Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI I-i


PENDAHULUAN I-1
Kegiatan Belajar ke-1; Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
1.1 Pengertian dan Tujuan K3
1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) I-2
1.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) I-4
1.1.3 Struktur Kabel Pancang (Cable Stayed) I-4
1.2 Perlengkapan Administrasi dan Peralatan Penunjang
1.2.1 Kelengkapan Administrasi K3 I-5
1.2.2 Perlengkapan dan Peralatan Penunjang I-6
1.2.3 Sarana Peralatan Lingkungan
1.3 Rambu dan Persyaratan Bekerja dengan Perlengkapan K3
1.3.1 Rambu Rambu K3 I-7
1.3.2 Persyaratan Bekerja Dengan K3 I-8
1.4 Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
1.4.1 Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-Undangan I-16
1.5 Potensi Bahaya di Lingkungan Laboratorium/ Workshop
1.5.1 Jenis-jenis bahaya di lingkungan laboratorium/workshop I-20
1.5.2 Kegiatan laboratorium yang dapat menimbulkan I-22
kecelakaan
1.5.3 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan I-23
1.5.4 Kasus Kecelakaan Kerja dan Pertolongan Pertamanya I-24
1.5.5 Metoda pencegahan kecelakaan I-24
RANGKUMAN I-25
DAFTAR PUSTAKA I-28

I-i
PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bagian penting pada
suatu pekerjaan di laboratorium, perusahaan, maupun bengkel. Resiko kegagalan
(risk of failures) akan selalu ada pada suatu aktifitas pekerjaan yang disebabkan
perencanaan yang kurang sempurna, pelaksanaan yang kurang cermat, maupun
akibat yang tidak disengaja (Nur Hidayat & Indah, 2016). Keselamatan kerja
manusia secara terperinci meliputi: pencegahan terjadinya kecelakaan, mencegah
atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah atau mengurangi
cacat tetap, mencegah atau mengurangi kematian, mengamankan konstruksi serta
memeliharanya, yang kesemua itu menuju pada peningkatan hidup dan
kesejahteraan untuk manusia (Daryanto,2010). Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu sistem
program yang dibuat sebagai upaya untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja,
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja agar seseorang
dapat bekerja secara aman dan nyaman. . Modul ini akan membahas beberapa hal
yaitu (l) Pengertian dan tujuan K3, (2) Perlengkapan administrasi dan peralatan
Penunjang K3, (3) Rambu-rambu dan persyaratan bekerja dengan perlengkapan
K3, (4) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), (5)
Mengelola potensi bahaya di lingkungan sekolah dan di laboratorium/workshop.
Bacalah dengan seksama capaian pembelajaran maupun sub capaian
pembelajaran untuk mengetahui apa yang akan diperoleh setelah mempelajari
materi ini. Pada bagian uaraian materi anda mempelajari materi pelajaran yang
harus anda kuasai. Pelajari dengan seksama materi tiap kegiatan belajar, jika ada
informasi yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari
setiap materi, sebaiknya berkonsultasi pada pengajar. Pahami setiap materi yang
akan menunjang dalam penguasaan suatu kompetensi dengan membaca secara
teliti. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar anda
mendapatkan tambahan pengetahuan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN


Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menguasai teori
dan aplikasi prosedur kerja, pengelolaan, pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan

I-ii
Kerja (K3) di lingkungan sekolah, di laboratorium/workshop, serta Lingkungan
hidup dalam hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN


1. Memahami Pengertian dan Tujuan K3
2. Menjelaskan Perlengkapan dan Peralatan Penunjang K3
3. Menjelaskan Rambu-rambu dan Persyaratan Bekerja dengan Peralatan K3
4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
5. Mengelola Potensi Bahaya di lingkungan sekolah dan di Laborato-
rium/Workshop

I-iii
URAIAN MATERI
1.1 Pengertian dan Tujuan K3
1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut Ridle (2008:123) kesehatan merupakan unsur penting agar kita dapat menikmati
hidup yang berkualitas baik di rumah maupun pekerjaan. Menurut Tasliman (1993:1) kesehatan
adalah suatu kondisi dimana diri manusia dalam keadaaan sehat, barang dalam keadaan baik,
alat-alat kerja dalam keadaaan baik/tidak ada kerusakan, lingkungan kerja atau kondisi sekitar
dalam keadaan sehat tidak kurang suatu apapun. Menurut Wirawan (2015:543) kesehatan kerja
adalah penerapan ilmu kesehatan/kedoketeran di bidang ketenaga kerjaan yang bertujuan untuk
mencegah penyakit yang timbul akibat kerja dan mempertahankan kinerja mereka. Pendapat dari
Mangkunegara (2009:161) bahwa kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang kesehatan, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang
diambil dari beberapa sumber, diantaranya ialah pengertian dan definisi K3 menurut Filosofi,
menurut Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007 (Suryatri, 2014).
a. Filosofi (Mangkunegara): Suatu Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya
serta hasil karya dan budaya menuju masyarakt adil dan makmur.
b. Keilmuan: Semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
Penyakit Akibat Kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Atau bisa
juga dikatakan sebagai “Ilmu mengantisipasi, mengetahui, mengevaluasi dan mengontrol
bahaya yang timbul di dale atau dari tempat kerja yang dapat merusak kesehatan dan
kesejahteraan pekerja, juga berdampak pada komunitas dan lingkungan sekitarnya”.
c. OHSAS 18001:2007: Kondisi-kondisi dan factor-faktor yang berdampak, atau dapat
berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerj
control dan personel kontraktor, atau orang lain di tempat kerja).

1.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

I-4
Paramita dan Wijayanto (2012) menuliskan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut : (a) Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis, (b) Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan
sebaik-baiknya dan seefektif mungkin, (c) Semua hasil produksi dipelihara keamanannya, (d)
Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai, (e) Meningkatkan
kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja, (f) Terhindar dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja, dan (g) Setiap pegawai merasa aman dan
terlindungi dalam bekerja.
Menurut Riantiwi (2012), tujuan dan pentingnya keselamatan kerja meliputi (a)
Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang, (b)
Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen, (c) Menurunnya biaya-
biaya kesehatan dan asuransi, (d) Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang
lebih, (e) rendah karena menurunnya pengajuan klaim, (f) Fleksibilitas dan adaptabilitas yang
lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan, dan (g) Rasio
seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan. Perusahaan yang
dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-1ecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang
berkaitan dengan stres serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya,
maka perusahaan tersebut akan semakin efektif (Riantiwi, 2012).

Gambar 1. Meningkatnya Produktivitas Pekerja

I-5
Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
menurut Paramita dan Wijayanto (2102) adalah sebagai berikut (a) mencegah dan mengurangi
kecelakaan kebakaran dan peledakan, (b) memberikan peralatan perlindungan diri untuk
pegawai yang bekerja pada lingkungan yang berbahaya. (c) mengatur suhu, kelembaban,
kebersihan udara, penerangan yang cukup dan menyejukkan serta mencegah kebisingan, (d)
mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, (e) memelihara
kebersihan, ketertiban dan keserasian lingkungan kerja., (f) menciptakan suasana kerja yang
menggairahkan semangat kerja pegawai.

Gambar 2. Memberikan Perlengkapan APD pada Pekerja

1.2 Perlengkapan Administrasi dan Peralatan Penunjang


1.2.1 Kelengkapan Administrasi K3
Kegiatan untuk memenuhi kelengkapan administrasi K3 ini antara lain terdiri dari:
a. Pendaftaran proyek ke Depnaker
Sebelum melakukan aktivitas pekerjaan di lapangan, pihak proyek wajib melapor
dan mendaftar ke Depnaker setempat, karena Depnaker adalah instansi Pemerintah yang
benwenang dan bertanggung jawab menangani masalah K3. Sebagai bukti dari kegiatan
ini berupa Surat pendaftaran proyek ke Depnaker setempat dan sudah ada penerimaan
konfirmasi dari Depnaker
b. Pendaftaran dan Pembayaran Asuransi Tenaga Kerja (BPJS Ketenagakerjaan)

