Anda di halaman 1dari 4

Modul merupakan bahan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan peserta didik pada

proses pembelajaran di kelas maupun belajar secara mandiri. Modul berbasis inkuiri terstruktur

merupakan bahan ajar yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran

seperti merumuskan masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi data untuk membuktikan

hipotesis yang telah dirumuskan, serta menuliskan kesimpulan.

Model di dalam modul disajikan dalam bentuk tiga level representasi. Modul menyajikan

materi kimia secara utuh yaitu membelajarkan kimia melalui interkoneksi di antara ketiga level

representasi yaitu makroskopik (berwujud/nyata dapat dilihat), submikroskopik (berhubungan

dengan struktur atom, molekul serta ion) dan simbolik (simbol, rumus kimia, persamaan kimia,

grafik dan sebagainya) yang bermanfaat dalam pemahaman dan pengajaran kimia.

Penggunaan model dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan pemahaman peserta

didik, seperti kemampuan untuk membentuk model mereka sendiri. Model mental menunjukkan

gagasan atau ide yang ada di dalam pikiran seseorang yang mereka gunakan untuk

menggambarkan dan menjelaskan fenomena. Kebanyakan pengajaran kimia hanya fokus pada

level makro dan level simbolik, tetapi seperti kita ketahui banyak kesalahan konsep berasal dari

ketidakmampuan untuk menggambarkan atau memvisualisasikan struktur dan proses pada level

submikro. Oleh karena itu, perlu dikembangkan bahan ajar berupa modul berbasis Inkuiri

Terstruktur pada materi stoikiometri dan persamaan reaksi untuk meningkatkan model mental

siswa. Dengan adanya modul Inkuiri Terstruktur dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang

materi pembelajaran kimia khususnya pada materi stoikiometri dan persamaan reaksi serta

meningkatkan model mental siswa.


Permendikbud Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Proses Pendidikan dan Menengah

disebutkan bahwa salah satu perencanaan pembelajaran yaitu sumber belajar. Sumber belajar

yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yaitu buku pelajaran. Buku pelajaran adalah

salah satu sumber belajar yang memberikan andil cukup besar dalam upaya memperluas

kesempatan memperoleh pendidikan dan sekaligus juga meningkatkan mutu proses dan hasil

pembelajaran.

Permasalahan yang ada yaitu buku pelajaran atau buku teks yang digunakan di dalam

proses pembelajaran belum menyajikan materi kimia secara utuh yaitu membelajarkan kimia

melalui interkoneksi diantara ketiga level representasi yaitu makroskopik (berwujud/nyata dapat

dilihat), submikroskopik (berhubungan dengan struktur atom, molekul serta ion) dan simbolik
(simbol, rumus kimia, persamaan kimia, grafik dan sebagainya) yang bermanfaat dalam

pemahaman dan pengajaran kimia.

Kimia merupakan sesuatu yang abstrak dan sulit untuk dipelajari sehingga guru

menggunakan alat pengajaran yang nyata dan visual sebagai diagram representasi, deskripsi lisan

dan verbal, representasi simbolik dan model fisik untuk menyampaikan maksud dari istilah baru

dan konsep baru. Tiga level di dalam representasi kimia dihubungkan dan tercemin dalam model

mental diri siswa.

Penggunaan model dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan pemahaman peserta

didik, seperti kemampuan untuk membentuk model mereka sendiri. Model mental menunjukkan

gagasan atau ide yang ada di dalam pikiran seseorang yang mereka gunakan untuk

menggambarkan dan menjelaskan fenomena. Kebanyakan pengajaran kimia hanya fokus pada

level makro dan level simbolik, tetapi seperti kita ketahui banyak kesalahan konsep berasal dari

ketidakmampuan untuk menggambarkan atau memvisualisasikan struktur dan proses pada level

submikro.
Beberapa konsep dasar kimia sulit untuk diajarkan karena definisi konsep yang diberikan

dalam buku teks tidak memiliki kejelasan dan merujuk pada konsep yang tidak dapat dipahami

oleh siswa (Nelson, 2003). Pengetahuan konsep mengenai reaksi kimia berarti pengetahuan tiga

level representasi. Siswa harus mampu beralih dari level makroskopik (observasi, ekperimen)

menuju ke level sub-mikroskopik agar memahami perubahan yang terjadi selama reaksi kimia

dan menampilkannya ke dalam bentuk simbolik. Pada kenyataannya, reaksi kimia diajarkan

hanya melalui persamaan kimia saja sehingga hanya mestimulasi pengetahuan tingkat rendah

(mengingat dan mengorganisasi) (Dhindsa et al., 2009; Salame, 2011)

Anda mungkin juga menyukai