Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 JUDUL
Analisis Kafein Total Dalam Cuplikan Urin

1.2 TUJUAN
1. Memperkenalkan langkah-langkah analisis obat dan atau metabolitnya
dalam cuplikan urin.
2. Melakukan analisis kafein dalam urin.
3. Memahami proses ADME (Adsorpsi, Distribusi, Metabolisme,
Eliminasi) kafein.
4. Mengetahui nilai parameter farmakokinetik kafein.

1.3 DASAR TEORI


Kafein ialah senyawa alkaloid xantina yang berbentuk kristal dan
berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik
ringan. Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan jerman Friedrich
Ferdinand Runge. Pada tahun 1918, ia menciptakan istilah kafein untuk
merujuk pada senyawa kimia pada kopi. Kafein merupakan perangsang
sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa ngantuk secara
sementara. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak
dikonsumsi didunia.(Bahriah, Evi Sapinatul. 2012).
Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan
aktivitas kafein didalam tubuh. Peran utama kafein ini didalam tubuh
adalah meningkatkan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan
memberikan efek psikologis berupa peningkatan energi. Efek ini biasanya
baru akan terlihat beberapa jam kemudian setelah mengkonsumsi kopi.
(Anonim. 2009.)
Mekanisme kafein, kafein mudah melintasi penghalang darah otak
yang memisahkan aliran darah dari bagian dalam otak. Setelah diotak
modus utama tindakan adalah sebagai non selektif antagonis reseptor
adenosin. Molekul kafein secara struktural mirip dengan adenosin, dengan
mengikat reseptor adenosin pada permukaan sel tanpa mengaktifkan
mereka (Sebuah antagonis mekanisme tindakan). Oleh karena itu, kafein
bertindak sebagai inhibitor kompetitif. ( Bresnick.stephen.2002).
Spektroftometri adalah pengukuran serapan cahaya diderah
ultraviolet ( 200-350nm ) dan sinar tampak ( 350-800nm ) oleh suatu
senyawa. Serapan cahaya uv atau uvis ( cahaya tampak ) mengakibatkan
transisi elektron, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital kedaerah
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
tinggi. Absorpsivitas hanya tergantung pada suhu, pelarut, struktur
molekul, dan panjang felombang atau frekuensi radiasi yang digunakan.
Spektrum absorpsi ( kurva absorpsi ) adalah kurva yang menggambarkan
hubungan antara absorban atau transmitan suatu larutan terhadap panjang
gelombang atau frekuensi radiasi.
(Ralp H. Petruci.dkk.1987 ).

BAB II
METODE KERJA

2.1 ALAT DAN BAHAN

Alat : Botol Kaca Cokelat 100 ml, Pipet Tetes, Wadah


Nampan, dan Spektrofotometer.
Bahan : Air Minum, Urin Manusia, dan Kafein.
2.2 PROSEDUR KERJA :

A. Pemberian kafein dengan pengumpulan urin.


Cuplikan urin harus dikumpulkan selama 6 jam. Probandus dapat
meminum obat dan mengumpulkan cuplikan urin sehari sebelum
dianalisis. Cuplikan urin dapat disimpan selama satu malam pada suhu
400C tanpa penguraian yang berarti.

Untuk menjaga aliran urin, subjek harus meminum 200ml air, setelah
30 menit yang digunakan sebagai blanko, dicatat

Kafein diminum dengan 200ml air dan waktu mulai dicatat (waktu
awal)

Setelah 1 jam, maka kandung kemih dikosongkan dan diukur volume


urin. Kemudian dicatat dan ditandai. Ambil 15ml probandus
meminum 200ml air.

Prosedur yang sama (seperti pada langkah 3) kemudian diulang pada


interval waktu 2,3,4,5, dan 6
B. Analisis Cuplikan kafein Total Dalam Urin
1. Ditentukan kadar kafein total dalam cuplikan urin masing-masing
interval waktu jam ke 1,2,3,4,5, dan 6 untuk penetapan kadarnya.
1 ml cuplikan urin ditambah ad 10ml aquadest

Ukur pada panjang gelombang maximal 266 dengan


spektrofotometer.

Jika nilai yang terbaca masih besar lebih dari 3


dilakukan pengenceran (lakukan triplo).

2. Dihitung parameter farmakokinetik Kafein.


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. ASORBANSI

SAMPEL INTERVAL WAKTU VOLUME URIN ASORBANSI


Blanko 0-1 140 ml 0,0845
Sampel 1 1-1,5 150 ml 0,3355
Sampel 2 1,5-2 145 ml 0,548
Sampel 3 2-2,5 130 ml 0,3775
Sampel 4 2,5-3 155 ml 0,2285
Sampel 5 3-3,5 90 ml 0,2
Sampel 6 3,5-4 80 ml 0,151

