Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Eksplorasi adalah penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas, dan kualitas suatu
endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis berupa kajian yang
memungkinan dilakukannya penambangan. Eksplorasi geofisika adalah kegiatan
penjajakan struktur geologi yang cocok bagi pengumpulan minyak bumi dengan
menggunakan peralatan geofisika seperti gravimeter, magnetometer dan
seismometer. Proses-proses yang dilakukan adalah survei gravimetrik, survei
magnetik, dan survei seismik. Di dalam pencarian minyak dan gas bumi, masing-
masing survei ini dilaksanakan oleh kontraktor jasa (service companies) yang
mempunyai keahlian terkait, dengan tenaga ahli dan peralatan masing-
masing.Tujuan utama dari kegiatan eksplorasi geofisika adalah untuk membuat
model bawah permukaan bumi dengan mengandalkan data lapangan yang diukur
bisa pada permukaan bumi atau di bawah permukaan bumi atau bisa juga di atas
permukaan bumi dari ketinggian tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, idealnya
kegiatan survey atau pengukuran harus dilakukan secara terus-menerus,
berkelanjutan, dan terintegrasi menggunakan sejumlah ragam metode
geofisika.seringkali bahkan hampir pasti- terjadi beberapa kendala akan muncul
dan tak bisa dihindari, seperti kehadiran noise pada data yang diukur. Ada juga
kendala ketidaklengkapan data atau malah kurang alias tidak cukup. Namun
demikian, dengan analisis data yang paling mungkin, kita berupaya memperoleh
informasi yang relatif valid berdasarkan keterbatasan data yang kita miliki. Dalam
melakukan analisis, sejumlah informasi mengenai kegiatan akuisisi data juga
diperlukan. Setelah proses analisis dilalui, langkah berikutnya adalah membuat
model bawah permukaan yang nantinya akan menjadi modal dasar interpretasi.
Ujung dari rangkaian proses ini adalah penentuan lokasi pemboran untuk

1
mengangkat sumber daya alam bahan tambang, mineral, oil, dan gas ke
permukaan. Kesalahan penentuan lokasi berdampak langsung pada kerugian
meteril yang besar dan waktu yang terbuang percuma. Dari sini terlihat betapa
pentingnya proses analisis apalagi bila segala keputusan diambil berdasarkan data
eksperimen.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah, diantaranya:
1. Apa itu metode seismik sratigrafi?
2. Hal apa saja yang mempengaruhi seismik stratigrafi?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disimpulkan, tujuan penulisan
makalah ini, diantaranya:
1. Memahami metode seismik stratigrafi.
2. Mengetahui apa saja hal-hal yang mempengaruhi seismik stratigrafi.

1.4. Manfaat Penulisan


Makalah ini dibuat dengan tujuan agar penulis dapat memahami materi mengenai
seismik stratigrafi dan dapat membaca wawasan bagi pembaca makalah ini.

2
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Seismik stratigrafi


Studi seismik stratigrafi dimulai dengan analisis penampang seismik untuk
menguraikan kerangka stratigrafinya berdasarkan batas ketidakselarasan sekuen atau
analisis sekuen seismik. Hal ini bisa dilakukan dengan mengenali dan
mengelompokkan ketidakmenerusan dalam pola refleksinya. Dikenal dua jenis batas
yaitu batas atas dan bawah yang dikenal dengan batas sekuen seismic (sequence
seismic boundary).

Seismic stratigrafi adalah penafsiran stratigrafi dari data seismic (Vail dan
Mitchum,1977). Karakter unik dari rekaman seismic refleksi memungkinkan
dilakukannya penerapan langsung konsep geologi berdasarkan kenampakan fisik
stratigrafi dari rekaman tersebut. Refleksi primer gelombang seismic terjadi akibat
perbedaan impedansi akustik permukaan batuan yang umumnya berupa permukaan
lapisan dan atau bidang ketidakselarasan. Oleh karena itu, pola rekaman seismik
refleksi mencerminkan pola perlapisan batuan yang terlatak diatas suatu lapisan atau
bidang keselarasan berumur lebih muda daripada yang terletak dibawahnya, maka
penampang seismic refleksi merupakan rekaman kronostratigrafi (time stratigtafi)
dari pola struktur dan pengendapan, dan bukan merupakan rekaman litostratigrafi (rock
stratigrafi). Dalam melakukan suatu interpretasi seismic prosedur yang umum
dilakukan adalah :

1. Pemahaman geologi daerah penelitian, terutama masalah evolusi


cekungan dan proses sedimentasi terkait
2. Pemahaman mengenai karakter data seismic yang digunakan misalnya
polaritas, fase, resolusi, bising dan lainnya

3
3. Karakterisasi horizon target, baik segi geologi (jenis litologi, tebal,
pelamparan lateral/vertical) maupun geofisika (kecepatan, densitas,
perilaku kurva gammaray/SP dan lain lain)
4. Pengikatan data seismic dan data bor (well seismic tie), serta bila
mungkin dengan data singkapan
5. Identifikasi horizon target pada rekaman seismic dengan menggunakan
konsep stratigrafi sekuen dan seismic stratigrafi
6. Pemetaan horizon target pada rekaman seismic dengan menggunakan
konsep stratigrafi sekuen dan seismic stratigrafi
7. Pembuatan peta kontur waktu atau kedalaman serta analisa kwalitas
interpretasi bila memungkinkan
8. Analisa lingkungan pengendapan, fasies dan system track berdasarkan
data seismic
9. Analisa atribut dan pemodelan data seismic bila diperlukan
10. Sintesa sejarah geologi

2.2 Interpretasi
Seismik stratigrafi merupakan metode yang digunakan untuk menginterpretasi
informasi stratigrafi dari data seismik. Kuncinya adalah perbedaan warna yang
direpresentasikan oleh garis seismik datang dari permukaan perlapisan dan perubahan
facies. Terjadinya gelombang refleksi diakibatkan oleh adanya pulsa seismic yang
merambat sebagai gelombang elastis yang mentransfer energi menjadi pergerakan
partikel batuan. Kecepatan gelombang dalam batuan umumnya mencapai ribuan feet
permeter. Salah satu sifat akustik khas pada batuan adalah Impedansi Akustik (AI)
yang merupakan hasil perkalian antara densitas (p) dan kecepatan (V)

Refleksi gelombang seismic akan timbul setiap terjadi perubahan harga AI. Salah
satu masalah dalam metode seismic refleksi adalah adanya efek interferensi respon
seismic dari perubahan AI yang sangat rapat. Interferensi ini bisa bersifat positif atau

4
negatif yang dipengaruhi oleh bentuk pulsa seismic yang digunakan. Harga kontras AI
dapat diperkirakan dari amplitude refleksinya, semakin besar amplitudonya semakin
besar refleksi dan kontras AI-nya.

2.3 Resolusi

Resolusi didefinisikan sebagai jarak minimum antara dua obyek yang dapat
dipisahkan oleh gelombang seismic dan berhubungan erat dengan fenomena
interferensi. Suatu contoh jika saat TWT (two way time) dari suatu perlapisan batuan
(batu gamping) mencapai setengah panjang gelombang atau saat tebal waktu batu
gamping sama dengan seperempat panjang gelombang, maka akan terjadi interferensi
konstruktif maksimum dan ketebalan ini dikenal sebagai tuning thickness. Ketebalan
minimum batuan untuk dapat memberikan refleksi sendiri bervariasi dari 1/8 1/30
panjang gelombang.

Pada situasi dimana diperlukan perkiraan tebal lapisan yang lebih tipis dari
panjang gelombang, maka dapat digunakan teknik pemodelan, karena secara teoritis
tebal tersebut dapat diperkirakan dari variasi amplitude refleksi. Dengan bertambahnya
kedalaman, dimana kecepatan bertambah tinggi dan frekuensi bertambah kecil, maka
tuning thickness juga akan semakin bertambah. Hubungan kecepatan dan frekuensi
dalam resolusi vertical adalah :

^ = v/f
f = 1/T

Resolusi vertical dapat didefinisikan sebagai batas minimal jarak vertikal antara
dua interface yang dibutuhkan untuk memunculkan satu refleksi yang dapat
diobservasi pada suatu bagian seismik. Di dalam single noise-free seismic trace ini
bergantung dari panjang gelombang sinyal seismiknya. Semakin pendek panjang
gelombangnya semakin besar resolusi vertikal. Ada tiga faktor lain selain bed thickness
constrain yang membatasi resolusi akhir dari data seismik, antara lain:

5
a. Bumi berperan sebagai filter yang secara terus menerus melemahkan
komponen data seismik yang berfrekuensi tinggi.
b. Kecepatan gelombang akustik meningkat seiring degan kedalaman
karena kompaksi dan bertambahnya sementasi. Hal ini meningkatkan
panjang gelombang dengan efek yang merusak resolusi.
Bila terdapat high ambient noise pada data mentah, maka pemrosesannya dapat
menyertakan high-cut filter yang menghilangkan frekuensi tinggi sehingga
resolusinya tinggi

Selain resolusi vertikal, seismik juga mempunyai resolusi horisontal. Apabila


resolusi vertikal dapat dianggap sebagai tingkat kemampuan untuk mendeteksi dan
me-resolve lapisan tipis, maka resolusi horisontal dapat dianggap sebagai tingkat
kemampuan untuk mendeteksi dan me-resolve fitur-fitur dalam map sense seperti
fitur fault atau stratigrafi.

Pada data seismik yang belum dimigrasi, resolusi lateral tergantung pada:

a. bandwidth
b. kecepatan interval
c. two-way travel time ke top unit pantulan
Sedangkan untuk data seismik yang sudah dimigrasi terutama data seismik 3D,
resolusi lateralnya tergantung pada:
a. trace spacing
b.panjang operator migrasi
c. time/depth reflector
d.bandwidth
Resolusi horizontal akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman,
bertambahnya kecepatan dan berkurangnya frekuensi reflaksi tersebut berasal dari
daerah dimana terjadi interaksi antara muka gelombang dan bidang reflector,
daerah tersebut dikenal dengan zona fresnal.

6
2.4 Terminal Refleksi

Gambar 2.3
Terminal Refleksi
Downlap biasanya terlihat pada bagian dasar dari progradasi clinoforms yang
menunjukkan batas dari progradasi suatu cekungan. Onlap adalah terminasi suatu
refleksi bersudut rendah terhadap permukaan seismik yang lebih curam. Dua tipe
onlap: marine dan coastal. Toplap adalah terminasi dari refleksi yang bertambah
terhadap sudut permukaan yang menimpanya. Erosional truncation adalah terminasi
dari suatu strata terhadap permukaan erosional yang menimpanya. Fault truncation
adalah terminasi refleksi pada sesar syn atau post-depositional fault, slump, atau bidang
intrusi.

2.5 Pengenalan Permukaan Stratigrafi


Key surface yang memisahkan stratigrafi ke dalam komponen system tracts
adalah bidang sikuen, permukaan transgresif, maximum flooding surface, dan
permukaan onlap/downlap marine antara lowstand fan dan lowstand wedge. Bidang
sikuen dapat dikenali pada data seismik dengan dua cara, yaitu dari perkembangan

7
permukaan truncation relief tinggi, khususnya yang mengerosi topset dari unit yang
lebih tua; dan dari perpindahan coastal onlap melewati batas kearah yang lebih rendah.