I-6
Sesuai dengan ketentuan Pemerintah, perusahaan atau proyek yang
mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 orang wajib melindungi tenaga kerja melaui
BPJS. Sebagai bukti dari pelaksanaannya: adanya polis dari BPJS untuk proyek tersebut.
c. Pendaftaran dan Pembayaran Asuransi Lainnya, misal CAR dan PA (bila disyaratk
an dalam Proyek)
Apabila disebutkan dalam kontrak, proyek wajib membayar polis asuransi
Construction All Risks (CAR) atau Personal Accident (PA). Yang dimaksud dengan CAR
adalah untuk bangunan fisik proyek dan peralatan kerjanya. Sedangkan PA untuk petugas
orang yang melaksanakan (kadang-kadang termasuk petugas dari Manajemen Konstruksi
Customer Representative).
d. Izin dari Kantor Dinas PU tentang Penggunaan Jalan/Jembatan yang Menuju Loka
si Untuk Lalu Lintas Alat Berat.
Untuk beberapa proyek seperti pada proyek-proyek sipil perlu mendatangkan alat-
alat berat. Apabila keadaan jalan/jembatan relatif kecil, perlu ijin dari Pemerintah
setempat, dalam hal ini Departemen terkait setempat. Maksud izin tersebut adalah bahwa
instansi terkait setempat telah mengadakan pemeriksaan terhadap kekuatan jalan jembatan
yang akan dilalui alat berat. Apabila perlu Kontraktor diharuskan menambah daya topang
khusus pada struktur jalan jembatan tersebut sebelum dipakai. Sebagai bukti dari kegiatan
ini adalah Surat Izin dari Kantor Dinas PU (Catatan: surat izin berarti izin dari Kantor
Dinas PU, bukan surat permohonan izin dari Kontraktor).
e. Keterangan Layak Pakai untuk Alat Berat/Ringan
Keterangan layak pakai untuk alat berat/ringan memerlukan rekomendasi dari
Kantor Dinas Transnaker atau instansi yang berwenang. Peralatan proyek yang
menyangkut keselamatan umum (orang banyak) pada saat pengoperasian umumnya harus
dipantau pemakaiannya oleh instansi pemerintah yang berwenang. Alat-alat yang
dimaksud adalah seperti: tractor, lift (elevator), eskalator, lift tenaga kerja, lift bahan,
tower crane, dan sebagainya. Sebagai bukti pelaksanaan adalah: adanya surat keterangan
laik pakai dari instansi yang berwenang. Selain itu, adanya label laik pakai yang
menempel pada alat yang bersangkutan.

I-7
Gambar 3. Kelayakan pada Alat Berat

f. Pemberitahuan kepada Pemerintah Lingkungan Setempat


Pemerintah setempat/Muspida yang dimaksud terdiri dari unsur Kementerian
Dalam Negeri (lurah/camat/bupati/walikota), Kepolisian (Polsek, Polwill, Polda), dan
TNI (Babinsa/Koramil/Kodim). Ketiga unsur di atas adalah instansi-instansi aparat
negara yang mengendalikan mekanisme pemerintahan dan keamanan ketertiban umum.
Pemerintahan/lingkungan setempat harus diberi laporan tentang keberadaan adanya
kegiatan proyek, karena akan menyangkut banyak tenaga kerja yang umumnya para
pendatang, banyaknya kendaraan keluar masuk membawa material, adanya kegiatan-
kegiatan di luar kegiatan rutin yang terkadang dapat mengganggu kelancaran ketenangan
kegiatan yang sudah ada. Sebagai bukti dari pelaksanaan adalah: adanya surat
pemberitahuan ke pemerintahan lingkungan setempat dan sudah ada informasinya.

1.2.2 Perlengkapan dan Peralatan Penunjang


Berikut ini akan dijelaskan mengenai pedoman penerapan SMK3 menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER.05/MEN/1996 Sistem Manajemen K3
didalam suatu perusahaan diarahkan kepada kemandirian perusahaan dan sangat bergantung dari
rasa tanggung jawab manajemen dan tenaga kerja terhadap tugas dan kewajiban masing-masing
serta upaya-upaya untuk menciptakan cara kerja dan kondisi kerja yang selamat. Mekanisme
operasi rutin dibuat sedemikian rupa telah diatur melalui sesuatu mekanisme yang konsisten,
I-8
maka tenaga kerja akan berlaku sebagaimana aturan yang telah dibuat dan peluang
penyimpangan dapat diperkecil, peluang penyimpangan sangat berarti bagi pengendalian
kemungkinan kecelakaan kerja oleh faktor manusia (Sihombing, Walangitan, Pratasis, 2014).
Pekerja konstruksi yang patuh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah mereka
yang memperhatikan alat pelindung dirinya ketika berada di lapangan. Alat pelindung diri terdiri
dari beberapa jenis berdasarkan fungsinya, antara lain (Sihombing, Walangitan, Pratasis, 2014).

a. Pakaian Kerja

Gambar 4. Pakaian Kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-
pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat karakter lokasi proyek
konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayaknya pakaian
kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang
bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak
3 pasang dalam setiap tahunnya.

b. Sepatu Kerja

Gambar 5. Sepatu Kerja


I-9
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-
mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah.
Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.

c. Kacamata Kerja

Gambar 6. Kacamata Kerja


Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih
besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil
yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan.
Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.

d. Sarung Tangan

I-10
Gambar 7. Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan
sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan
kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi
tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti medorong gerobag cor secara terus-
meerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobag.

e. Helm

Gambar 8. Helm Keselamatan

Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar sesuai peraturan.
Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada
I-11
barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat
kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat
membahayakan diri sendiri.

f. Sabuk Pengaman

Gambar 9. Sabuk Pengaman


Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu
atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi
utama talai penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat
bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
I-12
g. Penutup Telinga

Gambar 10. Penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh
mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat
jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.

h. Masker

I-13
Gambar 11. Masker

Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi
lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang
merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong,
mengampelas, mengerut kayu

1.2.3 Sarana Peralatan Lingkungan


Selain sarana prasaran yang digunakan dalam pelaksanaan K3 dalam upaya mengurangi
risiko kecelakaan. Sarana perlatan lingkungan juga perlu, demi menjaga dan upaya pengurangan
risikom kecelakaan kerja meliputi: (a) Tabung Pemadam Kebakaran pada ruang-ruang antara
lain: Kantor proyek, Gudang bahan bakar, Gudang Materiallperalatan, Ruang genset, Bengkel,
Gudang bahan peledak, Mess karyawan, Barak tenaga kerja. Tiap' lantai bangunan proyek (pada
saat pekerjaan bekisting dan finisihing), (b) Pagar pengamanPagar Pengaman yang terdiri dari:
Pagarlrailing yang kuat dan tali warna kuning sebagai tanda pembataslperingatan. Pagar ini
diperlukan untuk lokasi antara lain: lubang di lantai, lubang di sumur galian tanah, tepi
bangunan tinggi. Lokasi kerja alat berat (bila dianggapperlu), (c) Penangkal Petir, (d)
Pemeliharaan Jalan Kerja dan jembatan kerja, (e) Jaringan Pengamanan pada Bangunan Tinggi,
dan (f) Pagar Pengamanan Lokasi Proyek

1.3 Rambu-Rambu dan Persyaratan Bekerja Dengan Perlengkapan K3


1.3.1 Rambu Rambu K3
Pemasangan Sign Board K3 yang dapat berisi antara lain: Slogan-slogan yang
mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamatseperti bisa dilihat contoh dalam gambar c
dan gambar d di Halaman 110. Selain itu bisa berisi gambar-gambar pamflet tentang
bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan. Slogan maupun pamflet-pamflet
dapat dipasang di kantor proyek atau lokasi pekerjaan di lapangan. Fungsi Rambu-rambu
Peringatan antara Lain, yaitu: (a) Peringatan bahaya dari atas, (b) Peringatan bahaya benturan
kepala, (c) Peringatan bahaya longsoran, (d) Peringatan bahaya apilkebakaran, (e) Peringatan
tersengat listrik, (f) Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari dua lantai), (g)
I-14
Penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara, (h) Penunjuk batas ketinggian penumpukan
material, (i) Larangan memasuki ke area tertentu, (j) Larangan membawa bahan-bahan
berbahaya, (k)Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek), (l) Peringatan untuk memakai alat
pengaman kerja, (m) Peringatan ada alatlmesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu) dan (n)
Peringatanllarangan untuk mas& kelokasi genset power listrik (untuk lokasi tertentu)

Gambar 12. Spanduk Serta Bendera K3

I-15
Gambar 13. Penempatan Bendera

Gambar 14. Contoh Slogan K3

I-16
Gambar 15. Contoh Slogan K3

Dalam hal ini ada beberapa catatan antara lain. Ada pemahaman yang keliru tentang K3,
yaitu menganggap bahwa kalau sudah memenuhi sarana peralatan K3 berarti sudah memenuhi
persyaratan K3. Padahal sarana peralatan K3 ini adalah baru sebagian dari sistem K3.

I-17
1.3.2 Persyaratan Bekerja Dengan K3
Bekerja dengan K3 yang benar adalah bila memenuhi 3 (tiga) hal sebagai berikut:
a. Pekerja: Pekerja maupun pengawas harus memiliki sikap kerja yang benar, yaitu: (a)
Punya pengetahuan dan ketrampilan K3, (b) Berperilaku sesuai ketentuan K3, dan (c)
Sehat jasmani dan rohani
b. Mesin dan sarana peralatan K3 sesuai ketentuan
c. Lingkungan kerja sesuai ketentuan: Penataan lingkungan meliputi perencanaan tata letak
fasilitas-fasilitas untuk melaksanakan pekerjaan dan pengelolaan kebersihan lingkungan
kerja di proyek (house keeping) antara lain adalah perencanaan tata letak (lay out
palnning): perencanaan tata letak harus diatur sedemikian rupa sehingga orang dan alat
yang bekerja tidak saling terganggu, tetapi justru saling mendukung, agar pelaksanaan
kerja dengan produktivitas tinggi dan aman dapat dicapai. Faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan tata letak adalah: Dimensi (ukuran), posisi, elevasi
(ketinggian), Gerakan manusia dan alat, Suara (kebisingan), Getaran dan Cahaya dan
sirkulasi udara. House Keeping: Kebersihan dan kerapian tempat kerja merupakan syarat
K3. Sarana kebersihan dan kerapian untuk program K3 adalah: (a) penyediaan air bersih
yang cukup, (b) penyediaan toilet/wc yang bersih, (c) penyediaan musholla yang bersih
dan terawatt, (d) penyediaan toilet1wc untuk pekerja proyek, (e) penyediaan bak-bak
sampai pada lokasi yang diperlukan, (f) pembuatan saluran pembuangan limbah, (g)
pembersihan sampah-sampah secara teratur, (h) kerapian penempatan alat-alat kerja di
lapangan setelah dipakai.

1.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur dan saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas (KBBI, 1990). Permatasari (2009) memaparkan menurut David A.
Cooling dalam bukunya yang berjudul Industrial Safety Management and Technology
“manajemen merupakan fungsi, posisi sosial, kedudukan bagi mereka yang mempelajari, sebuah
lapangan pembelajaran dan professional Manajemen merupakan jiwa keefektifan suatu
organisasi dan menyediakan kebutuhan yang memberi nyawa organisasi”.Menurut
PERMENAKER No 5 Tahun 1996 tujuan SMK3 adalah “menciptakan suatu Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
I-18
kecelakaan, dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif”.

1.4.1 Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-Undangan


Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Permen PU Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang
pedoman SMK3 konstruksi bidang PU tercantum elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa sebagai berikut:
a. Kebijakan K3
Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan organisasi
perusahaan. kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntut partisipasi dan kerjasama semua
pihak. kebijakan K3 menggaribawahi hubungan kerja manajemen dan karyawan dalam rangka
pelaksanaan program K3 yang efektif.
b. Perencanaan K3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan
penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan juga memuat tujuan,
sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan. Adapun bagian-bagian perencanaan adalah
sebagai berikut (1) Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendaliannya, (2) Pemenuhan
Perundang-undangan dan persyaratan lainnya, dan (3) Sasaran dan Program.

c. Penerapan dan Operasi Kegiatan


Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan harus menunjuk
personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Adapun
kualifikasi yang tercantum dalam Permen No. 9 tahun 2008 adalah sebagai berikut: (l) Sumber
Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggung jawaban, (2) Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian,
(3) Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi, (4) Dokumentasi, (5) Pengendalian Dokumen, (6)
Pengendalian Operasional, (7) Kesiagaan dan Tanggap Darurat (Permen PU, 2008)
d. Pemeriksaan atau Evaluasi
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja
SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan
identifikasi tindakan perbaikan. Seperti yang terdapat pada pasal 10 Permen PU tahun 2008
menyatakan bahwa dalam hal materi penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan
Umum yang dijadikan salah satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan penyedia jasa, maka

