Anda di halaman 1dari 15

akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.

html

Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk

Kamis, 26 Mei 2011 Pengikut

Materialitas dan Risiko


with Google Friend Connect

Members (35) More


A. MATERIALITAS
Materialitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentukan
jenis laporan audit mana yang tepat untuk diterbitkan dalam suatu kondisi tertentu.
FASB 2 (Financial Accounting Standard Board) mendefinisikan materialitas
sebagai berikut :
Besarnya nilai penghapusan atau kesalahan penyajian informasi keuangan yang
dalam hubungannya dengan sejumlah situasi yang melingkupinya, membuat hal
itu memiliki kemungkinan besar bahwa pertimbangan yang dibuat oleh seorang
yang mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh Already a member? Sign in
penghapusan atau kesalahan penyajian tersebut.
Bila definisi FASB dibaca secara seksama akan menunjukkan kesulitan
yang dihadapi oleh para auditor dalam menerapkan prinsip materialitaas ini dalam
Arsip Blog
prakteknya. Definisi tersebut menekankan kepada para pengguna laporan yang
menyandarkan diri mereka kepada laporan keuangan dalam membuat berbagai 2011 (34)
keputusan. Oleh sebab itu, para auditor harus memiliki pengetahuan tentang Juli (11)
pihak-pihak yang akan memanfaatkan laporan keuangan klien mereka serta
Juni (3)
keputusan-keputusan apakah yang akan dibuat.
Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan Mei (5)
mengandung kesalahan penyajian yang material. Jika auditor memutuskan bahwa Materialitas dan Risiko
terdapat suatu salah saji yang material, maka ia akan menunjukannya pada sang Bukti Audit
klien sehingga kesalahan tersebut dapat dikoreksi. Jika sang klien menolak untuk
Sistem Pengendalian
mengoreksi kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka suatu Intern lanjutan
pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar harus diterbitkan,
Internal Control dalam
tergantung pada tingkat materialitas dari kesalahan penyajian tersebut.
Perbankan

Terdapat lima tahap berurutan yang saling terkait erat satu sama lainnya dalam Definisi Audit
penerapan materialitas. Yaitu sebagai berikut:
April (15)

1. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas


2. Mengalokasikan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas ini kedalam
segmen-segmen Mengenai Saya
3. Mengestimasi totoal kesalahan penyajian yang terdapat dalam segmen
4. Mengestimasi kesalahan penyajian gabungan akuntansi_akuntansi
5. Membandingkan antara estimasi gabungan dan pertimbangan awal atau
Lihat profil lengkapku
pertimbangan yang telah direvisi tentang tingkat meterialitas

Tahap 1 dan 2 dilaksanakan sebagai bagian dari proses perencanaan serta


merupakan topik-topik utama dalam pembhasana materialitas (perencanaan
tentang rentang uji audit). Tahap 3,4 dan 5 dilaksanakan sebagai bagian dari
proses evaluasi hasil-hasil yang diperoleh dari uji-uji audit yang telah dilakukan.

B. MENETAPKAN PERTIMBANGAN AWAL TENTANG TINGKAT

1 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

MATERIALITAS

Idealnya, auditor, pada awal masa penugasan audit, terlebih dahulu


menetapkan nilai kesalahan penyajian gabungan dalam laporan keuangan yang
menurutnya adalah material. Pertimbangan ini disebut pertimbangan awal
tentang tingkat materialitas (preliminary judgment about materiality) karena
pertimbangan ini merupakan suatu pertimbangan profesional dan dapat berubah
selama masa penugasan jika ternyata situasi-situasi yang melingkupinya berubah.
Alasan penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah
untuk membantu auditor merencanakan bukti audit yang memadai yang harus
dikumpulkan.

Auditor seringkali mengubah kembali pertimbangan awalnya tentnag


tingkat materialitas selama berlangsungnya proses audit. Ketika hal tersebut
dilakukan, pertimbangan yang baru itu disebut revisi atas pertimbangan tentang
materialitas. Alasan-alasan dipergunakannya revisi pertimbangan dapat
mencakup karena adanya perubahan salah satu faktor yang dipergunakan dalam
menetukan pertimbangan awal atau karena adanya kebijaksanaan akibat dari
auditor bahwa pertimbangan awal ternyata bernilai terlalu besar atau terlalu
rendah.

BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTIMBANGAN

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi penetapan pertimbangan


tersebut akan dibahas dalam subbab berikut :
1. Materialitas lebih merupakan Konsep yang Relatif bukannya Absolut
Kesalahan penyajian atas besaran tertentu mungkin saja bersifat material
bagi perusahaan skala kecil, sedangkan kesalahan penyajian dengan jumlah dolar
yang sama, bagi perusahaan lainnya yang berskala besar, dapat bersifat tidak
material. Oleh karena itu tidaklah mungkin menetapkan panduan atas beberapa
nilai dolar untuk pertimabngan awal tentang tingkat materialitas yang dapat
diterapkan bagi semua klien audit.
2. Sejumlah Dasar Pertimbangan Diperlukan untuk Mengevaluasi Tingkat
Materialitas
Karena tingkat materialitas ini bersifat relatif, adalah hal yang wajib untuk
memiliki sejumlah dasar pertimbangan agar dapat menentukan apakah kesalahan
penyajian tersebut bernilai material. Laba bersih sebelum pajak umumnya
merupakan dasar pertimbangan utama yang digunakan untuk menetukan tingkat
materialitas karena item ini dianggap sebagai item penting dalam penyediaan
informasi kepada para pengguna laporan keuangan. Contoh-contoh item yang
dijadikan dasar pertimbangan lainnya adalah nilai penjualan bersih, laba kotor,
serta total aktiva. Dalam membangun suatu dasar pertimbangan, merupakan hal
yang penting pula untuk memutuskan apakah kesalahan saji yang ada, secara
material, dapat mempengaruhi kewajaran dari berbagai dasar pertimbangan
lainnya yang mungkin dipilih seperti aktiva lancar, total aktiva lancar, total aktiva,
kewajiban lancar dan modal pemegang saham.
3. Faktor-faktor Kualitatif pun Mempengaruhi Tingkat Materialitas
Beberapa jenis salah saji tertentu seringkali lebih penting bagi para pengguna
laporan dibandingkan dengan sejumlah salah saji jenis lainnya, walaupun jika
ternyata nilai dolar dari seluruh salah saji tersebut sama nilainya, contoh:
Nilai-nilai yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap lebih
penting daripada sejumlah nilai yang sama tetapi diakibatkan oleh
kekeliruan yang tidak disengaja karena perbuatan kecurangan
tersebut merefleksikan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau
karyawan lainnya yang terlibat
Kesalahan penyajian yang kecil dapat bersifat material jika
terdapat kemungkinan timbulnya berbagai konsekuensi atas
sejumlah kewajiban kontrak.
Kesalahan penyajian yang sebenarnya tidak material dapat

