau alat tusuk dari besi tulangan yang
ditumpulkan
5) Cetok
6) Roskam

b. Bahan:
1) Portland Cement
2) Pasir
3) Kerikil/split
4) Air

MODUL II - TEKNIK BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA 4/6


5) Bahan tambah lainnya yang diperlukan

c. Langkah kerja
1) Menyiapkan peralatan, bahan dan pekerja, sesuai dengan kebutuhan.
2) Memeriksa ulang acuan dan tulangan yang terpasang, dan memastikan
dalam kondisi siap dikerjakan pengecoran.
3) Melaksanakan pencampuran bahan adukan beton secara manual
dengan urutan sebagai berikut :
a) Pasir yang sudah ditakar dituangkan kedalam bak pencampur.
b) Setelah pasir, menuangkan Portland Cement sesuai ketentuan,
kemudian mengaduk kedua bahan tersebut hingga merata.
c) Menuangkan kerikil/split sesuai dengan takaran pada campuran
Pasir dan PC, kemudian diaduk hingga merata.
d) Menambahkan air secukupnya atau sesuai ketentuan ke dalam
campuran pasir, kerikil, dan PC kemudian diaduk hingga merata
4) Melaksanakan pencampuran bahan adukan beton dengan ketentuan
pengangkutan adukan.
5) Melaksanakan pengecoran, sesuai ketentuan pengecoran beton,
dimulai dari sloof, kolom, kemudian diteruskan ke ringbalk / balok lintel.
6) Khusus untuk kolom; pengecoran dilaksanakan dengan memperhatikan
tinggi jatuh adukan beton, maksimal setinggi 1 meter, sehingga tidak
terjadi sarang kerikil pada bagian bawah. Untuk tujuan ini, pengecoran
kolom dilaksanakan secara bertahap setiap ketinggian 1 meter.

Gambar
Gambar 4 6

Gambar 7. Tahapan pengecoran kolom

MODUL II - TEKNIK BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA 5/6


7) Setelah beton segar dituangkan ke dalam bekisting, segera dilakukan
pemadatan dengan vibrator atau alat penusuk, sesuai dengan
ketentuan teknis.
8) Apabila bekisting telah terisi penuh dan padat, selanjutnya permukaan
beton diratakan dengan roskam.
9) Setelah semua rangkaian pekerjaan pengecoran diselesaikan, beton
dirawat dengan cara ditutup karung yang dibasahi setiap pagi dan sore,
selama kurang-lebih 7 sampai 14 hari.

5. Keselamatan kerja
Dalam setiap pekerjaan, resiko kecelakaan pasti akan ditemui, baik itu
kecelakaan kecil maupun besar. Untuk itu perlu dipahami pula bahwa dalam
pekerjaan beton resiko kecelakaan tersebut dapat juga terjadi. Oleh sebab itu,
perlu diketahui bahwa resiko yang mungkin ditemui dalam pekerjaan beton
meliputi:
a. Resiko kesehatan
1) Resiko kesehatan yang disebabkan pemakaian Portland Cement
meliputi:
2) Iritasi pada kulit
3) Alergi
4) Iritasi pada mata
5) Gangguan pernafasan

b. Resiko kecelakaan
1) Resiko kecelakaan dalam pekerjaan meliputi:
2) Jatuh dari ketinggian
3) Kecelakaan disebabkan pemakain peralatan listrik.

Guna menghindari terjadi kecelakaan seperti tersebut diatas, maka perlu


dilakukan pencegahan-pencegahan dengan cara menyiapkan peralatan
keselamatan kerja, serta setiap pekerja diwajibkan untuk menggunakan
peralatan keselamatan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan. Peralatan
keselamatan kerja yang sebaiknya disediakan dalam setiap pekerjaan, antara
lain:
a. Masker penutup hidung
b. Pelindung mata
c. Sarung tangan kulit
d. Baju kerja lengan panjang
e. Alat pengaman ketinggian/sabuk pengaman

MODUL II - TEKNIK BANGUNAN GEDUNG SEDERHANA 6/6

Anda mungkin juga menyukai