I-19
PPK wajib menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) ialah pejabat yang
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluara anggaran belanja. Berikut ini adalah bagian
peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran kinerja SMK3 terdiri dari 4 bagian yaitu
(Permen PU, 2008): (l) Evaluasi Kepatuhan, (2) Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian,
Tindakan Perbaikan dan pencegahan, (3) Pengendalian Rekaman, dan (4) Audit Internal

e. Tinjauan Manajemen
Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara berkala untuk
menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan
tujuan K3. Ruang lingkup tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap
seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
f. Analisa Keberhasilan Penerapan SMK3
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
di tempat kerja,dapat diukur menurut Permenaker 05/MEN/1996 sebagai berikut: (a) Untuk
tingkat pencapaian 0-59 % dan pelanggaran peraturan perundangan (nonconformance)
dikenaitindakan hukum, (b) Untuk tingkat pencapaian 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera
perak, dan (c) Untuk tingkat pencapaian 85-100 % diberikan sertifikat dan bendera emas.
Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan
Umum, menurut Permen PU Nomor: 09/PRT/2008 terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: (a)
Baik, bila mencapai hasil penilaian > 85%, (b) Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%.
dan (c) Kurang, bila mencapai hasil penilaian < 60%.
g. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lindungan Lingkung
an (K3LL)
Sistem Manajemen K3LL suatu perusahaan yang telah ditetapkan secara terstruktur
menjadi pedoman bagi setiap Unit Bisnis atau usaha jasa konstruksi dalam pelaksanaan kegiatan
operasional dengan selalu menerapkan aspek-aspek K3LL (Agustino Imam, 2008). Sebagai dasar
hukum pelaksanaan kegiatan operasional yang menerapkan aspek K3LL ini, perusahaan
menetapkan 12 hal penting yang harus dipenuhi guna mencapai target-target operasional dan
K3LL. Ada pun ke-12 hal penting tersebut adalah: (a) Kepemimpinan, Komitmen, dan
Akuntabilitas, (b) Manajemen Risiko, (c) Sumber Daya Manusia, Pelatihan dan Perilaku, (d)
Manajemen Kontraktor, (e) Desain dan Konstruksi Fasilitas, (f) Pemeliharaan dan Operasi, (g)
Manajemen Perubahan, (h) Informasi dan Dokumentasi, (i) Komunikasi, Kesadaran Komunitas

I-20
dan Pemangku Kepentingan, (j) Manajemen Keadaan Darurat dan Krisis, (k) Pelaporan dan
Investigasi Insiden, dan (l) Penilaian, Penjaminan, dan Perbaikan
Setiap Kepala Unit Bisnis atau kontruksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
sasaran-sasaran operasional dicapai dengan selalu memperhatikan pengelolaan yang baik
terhadap Keselamatan Kerja, dan Kesehatan Kerja, serta upaya Perlindungan Lingkungan. Saat
ini, setiap Unit Bisnis yang berada di wilayah operasi Perusahaan telah mengembangkan
SMK3LL sesuai dengan karakteristik kegiatannya, yang mengacu pada Operations Excellence
(Keunggulan Operasional).
Fokus K3LL adalah peningkatan penerapan sistem manajemen K3LL yang dilakukan
melalui berbagai pelatihan dan sosialisasi tentang berbagai aspek K3LL, antara lain Sosialisasi
ulang Sistem Manajemen K3LL Perusahaan, Sosialisasi/ Awareness tentang ISO 14001 dan
OHSAS 18001, Modern Safety Management (MSM), Defensive Driving Course, Pengelolaan
Limbah B3, Pelaporan dan Investigasi Insiden, Pelaporan Kondisi dan Perilaku Tidak Aman,
Manajemen Risiko, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), Pemadaman Kebakaran, dan
lain sebagainya. Dalam fokus ini juga tercakup kegiatan melakukan berbagai kampanye bertema
K3LL, analisis insiden dan tindak lanjut program observasi perilaku pekerja.
Perusahaan juga melakukan audit internal tentang Sistem Manajemen Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) dan audit internal ISM Code, audit
sertifikasi ISO14001 dan OHSAS 18001 oleh badan sertifikasi independen serta melakukan
Audit sertifikasi ISM Code untuk FSO Ladinda yang dioperasikan oleh Perusahaan. Di bidang
lingkungan, Perusahaan fokus pada peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan hidup dengan
melakukan langkah-langkah pengurangan emisi gas rumah kaca, melakukan konservasi dan audit
energi, serta beberapa kegiatan serupa lainnya. Perusahaan juga fokus pada konservasi
keanekaragaman hayati, program higiene industry (Industri Higenis) dan peningkatan kesiap-
siagaan tanggap darurat.

1.5 Mengelola Potensi Bahaya di Lingkungan Sekolah dan di Laboratorium/ Workshop


1.5.1 Jenis-jenis bahaya di lingkungan sekolah dan di laboratorium/workshop diantarany
a adalah;
a. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar
seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
b. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
I-21
c. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata
sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e. Luka pada tangan atau bagian tubuh lainnya akibat pemakaian alat kerja manual
tanpa menggunakan APD.
f. Kecelakaan kerja yang diakibatkan penggunaan peralatan mesin dengan mengabaikan
SOP yang sudah ada.
g. Sengatan listrik dll.
Tujuan utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Potensi Bahaya
adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian. Risiko
adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya
kejadian tersebut. Pada saat bekerja di Workshop/Laboratorium, hendaknya selalu
memperhatikan kondisi area bekerja yang sewaktu-waktu dapat timbul kecelakaan kerja. Jika ada
hubungan dengan arus listrik selalu perhatikan kondisi tangan/badan saat bekerja. Seperti gambar
berikut:

I-22
Gambar 17. Kondisi kering dan kondisi basah saat bersentuhan dengan listrik

Gambar 18. Kondisi saat bekerja dengan potensi kecelakaan berupa api/kebakaran
Tabel 1. a. : Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada
dampak korban

Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D


Potensi bahaya Potensi bahaya Risiko terhadap Potensi bahaya
yang menimbulkan yang menimbulkan kesejahteraan yang menimbulkan
risiko dampak risiko atau kesehatan risiko pribadi dan
jangka panjang langsung pada sehari-hari psikologis
pada keselamatan
kesehatan
Bahaya factor kimia
(debu, uap logam,
uap) Kebakaran Air Minum Pelecehan,
termasuk intimidasi
Bahaya faktor Listrik dan pelecehan
biologi (penyakit dan Toilet dan fasilitas seksual
gangguan oleh virus, Potensi bahaya mencuci
bakteri, binatang Mekanikal (tidak Ruang makan atau
dsb.) adanya pelindung Kantin Terinfeksi
mesin) HIV/AIDS
Bahaya faktor fisik
(bising, penerangan, House keeping P3K di tempat
getaran, iklim kerja, (perawatan buruk kerja Kekerasan di
jatuh) pada peralatan) tempat kerja

Cara bekerja dan


bahaya factor Transportasi Stress
ergonomis
(posisi bangku kerja,
pekerjaan Narkoba di tempat
I-23
berulangulang, kerja
jam kerja yang lama)

Potensi bahaya
lingkungan yang
disebabkan oleh
polusi pada
perusahaan di
masyarakat

1.5.2 Kegiatan laboratorium yang dapat menimbulkan kecelakaan.


Sumber bahaya lain yang terjadi di laboratorium dapat diakibatkan oleh ke-salahan teknik.
Beberapa contoh yang berhubungan dengan aspek ini adalah:
1. Banyak peralatan yang tidak diperlukan pada meja praktikum. Simpan-lah kelebihan
peralatan tersebut pada lemari alat.
2. Mengarahkan tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke badan atau teman didekatnya.
3. Melubangi sumbat karet tanpa dibasahi dahulu dengan air atau menggu- nakan tumpuan
nya menggunakan telapak tangan.
4. Memasukkan pipa kaca ke dalam sumbat karet tanpa mengunakan lap,tanpa dibasahi air,
dan cara memegang pipa kacanya jauh dari permukaan karet
5. Memindahkan zat ke botol pereaksi bermulut kecil tanpa menggunakan corong, dll.
(Kadarohman, 2007)

1.5.3 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Setiap aktivitas/ proses pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja mengandung
resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja (ringan sampai dengan berat), berbagai upaya
pencegahan dilakukan supaya kecelakaan tidak terjadi. Selain itu, keterampilan melakukan
tindakan pertolongan pertama tetap diperlukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Oleh karena itu di setiap tempat kerja harus memiliki petugas P3K (First Aid), atau
setidaknya setiap karyawan memiliki keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama ketika
terjadi kecelakaan kerja maupun kegawatan medik (Margaretha, 2010).

I-24
Gambar 19. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

1.5.4 Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja Dan Pertolongan Pertamanya


Ada beberapa prinsip-prinsip dasar dalam melakukan pertolongan pada penderita
kecelakaan :
1. Jangan pindahkan atau ubah posisi orang yang terluka, terutama bila luka-lukanya
terjadi karena jatuh, jatuh dari ketinggian dengan keras atau kekerasan lain. Pindahkan
atau ubah posisi penderita hanya apabila tindakan anda adalah untuk menyelamatkan
dari bahaya lain.
2. Bertindaklah dengan cepat apabila penderita mengalami pendarahan, kesulitan
bernapas, luka bakar atau kejutan (syok).
3. Jangan berikan cairan apapun kepada penderita yang pingsan atau setengah pingsan.
Cairan dapat memasuki saluran pernapasan dan mengakibatkan kesulitan bernapas
bagi penderita.
4. Jangan berikan alkohol pada penderita yang mengalami luka parah.

1.5.5 Metoda pencegahan kecelakaan :


a. Eliminasi : modifikasi dari proses suatu metode atau material untuk menghilangkan
bahaya seluruhnya.
b. Subsitusi : mengganti material, bahan atau proses dengan yang kurang berbahaya.

I-25
c. Pemisahan : menghindari bahaya dari pekerja dengan memakai pengaman, atau
dengan memberi jarak dan jangka waktu.
d. Administrasi : mengatur waktu atau kondisi dari kemungkinan munculnya resiko
e. Pelatihan : meningkatkan keterampilan sehingga mengurangi bahaya bagi orang –
orang yang terlibat.
f. Alat Pelindung Diri (APD) : dirancang secara tepat dan peralatan dipasang dengan
benar di mana kontrol lain dianggap tidak praktis.

Untuk keselamatan pekerja yang paling utama adalah dengan memakai Alat Pelindung Diri (
APD ). Kontraktor berkewajiban untuk menyediakan APD dimana sebelumnya harus sudah
dianggarkan dalam perencanaan proyek.

I-26
RANGKUMAN
K3 adalah semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan. Pekerja konstruksi yang
patuh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah mereka yang memperhatikan alat
pelindung dirinya ketika berada di lapangan. Alat pelindung diri terdiri dari beberapa jenis
berdasarkan fungsinya, antara lain pakaian kerja, sepatu kerja, kacamata kerja, sarung tangan,
helm, sabuk pengaman, penutup telinga dan masker.
Selain sarana prasaran yang digunakan dalam pelaksanaan K3 dalam upaya mengurangi
risiko kecelakaan. Sarana perlatan lingkungan juga perlu, demi menjaga dan upaya pengurangan
risikom kecelakaan kerja meliputi: Tabung Pemadam Kebakaran, Pagar pengaman, Penangkal
Petir, Pemeliharaan Jalan Kerja dan jembatan kerja, Jaringan Pengamanan pada Bangunan
Tinggi.Bekerja dengan K3 yang benar adalah bila memenuhi 3 (tiga) hal sebagai berikut:Pekerja,
Mesin dan sarana peralatan K3 sesuai ketentuan dan Lingkungan kerja sesuai ketentuan
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting saat melaksanakan pekerjaan konstruksi,
maka sangat diperlukan adanya pelatihan K3. Pelatihan program k3 terbagi atas 2 bagian,
yaitu:pelatihan secara umum, pelatihan khusus proyek dan pelatihan penjelasan.

DAFTAR PUSTAKA
Occupational Health And Safety Assessment Series (OHSAS 18001: 2007). Occupational
Health And Safety Management Systems – Requirements.

Paramita, C. C. P dan Wijayanto, Andi. 2012. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT PLN (Persero) APJ Semarang. Jurnal
Administrasi Bisnis, 1(1) : 1-7.

Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1996. Sistem Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 9 Tahun 2008. Pedoman Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Permatasari, A. 2009. Investigasi Kecelakaan Penyebrangan Perlintasan KRL UI-Margonda,


Depok. Universitas Indonesia

Riantiwi, A. 2012. Hubungan Pelaksanaan Program K3 Dengan Produktivitas Kerja Karyawan


Pada Divisi Oprasional PT. Surveyor Indonesia. Universitas Indonesia.

I-27
Sihombing, Walangitan, Pratasis, 2014. Implementasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Pada Proyek Di Kota Bitung (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Minyak
Pt.Mns). Jurnal Sipil Statistik, 2 (3): 124-130

I-28

Anda mungkin juga menyukai