2 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

berubah menjadi material jika kesalahan penyajian tersebut


mempengaruhi tren pendapatan.

C. MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN AWAL TINGKAT


MATERIALITAS SEGMEN (Salah Saji yang Masih Dapat Ditoleransi)
Selama masa perencanaan, dapat mengalokasikan materialitas awal pada
berbagai segmen dari proses audit. Alokasi pertimbangan awal tingkat
materialitas ke segmen-segmen (tahap ke-2 dalam penerapan materialitas)
merupakan hal yang wajib dilakukan karena bukti-bukti audit terkumpul
berdasarkan segmen bukannya terkumpul berdasarkan laporan keuangan secara
keseluruhan. Jika auditor telah memiliki pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas tiap segmen, pertimbangannya tersebut akan sangat membantu auditor
dalam memutuskan bukti audit apa yang yang tepat untuk dikumpulkan.
Mayoritas praktisi mengaokasikan tingkat materialitas ke akun-akun
neraca daripada mengalokasikannya ke akun-akun laporan laba rugi. Sebagian
besar slah saji yang terkandung dalam laporan laba rugi memiliki tingkat
pengaruh yang sama besar dengan akun-akun neraca, akibat dari berlakunya
sistem pembukuan double-entry. Oleh karena itu, auditor dapat mengalokasikan
tingkat materialitas baik ke akun-akun laporan laba rugi atau ke akun-akun neraca.
Pada saat auditor mengalokasikan pertimbangan awal tingkat materialitas
ini ke saldo akun-akun, maka tingkat materialitas yang dialokasikan ke saldo akun
tertentu dibahas dalam SAS 39 (AU 350) dinyatakan sebagai salah saji yang
masih dapat ditoleransi (tolerable misstatment) .
Terdapat tiga kesulitan utama dlam upaya mengalokasikan tingkat
materialitas ke akun-akun neraca (segmen-segmen): auditor memiliki ekspektasi
bahwa sejumlah akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji daripada
akun-akun lainnya, baik salah saji lebih (overstatment) maupun salah saji kurang
(understatement) harus tetap dipertimbangkan, dan biaya-biaya audit secara relatif
mempengaruhi pengalokasian ini.

ILUSTRASI ALOKASI
Tabel 1-1 mengilustrasikan pendekatan alokasi yang dilaksanakan oleh
auditor senior,Fran Moore, atas penugasan audit pada Hillsburg Hardware Co.
Tabel tersebut mengikhtisarkan akun-akun neraca, menggabungkan sejumlah akun
tertentu, serta menampilkan alokasi dari total tingkat materialitas sebesar
$737,000 (10% dari nilai pendapatan operasional). Pendekatan alokasi yang
dilakukan oleh Moore bagi Hillsburg Hardware Co. Adalah dengan
mempergunakan pertimbangan profesional dalam pengalokasian pada akun-akun,
dengan mengacu pada dua batasan ketentuan yang dikembangkan oleh KAP
Berger dan Anthony:
Tabel 1-1
Neraca 31-12-02 (dalam ribuan) Salah saji yang masih Dapat
Ditoleransi (dalam ribuan)
Kas $828 $10 (a)
Piutang Dagang 18,957 442 (b)
Persediaan 29,865 442 (b)

Aktiva Lancar Lainnya 1,377 100 (c)

Aktiva Tetap 10,340 80 (d)


Total Aktiva $61,367
Utang Dagang $4,720 180 (e)
Surat Utang-total 28,300 - (a)
Utang upah dan utang atas pajak 1,470 100 (c)
upah
Utang bunga dan Utang Deviden 2,050 - (a)

Kewajiban Lainnya 2,364 120 (c)

3 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

Modal Saham dan agio modal 8,500 - (a)


saham
Laba ditahan 13,963 NA (f)
Total Kewajiban dan Modal $61,367 $1,474 (f)
NA= tidak dapat diterapkan
a) Salah saji yang masih dapat ditoleransi bernilai kecil atau nol, karena akun
dapat diaudit selengkapnya dengan tingkat biaya audit yang rendah dan
tidak diharapkan terdapat suatu salah saji sekecil apapun.
b) Nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi bernilai besar karena akun
berskala besar dan diperlukan sampling yang ekstensif untuk mengaudit
akun tersebut.
c) Sebagai suatu persentasi dari akun, nilai salah saji yang masih dapat
ditoleransi bernilai besar, karena akun dapat diuji dengan pengeluaran
biaya yang sangat rendah, barangkali dengan mempergunakan prosedur
analitas, jika ternyata salah saji yang masih dapat ditoleransi tersebut
bernilai besar.
d) Sebagai salah satu persentase dari akun, nilai salah saji yang masih dapat
ditoleransi bernilai kecil, karena mayoritas saldo berada dalam akun tanah
dan bangunan, yang saldonya masih tidak berubah bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya dan tidak perlu diaudit.
e) Salah saji yang masih dapat ditoleransi bernilai cukup besar karena secara
relatif, diperkirakan terdapat sejumlah besar salah saji.
f) Tidak dapat diterapkan laba ditahan merupakan suatu akun residu yang
akan dipengaruhi oleh nilai bersih salah saji yang terkandung dalam
akun-akun lainnya.

