Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pencarian senyawa obat baru pada prinsipnya dapat dilakukan berdasarkan skrining
atau penapsian dengan berorientasi pada efek farmakologis tertentu seperti pencarian obat
antidiabetes, antikanker, analgesic dan sebagainya.
Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu benzodiazepin, contohnya:
flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam; barbiturat, contohnya: fenobarbital, tiopental,
butobarbital; hipnotik sedatif lain, contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid,
metiprilon, meprobamat; dan alcohol.
Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu:
a. depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepam dan
zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida
b. tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturate
c. sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturate
d. “hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan di kepala
dan termangu.
Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-t½-nya
panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang disebut short-acting.
Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudag melarut dan berkumulasi di jaringan lemak.
Skrining farmakologi: terjadi pengurangan jumlah jengukan, pengurangan aktivitas
motorik, hilangnya refleks pineal, refleks fleksi dan daya pulih posisi tubuh, adanya ptosis,
lakrimasi, dan pengurangan bobot badan selama 2 hari setelah pemberian dekok. Kematian
terjadi dalam waktu 24 jam setelah pemberian dekok dosis 4000 dan 8000 mg/kg b.b. Efek
terhadap tekanan darah normal: dekok menurunkan tekanan darah normal. Intensitas dan
lamanya efek meningkat dengan bertambahnya dosis, dengan efek maksimum pada dosis
100mg/kg b.b
Interaksi dengan obat lain:
- Dekok mempotensiasi efek penurunan tekanan darah asetil kolin dan isoproterenol
- Atropin memperkecil efek penurunan tekanan darah dekok
- Propanolol memperbesar efek penurunan tekanan darah dekok
- Pemberian yohimbin sebelum dekok dan adrenalin sesudahnya memperkecil penurunan
tekanan darah dekok
- Tiramin memperbesar intensitas penurunan tekanan darah dekok.
- Lama efek pada setiap interaksi tidak berbeda dari lamanya efek oleh dekok itu sendiri.
Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas yang menyebabkan
pengaruh terjadinya perubahan fisik dan atau psykologik pada tubuh. Hampir semua obat
berpengaruh terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat
mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku, hal ini disebut obat
psykoaktif.
1. Obat Depresan
Obat dapat berasal dari berbagai sumber. Banyak diperoleh dari ekstraksi tanaman,
misalnya nikotin dalam tembakau, kofein dari kopi dan kokain dari tanaman koka. Morfin
dan kodein diperoleh dari tanaman opium, sedangkan heroin dibuat dari morfin dan kodein.
Marijuana berasal dari daun, tangkai atau biji dari tanaman kanabis (canabis sativum)
sedangkan hashis dan minyak hash berasal dari resin tanaman tersebut, begitu juga ganja.
Yang termasuk dalam golongan ini ialah obat yang yang menyebabkan depresi ringan
(sedative) sampai terjadi efek tidur (hipnotika). Pada efek sedative penderita akan menjadi
lebih tenang karena kepekaan kortek serebri berkurang. Disamping itu kewaspadaan terhadap
lingkungan, aktivitas motorik dan reaksi spontan menurun. Kondisi tersebut secara klinis
gejalanya menunjukkan kelesuan
dan rasa kantuk.
a. Golongan sedative-hipnotik
Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah:
1. Ethanol (alcohol)
2. Barbiturate:
i) longakting: Fenobarbital
ii) short acting: seconal
3. Benzodiazepam
4. Methaqualon
b. Golongan analgesic
Yang termasuk golongan obat analgesic adalah obat yang berefek pada penghilangan rasa
nyeri (analgesic opioid) dan obat anti piretik serta obat anti inflamasi non-steroid. Sedangkan
yang dibahas dalam bab ini adalah obat analgesic opioid karena kelompok obat tersebut dapat
menimbulkan adiksi (ketagihan), misalnya:
1. Morphine
2. Codein
3. Pentazocine
4. Naloxone
2. Obat stimulansia SSP
Obat yang termasuk golongan ini pada umumnya ada dua mekanisme yaitu:
Memblokade system penghambatan dan meninggikan perangsangan synopsis. Obat
stimulansia ini bekerja pada system saraf dengan meningkatkan transmisi yang menuju atau
meninggalkan otak. Stimulan tersebut dapat menyebabkan orang merasa tidak dapat tidur,
selalu siaga dan penuh percaya diri. Stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu tubuh
dan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafsu makan, pupil dilatasi,
banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur Bila pemberian stimulant berlebihan dapat
menyebabkan kegelisahan, panic, sakit kepala, kejang perut, agresif dan paranoid. Bila
pemberian berlanjut dan dalam waktu lama dapat terjadi gejala tersebut diatas dalam waktu
lama pula. Hal tersebut dapat menghambat kerja obat depresan seperti alcohol, sehingga
sangat menyulitkan penggunaan obat tersebut.
i) Obat yang bersifat stimulansia sedang adalah:
a) Cafein dalam kopi, teh dan minuman kokakola
b) Ephedrin yang digunakan untuk pengobatan bronchitis dan asthma
c) Nikotin dalam tembakau, selain bagi perokok berat yang digunakan untuk
relaks/istirahat
ii) Obat yang bersifat stimulansia kuat:
a) Amphetamine, termasuk amphetamine yang illegal seperti “Shabu”
b) Kokaine atau coke atau crack
c) Ecstasy
d) Tablet diet seperti Duromine dsb.
Obat-obat tersebut yang termasuk dalam kelompok ii) adalah obat yang termasuk
golongan obat terlarang karena mengakibatkan pengguna menjadi orang yang bersifat dan
berkelakuan melawan hukum dan ketagihan. Obat halusinogenik berpengaruh terhadap
persepsi bagi penggunanya. Orang yang mengkonsumsi obat tersebut akan menjadi orang
yang sering berhalusinasi, misalnya mereka mendengar atau merasakan sesuatu yang ternyata
tidak ada. Pengaruh obat halusinogenik ini sangat bervariasi, sehingga sulit diramalkan
bagaimana atau kapan mereka mulai berhalusinasi. Pengaruh lain dari obat halusinogenik ini
ialah pupil dilatasi, aktifitas meningkat, banyak bicara atau tertawa, emosionil, psykologik
euphoria, berkeringat, panic, paranoid, kehilangan kesadaran terhadap realitas, iraional,
kejang lambung dan rasa mual.
Yang termasuk obat halusinogenik ialah:
1. Datura
2. Ketamine atau”K”
3. LSD (“Lysergik acid diethylamide”)
4. Muscakine (peyote cactus)
5. CP(Phencyclidine)
Canabis dan ecstasy juga termasuk golongan halusinogenik
3. Golongan Marijuna, Hashis dan Canabis
Golongan obat ini ialah obat yang tyermasuk dalam obat terlarang (narkoba), narkotik
dan obat terlarang. Obat yang termasuk dalam golongan ini menyebabkan efek ketagihan atau
adiktif/addict. Karena efeknya yang menyebabkan ketagihan, maka golongan obat terlarang
tersebut banyak diselundupkan ke Indonesia baik melalui bandara, pelabuhan ataupun
melalui angkutan darat. Dari rtahun ke tahun pengguna obat terlarang tersebut terus
meningkat di Indonesia sehingga banyak kasus kejahatan yang dihubungkan dengan obat
terlarang tersebut meningkat baik dalam jumlah dan kualitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim departemen Farmakologi FKUI.2007. Farmakologi dan Terapi. FKUI:Jakarta.


Katzung, Bertram g. 1986. Farmakologi dasar dan klinik. Salemba Medika:Jakarta.
Agung, E. N. 2012. Prinsip Aksi dan Nasib Obat Dalam Tubuh. Yogyakarta. Penerbit
Pustaka Pelajar.
Darmono, Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakologi Eksperimental. Jakarta. UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai