Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan


tersebut merupakan suatu fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita.
Beberapa ibu hamil tersebut bisa melewatinya dengan ceria hingga
melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami masalah kesehatan
dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada kehamilan
salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan (Yohanna, Yovita, &
Yessica, 2011).

Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah satunya diakibatkan oleh


perubahan pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah yang terjadi
sebelum kehamilan, komplikasi selama masa kehamilan atau pada awal pasca
partum. Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac
afterload dan penurunan cardiac preload, sedangkan pada pembuluh darah
terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik dan dan kerusakan pada
pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol


diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan
sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15
mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan,
minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Hipertensi dalam
kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu
dari dua penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin
(Prawirohardjo, 2013).

Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah kematian ibu


dan anak setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan menurun
dari 532.000 pada tahun 1990 menjadi 303.000 pada tahun 2015, dan ini
terjadi hampir di 99% negara berkembang. Penyebab utama kematian ibu

1
adalah akibat komplikasi dari kehamilan atau melahirkan. komplikasi tersebut
salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan yang telah menyumbangkan
14% penyebab kematian maternal di dunia (UNICEF, 2015).

Kematian ibu di Indonesia yang disebabkan oleh hipertensi mulai dari


tahun 2010 sampai 2013 terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 angka
kematian ibu mencapai 21,5 %, tahun 2011 (24,7%), tahun 2012 (26,9%),
sedangkan pada tahun 2013 mencapai 27,1% (Kemenkes RI, 2015). Laporan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 menunjukkan jumlah
AKI yang tercatat sebanyak 110 kasus. Salah satu penyebab kematian ibu
tersebut adalah hipertensi dalam kehamilan yang menyumbangkan 14
kasus.Tahun 2016 terjadi penurunan AKI menjadi 106 kasus, dan hipertensi
dalam kehamilan menyumbangkan 20 kasus penyebab AKI tersebut.

Mitayani (2011), mengungkapkan beberapa faktor resiko untuk


terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya kehamilan anak pertama,
kelompok sosial ekonomi rendah, penyakit ginjal kronis, Diabetes Melitus,
riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya, dan yang lainnya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan


adanya penyakit hipertensi dalam kehamilan dengan melakukan deteksi dini
pada wanita yang diketahui memiliki faktor risiko tersebut.Cara ini
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi masalah kesehatan yang
dialami ibu hamil dengan hipertensi tersebut (Reeder dkk, 2011).

Masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan


hipertensi adalah nyeri, perubahan perfusi jaringan, risiko cedera, kelebihan
volume cairan dan lain-lain. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu
hamil yang menunjukkan gejala awal hipertensi adalah pemantauan nadi dan
tekanan darah, berkolaborasi dalam memberikan obat anti hipertensi,
menganjurkan ibu melakukan tirah baring dengan posisi miring kiri(Mitayani,
2011).

Perencanaan yang dilakukan merupakan salah satu cara untuk


mencegah terjadinya dampak hipertensi dalam kehamilan. Dampak yang

2
mungkin terjadi diantaranya adalah terjadinya eklampsia, pre
eklampsiasolusio plasenta, terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus dan
kelahiran prematur (Mitayani, 2011).

Perawat sebagai tenaga profesional mempunyai beberapa peran dan


fungsi. Salah satu fungsi utama perawat adalah meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, serta memelihara kesehatan melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab perawat (Asmadi, 2008).

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari hipertensi dalam kehamilan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi penyakit hipertensi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit hipertensi dalam
kehamilan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis hipertensi dalam
kehamilan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi hipertensi dalam kehamilan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi hipertensi.
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi dalam
kehamilan.
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan.
9. Mahasiswa dapat mengetahui pathway hipertensi dalam kehamilan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN HIPERTENSI

Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat


kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih
setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif,
tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik
30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Junaidi,
2010).

Penyakit hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler


yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada
permulaan nifas. (Sastrawinata.S, 1984 : 90)

Hypertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi


yang telah terjadi sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hypertensi yang menetap 6 minggu paska
persalinan, apapun yang menjadi sebabnya. (Winardi. B,1991 : 2)

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan


dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg
atau adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang
mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder
dkk, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik


140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2
kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan kenaikan
tekanan darah diastolik 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).

4
B. KLASIFIKASI HIPERTENSI

Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The National


High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy (NHBPEP) memberikan suatu klasifikasi untuk
mendiagnosa jenis hipertensi dalam kehamilan, (NHBPEP, 2000) yaitu :

1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan


20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai
dengan kejang-kejang dan/atau koma.

3. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon


chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda- tanda
preeklampsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.

4. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa


disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kematian dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi
tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2013).

C. ETIOLOGI HIPERTENSI

Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam


kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko
yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor
risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut :

1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.

5
3. Umur
4. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
5. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas
7. Gaya hidup

D. MANIFESTASI KLINIS HIPERTENSI

Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi


dalam kehamilan adalah sebagai berikut :

Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi.

1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
2. Mengalami hipertensi diberbagai level.
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia
mungkin akan terjadi.
5. Berpotensi gagal hati.
6. kemungkinan akan mengalami nyeri epigastrik
7. meningkatnya enzim hati.
8. jumlah trombosit menurun.

Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia

1. Volume plasma

Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan bermakna


guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Sebaliknya pada
preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 30-40% dibanding
hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan
vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi.

6
2. Hipertensi

Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis


hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi
perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah
jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada preeklampsia terjadi pada
umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada
trimester II.

3. Fungsi ginjal
a. Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
1) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia, sehingga
terjadi oliguria, bahkan anuria
2) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan terjadinya proteinuria.
3) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian
besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi
nekrosis korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
4) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasopasme
pembuluh darah.
b. Proteinuria

Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi


proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah
lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat dilakukan dengan urin
dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa dua kali
urin acak selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria
dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria 300 mg/
24 jam.

c. Asam urat serum

7
Umumnya meningkat 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh
hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi aliran
darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat
terjadi karena iskemia jaringan.

d. Kreatinin

Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini


disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun,
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya
sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma.

e. Oliguria dan anuria

Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke


ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria),
bahkan dapat terjadi anuria.

4. Elektrolit

Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya
dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal,
kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau
pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti diuretik. Preeklampsia berat
yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
asam basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan
kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.

5. Viskositas darah

Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:


fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah meningkat,
mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran
darah ke organ.

6. Hematokrit

8
Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi karena
hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.

7. Edema

Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler.


Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka, dan
tangan atau edema generalista, dan biasanya disertai dengan kenaikan
berat badan yang cepat.

8. Neurologik

Perubahan dapat berupa :

a. Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan


vasogenik edema.
b. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan
visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retina.
c. Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Faktor-
faktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema serebri,
vasopasme serebri, dan iskemia serebri.
d. Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan eklampsia.
(Prawirohardjo, 2013).

E. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri
radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan
artrei basalis memberi cabang arteri spiralis. Kehamilan normal akan terjadi
invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi
trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan

9
matriks menjadi gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi
dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah
utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya
arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan
remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan


yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan
oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil
tersebut akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel.
Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran
darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar
terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang
kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya
seluruh struktur sel endotel.

Hla-g (human leukocyte antigen protein g) merupakan prakondisi untuk


terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk
menghadapi sel natular killer. Hla-g tersebut akan mengalami penurunan jika
terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan invasi desidua ke
trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang

10
mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai
proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada normotensif.

Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akan hilang jika terjadi hipertensi
dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap
bahan vasopresor.

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara


familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada
ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan
mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu
mengalami preeklampsia.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan


dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu yang
kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-lain.

Lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan


utama terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris
trofoblas dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan
nekrotik trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai
bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses
apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga
terjadi peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas.
Makin banyak sel trofoblas plasenta maka reaksi stress oksidatif makin
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat.
Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi
jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal
(prawirohardjo, 2013).

Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi


karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan kerusakan
pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam

11
kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segmen yang menyempit
dan melebar yang berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut merusak
pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan penyempitan
pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila terjadi
kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan hasil
darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan
akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai edema (reeder, 2011).

Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama


kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung
pembuluh-pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan
konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan- perubahan
histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular
menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab
hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu, angiotensin II
menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini mungkin
menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel
endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit
dan fibrinogen, mengendap di sub endotel. Perubahan-perubahan vaskular ini,
bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan
perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai
dalam hipertensi yang berat.

F. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat


dilakukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk
menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi
miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan

12
darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan
plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan
darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan
produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala
kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa
berkurang dan mata makin kabur.
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah
baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk
menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik,
pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
3. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi
menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan
kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan
oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013), beberapa
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah
baring.
2. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkan untuk melakukan
5. pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama trimester
ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan
pertama trimester ketiga, dan kemudian menjadi sekali seminggu pada
bulan terakhir kehamilan.

13
6. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan
USG.
7. Pembatasan aktivitas fisik.
8. Tatalaksana hipertensi pada kehamilan dilakukan dengan terapi
farmakologi bila terdapat tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan
tekanan darah diastoliknya melebihi 100-105 mmHg. Tujuan terapi
farmakologi adalah untuk menurunkan tekanan darah sistolik menjadi di
bawah 160 mmHg dan diastolik di bawah 100 mmHg. Akan tetapi bila
sudah ada kerusakan organ akibat hipertensi sebelumnya, maka terapi
farmakologi dimulai bila tekanan darahnya melebihi 139/89 mmHg
dengan target penurunan tekanan darah agar bawah 140/90 mmHg.

Pedoman yang berbasis bukti (evidence-based) dari American Association


of Clinical Endocrinologists menyarankan penggunaan metildopa atau
nifedipin long acting sebagai obat antihipertensi pada kehamilan.
Walaupun aman, namun metildopa memiliki khasiat antihipertensi yang
sedang dengan onset kerja yang lama. Labetalol memiliki onset kerja lebih
cepat daripada metildopa, serta direkomendasikan sebagai terapi lini
pertama. Selain labetalol, golongan obat antihipertensi lainnya dari
kelompok beta blocker seperti metoprolol dan nadolol juga dapat
digunakan untuk tatalaksana hipertensi pada kehamilan yang disertai
dengan penyakit jantung. Magnesium sulfat dapat ditambahkan ke dalam
regimen terapi pada wanita hamil dengan preeklamsia bila terdapat risiko
tinggi terjadinya bangkitan.

Obat antihipertensi yang harus dihindari pada kehamilan adalah obat


antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya captopril, lisinopril). Hal
ini disebabkan karena terdapatnya risiko kerusakan atau kematian janin
bila digunakan pada trimester kedua atau ketiga. Selain itu, penggunaan
ACE inhibitor pada trimester pertama akan meningkatkan risiko
malformasi sistem saraf pusat dan kardiovaskuler pada janin.

Golongan obat antihipertensi angiotensin receptor blocker (ARB), seperti


valsartan, irbesartan, candesartan, dan losartan juga tidak disarankan untuk

14
digunakan pada kehamilan karena mekanisme kerjanya hampir sama
dengan ACE inhibitor. Sementara itu obat antihipertensi golongan
diuretika seperti HCT tidak menyebabkan malformasi janin akan tetapi
dapat menghalangi ekspansi volume fisiologis normal sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan pada kehamilan.

G. WOC HIPERTENSI

15
16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN HIPERTENSI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Px

Nama klien : Ny.Gita


Tanggal pengkajian : 21 oktober 2016

Inisial klien : NY . G
Alamat : JL. SAMRATULANGI NO.15
Umur : 37 thn
Pendidikan : SMA sederajat
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Diagnosa medis : hipertensi pada kehamilan
Nama penanggung jawab : Bpk . Y
Alamat penanggung jawab : JL. SAMRATULANGI NO. 15
Umur : 42 thn
Pendidikan : SMA sederajat
Pekerjaan : pegawai BUMN
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia

2. Keluhan utama

Px mengatakan sakit kepala dibagian kuduk bahkan mata dapat berkunang-


kunang, pandangan kabur, nyeri ulu hati.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

17
Pada tanggal 19 Oktober 2017 jam 11.00 WIB klien hamil sedang
beraktivitas seperti biasa, beberapa saat kemudian klien merasakan sakit
kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian sakit kepala
yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan menggunakan air
dingin. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 2017 jam 08.30 WIB oleh
keluarga klien dibawa ke UGD YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang
melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00 WIB keluarga klien
mengatakan pada malam harinya klien tidak bisa tidur karena sakit kepala
yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat
klien agak terbatas memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu
sebagian oleh keluarga.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hipertensi. Klien rutin


mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur
tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit
tekanan darahnya 170/100 mmHg. Sebelum sakit biasanya tekanan darah
klien 150/90 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola
makan yang tidak teratur.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien mengatakan di keluarga hanya klien yang mempunyai
riwayat hipertensi, dan di keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit
kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan lain-lain.

6. Riwayat maternal

Px mengatakan bahwa kehamilannya merupakan kehamilan yg pertama

7. Pemeriksaan Fisik

B1 (Breathing)

18
Pernafasan pasien tidak sesak nafas setelah aktifitas, batuk tanpa sputum,
tidak ada riwayat merokok, tidak menggunakan obat bantu pernafasan, tidak
ada bunyi nafas tambahan, tidak sianosis.

B2 (Blood)

Adanya peningkatan afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat


perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi.
Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Terdapat
trombositopenia dan adanya riwayat hipertensi.

B3 (Brain)

Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI.


Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG
juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang
dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu. Adanya integritas ego
meliputi cemas, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala
pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu
sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis,
kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.

B4 (Bladder)

Todak ada riwayat penyakit ginjal, diabetes dll. Pada glomerulopati terdapat
peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat
molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan
pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler
glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati
dalam serum.

B5 (Bowel)

19
Terdapat makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam,
protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan,
adanya edema.

B6 (Bone)

Terdapat nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,


sakit kepala berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati.

8. Analisa Data
NO. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Adaptasi Peningkatan TD
Keluarga klien kardiovaskuler
mengatakan klien
mempunyai riwayat
hipertensi
Penurunan fungsi
DO: plasenta
TD klien meningkat
yaitu = 170/100
mmHg (waktu hamil)
Menghasilkan oksidan
TD sebelum hamil dan beredar dalam
(150/90 mmHg) aliran darah

Merusak membran
endotel

Disfungsi sel endotel

Vasokonstriksi
pembuluh darah arteri

2. DS: Perpindahan cairan Nyeri


Keluarga klien intravaskuler ke
mengatakan klien ekstravaskuler
merasa sakit kepala
yang sangat hebat
Edema serebral &

20
iritasi SSP
DO:

Klien meringis
sampai menangis Suplai O2 ke otak
menahan sakit
kepala yang
dirasakan
Sakit kepala
Gelisah
Sulit tidur
Nadi meningkat :
110x/mnt
TD: 170/100 mmHg
ADL klien sedikit
terhambat
3. DS: Peningkatan tekanan Gangguan Pola
Keluarga klien vaskular serebral
Istirahat
mengatakan klien tidak
dapat tidur semalaman
dan terus merasakan
Saraf simpatis
sakit kepala nya.

DO:
TD: 170/100 mmHg Tidak mampu
Mata klien tampak mengatasi nyeri akut
cekung
Klien tampak
menguap

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan TD berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah arteri.
2. Nyeri berhubungan dengan suplai O2 ke otak menurun.
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi
nyeri.

C. INTERVENSI
NO. Dx Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan TD Setelah a. Pantau TD px a. Mengetahui
dilakukan adanya tanda
berhubungan b. Amati warna kulit,
tindakan gejala
kelembaban , suhu.
dengan keperawatan penyakit
selama 124 b. Adanya

21
penurunan curah jam TD klien pucat,
dapat dingin, kulit
jantung
kembali lembab, dan
normal masa
dengan pengisian
kriteria hasil : kapiler
lambat
Berpartisi- mungkin
pasi dalam berkaitan
aktivitas dengan
yang vasokontriks
menurunka i atau
n TD/beban mencermink
kerja an
jantung deskompens
Keluarga asi /
klien penurunan
mengatakan CO.
sakit kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang
2. Nyeri/sakit Setelah a. Mempertahankan tirah a. Tindakan
kepala dilakukan baring selama fase akut yang
berhubungan tindakan b. Berikan tindakan menurunkan
dengan keperawatan nonfarmakologis untuk tekanan
peningkatan selama 124 menghilangkan sakit vascular
vascular serebral jam dengan kepala, mis. Kompres serebral dan
criteria: dingin pada dahi pijat yang
punggung bdan leher, memperlamb
Klien dapat redupkan lampu kamar, at/ memblok
kembali teknik relaksasi, dan respon
beraktifitas aktivitas di waktu simpatis
dengan senggang efektif dalam
normal c. Kolaborasi dalam menghilangk
Keluarga pemberian analgesic an sakit
klien d. Meminimalkan kepala dan
mengatakan stimulasi/meningakatka komplikasi-
sakit kepala n relaksasi nya.
yang b. Menurunkan
dirasakan / mengontrol
klien nyeri dan
berkurang. menurunkan
rangsang
system saraf
simpatis

22
3. Insomnia Setelah a. Batasi jumlah
berhubungan dilakukan pengunjung dan
dengan tindakan lamanya tinggal
ketidakmampuan keperawatan b. Kolaborasi dalam
mengatasi nyeri selam 124 pemberian antihistamin
jam, dengan c. Anjurkan px
criteria: mengkonsumsi
minuman hangat
Tidak
mengalami
lagi
gangguan
pola
aktifitas
Keluarga
klien
mengatakan
klien tidak
terbangun
lagi pada
malam hari.

D. IMPLEMENTASI
NO. Hari/Tgl/Jam DX Implementasi Paraf
1. 21 oktober 1 a. Memantau TD Px
b. Mengamati Warna Kulit,
2017
Kelembaban , Suhu.
09.00

2. 21 oktober 2 a. Mempertahankan tirah


baring selama fase akut
2017
b. Memberikan tindakan
09.00 nonfarmakologis untuk
menghilangkan sakit kepala,
mis. Kompres dingin pada
dahi pijat punggung bdan
leher, redupkan lampu
kamar, teknik relaksasi, dan
aktivitas di waktu senggang

23
c. Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic
d. Meminimalkan
stimulasi/meningakatkan
relaksasi

3. 21 oktober 3 a. Membatasi jumlah


pengunjung dan lamanya
2017
tinggal
09.00 b. Berkolaborasi dalam
pemberian antihistamin
c. Menganjurkan px
mengkonsumsi minuman
hangat

E. EVALUASI

NAMA :
TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN UMUR :
NO .R M :
HARI NO. DX TINDAKAN EVALUASI PARAF
/TANGGAL/T KEPERAWATAN
AHUN
22 oktober 1 Memonitor tekanan S :
2017 darah, suhu, respirasi, 1. Pasien
mengatakan
10.00 dan nadi. pusing
Memeriksa berkurang
2. Pasien
kelembaban mengatakan rasa
kulit,warna kulit, dan nyeri berkurang
O:
suhu
1. Pasien tidak
gelisah
2. TD : 140/100
mmHg
Suhu : 37.2
Nadi : 97
x/menit
Respirasi : 22
x/menit
A : masalah teratasi.

24
P : tetap pantau TTV .

22 oktober 2 Mempertahankan S:
tirah baring selama
2017 Pasien
fase akut
mengatakan
10.00 Memberikan tindakan lebih rileks
nonfarmakologis
Pasien
untuk menghilangkan
mengatakan
sakit kepala, mis.
nyeri berkurang
Kompres dingin pada
O:
dahi pijat punggung
bdan leher, redupkan Pasien
lampu kamar, teknik diberikan obat
relaksasi, dan analgesik
aktivitas di waktu Pasien rileks
senggang
A : masalah teratasi
Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic P : tetap pertahankan
Meminimalkan
kenyaman pasien
stimulasi/meningakat
kan relaksasi

22 oktober 3 Membatasi jumlah S:


pengunjung dan Pasien
2017
lamanya tinggal mengatakan
10.00 Berkolaborasi dalam pengunjung
pemberian datang terlalu
antihistamin lama dan
Menganjurkan px mengganggu
mengkonsumsi istirahat
minuman hangat O:
Pasien
diberikan obat
antihistamin
Pasien
dianjurkan
minum air
hangat
Keluarga px
membatasi
waktu
pengunjung
A : masalah teratasi
P : pantau kebutuhan
istirahat dan tidur
pasien.

25
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah satunya diakibatkan oleh


perubahan pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah yang terjadi
sebelum kehamilan, komplikasi selama masa kehamilan atau pada awal pasca
partum. Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac
afterload dan penurunan cardiac preload, sedangkan pada pembuluh darah
terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik dan dan kerusakan pada
pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).

Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi


dari 140/90mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki
potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. (Sumber:
SANFORD,MD tahun 2006).
Nilai normal tekanan darah seseorang yang disesuaikan tingkat aktifitas
dan keseatan secara umum adalah 120/80mmHg. Tetapi secara umum, angka
pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas
atau berolahraga.

B. SARAN
Dari makalah diatas kami berharap agar makalah ini bermanfaat dan
memberikan dampak positif bagi para pembaca. Semoga setelah membaca
makalah ini pembaca dapat lebih banyak mengetahui tentang hipertensi dalam
kehamilan serta cara cara menghindari hipertensi tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, Iskandar., 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.


Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Winardi. (1991). Pengantar Tentang Riset Pemasaran, Mandar Maju : Bandung

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Prawiroharjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono


Prawirohardjo

Katsiki N, et all. Hypertention in pregnancy : classification,diagnosis and


treatment. Aristotle University medical Journal. 2010. 37:09-10

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.


Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.

Muflihan FA, Sudiat M, Basuki R. 2012. Analisis faktor-faktor terjadinya


preeklamsia berat di RSUD Tugurejo tahun 2011 [skripsi]. Semarang :
Universitas Muhammadiyah Semarang.

NHBPEP, 2000, Report of The National High Blood Pressure Education Program
Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy, American
Journal of Obstetrics and Gynecology, 183, 1 22.

Cunningham, FG., et al. (2013). Obstetri Williams (Williams Obstetri). Jakarta :


EGC

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Sudibjo P. Laporan kasus udem serebri sebagai komplikasi eklamsia RS Dr.


Sardjito. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, Jogjakarta. 2010: 05-06

Persatuan Dokter Obsgyn Indonesia. Panduan penatalaksanaan hipertensi dalam


kehamilan. HKFM POGI, Jakarta. 2010: 20-24

Prawirohardjo, S., 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

27
Mustafa R, et all. Comprehensive review of hypertension in pregnancy. Hindawi
Publishing Corporation Journal Of Pregnancy. 2012: 2-10

Visintin C, Mugglestone MA, Almerie MQ, Nherera LM, James D, Walkinshaw


S. Management of hypertensive disorders during pregnancy: summary
of NICE guidance. BMJ. Aug 25 2010;341.

28

Anda mungkin juga menyukai