Ta 1411
Ta 1411
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAS IAI) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di bawah
pengawasannya.
Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan konvergen dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku efektif 1 Januari 2014.
DSAK IAI telah berhasil meminimalkan perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun di 1
januari 2012 menjadi satu tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan suatu bentuk komitmen
Indonesia melalui DSAK IAI dalam memainkan perannya selaku satu-satunya anggota G20
di kawasan Asia Tenggara.
Selain SAK yang berbasis IFRS, DSAK IAI telah menerbitkan PSAK dan ISAK yang
merupakan produk non-IFRS antara lain, seperti PSAK 28 dan PSAK 38, PSAK 45, ISAK 25
dan ISAK 31.
(cr: iaiglobal.or.id)
Perusahaan syariah atau yang memiliki unit syariah, sebelum tahun 2015, laporan
Keuangan dilaporkan dengan frasa sesuai dengan Standar Keuangan yang berlaku di
Indonesia. Sedangkan standar akuntansi syariah baru diatur mulai tahun 2015, yang
berarti, sebelum tahun 2015, penyusunan Laporan Keuangan Unit Syariah bekum ada
standarnya, karena SAK yang berlaku saat itu tidak sesuai untuk konteks unit Syariah
(Konteks Bunga Efektif) sehingga bisa dikatakan bahwa laporan keuangan yang
disusun tidak wajar.
Implikasinya, IFRS memang lebih fleksibel dan memberikan keleluasaan yang lebih besar
terhadap akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment).
Implikasi inilah yang dijadikan alasan, IFRS justru akan mempersulit komparabilitas laporan
keuangan dan menyuburkan manipulasi laporan keuangan. Bandingkan misalnya dengan US
GAAP yang sangat ketat. Pertimbangan profesional telah tereduksi menjadi pohon keputusan
(decision tree), dalam kondisi apa harus melakukan apa.
Jadi kesimpulan baik atau buruknya penerapan IFRS yang berbasis prinsip silahkan anda
simpulkan sendiri, tapi yang perlu menjadi perhatian anda sekarang bukan lagi mengenai baik
buruknya atau suka tidak sukanya terhadap IFRS karena tahun 2012 ini Indonesia telah resmi
menerapkan IFRS dan sudah seharusnyalah anda mempersiapkan diri anda sebagai calon
akuntan untuk memahami IFRS yang berbasis pirnsip. Baik kalangan mahasiswa, praktisi
maupun akademisi di bidang akuntansi untuk sungguh-sungguh menguasai prinsip-prinsip
akuntansi untuk dapat bersaing apabila masih ingin bersaing. (Qiem)
Garis Besar Haluan Standar Akuntansi (GBHSA) terbesar antara lain adalah penyusunan
standar akan standar berbasis aturan (Rule based) atau standar berbasis prinsip (Principle
based). Perdebatan mengenai principal based dan rules based telah berlangsung selama lebih
dari satu decade. Proses konvergensi IASB dengan FASB terus berjalan untuk
menghilangkan perbedaan mendasar dari dua standar akuntansi dunia tersebut.
Hasil penelitiannya Lev (1988) yang menjelaskan bahwa pengukuran yang dapat diamati dari
likuiditas pasar digunakan untuk mengidentifikasi level asimetri dalam menghadapi
partisipan di pasar modal. Lev menyatakan bahwa pengungkapan yang penuh (full
disclosure) seharusnya mengurangi ketidakadilan diantara para investor karena adanya
penurunan asimetri informasi melaiui akses yang sama terhadap informasi. Disini dapat
dilihat bahwa masih banyak perdebatan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap
disclosure laporan keuangan.
Disclore sangat penting dalam laporan keuangan, apalagi sekarang dengan mulai
diterapkannya IFRS, disclosure merupakan hal yang begitu banyak dibahas didalamnya.
Dalam peraturan International Accounting Standar (IAS) disebutkan bahwa pengungkapan
(disclosure), merupakan syarat mutlak bagi panyajian informasi yang diperlukan untuk
berlangsungnya pasar modal yang efisien secara optimal. Penelitian Bank Dunia baru-baru ini
menunjukkan bahwa salah satu faktor terjadinya krisis di kawasan Asia belakangan ini adalah
karena kurangnya keterbukaan dan transparansi atas Laporan Keuangan Emiten.
Pihak yang tidak menginginkan regulasi menggunakan teori agensi untuk mempertanyakan
mengapa harus ada insentif untuk pembuatan laporan yang andal dan sukarela bagi pemilik.
Untuk menyelesaikan konflik antara pemilik dan manajemen, laporan keuangan digunakan
untuk memonitor hubungan kerja, untuk menilai dan menentukan kompensasi manajer.
Perusahaan dituntut untuk menyajikan laporan secara sukarela dan pengguna informasi dapat
memaksa pihak-pihak terkait untuk menyajikan informasi tersebut.
Pihak yang menginginkan regulasi menggunakan argumentasi kepentingan umum. Pada
dasarnya kegagalan pasar maupun kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial memaksa adanya
regulasi akuntansi.
Kegagalan pasar sebagai isu alokasi yang belum optimal dapat disebabkan oleh:
Kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial yang memuaskan juga mendukung perlunya
regulasi akuntansi. Tujuan ini mencakup kewajaran laporan, informasi yang disajikan
secara seimbang (information symmetry) dan perlindungan investor.