PERHITUNGAN
Persamaan linear :
y = 0,047 x + 0,0075
R2 = 0,962

Perhitungan nilai Cu (Mg/ml) = cu = x =
0,0845+0,0075
Cu Blanko = = 1,669 /
0,047
(0,33550,0845)+0,0075
Cu Sampel1 = = 13,604 /
0,047
(0,5480,0845)+0,0075
Cu Sampel2 = = 13,281 /
0,047
(0,37750,0845)+0,0075
Cu Sampel3 = = 12,254
0,047
(0,37750,0845)+0,0075
Cu Sampel4 = = 11,456 /
0,047
(0,22850,0845)+0,0075
Cu Sampel5 = = 10,980 /
0,047
(0,20,0845)+0,0075
Cu Sampel6 = = 9,193 /
0,047

Tabel 2. METODE KECEPATAN EKSKRESI RENAL

No. interval dt t mid Vu Cu Du/dt t mid Ln Du/dt


Sampel waktu (jam) (ml) (g/ml) (mg/jam) (jam)
(jam)
1 0-1 1 0.5 140 3,39 -0,140 0,5 -0,75
2 1-1,5 0.5 1.25 150 5,5 1,600 1,25 0,50
3 1,5-2 0.5 1.75 145 10,02 0,752 1,75 1,07
4 2-2,5 0.5 2.25 130 6,39 0,737 2,25 0,51
5 2,5-3 0.5 2.75 155 3,22 0,557 2,75 0,00
6 3-3,5 0.5 3.25 90 2,61 0,486 3,25 -0,76
7 3,5-4 0.5 3.75 80 1,51 0,606 3,75

Tabel 3. METODE ARE


No. Tmi interva dt Vu Cu Du Du Du- T Ln (Du - Du
sampe d l waktu (ml (g/ml (mg) ku Du mi kum)
l (jam) ) ) m kum d
1 0.5 0-1 1 90 3,39 0,0 3,96 1 1,37710224
0 3
2 1.25 1-1,5 0. 14 5,5 0,8 0,8 3,14 1,5 1,14371311
5 0 3 3 6
3 1.75 1,5-2 0. 12 10,02 1,45 2,2 1,69 2 0,52206225
5 7 8 6
4 2.25 2-2,5 0. 12 6,39 0,83 3,1 0,85 2,5 -
5 2 1 0,15688775
6
5 2.75 2,5-3 0. 13 3,22 0,5 3,6 0,36 3 -1,0336676
5 5 0 1
6 3.25 3-3,5 0. 11 2,61 0,2 3,8 0,1 3,5 -
5 5 3 4 2 2,11361899
3
7 3.75 3,5-4 0. 12 1,51 0,1 3,9 0,0 4 -
5 0 2 6 0

3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mengenai analisis kafein dalam cuplikan
urin yang mana bertujuan untuk mengetahui nilai parameter
farmakokinetik. Dimana, kafein pada probandus nilai parameter
farmakokinetik berkaitan dengan nilai waktu paruh.
Harus diketahui bahwa kafein itu sendiri merupakan suatu obat
perangsang sistem saraf pusat pada manusia dan dapat mengusir rasa
ngantuk secara sementara. Kafein merupakan obat psikoaktif yang paling
banyak dikonsumsi.
Untuk menentukan suatu nilai parameter farmakokinetik kafein
diperlukan nilai asorbansi urin probandus yang didapatkan dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Pada praktikum ini menggunakan
sentrifugasi (substansi) dimana bertujuan untuk memisahkan supernata
dan pelet. Dimana supernata ini, yang memiliki bobot terendah yang
berada dilapisan atas dan warnanya lebih jernih. Sementara pelet ini
(substansi) yang memilii bobot tinggi sehingga berada dilapisan bawah.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh nilai absorbansinya secara
berurutan yaitu 0,0845 A ; 0,3355 A ; 0,548 A ; 0,3775 A ; 0,2285 A ; 0,2
A ; 0,151 A ; dan nilai didapatkan nilai cu yaitu 3,39 ; 5,5; 10,02; 6,39;
3,22; 2,61; 1,57. Sementara dari hasil perhitungan menyatakan bahwa t1/2
pada Metode Are dan Metode kecepatan ekskresi renal sesuai berdasarkan
literatur. Dimana, literatur t1/2 dari kafein yaitu 0,1-0,9 jam dari masing-
masing metode mendapatkan t1/2 0,56 jam dan t1/2 0,44 jam.
Dari hasil grafik yang diperoleh dinyatkan bahwa grafik pada
Metode Are dan Metode kecepatan ekskresi renal masing-masing
mendapatkan grafik liniar tidak lebih dan tidak kurang. Namun, mendekati
pada literatur 0,9995.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Analisis kafein dalam cuplikan urin pada Metode kecepatan ekskresi
Renal diperoleh t1/2 = 0,56 jam dan Metode Are diperoleh t1/2 0,44
jam.Dengan masing-masing metode menghasilkan grafik yang linear.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahriah, Evi Sapinatul. 2012. Penentuan Kadar Kafein Dalam Teh


menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
2. Anonim. 2009. Kenali Delapan Dampak Negatif Kafein Bagi
Kesehatan Anda.
3. Ralph H. Petrucci.dkk. 1987. Prinsip dan Terapan modern kimia
dasar. Surabaya. Kendang Sari
4. Bresnick. Stephen. 2002. Intisari kimia umum. Jakarta. Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai