Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
neurologis yang utama. Menurut Batticaca (2014), stroke adalah suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan terhentinya suplai darah kebagian otak
(Smeltzer & Bare, 2012).
Menurut Batticaca (2012) stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor
3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan
yang memerlukan perawatan. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan
terbanyak pada kelompok usia dewasa yang masih produktif. Tingginya kasus
stroke ini salah satunya dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam
mengatasi berbagai faktor resiko yang dapat menimbulakan stroke. Penyebab
stroke adalah pecahnya (ruptur) pembuluh darah di otak dan atau terjadinya
trombosis dan emboli. Gumpalan darah akan masuk ke aliran darah sebagai
akibat dari penyakit lain atau karena adanya bagian otak yang cedera dan
menutup atau menyumbat arteri otak. Secara sederhana stroke didefinisikan
sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena 2
sumbatan atau perdarahan dengan gejala lemas, lumpuh sesaat, atau gejala
berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.
Menurut Anonim (2014) tingkat kejadian stroke pada daerah perkotaan
di Indonesia diperkirakan lima kali lebih besar dari pada tingkat kejadian di
daerah pedesaan. Depkes RI (2013) mengatakan bahwa hal ini dapat dilihat dari
jumlah penderita stroke yang di rawat di rumah sakit terutama rumah sakit tipe B
yang merupakan rumah sakit yang berada di daerah perkotaan. Pertambahan kasus
stroke yang tidak diimbangi dengan perbaikan penatalaksanaan di rumah sakit
mengakibatkan dalam sepuluh tahun akhir, stroke menjadi penyebab kematian
nomer satu di rumah sakit di Indonesia.
Menurut Depkes (2011), stroke merupakan penyebab kematian
Tertinggi dari seluruh penyebab kematian. Dengan proporsi angka kejadian
yaitu 15,4%, disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruksi
kronis. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di
negara maju setelah penyakit jantung dan kanker.
Menurut Mansjoer (2013), serangan otak ini merupakan
Kegawat daruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat.
Menurut Ginsberg (2015) stroke non hemoragik merupakan kedaruratan medis
yang memerlukan penanganan segera. Proses asuhan keperawatan mempunyai
peranan penting dalam keberhasilan penyelamatan maupun rehabilitasi klien
dengan stroke non hemoragik di instansi rumah sakit. Hasil dari proses asuhan
keperawatan dapat sesuai dengan yang diharapkan bilamana dilakukan secara 3
professional namun hasil dapat bertolak belakang dengan tujuan, jika proses
asuhan keperawatan tersebut tidak dilakukan secara professional.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah
yaitu bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Stroke
Non Hemoragik.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Ny.K dengan
stroke non hemoragik dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah menggambarkan :
a. Pengkajian status kesehatan pada pasien Ny.K dengan stroke non
hemoragik.
b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Ny.K dengan
stroke non hemoragik.
c. Intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada
pasien Ny.K dengan stroke non hemoragik.
d. Pelaksanaan iimplementasi keperawatan pada pasien Ny.K dengan
stroke non hemoragik.
e. Evaluasi asuhan keperawatan yang benar pada pasien Ny.K dengan
stroke non hemoragik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C.
Suzanne, 2012).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system
suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2012)
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif
Mansjoer, 2013)

B. Klasifikasi
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):

1. Berdasarkan manifestasi klinis


a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih
lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C. Patofisiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu,
stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral.
Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju
otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya
kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
a) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari plaque athersclerotique yang berulserasi atau dari
trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada
daerah leher.
b) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
1) Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian
kanan dan bagian kiri atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis.
3) Fibrilasi atrium.
4) Infarksio kordis akut.
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis.
6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial,
jantung miksomatosus sistemik
c) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit caisson).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun
dari right-sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya
emboli kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis,
endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark miokard, atrial
fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan
85 persen di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya
infark miokard.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah
besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang
paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada
daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan
resiko pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan
perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia
sickle sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral,
dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap
proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan
terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik,
arteritis).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2007):
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia .
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)
atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.
c. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Hemisfer kiri Hemisfer kanan
1. Mengalami hemiparese kanan. 1. Hemiparese sebelah kiri tubuh.
2. Perilaku lambat dan hati-hati. 2. Penilaian buruk.
3. Kelainan lapan pandang kanan. 3. Mempunyai kerentanan terhadap
4. Disfagia global. sisi kontralateral sehingga
5. Afasia. memungkinkan terjatuh ke sisi
6. Mudah frustasi. yang berlawanan tersebut.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan
otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin).
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

G. Komplikasi
1. Immobilisasi
2. Paralisis.
3. Kerusakan otak.
4. Hidrocephalus.

H. Penaktalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK. Dengan meninggikan
kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan.
Pengobatan Konservatif:
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan pembedahan:
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. FOKUS PENGKAJIAN

1. Pengkajian primer

a) Airway

1) Adanya secret atau benda asing di jalan nafas

2) Bunyi nafas ronchi atau wheezing

b) Breathing

1) Distress pernapasan: pernapasan cuping hidung, takipneu,

bradipneu, retraksi dada.

2) Menggunakan otot aksesoris pernapasan

3) Kesulitan bernafas: sianosis

c) Circulation

1) Penurunan curah jantung : gelisah, takikardi

2) Sakit kepala.

3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah

4) Urin output menurun

d) Dissability

Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum

dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.

2. Pemeriksaan sekunder

a. Anamnesa
1) Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan,
pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan
pernah punya riwayat hipertensi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Sesak napas, terjadi kelemahan pada anggota ekstremitas bawah
dan atas terutama pada bagian kaki kiri dan tangan kiri, nafsu
makan menurun, mual muntah dan suhu badan meningkat
mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakitpenyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin sehubungan dengan stroke antara lain
hipertensi, hiperkolostreroid,
4) Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga hipertensi.
5) Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan
sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat dengan padatnya penduduk
dan pernah punya riwayat stroke.
a. Kepala: mesocephal, simetris, tersebar merata, kotor, massa dan nyeri
tekan (+), ada nyeri tekan
b. Mata: konjungtiva anemis

c. Hidung: simetris kanan-kiri, pernapasan abnormal, massa dan nyeri

tekan (-), fungsi penciuman baik.

d. Mulut & Tenggorokan: bibir tampak pucat, mukosa membran

lembab, kesulitan menelan (+), caries (-).


e. Dada & Paru-paru: bunyi napas bronkovesikuler, bunyi tambahan(+),

ronchi (+), sesak napas (+), sekret(+), dada simetris kanan/kiri, massa

dan nyeri tekan (+)

f. Jantung & Sirkulasi: takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang

mengeras, acral hangat.

g. Abdomen : Peristaltik (+) frekwensi 15 x/detik. Massa (-), Nyeri tekan

(-) H/L tidak teraba, Tympani.

h. Genetalia dan reproduksi : tidak ada mengalami kelainan pada genetalia.

i. Status neurologis: kesadaran CM,GCS 10 ( E:3 M:4 V4).

j. Extremitas: kekuatan lemah, edema(+).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d gangguan aliran arteri atau

vena (aliran darak ke otak terhambat)

2. Ketidakefektifan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas

3. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan fisiologis

C. INTERVENSI

1. Dx. 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/d gangguan aliran

arteri atau vena (aliran darak ke otak terhambat)

a) Tujuan dan kriteria hasil: Tekanan darah dalam rentang normal, tidak

mengalami nyeri kepala, dan tidak mengalami sianosis.

b) Intervensi

1) Kaji TTV.

2) Berikan O2 (4-5 l/m).


3) Jelaskan kepada keluarga pentingnya pemberian oksigen pada

klien.

4) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan radiologi

sehingga bisa melakukan tindakan keperawatan selanjutnya.

2. Dx. 2. Ketidakefektifan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas

a) Tujuan dan kriteria hasil: jalan nafas paten, pola nafas teratur

b) Intervensi:

1) Kaji TTV.

2) Bebas jalan nafas dari secret atau benda asing.

3) Memasang O2 (4-5 l/m).

4) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

bronkodilator.

3. Dx. 3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum

a) Tujuan dan kriteria hasil: klien mampu menggerakan anggota

tubuhnya yang mengalami paralisis tanpa alat bantu atau pun

keluaraga,

b) Intervensi

1) Kaji kekuatan ektremitas klien

2) Berikan aktivitas ringan sesuai keadaan klien, jika sudah

memungkinkan.

3) Berikan alat bantu aktivitas kepada klien sambil di pantau keadaan

umum klien.
4) Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk menentukan aktivitas

lanjutan untuk klien.


DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


EGC, Jakarta.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C.2013. Rencana Asuhan


Keperawatan, Edisi 3. EGC; Jakarta.

Mansjoer, A., dkk. 2013, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Aesculapius,
Jakarta.

Price, 2012. Patologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Smeltzer, S.C., Bare G.B. 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Teknik Nafas Dalam
    Satuan Acara Penyuluhan Teknik Nafas Dalam
    Dokumen4 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Teknik Nafas Dalam
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Stroke Non Hemoragik (New)
    LP Stroke Non Hemoragik (New)
    Dokumen17 halaman
    LP Stroke Non Hemoragik (New)
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen10 halaman
    LP Fraktur
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • Menopouse
     Menopouse
    Dokumen3 halaman
    Menopouse
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat
  • Bab I (HNP)
    Bab I (HNP)
    Dokumen5 halaman
    Bab I (HNP)
    Arum Retno Mustka
    Belum ada peringkat