Gambar 2.2
Permukaan Seismik Stratigrafi

Coastal onlap adalah onlap yang terbentuk di dekat sea-level di sekitar laut dangkal.
Perpindahan coastal onlap ke arah yang lebih rendah menyebabkan turunnya sea-level, diiringi
dengan subaerial exposure dan erosi diatas area topset. Permukaan transgresif menandai
berakhirnya lowstand progradation dan transgresi. Hal ini tidak berhubungan dengan terminasi
refleksi apapun, tetapi akan menandai bidang di antara interval topset-clinoform. Maximum
flooding surface dapat dikenali dari data seismik sebagai permukaan dimana clinoform
mengalami downlap menuju topset dibawahnya, dimana akan menunjukkan backstepping dan
trunctation yang nyata. Tidak semua permukaan downlap adalah maximum flooding

2.6 Efek Kedalaman

Kecepatan akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman karena efek


kompaksi dan diagenesa, sedangkan frekuensi akan berkurang akibat efek atenuasi
dan panjang gelombang semakin besar. Oleh karena itu dengan bertambahnya

8
kedalaman, resolusi vertical dan resolusi horizontal akan berkurang sedangkan efek
interferensi akan semakin besar akibat meningkatnya panjang pulsa sehubungan
dengan berkurangnya frekuensi.

2.7 Efek Porositas

Pada batuan klastik, porositas tergantung pada tekanan diferensial yaitu perbedaan
antara tekanan overburdeni dan tekanan interstitial. Porositas menurun dengan
peningkatan tekanan diferensial dalam proses yang irreversible, oleh karena itu
porositas batuan klastik umumnya tergantung pada tekanan diferensial maksimum
yang pernah terjadi. Nilai porositas tinggi umumnya berkaitan dengan kecepatan
rendah dan sebaliknya. Porositas batuan klastik umumnya berkurang terhadap
kedalaman pemendaman akibat kompaksi, berkurangnya pemilahan dan meningkatnya
sementasi.

2.8 Efek Jenis Fluida Pori

Kehadiran hidrokarbon yang mempunyai densitas dan kecepatan lebih rendah


daripada air akan mengakibatkan turunnya AI batuan reservoir. Bagaimana jenis fluida
yang mempengaruhi karakter seismic akan tergantung pada impedansi akustik relatif
dari reservoir dan litologi disekitar reservoir.

2.9 Metode Seismik


Secara umum, metode seismik dibagi menjadi gelombang refleksi dan gelombang
refraksi. Gelombang refleksi digunakan untuk penelitian pada kedalaman yang lebih
besar,seperti eksplorasi migas. Namun, gelombang refraksi digunakan bekerja lebih
baik untuk kepentingan keteknikan seperti bendungan, gedung, jalan, dan lain-lain.
Hasil survey seismik refleksi dapat diubah menjadi penampang geologi dengan
menentukan kecepatan dan gelombang lapisan dari travel-time yang didapat. Data
seismik tidak serta merta langsung dapat digunakan untuk interpretasi dan analisis.

9
Hasil data survey seismik di lapangan harus melewati beberapa pre-process sebelum
dapat digunakan untuk interpretasi oleh ahlinya. Jenis-jenis pre-processing yaitu:
1. True Amplitude Recovery
Untuk memulihkan kembali besaran-besaran amplitudo karena kehilangan
energi yangdisebabkan oleh hal-hal di atas agar seolah-olah energi adalah sama
pada setiap titik.
2. Edit Trace
Untuk membuang atau menghapus sinyal-sinyal yang tidak diinginkan (noise)
dalam processing data seismik.
3. Filtering
Untuk memisahkan antara sinyal seismik dan sinyal noise.
4. Dekonvolusi
Untuk meningkatkan resolusi temporal dengan mengkompresi wavelet seismik
asal sampai mendekati bentuk spike dan meminimalkan reverberasi gelombang.
5. Koreksi Statik
Untuk menghilangkan pengaruh topografi terhadap sinyal-sinyal seismik yang
berasal dari reflector.
Tujuan utama dari interpretasi ini tidak lain adalah untuk mendapatkan dan
mengolah informasi geologi sebanyak mungkin, seperti struktur dan stratigrafi bawah
permukaan. Interpretasi sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu interpretasi kualitatif
dan interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif digunakan untuk menentukan batas
antar formasi dengan menggunakan penunjuk refleksi yang kuat pada data penampang
seismik. Sedangkan, interpretasi kuantitatif adalah menggunakan macam-macam
metode seperti inverse seismik, analisis atribut seismik, dan lain-lain.

2.10 Interpretasi Struktur Geologi


Pada Sesar terdapat adanya ketidakmenerusan pada pola refleksi (offset pada
horison). Penyebaran kemiringan yang tidak sesuai dengan atau tidak berhubungan

10
dengan stratigrafi.Adanya pola difraksi pada zona patahan. Adanya perbedaan karakter
refleksi pada kedua zona dekat sesar.
Pada lipatan terdapat adanya pelengkungan horison seismik yang membentuk
suatu antiklin maupun sinklin, sedangkan pada Diaper terdapat adanya dragging effect
yang kuat pada refleksi horison di kanan atau di kiri tubuh diapir sehingga membentuk
flank di kedua sisi. Adanya penipisan lapisan batuan diatas tubuh diaper dan apat terjadi
pergeseran sumbu lipatan akibat dragging effect.
Selain ketiga hal tersebut dapat pula terjadinya intrusi yang mana terjadi Dragging
effect jelas atau sangat kecil. Batuan sedimen yang ditererobos intrusi mengalami
melting sehingga struktur perlapisannya menjadi tidak jelas/cenderung chaotic di
kanan-kiri intrusi.
2.11 Interpretasi Stratigrafi
Langkah interpretasi stratigrafi seismik salah satunya analisis muka air laut.
Penafsirannya relatif berdasarkan analisis sekuen dan fasies seismic. Salah satu analisis
yang dignakan adalah analisis sekuen seismik. Sekuen seismik dibatasi oleh terminasi
horizon seismik (toplap, downlap, dan lain-lain) yang membatasi sekuen pada bagian
atas dan bawahnya. Analisis dilakukan berdasarkan identifikasi urutan stratigrafi yang
sesuai dengan konsep sekuen pengendapan. Tujuannya dari analisis ini adalah untuk
mengidentifikasi sekuen pada seismik, menentukan sekuen dari proses sedimentasi,
dan analisis naik-turunnya air laut.
a. Stratigrafi sekuen adalah pembagian sedimen berdasarkan
kesamaan genetik yang dibatasi dari satuan genetik lain oleh
suatu ketidakselarasan atau bidang non-deposisi dan keselarasan
padanannya.
b. Penampang seismik dibagi menjadi unit-unit sekuen
pengendapan.
c. Unit-unit sekuen pengendapan dapat diketahui dengan melihat
batas sikuen datau pola pengakhiran seismik.

11
d. Erotional truncation merupakan pengakhiran suatu seismik
oleh lapisan erosi, merupakan batas sekuen yang paling reliable.
e. Toplap merupakan pengakhiran updip lapisan pada permukaan
yang menutupinya (karena non-deposisi atau erosi minor).
f. Downlap adalah lapisan miring yang berakhir secara downdip
pada permukaan horisontal/miring (dominan karena non-
deposisi).
g. Onlap merupakan lapisan yang relatif horisontal berakhir pada
permukaan miring atau pengakhiran updip lapisan miring pada
permukaan yang lebih miring (dominan karena non-deposisi)
downlap dan onlap yang kurang dapat dibedakan satu sama lain
sering dinamakan sebagai baselap.

Analisis selanjutnya yaitu, analisis fasies seismik, yag merupakan usaha


deskripsi dan interpretasi geologi dari parameter-parameter pantulan seismik yang
meliputi konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan, amplitudo, frekuensi, kecepatan
internal, dan geometri eksternal. Setiap parameter pantulan seismik dapat memberikan
informasi mengenai kondisi geologi terkait. Parameter seismik yang dapat dianalisis
secara visual/langsung di sayatan seismik terutama adalah konfigurasi pantulan
seismik. Seperti pada batas sekuen, terdapat beberapa konsep berbeda yang digunakan
untuk menjelaskan karakter dari pantulan/refleksinya. Berikut adalah konfigurasi
pantulan seismik dalam analisis stratigrafi seismik:
1. Paralel dan Subparalel
a. Relatif sejajar.
b. Kecepatan pengendapan yalg seragam pada paparan yang menurun
secara seragam atau dalam cekungan sedimen yang stabil.
c. Variasi terbagi menjadi even dan wavy.
2. Divegen

12
a. Berbentuk membaji dimana penebalan lateral dari seluruh unit
disebabkan oleh penebalan dari pantulan itu sendiri.
b. Variasi lateral kecepatan pengendapan atau pengangkatan suatu
pemiringan secara progresif bidang pengendapan

3. Progradasi
a. Akibat adanya pengembanagan sedimentasi secara lateral yang
membentuk permukaan pengendapan dengan lereng landai
(clinoform).
b. Pola konfigurasi progradasi dapat berupa sigmoid, oblique, complex
sigmoid-oblique, shingled, dan hummockly. Perbedaan konfigurasi
progradasi menunjukkan adanya variasi pasokan sedimen,
kecepatan penurunan cekungan, dan perubahan muka air laut.
c. Pola Sigmoid
1) Bagian atas dan bawah relative tipis dan hampir horizontal,
bagian tengan relatif lebih tebal dengan kemiringan yang
lebih besar.
2) Pasokan sedimen yang rendah, penurunan cekungan
cekungan yang cepat atau kenaikan muka laut yang cepat.
3) Pada pengendapan laut dalam dengan energi rendah.
d. Pola Obliqueo
1) Pengendapan yang terjadi di dekat dasar gelombang dengan
lingkungan yangmempunyai energi tinggi.
2) Pola oblique tangential merupakan pola progradasi yang
ditandai dengan adanya kemiringan pada bagian bawah
strata yang berkurang dan berbentuk cekung.
3) Pola oblique pararel merupakan pola progradasi dengan
pengendapan strata relatif sejajar.

13
4) Pola complex sigmoid-oblique merupakan pola kombinasi
antara pola sigmoid dan pola oblique dalam satu fasies
seismik
e. Pola Shingled
Merupakan pola progradasi yang tipis dan umumnya sejajar dengan
batas atas dan bawah atau miring landai. Pola ini menunjukkan
pengendapan pada air dangkal.
f. Pola Hummockly
Merupakan pola konfigurasi yang tidak menerus. Pola ini
menunjukkan progradasi yang clinoform ke dalam air dangkal
dalam prodelta.
4. Chaotic
a. Pola yang tidak menerus, saling memotong dan menunjukkan
susunan yang tidak teratur.
b. Akibat energi pengendapan yang tinggi atau akibat deformasi yang
kuat. Pola ini dapat menunjukkan slump structure.
5. Reflection Free
a. Menunjukkan tidak adanya pantulan pada rekaman seismik.
b. Terjadi pada batuan yang homogen dan tidak berlapis, seperti pada
batuan beku, tubuh garam, batupasir atau serpih yang tebal.

Selain kelebihan-kelebihan seismik yang telah dijabarkan di atas, seismik


mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
1. Resolusi pada seismik masih terbilang kasar, sehingga lapisan tipis pada
suatu strata tidak dapat terlihat dengan jelas.
2. Tidak setiap fenomena geologi dapat terlihat pada line seismik, contohnya
adalah system tract.
3. Semua permukaan seismik yang diidentifikasi sebagai suatu refleksi belum
tentu merupakan batas sekuen.