Pendekatan pasar bebas dalam menghasilkan standar akuntansi dimulai dari asumsi dasar
bahwa informasi akuntansi merupakan sebuah produk yang bersifat ekonomis, sama seperti
barang atau jasa lainnya. Atas dasar tersebut informasi akuntansi merupakan subjek kekuatan
permintaan dari para pengguna dan disediakan oleh para penyaji. Hasilnya adalah sejumlah
pengungkapan informasi yang optimal pada tingkat harga yang optimal pula. Kapan suatu
informasi diperlukan dan sejumlah harga tertentu ditawarkan untuk itu, pasar akan
menyediakan informasi asalkan harga yang ditawarkan melebihi biaya informasi tersebut.
Pendukung pendekatan regulator (baik swasta maupun publik) menyatakan bahwa ada
kegagalan pasar baik secara eksplisit maupun implisit dalam pasar informasi swasta.
Kegagalan pasar eksplisit terjadi pada informasi akuntansi saat kuantitas dan kualitas
dari barang yang disajikan berbeda dengan biaya dan manfaat yang diperoleh dari
barang tersebut. Kegagalan pasar terjadi dalam pasar khusus informasi akuntansi,
dengan asumsi kuantitas dan kualitas informasi akuntansi berbeda dari manfaat sosial
maksimum yang dapat diperoleh.
Informasi akuntansi dipandang sebagai barang umum dan terkait dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan pihak yang terlibat dalam penjualan (non-
purchaser/ free rider).
Teori kegagalan pasar implisit menekankan pada satu atau lebih kondisi berikut
sehingga terdapat gangguan dalam pasar informasi akuntansi.
Teori kegagalan pasar mengandung kesalahan yang fatal. Keluaran yang diperoleh teori
tersebut diidentifikasi sebagai optimal hanya sekedar istilah dan istilah ini dapat
diidentifikasikan sendiri-sendiri oleh ketentuan setiap lembaga yang menghasilkan keluaran
tersebut.
Kripke mengajukan dua kemungkinan yang akan terjadi dengan tidak adanya regulasi yang
diinginkan:
Para pendukung dewan tetap mempertahankan bahwa pertimbangan yang mendalam akan
memungkinkan FASB memperbaiki akibat yang tidak diinginkan dari suatu pernyataan. Hal
ini menimbulkan persoalan tambahan, karena standar yang ditawarkan akan memiliki
kesempatan yang kecil untuk diterapkan apabila secara umum tidak memperoleh dukungan.
IASB vs FASB: Apa Perbedaannya?
Kategori: standar akuntansi global
SEC diharapkan dapat menerbitkan rekomendasi sebelum akhir tahun yang kemungkinan
memerlukan perusahaan publik untuk mengadopsi standar akuntansi internasional yang
diterbitkan oleh International Accounting Standards Board (IASB). Jika hal ini terjadi, hal
tersebut menjadi tidak jelas bagaimana IASB dan Financial Accounting Standards Board
(FASB) akan bekerja sama untuk mendukung dan menerbitkan standar akuntansi
internasional di masa mendatang. Dalam pidatonya baru-baru, FASB chair Leslie F. Seidman
menyatakan bahwa FASB harus terus memiliki peran yang kuat dalam mempengaruhi apa
yang terjadi di dalam agenda internasional, proses dimana masalah ini dianalisis, tingkat
pembinaan pelaksanaan tersedia, dan penjangkauan yang dilakukan di Amerika Serikat. ,
Meskipun IASB dan FASB mirip, baik dalam hal membangun dan meningkatkan standar
akuntansi keuangan dan pelaporan masih terdapat beberapa perbedaan.
FASB merupakan bagian dari Financial Accounting Foundation (FAF), yang diawasi oleh
dewan pengawas, dan independen dari semua bisnis dan organisasi profesional. Hal ini
didanai oleh biaya yang dibayarkan oleh emiten. IASB diawasi oleh pengawas juga, tetapi
bertanggung jawab kepada Dewan Pengawasan dari otoritas pasar modal. Hal ini juga didanai
oleh pelaku pasar, tetapi didanai oleh pihak regulator yang berwenang juga.
FASB saat ini memiliki tujuh anggota dewan yang ditunjuk oleh dewan pengawas FAF, dan
masing-masing dapat melayani dari dua sampai dengan lima tahun. IASB saat ini memiliki
15 anggota yang ditunjuk oleh pengawas melalui proses yang terbuka dan ketat yang
mencakup lowongan iklan dan konsultasi organisasi terkait.
Perbedaan Terbesar: Pasca-pelaksanaan
Mungkin perbedaan yang paling jelas antara kedua organisasi terletak di area pasca-
penerapan standar. FASB tidak memiliki proses formal untuk meninjau efek dari standar
akuntansi yang baru diterbitkan. Isu pasca-pelaksanaan dapat ditangani melalui tindakan SEC
(Staf Accounting Bulletin) atau American Institute of Certified Public Accountants action
(EITF), yang dapat mengakibatkan update ke Code. IASB, di sisi lain, memiliki formal, dua
tahun kajian pasca implementasi pada semua standar yang diterbitkan.
Terakhir, anggaran operasional pada tahun 2011 untuk dua organisasi ini sangat berbeda.
Untuk FASB, anggaran sebesar $ 53.300.000 USD. Untuk IASB, anggarannya sebesar 20,1
juta (sekitar $ 31.400.000). Jumlah ini kongruen mengingat ukuran relatif dari masing-masing
dewan organisasi.
Apa artinya semua ini?
Kami tidak benar-benar tahu bagaimana pergerakan standar internasional, dengan
pengawasan petugas IASB, akan mempengaruhi perusahaan publik AS. IASB memang
memiliki tujuan yang sama dengan FASB, tapi saya akan perhatikan IASB memiliki struktur
yang lebih ketika mengevaluasi pernyataan akuntansi baru. Saya pikir struktur tambahan ini
adalah sesuatu yang akan disambut oleh perusahaan publik. Hal ini juga menunjukkan bahwa
IASB mampu beroperasi secara efisien.