PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar komponen utama yang terdapat dalam tubuh manusia
adalah air, di mana jumlahnya sekitar 60% dari total berat badan orang
dewasa. Cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia tidak hanya berkumpul
di satu tempat, melainkan didistribusikan ke dalam ruangan utama yaitu
cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan ekstraseluler
terbagi di dua bagian yaitu intravaskuler dan interstisial. Cairan dan elektrolit
sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat menjaga dan
mempertahankan fungsinya sehingga dapat tercipta kondisi yang sehat pada
tubuh manusia. (Guyton dan Hall, 2008; Irawan, 2007).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan suatu hubungan yang erat
dan bergantung satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi gangguan
keseimbangan pada salah satunya, maka akan memberikan pengaruh pada
yang lainnya. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat
terjadi pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorpsi, ekskresi
keringat yang berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) secara berlebihan oleh paru-paru, pendarahan,
berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu diberikan
terapi cairan agar volume cairan tubuh yang hilang dengan segera dapat
digantikan. Terdapat tiga prinsip utama dalam pemberian terapi cairan yaitu
koreksi kehilangan elektrolit, koreksi kehilangan cairan dan koreksi terhadap
kebutuhan normal asupan cairan per harinya. Koreksi yang dilakukan cukup
sampai batas normal atau kondisi yang dapat ditolerir oleh tubuh. Tujuannya
adalah untuk menghindari terjadinya resiko iatrogenik 2 yang tidak
diinginkan akibat dari pemberian terapi yang berlebihan (Hillman, 2004;
Sjamsuhidajat dan Jong, 2011).
Pemilihan pemberian terapi cairan yang sesuai untuk perbaikan dan
perawatan stabilitas hemodinamik pada tubuh sangat sulit dan kontroversial.
Karena pemilihannya tergantung pada tipe dan komposisi elektrolit dari
cairan yang hilang seperti keseluruhan darah, plasma dan air. Selain itu,
pemilihan penggantian cairan tubuh dikaitkan dengan pemantauan dari tenaga
kesehatan serta biaya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar KDM cairan dan elektrolit?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar penyakit DBD?
1.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis DBD?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui konsep dasar KDM cairan dan elektrolit.
1.3.2 Mengetahui konsep dasar KDM DBD.
1.3.3 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa mediS DBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Cairan Dan Elektrolit
2.1.1 Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah
satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam
sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap
keadaan fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004)
6 14 tahun 45 2200-2700
b. Ketidakseimbangan elektrolit
1. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau
kehilangan cairan lain melalui saluran.
4. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat
luka bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia,
hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik,
pancreatitis.
6. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400ml/hari. Meningkatnya cairan yang
hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas
akibat pergerakan atau demam.
c. Pemeriksaan fisik
Kempis pada kekurangan cairan
a) Anamnesis
Berat badan turun
Sakit kepala, pusing
Mata cekung, konjungtiva kering
Membran mukosa kering bibir pecah-pecah
b) Sirkulasi
Nadi cepat tapi lemah
Kolaps vena
Hipotensi
Pengisian kapiler menurun
c) Pernapasan
Frekuensi nafas cepat dan dangkal
d) Neurosensori
Letargi
Kesemutan ekstremitas
e) Sistem Gastrotestinal
Abdomen cekung
Muntah
Hiperperistaltik disertai diare
f) Sistem ginjal
Oliguria
Berat jenis urinI
g) Kulit
Kulit dan membrane mukosa kering
Turgor kulit tidak elastis, kulit dingin dan lembab
Suhu tubuh menurun
Kulit kemerahan
h) Eliminasi
Konstipasi / diare, kram abdomen.
2. Kelebihan volume cairan
a. Anamnesis
Berat badan naik
Penglihatan kabur, udema periorbital, papiledema
b. Sirkulasi
Vena leher distensi
Edema
Denyut nadi kuat
Hipertensi
Peningkatan tekanan vena
c. Pernafasan
Suara krekels diparu-paru
Dipsnea
d. Ginjal
Diaresis
e. Eliminasi
Penurunan haluaran urin
f. Neurosensori
Perubahan tingkat kesadaran (bingung)
Pemeriksaan fisik elektrolit
a. Hiponatremia
Aktifitas: malaise, kelemahan, pingsan
Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, kedutan otot
Sirkulasi : Hipotensi, penurunan nadi perifer
Eliminasi : Kram abdomen, diare
Pernafasan : Takipnea
b. Hipernatremia
Aktifitas kelemahan
Sirkulasi : Hipotensi postural, takikardi
Eliminasi : Haluaran urin menurun
Neurosensori : Peka rangsangan, letargi
Kulit : kering dan kemerahan
c. Hipokalemia
Aktifitas : kelemahan umum, kelelahan
Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur, disritmia
Eliminasi : Nokturia.