14
4. Membedakan antara pengikisan fluvial dengan marine canyon masih sulit.
5. Dalam suatu suksesi clinoform dengan suatu bottom set yang intensif,
sangat mudah untuk salah dalam mengidentifikasi permukaan downlap.

Gambar 2.3
Konfigurasi Pantulan Seismik dalam Analisis Stratigrafi

15
BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode Penyusunan


Penyusunan makalah ini menggunakan berkas yang didapatkan dari studi
pustaka. Oleh karena itu, jenis pengumpulan data ini termasuk jenis kualitatif dengan
menggunakan metode studi pustaka dengan sumber berasal dari internet.
3.2. Prosedur Pengumpulan Data
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data dari
beberapa sumber di internet guna mendapatkan data untuk analisis dalam
makalah seismik stratigrafi.
3.3. Teknik Analisis Data
Secara garis besar, teknik analisis data dalam penyusunan makalah ini
dijelaskan sebagai berikut. Setelah data dirasakan cukup, selanjutnya data
tersebut ditelaah dan diseleksi. Jika terdapat data yang tidak diperlukan, data
tersebut direduksi. Setelah data baru direduksi dengan baik, selanjutnya ditarik
satu simpulan, yang merupakan hasil akhir atau jawaban terhadap judul.
3.4. Tahap-tahap Penyusunan
Beberapa urutan kegiatan yang dijadikan pedoman dalam penyusunan makalah
ini, sebagai berikut :
1. Persiapan, meliputi: Penyusunan kerangka makalah yang akan dibuat.
2. Pengumpulan data, meliputi: Pengumpulan data hasil studi pustaka yang
didapatkan dari berbagai sumber.
3. Analisis data, meliputi: Analisis awal, reduksi data, analisis data temuan,
pengayaan dan pendalaman, dan merumuskan kesimpulan.
4. Penyusunan makalah, meliputi: Penyusunan makalah sementara (draft),
perbaikan makalah, dan penyusunan makalah akhir.

16
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diperoleh, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode seismik stratgrafi merupakan metode geofisika yang dapat
menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah permukaan dipergunakan
dan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan beberapa kenampakan
pengendapan.
2. Metode seismik dibagi menjadi gelombang refleksi dan gelombang refraksi.
Gelombang refleksi digunakan untuk penelitian pada kedalaman yang lebih
besar,seperti eksplorasi migas. Sedangkan, gelombang refraksi digunakan
bekerja lebih baik untuk kepentingan keteknikan seperti bendungan, gedung,
jalan, dan lain-lain.
3. Interpretasi seismik merupakan salah satu tahapan yang penting dalam
eksplorasi yang bertujuan untuk mendapatkan dan mengolah informasi geologi
sebanyak mungkin, seperti struktur dan stratigrafi bawah permukaan
4. Analisis yang digunakan untuk mengolah data seismik diantaranya adalah
analisis muka air laut, analisis sekuen seismik, dan analisis fasies seismik.
5. Memungkinkan deteksi secara langsug terhadap hidrokabon

17
DAFTAR PUSTAKA

https://asyafe.wordpress.com/2008/09/04/keunggulan-kelemahan-seismik/ diakses pada


tanggal 16 April 2017.

https://geofisikaunhas.wordpress.com/2008/07/24/seismik-stratigrafi-intro/ diakses pada


tanggal 16 April 2017.

https://geohazard009.wordpress.com/2015/02/16/metode-seismik-refleksi/ diakses
pada tanggal 10 April 2017.

http://lokaltuban.blogspot.co.id/2015/08/metode-lengkap-seismik-refraksi.html/
diakses pada tanggal 8November 2017.

http://petroleumgeoscience.blogspot.co.id/2008/12/konsep-dasar-interpretasi-
seismik.htm/diakses pada tanggal 5 April 2017

https://seismicinterpreter.wordpress.com/2013/03/26/long-offset-avo-pada-data-
seismik-2d/ diakses pada tanggal 5 April 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai