Anda di halaman 1dari 3

Dalam hukum tata pemerintahan pelimpahan wewenang ada 2 (dua) yakni :

1. Mandat, pemberi mandat dinamakan mandans, penerimanya dinamakan mandataris.


Dalam mandat hanya sebagian wewenang yang dilimpahkan dan yang terpenting
adalah tanggung jawab/pertanggungjawaban tetap pada sipemilik wewenang. Dalam
HTP jika mandat digugat, yang digugat ialah pemberi mandat dan penerima mandat.
Contoh : Dosen pengampu memberi mandat pada asistennya untuk mengadakan ujian,
tetap yang berwenang memberi nilai tetap dosen bukan asistennya.
2. Delegasi, pemberi delegasi namanya delegans, penerimanya dinamakan delegatoris.
Dalam delegasi semua wewenang beralih pada sipenerima delegasi termasuk
pertanggungjawaban. Dalam HTP jika delegasi digugat makahanya satu yakni
sipenerima delegasi. Untuk memperjelas delegasi Ten Berge, menyatakan bahwa
syarat-syarat delegasi antara lain : a). Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak
dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu, b). Delegasi
harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi hanya
dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan.
3). Delgasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki kepegawaian
tidak diperkenankannya adanya delegasi. 4). Kewajiban memebri keterangan
(penjelasan), artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang
pelaksanaan wewenang tersebut. 5). Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya
delegans memberikan instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.

Contoh : ketika Bupati mengadakan Haji/umroh, mendeelgasikan wakil bupati untuk


melaksanakan semua kewenangan yang dimiliki Bupati.

Delegasi
Delegasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ
pemerintah kepada organ pemerintahan lainnya. Dalam konteks pela-yanan
kesehatan wewenang melakukan tugas medis, dari dokter dilimpahkan kepada
perawat. Pemberi wewenang disebut delegans. Penerima wewenang disebut
delegataris.

Dalam ilmu Hukum, ditentukan syarat-syarat delegasi adalah:


a. harus definitive, artinya delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri yang telah
dilimpahkan itu
b. harus berdasarkan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi hanya mungkin
kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundangan,
c. delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan kepegawaian tidak
diperlukan adanya delegasi.
d. Kewajiban memberikan penjelasan/keterangan, artinya delegans berwe-nang untuk
meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
e. Peraturan kebijaksanaan (beleidsregel), artinya delegans memberi
instruksi/petunjuk tentang penggunaan wewenang.

3. Mandat
Mandat merupakan pelimpahan wewenang kepada bawahan. Mandat terjadi ketika
pemilik wewenang, baik berdasar atribusi maupun delegasi, mengizinkan
wewenangnya dijalankan oleh orang/petugas lain. Hal ini tidak perlu diatur dengan
ketentuan peraturan perundangan yang melandasinya, karena mandat merupakan
hal rutin dalam hubungan intern-hierarkis.
Penggunaan wewenang tunduk kepada norma hukum baik tertulis maupun tidak
tertulis.

Berkait dengan pemberian layanan medis dalam upaya pelayanan kesehatan,


dengan mengacu pada standar umum wewenang (pemerintahan) yang menyangkut
penggunaan wewenang pemerintahan, setidaknya :
1. penggunaan wewenang berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
2. penggunaan wewenang tidak boleh merugikan pihak/orang lain (pasal 1365 BW:
Tiap perbuatan melanggar hukum membawa ke-rugian kepada seorang lain
mewajibkan orang tersebut karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut. Pasal ini menentukan kewajiban ganti rugi atas perbuatan
melanggar hukum.
Pelaksanaan tugas medis oleh Perawat dalam Pelayanan Kesehatan
Dalam upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat, baik di rumah
sakit, di sarana pelayanan kesehatan lain seperti PKM atau PKM Pembantu,
maupun praktek pelayanan kesehatan di rumah, lazim dijumpai dilakukannya
tindakan medis oleh perawat. Secara normative, tindakan medis merupakan
wewenang dokter. Secara empiris, perawat sebagai tenaga keperawatan juga
melakukannya. Pada tiga model pelayanan yang berbeda, RS, PKM dan Praktek
Mandiri, tindakan medis oleh perawat juga mengandung aspek hukum yang
berbeda.

Mengacu pada paparan di atas (teori wewenang dalam ilmu hukum), tindakan medis
oleh perawat pada pelayanan kesehatan di rumah sakit bukanlah termasuk dalam
wewenang yang diperoleh karena delegasi, (sehingga disebut delegasi wewenang),
karena pertama, apabila perawat melakukan tindakan medis persis seperti yang
dikehendaki dokter, maka segala atas segala akibat merugikan yang kemudian
muncul perawat dapat tidak memikul beban tanggung jawab dan tanggung gugat,
(karena) kedua perawat, dewasa ini sedang memperjuangkan posisinya sebagai
tenaga profesi.

Perawat dalam menjalankan tugasnya dalam menerima wewenang sebagaimana yang


dimaksud dalam UU Keperawatan hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis
kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya. Wewenang yang diberikan terbagi menjadi dua yakni tugas yang diberikan
secara delegasi dan atau yang diberikan secara mandat.

Dalam UU No. 38 tahun 2014 secara jelas dijelaskan yang mana tindakan keperawatan
delegasi dan tindakan keperawatan mandat.

Pasal 32 ayat (3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tanaga medis (dokter) kepada perawat dengan disertai
PELIMPAHAN TANGGUNG JAWAB. TINDAKAN HANYA DAPAT DIBERIKAN
PADA PERAWAT PROFESI/VOKASI TERLATIH SESUAI KOMPETENSI YANG
DIBUTUHKAN. Ini berarti tanggung jawab ada pada PERAWAT YANG MELAKUKAN
TINDAKAN MEDIS. Dalam penjelasan UU No. 38 tahun 2014 pasal 32 ayat (4) dijelaskan
bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antra lain menyuntik,
memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah.

Pasal 32 ayat (5) pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis
(dokter) kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis DIBAWAH
PENGAWASAN.
tanggung jawab berada pada pemberi mandat. Tindakan medis yang dapat dilimpahkan
secara mandat, antara lain adalah pemberian terapi parenteral dan penjahitan luka.

Jadi perawat harus mengerti dan sadar mana tindakan medis secara delegatif dan mana
tindakan medis yang diberikan secara mandat. Ketentuan tugas perawat delegasi dan mandat
akan diatur lebih lanjut pada peraturan menteri kesehatan (belum diterbitkan). < Beranda

Referensi:

UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

Keterbatasan tenaga medis (dokter) menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan
tindakan pengobatan atau melakukan tindakan medis yang bukan wewenangnya. Tindakan tersebut
dilakukan dengan atau tanpa adanya pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain termasuk
dokter, sehingga dapat menimbulkan permasalahan hukum terkait dengan tanggung jawab yang
dibebankan sepihak dan bisa merugikan perawat. Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan mengenal adanya pelimpahan wewenang, yang biasa dikenal dengan delegasi
wewenang. Praktik pelimpahan wewenang (delegasi wewenang) tersebut melibatkan komunitas
perawat, yang terjadi baik pada pelayanan keperawatan maupun praktik pelayanan kesehatan.
Delegasi wewenang tersebut dipahami sebagai pelimpahan dari dokter kepada perawat untuk
melaksanakan tugas medis tertentu.

Anda mungkin juga menyukai