Puji syukur kehadiratTuhan Yang Maha Esa, atas Berkat, rahmad dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Askep
Psikologi Pada Lansia
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami berbagai
masalah, atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
selesai.
Dalam kesempatan ini kami banyak mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan mahasiswa serta dosen Akper yang banyak membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalahini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN PENULISAN 1
1.3 METODE PENULISAN 1
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Psikogeriatri atau psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang
memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis
atau psikiatrik pada lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi
suatu cabang psikiatrik, analaog dengan psikiatrik anak (Brocklehurts, Allen,
1987). Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan
pengetahuan khusus, karena kemungkinan perbedaan dalam manisfestasi klinis,
pathogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara pathogenesis dewasa muda
dan lanjut usia (Weinberg, 1995; Kolb-Brodie, 1982). Faktor penyulit pada pasien
lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya penyakit dan
kecacatan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan
peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif (Weinberg, 1995; Gunadi,
1984).
Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut, perlu mulai
dipertimbangkan adanya pelayanan psikogeriatrik di rumah sakit yang cukup
besar. Bangsal akut, kronis dan day hospital, merupakan tiga layanan yang
mungkin harus sudah mulai difikirkan (Brocklehurts, Allen, 1987). Tentang
bagaimana kerjasama antara bidang psikogeriatrik dan geriatrik dapat dilihat pada
bab mengenai pelayanan kesehatan pada usia lanjut.
2. Depresi Sedang
Gejala :
a) Kehilangan minat dan kegembiraan
b) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
c) Kosentrasi dan perhatian yang kurang
d) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
3. Depresi Berat
Gejala :
a) Mood depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan
c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
d) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
h) Tidur terganggu
i) Disertai waham, halusinasi
j) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu
B. Stresor Pencetus
Ada 4 sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan (
depresi ) menurut Stuart dan Sundeen ( 1998 ), yaitu :
1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. Karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi seseorang merupakan hal
sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai
pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah
yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporka mempengaruhi perkembangan
depresi, terutama pada wanita.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik. Seperti infeski, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat
mencentuskan gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut terdapat
obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan.
Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai depresi.
Menurut Townsed (1998), penyebab depresi adalah gabungan dari faktor
predisposisi (teori biologis terdiri dari genetik dan biokimia), dan faktor pencetus
(teori psikososial terdiri dari psikoanalisis, kognitif, teori pembelajaran, teori
kehilangan objek).
3. Pendekatan Kognitif
Menurut Beck (1967 ; 1976), Samiun (2006), seseorang yang mengalami
depresikarena memiliki kemapanan kognitif yang negatif (negative cognitive sets)
untuk menginterpretasikan diri sendiri, dunia dan masa depan mereka. Misalnya,
seseorang yang berhasil mendapatkan pekerjaan akan mengabaikan keberhasilan
tersebut dan menginterpretasikan sebagai suatu yang kebetulan dan tetap
memikirkan kegagalannya. Akibat dari persepsi yang negatif itu, individu akan
memiliki self-concept sebagai seorang yang gagal, menyalahkan diri, merasa masa
depannya suram dan penuh dengan kegagalan. Masalah utam pada lansia yang
depresi adalah kurangnya rasa percaya diri (self-confidence) akibat persepsi diri
yang negatif (Townsend, 1998).
Negative cognitive sets digunakan individu secara otomatis dan tidak menyadari
adanya distorsi pemikiran dan adanya interpretasi alternative yang lebih positif,
sehingga menyebabkan tingkat aktifitas berkurang karena merasa tidak ada alasan
berusaha. Individu menjadi tidak dapat mengontrol aspek-aspek negative dari
kehidupannya dan merasa tidak berdaya (helplessness). Perasaan
ketidakberdayaan ini yang menyebabkan depresi (Abramson, 1978; Peterson,
1984; Samiun, 2006).
Menurut Kaplan et all (1997), Interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif
yang sering adalah melibatkan distorsi negative pengalaman hidup, penilaian diri
yang negative, pesimistis dan keputusasaan. Pandangan negative dan
ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) tersebut selanjutnya
menyebabkan perasaan depresi. Pengalaman awal memberikan dasar pemikiran
diri yang negative dan ketidakberdayaan ini, sepertio pola asuh orang tua, kritik
yang terus menerus tanpa diimbangi dengan pujian, dan kegagalan-kegagalan
yang sering dialami individu (Beck, et al., 1979; Samiun, 2006).
5. Pendekatan Fisiologis
Teori fisiologis menerangkan bahwa depresi terjadi karena aktivitas
neurologis yang rendah (neurotransmiter norepinefrin dan serotonin) pada sinaps-
sinaps otak yang berfungsi mengatur kesenangan. Neurotransmitter ini
memainkan peranan penting dalam fungsi hypothalamus, seperti mengontrol tidur,
selera makan, seks dan tingkah laku motor (Sachar, 1982; Samiun, 2006),
sehingga seringkali seseorang yang mengalami depresi disertai dengan keluhan-
keluhan tersebut.
Pendekatan genetic terhadap kejadian depresi dengan penelitian saudara kembar.
Monozogotik Twins (MZ) berisiko mengalami depresi 4,5 kali lebih besar (65%)
daripada kembar bersaudara (Dizigotik Twins/DZ) yang 14% (Nurberger &
Gershon, 1982; Samiun, 2006). Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa secara
genetic depresi itu diturunkan.
Menurut Mangoenprasodjo (2004), depresi pada lansia merupakan perpaduan
interaksi yang unik dari berkurangnya interaksi social, kesepian, masalah social
ekonomi, perasaan rendah diri karena penurunan kemampuan rendah diri,
kemandirian, dan penurunan fungsi tubuh, serta kesedihan ditinggal orang yang
dicintai, factor kepribadian, genetic, dan factor biologis penurunan neuron-neuron
dan neurotransmitter di otak. Perpaduan ini sebagai factor terjadinya depresi pada
lansia. Kompleksitasnya perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, sehingga
depresi pada lansia dianggap sebagai hal yang wajar terjadi.
Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
1. Distorsi dalam perilaku makan
2. Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala)
3. Merasa putus asa dan tidak berarti.
4. Berat badan berubah drastis
5. Gangguan tidur.
6. Sulit berkonsentrasi
7. Keluarnya keringat yang berlebihan
8. Sesak napas
9. Kejang usus atau kolik
10. Muntah
11. Diare
12. Berdebar-debar
13. Gangguan dalam aktivitas normal seseorang
14. Kurang energi
2.5.1.7. Faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada lanjut usia yang tinggal di
Institusi
Terjadinya depresi pada lanjut usia yang tinggal dalam institusional seperti tinggal
di panti wreda (Endah dkk, 2003) :
a. Faktor Psikologis
Motivasi masuk panti wreda sangat penting bagi lanjut usia untuk menentukan
tujuan hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam kehidupan di panti. Tempat
dan situasi yang baru, orang0orang yang belum dikenal, aturan dan nilai-nilai
yang berbeda, dan keterasingan merupakan stressor bagi lansia yang
membutuhkan penyesuaian diri. Adanya keinginan dan motivasi lansia untuk
tinggal dipanti akan membuatnya bersemangat meningkatkan toleransi dan
kemampuan adaptasi terhadap situasi baru.
Menurut Maramis (1995), pada lanjut usia permasalah yang menarik adalah
kekurangan kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
dan stress lingkungan sering menyebabkan depresi. Hubungan stress dan kejadian
depresi seringkali melibatkan dukungan social (social support) yang tersedia dan
digunakan lansia dalam menghadapi stressor. Ada bukti bahwa individu yang
memiliki teman akrab dan dukungan emosional yang cukup, kurang mengalami
depresi bila berhadapan dengan stress (Billings, et all, 1983; Samiun, 2006).
Rasa kurang percaya diri atau tidak berdaya dan selalu menganggap bahwa
hidupnya telah gagal karena harus menghabiskan sisa hidupnya jauh dari orang-
orang yang dicintai mengakibatkan lansia memandang masa depan suram dan
selalu menyesali diri, sehingga mempengaruhi kemampuan lansia dalam
beradaptasi terhadap situasi baru tinggal di institusi.
b. Faktor Psikososial
Kunjungan keluarga yang kurang, berkurangnya interaksi social dan dukungan
social mengakibatkan penyesuaian diri yang negative pada lansia. Menurunnya
kepasitas hubungan keakraban dengan keluarga dan berkurangnnya interaksi
dengan keluarga yang dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguana,
merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam
terjadinya depresi. Tinggal di institusi membuat konflik bagi lansia antara
integritas, pemuasan hidup dan keputusasaan karena kehilangan dukungan social
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memelihara dan mempertahankan
kepuasan hidup dan self-esteemnya sehingga mudah terjadi depresi pada lansia
(Stoudemire, 1994).
Kemampuan adaptasi dan lamanya tinggal dipanti mempengaruhi terjadinya
depresi. Sulit bagi lansia meninggalkan tempat tinggal lamanya. Pada lansia yang
harus meninggalkan rumah tempat tinggal lamanya (relokasi) oleh karena masalah
kesehatan atau social ekonomi merupakan pengalaman yang traumatic karena
berpisah dengan kenangan lama dan pertalian persahabatan yang telah
memberikan perasaan aman dan stabilitas sehingga sering mengakibatkan lansia
merasa kesepian dan kesendirian bahkan kemeorosotan kesehatan dan depresi
(Friedman, 1995).
Pekerjaan di waktu muda dulu yang berkaitan dengan peran social dan
pekerjaannya yang hilang setelah memasuki masa lanjut usia dan tinggal di
institusi mengakibatkan hilangnya gairah hidup, kepuasaan dan penghargaan diri.
Lansia yang dulunya aktif bekerja dan memiliki peran penting dalam
pekerjaannya kemudian berhenti bekerja mengalami penyesuaian diri dengan
peran barunya sehingga seringkali menjadi tidak percaya dan rendah diri (Rini,
2001).
c. Faktor Budaya
Perubahan social ekonomi dan nilai social masyarakat, mengakibatkan
kecenderungan lansia tersisihkan dan terbengkalai tidak mendapatkan perawatan
dan banyak yang memilih untuk menaruhnya di panti lansia (Darmojo & Martono,
2004). Pergeseran system keluarga (family system) dari extendend family ke
nuclear family akibat industrialisasi dan urbanisasi mengakibatkan lansia
terpinggirkan. Budaya industrialisasi dengan sifat mandiri dan individualis
menggangap lansia sebagai trouble maker dan menjadi beban sehingga langkah
penyelesainnya dengan menitipkan di panti. Akibatnya bagi lansia memperburuk
psikologisnya dan mempengaruhi kesehatannya.
Tinggal di panti wreda harusnya merupakan alternative yang terakhir bagi lansia,
karena tinggal dalam keluarga adalah yang terbaik bagi lansia sesuai dengan tugas
perkembangan keluarga yang memiliki lansia untuk mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan dan mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
(Duvall, 1985 yang dikutip oleh Friedman, 1998).
5) Pendekatan Farmakologis
Dari berbagai jenis upaya untuk gangguan depresi ini, maka terapi psikofarmaka
(farmakoterapi) dengan obat anti depresan merupakan pilihan alternative. Hasil
terapi dengan obat anti depresan adalah baik dengan dikombinasikan dengan
upaya psikoterapi.
2.5.10 Penatalaksanaan Depresi pada Lansia:
A. Terapi Biologik
2.5.3. Kesepian
Kesepian atau loneliness, biasanya dialami oleh seseorang lanjut usia pada
saat meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat, terutama bila dirinya sendiri
saat itu juga mengalami berbagai penurunan status kesehatan, misalnya menderita
berbagai penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,
terutama gangguan pendengaran (Brocklehurts-Allen, 1987).
Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak di antara lansia
hidup sendiri tidak mengalami kesepian, karena aktivitas social yang masih tinggi,
tetapi dilain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan yang
beranggotakan cukup banyak, tohh mengalami kesepian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. M
TTL : Pasaman Barat,21 Januari 1945
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
TB/BB : 151 cm/45 kg
Penampilan : Bersih, kurang rapi, gigi ompong
Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis
Alamat : Jl.Batu Manyar No.21
Orang Yang Dekat : Ny. S
Hubungan : Anak kandung
Alamat/Telepon : Jl.Batu Manyar No.21
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan:
X = Meninggal
V = Pasien
O = Tinggal Serumah
2. Riwayat Keluarga
Klien adalah anak kedua dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari
pasangan petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD.
Sedangkan ibu klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu
penyakit apa yang pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua
klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara
klien saja sebelum akhirnya kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal
berdua dengan adiknyak sampai akhirnya adik klien juga menikah. Klien lupa
kapan tepatnya klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki3
orang anak dam suami klien meninggal 3 tahun yang lalu. Setelah suami klien
meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya
di rumah.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : -
Alamat Pekerjaan : -
Jarak Dari Rumah : -
Alat Transportasi : -
Pekerjaan Sebelumnya : -
Jarak Dari Rumah : -
Alat Transportasi : -
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :
Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan
anak-anak klien terutama anak bungsu klien.
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat : Ny.N
Jarak dari rumah : 2 Km
Rumah Sakit : RSUD Jambak Jarak 3,5 km
Klinik : - Jarak
Pelayanan Kes. Dirumah : -
Makanan yg dihantarkan : -
Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah: -
Lain-lain : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat
Yang Lainnya : mengaji setiap shalat magrib berakhir
H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu :
Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu
lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan
kaki klien.
Status Kesehatan Umum Selama 3Tahun Yang lalu :
Klien sering melamun,nangis dan terkadang kurang berinteraksi dengan para
tetangganya..
Keluhan Utama : Gangguan Spikology
1. Provocative/Paliative : Klien Mengalami Depresi Karena ditinggal
suaminya
2. Quality/Quantity : Merenung,Diam diri
terkadang terasa sakit berkisar antara 10-15 menit
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien
tergolong orang yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera
berobat. Klien juga tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal
oleh orang awam (termasuk klien) dengan asam urat.semenjak ditinggal suaminya
klien mengalami depresi karena klien merasa kesepian.
Obat-obatan:
Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena
sampel sudah tidak ada)
L. PENGKAJIAN PERSISTEM
PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada
3. Pola Nafas
a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur
4. Bunyi Nafas
b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru
c. Abnormal : -
d. Resonen lokal : -
5. Pergerakan dada : -
6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -
7. Alat Bantu Pernafasan : -
M. REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, Tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause
N. ENDOKRIN
Klien tidak memiliki kelainan endokrin
O. PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya
sudah lansia dan akan ren
Nama klien :
No.Reg :
Ruang :
JUMLAH KESALAHAN
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA TIDAK
PUAS DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH YA
MENINGGALKAN BANYAK
KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA YA
KEHIDUPAN ANDA KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING YA
BOSAN?
5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI TIDAK
SEMANGAT YANG BAIK SETIAP
SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT YA
SESUATU YANG BURUK AKAN
TERJADI PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA TIDAK
UNTUK SEBAGIAN BESAR HIDUP
ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING YA
TIDAK BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING YA
DIRUMAH DARI PADA PERGI
KELUAR DAN MENGERJAKAN
SESUATU HAL YANG BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA YA
MEMPUNYAI BANYAK MASALAH
DENGAN DAYA INGAT ANDA
DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA TIDAK
HIDUP ANDA SEKARANG
MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK YA
BERHARGA SEPERTI PERASAAN
ANDA SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH TIDAK
SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA YA
KEADAAN ANDA TIDAK ADA
HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA YA
ORANG LAIN LEBIH BAIK
KEADAANNYA DARI PADA ANDA?
*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR 1 (
SATU)KETERANGAN :
KATEORI SKOR
C. Diagnosa Keperawatan
3. Ketidak berdayaan
4. Risiko bunuh diri
Kriteria Hasil:
Kriteria Hasil :
1. Ketidakberdayaan,
Kemampuan pasien:
Kemampuan keluarga
Kemampuan pasien:
Kemampuan keluarga:
a. Keluarga dapat mengenali tanda dan gejala awal perilaku bunuh diri
Kemampuan klien:
b. Klien mampu menetapkan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tidur
Kemampuan keluarga:
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
http://abiums.blogspot.com/2007/05/askep-lansia-depresi.html
http://tenreng.wordpress.com/2009/02/19/asuhan-keperawatan-dengan-pasien-
depresi
http://pinkersaya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-gangguan-
psikologis-depresi
http://mklh12depresi.blogpot.com
http://id.wikipedia.org/wiki.Depresi
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/Depresi-pada-lansia
Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA
Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi
Media