Salah saji yang masih dapat ditoleransi bagi setiap akun tidak boleh
melebihi 60% dari nilai pertimbangan awal (60% dari $737,000 = $442,000,
dibulatkan) dan total dari seluruh nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi
tidak boleh melebihi dua kali nilai pertimbangan awal tentang tingkat materialitas.

Alasan atas ketentuan pertama adalah untuk menjaga auditor agar tidak
mengalokasikan seluruh nilai total tingkat materialitas ke dalam satu akun saja.
Jika umpamanya, nilai pertimbangan awal sebesar $737,000 dialokasikan semua
pada akun piutang dagang, maka suatu salah saji senilai $737,000 yang terdapat
dalam akun tersebut akan dinyatakan masih dapat diterima.

Terdapat dua alasan mengapa nilai total salah saji yang masih dapat
ditoleransi, diperkenankan melebihi nilai materialitas keseluruhan. Pertama,
tidaklah mungkin bahwa semua akun akan mengandung salah saji dengan nilai
sebesar nilai slah saji yang masih dapat ditoleransinya. Kedua, beberapa akun
cenderung mengandung salah saji lebih (overstated), sementara beberapa akun
lainnya cenderung mengandung salah saji kurang (understated), yang
mengakibatkan dalam suatu nilai bersih yang cenderung lebih rendah daripada
nilai total materialitas.

Pada prakteknya, seringkali merupakan hal yang sulit untuk meramalkan


akun-akun mana saja yang paling mungkin mengalami salah saji dan apakah salah
saji yang terjadi tersebut merupakan salh saji lebih atau salah saji kurang. Oleh
karena itu, merupakan suatu pertimbangan profesional yang sulit untuk melakukan
alokasi atas pertimbangan awal tentang tingkat materialitas kepada masing-masing
akun. Sehingga banyak kantor akuntan publik mengembangkan suatu panduan
yang ketat serta berbagai metode statistika yang canggih untuk melakukan hal
tersebut.

Dengan demikian, tujuan dari pengalokasian pertimbangan awal tentnag


tingkat materialitas pada akun-akun neraca adalah untuk membantu auditor
memutuskan jenis bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap akun.

D. MENGESTIMASI NILAI SALAH SAJI SERTA

4 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

MEMBANDINGKANNYA DENGAN NILAI PERTIMBANGAN AWAL


Estimasi salah saji dihitung berdasarkan uji-uji audit yang sebenarnya.
Asumsikan, bahwa dalam melakukan audit atas persediaan, auditor menemukan
nilai salah saji bersih sebesar $3,500 dalam sebuah sampel yang berukuran
$50,000 atas total populasi sebesar $450,000. Salah satu cara untuk menghitung
estimasi salah saji ini adalah dengan membuat suatu proyeksi langsung dari
sampel yang ada pada populasi serta dengan menambahkan suatu estimasi atas
sampling error. Perhitungan dari proyeksi langsung atas estimasi salah saji
adalah :
Nilai salah saji yang
terkandung dalam sampel ($3,500) X Total nilai populasi yang = proyeksi
langsung atas
Total sampel ($50,000) tercatat ($450,000) estimasi salah
saji ($31,500)

Tabel 1-2 (Ilustrasi Perbandingan Total Estimasi Salah Saji dengan Nilai
Pertimbangan Awal Materialitas)

Akun Nilai salah Proyeksi Sampling Total


saji yang langsung Error
masih dapat
ditoleransi
Kas $4,000 $0 $NA $0
Piutang dagang 20,000 12,000 6,000 18,000
Persediaan 36,000 31,500 15,750 47,250
Total nilai $43,500 $16,800 $60,300
estimasi salah
saji
Pertimbangan $50,000
awal tentang
tingkat
materialitas

Proyeksi langsung atas piutang dagang sebesar $12,000 tidak


diilustrasikan. Taksiran atas sampling error dapat dihasilkan karena auditor hanya
melakukan sampel atas suatu bagian populasi saja. Dalam contoh diatas, taksiran
atas sampling error diasumsikan sebesar 50% dari proyeksi langsung atas nilai
salah saji yang terkandung dalam akun-akun yang uji auditnya dilakukan dengan
mempergunakan sampling (piutang dagang dan persediaan).

E. RISIKO
Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Dalam contoh
Tabel 9-1, auditor telah membuat estimasi sampling error sebesar $6,000 atas
akun piutang dagang, yang dipergunakan dalam mengihitung total estimasi salah
saji sebesar $18,000 untuk kemudian dipergunakan sebagai perbandingan dengan
nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi sebesar $20,000. nilai kesalahan
sampling sebesar $6,00 ini mengandung suatu risiko atas pelaksanaan sampling.
Hal ini hanya merupakan salah satu dari sejumlah jenis risiko yang harus
diketahui oleh editor.
Auditor mengenali, umpamanya, bahwa terdapat suatu ketidakpastian
tentang kompetensi bukti, ketidakpastian tentang efektivitas dari pengendalian
intern yang dimiliki klien, serta ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar pada saat audit telah dilakukan.
Ilustrasi yang Berkaitan dengan Sejumlah Risiko dan Bukti
Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasikan lebih
jauh potensial untuk kesalahan saji dan dimana mereka paling mungkin terjadi.
Sebelum mulai membahas model risiko audit, suatu ilustrasi tentang sebuah
perusahaan hipotesis telah disajikan dalam Tabel 9-2 sebagai suatu kerangka

5 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

referensi atas pembahasan yang akan dilakukan.


Pertama-tama, tabel ini menampilkan adanya berbagai perbedaan dalam
frekuensi dan ukuran atas perkiraan salah saji pada berbagai siklus (A). Dipercaya
bahwa efektivitas pengendalian intern dalam kelima siklus saling berbeda (B).
Pada akhirnya, auditor memutuskan suatu tingkat kesediaan yang rendah akan
kemungkinan masih terdapatnya salah saji material setelah proses audit atas
kelima siklus tersebut selesai seluruhnya (C). Beberapa pertimbangan sebelumnya
(A,B,C) akan mempengaruhi keputusan auditor tentang rentang yang tepat untuk
pengumpulan bukti audit (D).
Tabel 9-2 Ilustrasi Perbedaan Bukti Berbagai Siklus

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


Penjualan Pengadaan Pengupahan Persediaan Penghimpunan
dan dan dan dan Modal dan
Penagihan Pembayaran Personalia Pergudangan Pembayarannya
Kembali

A Penilaian auditor Diperkirakan Diperkirakan Diperkirakan Diperkirakan Diperkirakan


tentang terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat sedikit
ekspektasinya atas sejumlah banyak salah sedikit salah banyak salah salah saji
salah saji material salah saji saji saji saji (rendah)
sebelum (sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi)
mempertimbangkan
pengendalian intern
(resiko inhern)

B Penilaian auditor Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat


tentang efektivitas efektivitas efektivitas efektivitas efektivitas efektivitas
pengendalian intern sedang tinggi tinggi rendah sedang
untuk mencegah (sedang) (rendah) (rendah) (tinggi) (sedang)
atau mendeteksi
salah saji material
(resiko
pengendalian)

C Kesediaan auditor Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat


untuk mengijinkan kesediaan kesediaan kesediaan kesediaan kesediaan rendah
munculnya salah rendah rendah rendah rendah (rendah)
saji material setelah (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
ia menyelesaikan
proses audit (resiko
akseptibilitas audit)

D Rentang bukti audit Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat tinggi Tingkat


yang direncanakan menengah menengah rendah (rendah) menengah
oleh auditor untuk (sedang) (sedang) (tinggi) (sedang)
dikumpulkan
(resiko deteksi
terencana / planned

6 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

detection risk)

Model Risiko Audit untuk Perencanaan


Cara utama yang dipergunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan
risiko yang ada dalam merencanakan bukti audit yang akan dikumpulkan adalah
melalui penerapan model risiko audit (audit risk model). Sumber dari model
risiko audit ini adalah literatur profesional yang terdapat dalam SAS 39 (AU 350)
tentang sampling audit serta dalam SAS 47 (312) tentang materialitas dan risiko.
Model risiko audit ini umumnya dipergunakan bagi berbagai tujuan
perencanaan untuk memutuskan berapa banyak bukti audit yang akan
dikumpulkan pada setiap siklusnya. Model ini umunya dinyatakan sebagai berikut
:
PDR = AAR
IR x CR
di mana :
PDR : planned detection risk (risiko deteksi terencana)
AAR : acceptable audit risk (risiko akseptibilitas audit)
IR : inheren risk (risiko inheren)
CR : control risk (risiko pengendalian)
Contoh siklus persediaan dan pergudangan yang tersaji dalam Tabel 9-2
IR = 100 %
CR = 100 %
AAR = 5%
PDR = 0.05 = 0.05 atau 5%
1.0 x1.0

JENIS-JENIS RISIKO
a. Planned Detection Risk

Planned detection risk (risiko deteksi terencana) merupakan


ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal
mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang
masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada. Terdapat dua
poin utama tentang risiko deteksi terencana ini. Pertama, risiko ini
tergantung pada ketiga factor lainnya yang terdapat dalam model. Risiko
terdeteksi hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada
salah satu dari ketiga factor lainnya. Kedua, risiko ini menentukan nilai
bukti substantive yang direncanakan oleh auditor untuk dikumpulkan,
yang merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi rencana itu sendiri.
b. Risiko Inheren

Risiko inheren (inherent risk) merupakan suatu ukuran yang


dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan)
dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari
pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya
pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai
kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material.
Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern, menyimpulkan
bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah
salah saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko
inherennya tinggi. Pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan nilai
risiko inheren karena pengendalian intern ini dipertimbangkan secara
terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian. Hubungan
antara risiko inheren dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti
audit yang direncanakan adalah risiko inheren saling berlawanan dengan
risiko deteksi terencana serta memiliki hubungan yang searah dengan bukti
audit.

7 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

c. Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang


dipergunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang
masih dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau
tidak terdeteksi olegh pengendalian intern yang dimiliki klien. Risiko
pengendalian ini memperlihatkan (1) penilaian tentang apakah
pengendalian intern yang dimiliki klien efektif untuk mencegah atau
mendeteksi terjadinya salah saji, dan (2) kehendak auditor membuat
penilaian tersebut senantiasa berada dibawah nilai maksimum (100 persen)
sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya. Semakin efektif
pengendalian intern, maka semakin rendah pula factor risiko yang dapat
dibebankan pada risiko pengendalian.
Model risiko audit menunjukkan hubungan yang erat antara risiko
inheren dan risiko pengendalian. Kombinasi risiko inheren dan risiko
pengendalian ini dapat dianggap sebagai suatu ekspektasi atas nilai salah
saji setelah mempertimbangkan pengaruh dari pengendalian intern. Sama
dengan yang terjadi pada risiko inheren, hubungan antara risiko
pengendalian dan risiko deteksi terencana adalah saling berlawanan,
sementara hubungan antara risiko pengendalian dan bukti subtantif
merupakan hubungan yang searah.
d. Risiko Akseptibilitas Audit

Risiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk) merupakan


ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa
laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material
setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit wajar tanpa
syarat telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan
suatu tingkat risiko akseptabilitas audit yang lebih rendah, hal tersebut
berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih
tinggi bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material.
Risiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat risiko sebesar 100 persen
berarti benar-benar tidak yakin.
Seringkali, auditor membuat istilah itu dengan audit assurance,
overall assurance, atau tingkat keyakinan bukannya risiko akseptabilitas
audit. Audit assurance atau istilah-istilah lainnya yang ekuivalen
merupakan pelengkap dari risiko akseptabilitas audit, yaitu sama dengan,
satu dikurangi risiko akseptabilitas audit. Konsep risiko akseptabilitas
audit dapat dipahami dengan lebih mudah dengan cara membayangkan
penerapan ini pada suatu audit yang berjumlah besar. Dengan
mempergunakan model risiko audit, akan terlihat adanya hubungan yang
searah antara risiko akseptabilitas audit dan risiko deteksi terencana, serta
hubungab yang saling berlawanan antara risiko akseptabilitas audit dan
bukti audit yang direncanakan.
MENILAI RISIKO AKSEPTABILITAS AUDIT
Auditor harus memutuskan tingkat risiko akseptabilitas audit yang tepat
bagi suatu audit, dan hal ini lebih baik dilakukan selama fase perencanaan audit.
Pertama, auditor harus memutuskan tingkat risiko bisnis serta menggunakan risiko
bisnis ini untuk memodifikasi tingkat risiko akseptabilitas audit.
Pengaruh Risiko Perjanjian pada Risiko Akseptabilitas Audit
Risiko perjanian (engagement risk) adalah risiko yang akan diderita oleh
auditor atau firma audit akibat hubungan dengan klien, walaupun laporan audit
yang dibuat bagi klien tersebut telah dibuat dengan benar.risiko perjanjian
sangatlah berkaitan dengan risiko bisnis klien.
Para auditor belum memiliki kesepakatan tentang apakah risiko bisnis
harus turut dipertimbangkan dalam merencanakan audit. Para oposan atas
pernyataan untuk memodifikasi bukti audit bagi risiko bisnis berpendapat bahwa
auditor tidak menyediakan sejumlah pendapat audit yang berbeda bagi setiap
tingkat keyakinan yang berbeda pula sehingga auditor pun tidak perlu

8 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

menyediakan tingkat keyakinan yang lebih rendah atau lebih tinggi hanya karena
adanya risiko perjanjian. Sedangkan para pendukung pernyataan ini berpendapat
bahwa merupakan hal yang tepat bagi para auditor untuk mengumpulkan sejumlah
bukti tambahan, menugaskan para staf yang memiliki lebih banyak pengalaman,
serta melakukan review yang lebih mendalam pada penugasan audit yang
memiliki potensi hukum yang tinggi, sepanjang tingkat keyakinan yang ingin
dicapai tidak diturunkan hingga di bawah suatu tingkat keyakinan yang wajar
pada saat tingkat risiko perjanjian yang dimiliki rendah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Akseptabilitas Audit
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat sejumlah
faktor yang mempengaruhi risiko perjanjian dan selanjutnya mempengaruhi risiko
akseptabilitas audit pula, diantaranya :
Derajat Kebergantungan Para Pengguna Eksternal pada Laporan Keuangan
Sejumlah faktor yang merupakan indikator yang baik atas derajat
kebergantungan para pengguna eksternal pada laporan keuangan adalah :
Ukuran usaha klien. Ukuran usaha klien, yang diukur dengan mempergunakan
total aktiva atau total pendapatan, akan memberikan pengaruh [ada risiko
akseptabilitas audit.
Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan piblik (PT terbuka)
umumnya dipergunakan oleh lebih banyak pengguna daripada laporan
keuangan perusahaan nonpublik. Bagi perusahaan-perusahaan semacam ini,
pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan termasuk pula SEC,
para analis keuangan serta masyarakat umum.
Sifat dan nilai kewajiban. Jika laporan keuangan mengandung nilai kewajiban
yang besar, laporan keuangan tersebut memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk dipergunakan secara luas oleh para kreditur, baik yang telah ada
sekarang maupun para calon kreditur, daripada jika laporan keuangan tersebut
hanya mengandung kewajiban yang kecil.

Kemungkinan bahwa Klien akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah


Penerbitan Laporan Audit
Beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik atas peningkatan
kemungkinan tersebut adalah :
Posisi likuiditas. Jika secara konstan, klien mengalami kekurangan kas serta
modal kerja, maka hal tersebut dapat mengindikasikan masalah dalam
melunasi tagihan-tagihannya di masa yang akan datang. Auditor harus menilai
kemungkinan tersebut serta signifikansi penurunan yang terus menerus atas
posisi likuiditas.
Laba (rugi) pada tahun-tahun sebelumnya. Jika perusahaan mengalami
penurunan laba yang cepat atau mengalami kenaikan kerugian selama
beberapa tahun terakhir, auditor harus mulai mengenali sejumlah masalah
solvabilitas yang mungkin akan dialami klien di masa yang akan datang.
Metode pembiayaan pertumbuhan. Semakin klien menyandarkan dirinya pada
utang sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan yang
akan dihadapinya jika kegiatan operasi klien kurang berhasil.
Sifat operasi klien. Beberapa jenis bisnis tertentu memiliki risiko inheren yang
lebih besar daripada sejumlah bisnis lainnya.
Kompetensi manajemen. Kemampuan manajemen ini harus dinilai sebagai
bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

Evaluasi Auditor atas Integritas Manajemen.


Jika klien memiliki integritas yang patut dipertanyakan, maka auditor
kemungkinan besar akan menentukan tingkat risiko akseptabilitas audit yang lebih
rendah. Perusahaan-perusahaan dengan integritas yang rendah seringkali
melaksanakan kegiatan bisnis mereka dalam suatu tindakan yang dapat
mengakibatkan sejumlah konflik dengan para pemegang saham mereka, para agen
pemerintah, serta para pelanggan. Pada akhirnya, berbagai konflik ini seringkali
tercermin pada pemahaman para pengguna laporan akan kualitas dari audit yang
dilaksanakan serta dapat mengakibatkan sejumlah gugatan hukumm serta

9 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

sejumlah ketidaksepakatan lainnya.


Tabel 9-3 Metode-metode yang Dipergunakan oleh Para Praktisi untuk
Menilai Risiko Akseptabilitas Audit
Faktor-faktor Metode-metode yang Dipergunakan untuk Menilai Risiko
Akseptabilitas
Derajat Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan
penyandaran Membaca notulen rapat dewan direksi untuk menentukan berbagai
diri para rencana masa depan
pengguna Menelaah Formulir 10K bagi sebuah perusahaan publik
laporan pada Membahas rencana-rencana keuangan dengan pihak manajemen
laporan
keuangan
Kemungkinan Melakukan analisa atas laporan keuangan untuk menilai gejala
terjadinya kesulitan keuangan dengan mempergunakan sejumlah rasio serta
kesulitan berbagai prosedur analitis lainnya
keuangan Menelaah laporan arus kas historis maupun laporan proyeksi arus
kas untuk mempelajari sifat arus kas masuk dan arus kas keluar
Integritas Mengikuti sejumlah prosedur yang telah dibahas pada bab 8 tentang
manajemen perencanaan audit dan prosedur analitis

Membuat Keputusan Risiko Akseptabilitas Audit


Untuk menilai risiko akseptibilitas audit, auditor, pertama-tama harus
menilai setiap faktor yang dapat mempengaruhi risiko akseptabilitas. Tabel 9-3
mengilustrasikan berbagai metode yang dipergunakan oleh para auditor untuk
melakukan penilaian pada masing-masing faktor dari ketiga faktor tersebut.
MENILAI RISIKO INHEREN
Pencantuman risiko inheren dalam model risiko audit berarti bahwa
auditor harus berupaya untuk memprediksikan di manakah letak probabilitas salah
saji yang paling banyak terjadi serta probabilitas salah saji yang paling sedikit
terjadi dalam berbagai segmen laporan keuangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Inheren
Beberapa faktor utama pada saat melakukan penilaian atas resiko inheren
adalah :
- Sifat bisnis klien
Pada umumnya, tingkat risiko inheren dari satu bisnis dengan bisnis lainnya
sangat beragam, terutama untuk risiko inheren yang terkandung pada
akun-akun seperti akun persediaan, piutang dagang dan piutang kredit, serta
aktiva tetap. Sifat bisnis klien seharusnya tidak memberikan pengaruh atau
hanya memberikan pengaruh yang kecil saja pada tingkat risiko inheren yang
terdapat dalam akun kas, surat utang dan utang hiporik.
- Temuan-temuan audit yang diperoleh dari audit-audit sebelumnya
Salah saji yang diketemukan pada audit tahun sebelumnya kemungkinan besar
akan diketemukan kembali pada penugasan audit tahun berjalan. Hal ini
diakibatkan karena sebagian besar jenis salah saji umumnya bersifat
sistemik/teratur, serta organisasi-organisasi seringkali mengalami
keterlambatan dalam melakukan sejumlah perubahan untuk menghapuskan
salah saji tersebut. Oleh karena itu, auditor akan dianggap ceroboh jika ia
mengabaikan temuan audit yang diperoleh pada audit tahun sebelumnya, pada
saat ia melakukan penyusunan program audit atas penugasan audit tahun
berjalan.
- Penugasan awal versus penugasan ulangan
Kurangnya temuan audit yang diperoleh dari penugasan audit tahun-tahun
sebelumnya dapat menyebabkan para auditor menetapkan suatu tingkat risiko
inheren yang lebih tinggi bagi penugasan audit awal daripada tingkat risiko
inheren yang ditetapkan atas penugasan audit ulangan dimana pada penugasan
audit sebelumnya tidak diketemukan salah saji yang material.
- Pihak-pihak terkait

10 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

Berbagai transaksi yang terjadi antara perusahaan induk dan perusahaan anak
serta transaksi-transaksi yang terjadi antara pihak manajemen dengan entitas
perusahaan merupakan contoh-contoh dari transaksi dengan pihak terkait
sebagaimana yang terdefinisikan dalam SFAS 57. Karena berbagai transaksi
ini tidak terjadi pada dua belah pihak yang saling independen yang
bertransaksi sejauh jangkauan tangan saja, maka kemungkinan bahwa
transaksi-transaksi tersebut mengalami salah saji lebih besar, sehingga
mengakibatkan suatu peningkatan pada nilai risiko ineren.
- Berbagai transaksi nonrutin
Berbagai transaksi yang tidak umum dilakukan oleh klien memiliki
kemungkinan yang lebih besar akan dicatat secara tidak benar oleh pihak klien
daripada pencatatan atas berbagai transaksi yang rutin karena pihak klien
kurang memiliki pengalaman dalam melakukan pencatatan atas hal tersebut.
- Pertimbangan yang diperlukan untuk mengoreksi pencatatan berbagai
saldo dan transaksi akun
Contoh-contoh atas jenis akun ini adalah cadangan atas piutang tak tertagih,
nilai persedian yang usang, kewajiban atas pembayaran waran, serta cadangan
kerugian kredit bank. Serupa dengan hal itu, berbagai transaksi atas sejumlah
perbaikan utama atau penggantian sebagian aktiva merupakan contoh-contoh
dimana sejumlah perbandingan diperlukan.
- Penyusun populasi
Seringkali, berbagai item individual yang menyusun total populasi turut
memberikan pengaruh pada ekspektasi auditor akan salah saji yang material.
Membuat Keputusan Risiko Inheren
Auditor harus mengevaluasi semua informasi yang dapat mempengaruhi
tingkat risiko inheren serta memutuskan suatu tingkat risiko inheren yang tepat
bagi setiap siklus, akun, dan dalam banyak situasi bagi setiap tujuan audit pula.
Memperoleh Informasi untuk Menilai Risiko Inheren
Para auditor memulai penilaian mereka atas risiko inheren selama fase
perencanaan serta akan memperbaharui penilaian tersebut sepanjang penugasan
audit. Pada saat auditor melakukan beraneka jenis pengujian dalam suatu
penugasan audit, maka ia akan memperoleh tambahan informasi yang seringkali
pula akan mempengaruhi tingkat penilaian awal.
Menilai Risiko Kecurangan
Untuk memenuhi persyaratan standar audit, sangat penting auditor menilai
risiko dan memberi respon kepadanya daripada hanya medidentifikasinya mereka
sebagai risiko aksepbilitas audit, risiko inheren, atau risiko pengendalian. Oleh
karena itu banyak kantor audit menilai risiko kecurangan secara terpisah dari
penilaian komponen model risiko.
Standart auditing yang diterima mengharuskan auditor untuk menilai
resiko kesalahan pernyataan material sampai kecurangan. Ketika auditor
mempertimbangkan resiko bawaan dan resiko pengendalian, auditor juga harus
mempertimbangkan resiko kecurangan. Auditor biasanya mempertimbangkan
resiko kesalahan pernyataan material dengan membagi dua tipe kecurangan:
kecurangan laporan keuangan dan penyalahgunaan asset.
Untuk menilai risiko kecurangan auditor mengumpulkan informasi untuk
mengetahui luasnya keberadaan kondisi kecurangan. Segitiga kecurangan yang
menggambarkan aspek umum dari seluruh kecurangan, yaitu:
1. Kesempatan untuk melakukan kecurangan.
2. Insentive atau tekanan.
3. Kemampuan untuk merasionalisasi kecurangan menjadi konsisten dengan nilai
kepantasan internal.
Informasi yang Mempengaruhi Risiko Kecurangan
Untuk menilai luas ketiga kondidi kecurangan ini hadir, auditor harus
mempertimbangkan:
1. Faktor risiko khusus yang berhubungan dengan pelaporan keuangan yang curang
dan penyalahgunaan aktiva
2. Informasi diperoleh dari anggota tim audit yang berpengalaman, trmasuk
bagaimana dan dimana perusahaan perusahaan bisa dicurigai untuk melakukan

11 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

salah saji yang disebabkan oleh kecurangan


3. Respon pertanyaan auditor dari manajemen tentang pandangan mereka mengenai
risiko kecurangan, tenntnang program dan pengendalian yang ada untuk
membahas risiko kecurangan khusus yang diidentifikasikan
4. Hasil prosedur analitis yang diperoleh selama perencanaan yang menunjukan
kemungkinan tidak jujur atau hubungan analitis yang tidak diharapkan
5. Pengetahuan yang diperoleh melalui hal penerimaan klien dan keputusan retensi,
ulasan sementara dari laporan keuangan, dan pertimbangan risiko inheren
Membuat Risiko dari Keputusan Kecurangan
Auditor menggunakan semua informasi yang diperoleh untuk
mengidentifikasikan risiko salah saji material karena kecurangan. Auditor bisa
mengidentifikasikan risiko yang dapat menembus laporan keuangan sebagai
keseluruhan. Auditor juga bisa mengidentifikasikan risiko untuk akun khusus atau
kelas transaksi.
Merespon Risiko Kecurangan
Saat risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan telah
didentifikasikan, pertama-tama auditor harus mendiskusikan penemuan ini dengan
manajemen untuk mendapatkan pandangan manajemen tentang potensial
kecurangan dan program serta kontrol yang ada yang telah dirancang untuk
mencegah salah saji. Auditor harus merespon risiko kedalam tiga cara:
1. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mrngarah kepada risiko
kecurangan yang teridentifikasi.
2. Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon risiko kecurangan
yang teridentifikasi
3. Melakukan prosedur untuk mrngarahkan risiko manajemen menguasai kontrol.
Setelah selesai auditor harus mengevaluasi apakah hasil akumulasi dan
prosedur audit mempengaruhi penilaian dari risiko salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan yang dibuat sebelumnya dalam audit.
Hubungan antara Risiko dengan Bukti Audit dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Risiko
Untuk memodifikasi bukti audit, ada dua cara dimana auditor bisa mengubah audit
untuk merespons risiko, misalnya:
1. Perjanjian itu mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman. Kantor
akuntan publik harus mempunyai staf yang bermutu, tetapi untuk klien dengan
risiko audit rendah bisa diterima, perhatian khusus diberikan dalam pemilihan staf.
2. Perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti daripada biasanya. Kantor akuntan
publik harus yakin bahwa arsip audit yang mendokumentasikan rencana audit,
akumulasi bukti audit dan kesimpulan dan masalah lain dalam audit telah ditelaah
dengan memadai. Saat risiko audit yang bisa diterima itu rendah, seringkali ada
ulasan oleh personil yang tidak ditugaskan ke perjanjian itu.
Baik risiko pengendalian maupun risiko inheren umumnya ditentukan bagi
setiap siklus, setiap akun dan seringkali pula bagi setiap tujuan audit, bukan bagi
keseluruhan penugasan audit. Pengendalian intern memiliki tingkat keefektifan
yang lebih tinggi untuk sejumlah akun yang terkait dengan saldo daripada atas
akun-akun yang terkait dengan aktiva tetap. Risiko pengendalianpun akan berbeda
bagi akun-akun yang berbeda pula tergantung pada tingkat efektivitas
pengendalian yang ada.
Beberapa auditor menggunakan tingkat risiko akseptibilitas audit yang sama
dengan tingkat akseptibilitas audit atas keseluruhan penugasan audit bagi setiap
segmen auditnya. Sejumlah auditor lain menggunakan tingkat risiko akseptibilitas
audit yang lebih tinggi bagi setiap segmen. Argumentasinya adalah adanya
pengaruh interaksi-interaksi dari beragam akun dan transaksi yang menyusun
laporan keuangan serta sinergi dari serangkaian uji-uji berganda. Dengan kata lain,
jika seluruh segmen audit dapat diselesaikan pada tingkat risiko akseptibilitas
audit tertentu,maka auditor dapat memiliki keyakinan bahwa risiko audit atas
keseluruhan laporan keuangan dapat ditetapkan pada tingkat yang lebih rendah.
Karena tingkat risiko pengendalian dan tingkat risiko inheren sangat
bervariasidari satu siklus ke siklus yang lain, adri satu akun ke akun yang lain,
atau dari satu tujuan ke tujuan yang lain, maka tingkat risiko deteksi terencana

12 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

serta jumlah bukti audit yang direncanakanpun menjadi bervariasi.


Pemakai yang dapat ditentukan sebelumnya
Risiko kecurangan bisa dinilai untuk seluruh audit atau persiklus, akun dan
tujuan. Umpamanya sebuah insentif kuat untuk manajemen agar memenuhi
harapan pendapatan yang cukup agresif bisa mempengaruhi audit sedangkan
kerentanan terhadap pencurian persediaan bisa mempengaruhi akun persediaan.
Baik untuk risiko kecurangan laporan keuangan dan risiko penyalahgunaan aktiva,
fokusnya berada pada area khusus dari mwningkatnya risiko kecurangan dan
merancang prosedur audit atau mengubah seluruh perilaku audit untuk merespon
risiko tersebut.
Mengaitkan Nilai Salah Saji yang masih dapat ditoleransi dan risiko-risiko
kepada Tujuan Audit yang Terkait dengan Saldo
Para auditor dapat mengasosiasikan sebagian besar risiko pada tujuan audit
yang berbeda dengan efektif. Contohnya, tingkat keusangan persediaan
kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi tujuan audit lainnya selain dari
tujuan audit atas nilai yang terealisasi.
Batasan-batasan pengukuran
Satu batasan utama dalam penerapan model risiko audit ini adalah
kesulitas pengukuran berbagai komponen model. Penilaian atas risiko
akseptibilitas audit, risiko inheren, dan risiko pengendalian, serta selanjutnya atas
risiko deteksi terencana sangatlah subyektif dan terdiri dari sejumlah perkiraan
terbaik. Untuk mengimbangi masalah pengukuran, sebagian besar
mempergunakan istilah-istilah pengukuran yang lebar dan subyektif, seperti
rendah, sedang dan tinggi. Tabel 9-6 menempilkan bagaimana cara para auditor
mempergunakan informasi yang diperoleehnya untuk memutuskan nilai bukti
audit yang dikumpulkan.
Tabel 9-6 Hubungan Risiko dengan Bukti Audit
Situasi Risiko Risiko Risiko Risiko Jumlah
akseptibilitas Inheren pengendalian Deteksi Bukti yang
audit Rencana Diperlukan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Dalam menerapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan


masalah overauditing dan underauditing, tetapi sebagian besar auditor lebih
memperhatikan masalah underauditing, karena dapat membawa kantor akuntan
publik pada kewajiban hukum serta kehilangan reputasi profesionalnya. Untuk
menghindarkannya para auaditor umumnya melakukan penialaian risiko secara
konservatif.
Hubungan antara risiko, materialitas, dan bukti audit
Konsep-konsep materialitas dan risiko dalam auditing sangat terkait erat dan tak
terpisahkan. Risiko merupakan suatu pengukuran atas ketidakpastian, sedangkan
materialitasadalah suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara
bersama-sama kedua hal tersebut mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai
pada suatu besaran tertentu.

Mengevaluasi hasil
Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan
bukti audit, hasil-hasil audit dapat dinyatakan dalam sejumlah istilah dari versi
evaluasi atas model risiko audit. Antara lain:
AcAR = IR x CR x AcDR
Dimana:
AcAR = Achieved audit Risk (risiko Audit yang tercapai)
IR = Inherent Risk (Risiko inheren)
CR = Control Risk (risiko Pengendalian)
AcDR = Achieved detectionrisk (risiko deteksi yang tercapai)

13 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

Formula tersebut menunjukan bahwa terdapat tiga cara utnuk mengurangi tingkat
risiko audit yang tercapai hingga mencapai suatu tingkat risiko yang dapat
diterima:
1. Mengurangi tingkat risiko inheren
2. Mengurangi tingkat risiko pengendalian
3. Mengurangi tingkat risiko deteksi yang tercapai dengan meningkatkan uji-uji
audit yang substantif
Penggabungan tiga jenis faktor ini yang dilakukan secara subyektif untuk
mencapai suatu tingkat risiko audit yang dapat diterima yang rendah
membutuhkan pertimbangan profesional yang matang.
Merevisi risiko-risiko dan bukti audit
Model risiko audit terutama merupakan sebuah model perencanaan dan
selanjutnya dapat dipergunakan secara terbatas dalam melakukan evaluasi atas
hasil-hasil audit. Perhatian harus diberikan dalam melakukan revisi atas faktor-
faktor risiko ini ketika hasil-hasil audit yang secara aktual diperoleh tidak sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya.
Pertimbangan yang sangat hati-hati harus dilalkukan oleh auditor pada saat
auditor membuat keputusan, dengan berdasarkan pada bukti audit yang
dikumpulkan, bahwa penilaian awal atas risiko pengendalian atau risiko inheren
telah diterapkan terlalu rendah atau risiko akseptibilitas audit telah ditetapkan
terlalu tinggi. Dalam situasi ini auditor harus melkukan dua pendekatan, antara
lain:
1. Auditor harus merevisi penilaian awal tentang risiko yang tepat.
2. Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut terhadap kebutuhan
akan bukti audit, tanpa menggunakan model risiko audit.

Diposkan oleh akuntansi_akuntansi di 23.38

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Beri komentar sebagai:

Publikasikan

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

14 of 15 12/3/2014 5:03 PM
akuntansia: Materialitas dan Risiko http://supriakuntansisy.blogspot.com/2011/05/materialitas-dan-risiko.html

Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

15 of 15 12/3/2014 5:03 PM

Anda mungkin juga menyukai