Pernafasan : Pernafasan dangkal, apnea, sianosis
Neurosensori : Parestesia, mengantuk
d. Hiperkelemia
Aktifitas : Kelemahan otot
Sirkulasi : Nadi tidak teratur dan lambat, hipotensi
Eliminasi : kram abdomen,diare
Neurosensori : Parestesia
e. Hipokalsemia
Sirkulasi : Hipotensi, nadi lemah dan tidak teratur
Eliminasi : Diare, nyeri abdomen
Neurosensori : Parestesia, baal dan kesemutan, Ansietas.
Pernafasan : dangkal
f. Hiperkalsemia
Aktifitas : Malaise, kelelahan dan kelemahan
Sirkulasi : Hipertensi, disritmia
Eliminasi : konstipasi / diare, nokturia, poliuria
Neurosensori : Sakit kepala, penurunan kesadaran.
g. Hipomagnesemia
Aktifitas : kelemahan
Sirkulasi : Takikardia, disritmia, hipotensi
Neunsensori : Parestesia, Nistagmus.
h. Hipermagnesemia
Aktifitas : Kelemahan
Sirkulasi : Hipotensi, Nadi lemah dan tidak teratur
Neunosensori : Kulit kemerahan, berkeringat penurunan tingkat kesadaran
Pernafasan : Hipoventilasi
Pemeriksaan diagnostic cairan :
Hipovolemia : - Berat jenis urin meningkat > 1,025
- Peningkatan Ht > 50%, Hb naik, SDM meningkat.
- Peningkatan BUN > 25mg / 100ml, CR meningkat
- Natrium Urine menurun
- Glukosa serum normal / meningkat
- Protein serum meningkat
Hipervolemia: - Penurunan, BUN <10mg / 100ml
- Hb / Ht dam SDM menurun
- Natrium Urine rendah
- Albumin menurun
- BJ Urine
- Tanda kongesti pada dada
Elektrolit
K (-) an : - Terjadi penurunan natrium, kalium, kalsium, magnesium dan
klorida
- BJ urin menurun
- Osmolalitas rendah
- Pada EKG, interval Q-T memanjang
K (+) an : - Peningkatan Natrium, klorida, kalium, mangnesium dan kalsium
- Osmolalitas serum rendah
Kolaborasi
Tingkat Carian poliv Reduksi cepat natrium serum dengan
Nacl 0,9% disertai penurunan osmolalitas serum
dapat menyebabkan edema
2.2.2 Etiologi
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus Dengue. Di Indonesia,
virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang
termasuk dalam grup B arthropediborne viruses (arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4.(Nursalam Susilaningrum, 2005).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di
Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti
1) Paling sering ditemukan
2) Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang
biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat
penampungan air di sekitar rumah.
3) Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.
4) Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
5) Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus
1) Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau pohon-
pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas.
2) Menggigit pada waktu siang hari
3) Jarak terbang 50 meter.(Rampengan T H, 2007)
2.2.3 Klasifikasi
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan,
ujiturniketpositif, trombositopenia, dan hemokosentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin
lembab, gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang
disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
2.2.5 Patofisiologi
a. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus
antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3
danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik
dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
2.2.6 Patway Demam berdarah Dengue DBD
2.2.7 Komplikasi
a. Ensefalopati dengue
b. Kelainan ginjal
c. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).
Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam,
apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi
tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam
dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam
pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan
nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan
dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak
10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan diatas
Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam,
apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan
tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander
atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam.
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam.
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam
diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler
pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).
b. Pencegahan
Ada 3 cara pemberantasan vector
1. Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging
hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi criteria
2. Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat
umum.
3. Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
1) Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat
penampungan air bersih.
2) Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
3) Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas,
lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang
nyamuk Aedes Aegypti.
Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi
yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua,
memilah dan mengatur data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam format yang
dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006)
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut Nursalam
2005 adalah :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam
kesadaran komposmentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
4. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
5. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
napsu makan menurun.Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
6. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah
sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.
2) Grade II :kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan
petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III :kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV :kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, danmuncul keringat dingin, dan lembab.
Kuku sianosis/tidak
Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+),
yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2.2.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah aktual atau resiko dalam rangka mengindentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah, masalah kesehatan klien
yang ada ada tanggung jawabnya. (Tarwoto wartonah,2006)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam
Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan.Menurut Nursalam 2005 diagnosa
keperawatan yang muncul antara lain:
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2) Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4) Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
b. Diagnosa Keperawatan 2
Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
Tujuan :Nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan
anak memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak
terhadap nyeri.
Rasional: Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan
resolusi komplikasi.
2) Atur posisi yang nyaman dan usahakan situasi yang tenang.
Rasional :Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat mengurangi rasa nyeri atau
mengurangi stimulus nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri
(libatkan keluarga) misalnya: membaca buku, mendengar musik, dan menonton TV.
Rasional :Untuk mengurangi rasa nyeri pada anak.
c. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Tujuan :Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :Anak mengkonsumsi jumlah makanan yang adekuat.
Intervensi keperawatan
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
Rasional :Untuk memberikan nutrisi yang optimal meskipun kehilangan napsu makan
serta memotivasi anak agar mau makan.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi
masih hangat
Rasional :Memudahkan proses menelan dan meringankan kerja lambung untuk mencerna
makanan dan menghindari rasa mual.
3) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil
tetapi sering.
Rasional: karena porsi biasanya ditoleransi dengan lebih baik.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
Rasional: Untuk membantu status nutrisi.
d. Diagnosa Keperawatan 4
Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Jumlah trombosit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
1) Monitor penurunan trombosit yang di sertai dengan tanda klinis
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan penyakit apabila terjadi perdarahan bawah
kulit.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari
Rasional :Mengetahui nilai batas normal dan perkembangan penyakit.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pada anak.
Rasional :Penjelasan yang akurat tentang trombositopenia merupakan faktor penyebab
terjadinya syok apabila terjadi penurunan trombosit yang hebat.
4) Anjurkan anak untuk banyak istirahat
Rasional: Memberikan relaksasi untuk anggota organ tubuh serta membantu dalam proses
penyembuhan.
e. Diagnosa Keperawatan 6
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan: Anak mendapat istirahat yang adekuat
Kriteria hasil:
Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
Kebutuhan istirahat anak terpenuhi.
Intervensi keperawatan
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan
dan eliminasi, sesuai dengan tingkat keterbatasan anak.
Rasional: Melindungi anak dari cedera selama melakukan aktivitas dan memungkinkan
penghematan energi atau kelemahan tubuh.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Klien
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
3.1.4.1 Keadaan umum
Klien sakit sedang, kesadaran comphos mentis
3.1.4.2 Tanda vital
Tekanan darah : 100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt, Suhu:38,6oC, Respirasi:23 x/mnt
3.1.4.3 Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Ubun-ubun menutup, rata dan tidak terlihat cekungan.
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak rontok, tidak mudah dicabut, dan lurus.
c. Kepala
Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada peradangan atau benjolan, massa
tidak ada.
d. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil isokor tidak
terdapat oedem palpebra, ketajaman baik.
e. Telinga
Bentuk telinga simetris, serumen atau sekret tidak ada, peradangan tidak ada, klien
dapat mendengar dan melihat ketika dipanggil.
f. Hidung
Bentuk hidung simetris, serumen atau sekret tidak ada, terpasang O2 nasal kanul
1l/mnt.
g. Mulut
Tidak intak, tidak stanosis, keadaan lembab, palatum keras
h. Gigi
Tidak ada carries pada gigi, jumlah 21
3.1.4.4 Leher dan tengorokan
Leher dan bentuk simetris, tidak sakit ketika menelan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak
ada pembesaran vena jugularis, tidak ada benjolan, tidak ada peradangan.
3.1.4.5 Dada
Dada berbentuk simetris, tidak ada retraksi dada, bunyi nafas vesikuler, tipe pernafasan
dada, bunyi jantung lup-dup, iktus kordis tidak terlihat, tidak ada nyeri dada.
3.1.4.6 Punggung
Punggung berbentuk simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan.
3.1.4.7 Abdomen
Bentuk abdomen simetris, bising usus 12x/menit, tidak ada asites, tidak ada masa, tidak
ada hepatomegali, tidak ada spenomegali, tidak ada nyeri.
3.1.4.8 Ektremitas
Ektremitas berbentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada sianosis, tidak ada clubbing
finger, keadaan kulit baik tampak bersih.
3.1.5 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Gizi : Gizi baik, berat badan 31 kg
2. Kemandirian dalam bergaul : klien sudah dapat bergaul dengan teman sebayanya
3. Motorik halus : klien sudah dapat menulis
4. Motorik kasar : klien sudah dapat berlari
5. Kognitif dan bahasa: : klien sudah dapat membaca
6. Psikososial : klien sudah bisa makan sendirian
3.1.6 Pola Aktifitas Sehari-Hari
No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
I Nutrisi
3.2 Frekuensi 3x1 sehari 3x1 sehari
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2 x sehari 2 x sehari
Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK
Frekuensi 8x sehari 10x sehari
Konsistensi jernih Jernih
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 07: 00- 10:00 dan 07: 00- 10:00 dan
14:00- 16:00 WIB 14:00- 16:00 WIB
b. Malam/ jam 19: 00-13:00 dan 19: 00-13:00 dan
04:00-06:00 WIB 04:00-06:00 WIB
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x/ hari
b. Oral hygiene 2x sehari 2x/hari
Mahasiswa
( Siska )
ANALISA DATA
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan badan klien panas saat
disentuh, mata dan kulit klien kemerahan dengan tanda-tanda vital Tekanan darah :
100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt, Suhu:38,6oC, Respirasi:23 x/mnt
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
ditandai dengan pasien mual dan muntah, pasien banyak berkeringat, bibir kering dan
akral dingin.
RENCANA KEPERAWATAN
NamaKlien : An. G
RuangRawat : Flamboyan
Dx 1: Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji Tanda-tanda vital klien 1) Mengetahui keadaan
berhubungan dengan proses keperawatan 1 x 4 jamdi harapkan 2) Berikan kompres air hangat umum klien
penyakit demam dapat teratasi dengan kriteria pada dahi dan axila 2) Membantu menurunkan
hasil : 3) Berikan penjelasan kepada suhu tubuh
1. Badan klien tidak lagi panas keluarga mengenai 3) Untuk memberikan
2. Kulit dan mata pasien tidak peningkatan suhu tubuh dan pengetahuan tentang
kemerahan cara penanganannya tanda gejala dan
3. TTV dalam batas Normal 4) Kolaborasi pemberian terapi penanganan pada anak
(Nadi=110, Suhu=36,5-37,5oC, obat sesuai intruksi dokter demam.
Respirasi=16 -20x/mnt) 4) Pemberian terapi obat
untuk mempercepat
proses penyembuhan
RENCANA KEPERAWATAN
NamaKlien : An. G
RuangRawat : Flamboyan
Dx 2: Resiko Setelah dilakukan 1) Kaji keadaan umum klien 1) untuk mengetahui keadaan
ketidakseimbangan tindakan keperawatan 2) kaji balance cairan (input dan output pasien
elektrolit berhubungan 3x24 jamdiharapkan cairan) 2) untuk mengetahui
dengan ketidakseimbangan kebutuhan elektrolit klien 3) berikan klien banyak minum keseimbangan cairan yang
cairan terpenuhi klien dengan 4) Beri pasien dan anjurkan keluarga masuk dan keluar dalam
kirekteria hasil : pasien untuk memberi minum tubuh pasien
1) Mual dan muntah banyak 3) agar klien tidak kekurangan
hilang 5) Kolaborasi pemberian cairan cairan tubuh
2) Bibir lembab elektrolit sesuai intruksi dokter 4) membantu memberikan
3) Akral hangat pemasukan cairan sesuai
kebutuhan tubuh.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
4.1. Pengkajian
4.1.1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
An.G dibawake IGD dr. Doris Slyvanus pada pukul 10.00 WIB, senin 06
Oktober 2017 dengan keluhan panas demam, an. G di IGD diberikan inf
RL 20 tpm dan inj pct. Pada saat pengkajian tanda-tanda vital klien
Tekanan darah : 100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt, Suhu:38,6oC,
Respirasi:23 x/mnt. Dengan masalah keperawatan hipertermia.
Menurut Faqih 2011 Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh
kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang perposional. Tanda
dan gejala klinis yang mungkin didapatkan pada klien kekurangan cairan
antara lain: pusing, panas kelelahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
haus, muntah, kekacauan mental, konstipasi.
Menurut penulis data yang didapatkan pada saaat pengkajian memiliki
kesesuaian dengan terori yang ada, karena penulis menemukan data data
seperti : tanda tanda vital Tekanan darah : 100/50 mmhg, Nadi:139 x/mnt,
Suhu:38,6oC, Respirasi:23 x/mnt.
4.1.2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
An.g saat dilakukan pengkajian mengatakan mual dan muntah dengan
data objektif Pasien mual dan muntah, Pasien berkeringat, bibir kering,
akral dingin.
Menurut Tamsuri 2004 Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi
homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler